Analisis Usahatani Padi Pestisida Dan Non Pestisida Di Desa Purwasari, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

ANALISIS USAHATANI PADI PESTISIDA DAN NON PESTISIDA
DI DESA PURWASARI, KECAMATAN DARMAGA,
KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

Oleh:
VERRA ANGGREINI
A14101021

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2005

RINGKASAN
VERRA ANGGREINI. Analisis Usahatani Padi Pestisida dan Non Pestisida di
Desa Purwasari, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. (Di bawah
bimbingan SRI HARTOYO).
Beras merupakan bahan makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat
Indonesia dan mempunyai kedudukan strategis baik secara ekonomi, sosial
maupun politik. Oleh karena itu, keberadaan usahatani padi perlu dipertahankan.
Dalam berproduksi, salah satu kendala utama bagi petani, yaitu adanya serangan

hama dan penyakit. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi serangan
tersebut, salah satunya dengan menggunakan pestisida kimia. Namun, dampak
negatif yang ditimbulkan akibat penggunaan pestisida kimia cukup besar dan para
petani yang tergabung dalam kelompok tani Mekar Sari mulai menerapkan
program Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dan penanaman padi non pestisida
secara serempak untuk mengatasi hal tersebut.
Namun, tingkat pendapatan yang diperoleh dari bertanam padi seringkali
lebih rendah dibandingkan bertanam komoditi hortikultura atau lainnya. Salah
satu upaya yang dilakukan adalah para petani di kelompok tani Mekar Sari telah
berusaha meminimalkan aplikasi pestisida untuk menghemat biaya produksi.
Hasil produksi tidak jauh berkurang sekalipun tidak menggunakan pestisida.
Namun, para petani di luar kelompok tani Mekar Sari masih enggan untuk
menerapkannya. Produk pertanian yang bebas dari pestisida seharusnya lebih
tinggi nilainya. Nilai lebih ini akan merupakan insentif bagi petani yang
menerapkan PHT.
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis tingkat pendapatan dan faktorfaktor yang mempengaruhi produksi padi pestisida dan non pestisida.
Pengumpulan data dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Darmaga pada bulan
April−Mei 2005. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive). Data
yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan sekunder. Responden berjumlah 40
orang, yaitu 20 orang petani dari kelompok tani Mekar Sari (responden padi non

pestisida) dan 20 orang petani di luar kelompok tani Mekar Sari (responden padi
pestisida). Pemilihan responden dilakukan dengan metode acak sederhana (simple
random sampling). Analisis yang digunakan adalah pendapatan usahatani, rasio
R/C, imbangan penerimaan untuk tiap pekerja dan faktor- faktor yang
mempengaruhi produksi padi pestisida dan non pestisida. Pengolahan data
menggunakan program Microsoft Excel dan SAS.
Pendapatan atas biaya tunai dan total usahatani padi non pestisida lebih
besar daripada usahatani padi pestisida pada musim kemarau dan hujan. Nilai
rasio R/C atas biaya tunai dan total usahatani padi non pestisida juga lebih besar
daripada usahatani padi pestisida. Hal ini juga berlaku untuk nilai imbangan
penerimaan untuk tiap pekerja, dimana nilai penerimaan untuk pekerja usahatani
padi non pestisida lebih besar daripada usahatani padi pestisida.

Hasil dari ketiga analisis menunjukkan bahwa usahatani padi non pestisida
menguntungkan. Namun, para petani di luar kelompok tani Mekar Sari masih
enggan menerapkannya. Hal ini dikarenakan sulitnya memasarkan beras non
pestisida, harga jual gabah basah padi pestisida dan non pestisida relatif sama dan
penanganan yang lebih intensif dalam pengendalian hama merupakan kendala lain
dalam usahatani padi non pestisida.
Model fungsi produksi yang digunakan adalah Cobb-Douglas. Faktor- faktor

yang diduga mempengaruhi produksi padi pestisida dan non pestisida pada taraf a
lima persen, yaitu luas lahan, jumlah bibit dan pupuk KCl. Keuntungan dari
model fungsi Cobb-Douglas adalah nilai koefisien regresinya menujukkan
elastisitas produksinya. Nilai elasititas terbesar terdapat faktor produksi luas lahan
sebesar 0.82415 dan yang terkecil adalah faktor produksi jumlah tenaga kerja
sebesar -0.14241. Berdasarkan hasil uji restriksi diketahui bahwa usahatani padi
pestisida dan non pestisida berada pada skala hasil konstan (constant return to
scale). Hal ini berarti jika semua faktor produksi dinaikkan sebesar satu persen,
maka hasil produksi akan naik secara proporsional sebesar satu persen.
Saran yang dapat diberikan adalah usahatani padi non pestisida sebaiknya
diteruskan karena selain menguntungkan, usahatani ini juga ramah terhadap
pelaku usahatani dan lingkungan sekitarnya. Selain itu, para petani non pestisida,
disarankan untuk menggunakan varietas (bibit) yang berkualitas serta jumlah
penggunaan bibit sesuai dosis yang dianjurkan. Para petani padi non pestisida juga
disarankan untuk menggunakan pestisida alami untuk mengatasi hama yang
muncul, waktu pemberian pupuk yang tepat serta (komposisi) pupuk secara
berimbang sehingga menghemat pengeluaran untuk pembelian pupuk dan
menjaga terjadinya kemerosotan mutu lahan.

ANALISIS USAHATANI PADI PESTISIDA DAN NON PESTISIDA

DI DESA PURWASARI, KECAMATAN DARMAGA,
KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor

Oleh:
VERRA ANGGREINI
A14101021

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2005

Judul

: Analisis Usahatani Padi Pestisida Dan Non Pestisida

Di Desa Purwasari, Kecamatan Darmaga, Kabupaten
Bogor, Jawa Barat

Nama

: Verra Anggreini

NRP

: A14101021

Menyetujui,
Pembimbing

Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS
NIP. 131 124 021

Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian


Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M. Agr
NIP. 130 422 698

Tanggal Lulus: 14 Oktober 2005

PERNYATAAN

DENGAN

INI

SAYA

MENYATAKAN

BAHWA

SKRIPSI

YANG


BERJUDUL “ANALISIS USAHATANI PADI PESTISIDA DAN NON
PESTISIDA

DI

DESA

PURWASARI,

KECAMATAN

DARMAGA,

KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT” BELUM PERNAH DIAJUKAN
PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN
UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU.
SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR
HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHANBAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK
LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN

DALAM NASKAH.

Bogor, Oktober 2005

Verra Anggreini
A14101021

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Padang pada tanggal 28 November 1982. Penulis
merupakan anak ketiga dari empat bersaudara pasangan Eddy Azhari dan
Yuminar Yatim.
Penulis memulai pendidikan dasar pada tahun 1989 di SD Inpres Selayo,
Solok selama dua tahun, kemudian pindah ke SD Negeri I Ciputat dan
menyelesaikannya pada tahun 1995. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan
menengah pertamanya di SLTP Negeri I Ciputat dan lulus pada tahun 1998.
Setelah itu, penulis diterima di SMU Negeri 74 Jakarta dan lulus pada tahun 2001.
Penulis diterima sebagai mahasiswa program studi Manajemen Agribisnis,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2001 melalui jalur USMI.
Semasa kuliah, penulis aktif di organisasi Paduan Suara Mahasiswa (PSM) Agria

Swara IPB (2002–sekarang).

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, SWT karena berkat rahmat dan ridha-Nya, skripsi ini
dapat diselesaikan. Skripsi yang berjudul “Analisis Usahatani Padi Pestisida Dan
Non Pestisida Di Desa Purwasari, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa
Barat” merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Padi merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang merupakan bahan
makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Mengingat kedudukan
komoditas beras sangat strategis, maka keberadaan usahatani padi perlu
dipertahankan. Namun, tingkat pendapatan yang diperoleh dari bertanam padi
seringkali lebih rendah dibandingkan bertanam komoditi hortikultura. Oleh karena
itu, diperlukan penelitian (usahatani padi pestisida & non pestisida) untuk
mengetahui alternatif usahatani terbaik dalam meningkatkan pendapatan petani
padi dan faktor- faktor yang mempengaruhi kedua usahatani tersebut.
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi para petani padi pada
umumnya. Salah satu desa yang diharapkan dapat memanfaatkan hasil penelitian
ini adalah Desa Purwasari dan para petani padi yang berada di desa tersebut.

Skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
saran dan kritik yang membangun untuk menyempurnakan skripsi ini.

Bogor, Oktober 2005

Penulis

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kepada Allah yang Maha Kuasa karena hanya dengan rahmat
dan ridha-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Pada
kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang
mendalam kepada:
1.

Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS atas waktu dan pemikiran selama membimbing
penulis dalam penyusunan skripsi ini.

2.


Ir. Anna Fariyanti, MSi atas kesediaannya menjadi dosen penguji utama
pada sidang skripsi.

3.

Dra. Yusalina, MSi atas kesediaannya menjadi dosen penguji wakil komisi
pendidikan pada sidang skripsi.

4.

Euis Nawangsih, atas kesediaannya menjadi pembahas pada seminar hasil
penelitian penulis.

5.

Keluargaku tersayang: Mama, Papa, Neno & Kak Andry, Nepi dan Sari.
Terima kasih atas doa, kasih sayang, kesabaran, nasehat, teguran dan
semangat serta pengorbanan yang sangat besar yang telah diberikan kepada
penulis selama ini.

6.

Keluarga besar (Alm.) Mohammad Yatim dan (Alm.) Baharuddin
Satigarang, terima kasih atas dukungan moril dan materiil.

7.

Keluarga Bapak M. Anduy dan para responden yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk diwawancarai.

8.

Sahabatku Manda dan keluarga. Terima kasih atas doa, semangat dan
pemikiran yang telah diberikan kepada penulis.

9.

Lilik dan keluarga, terima kasih atas dukungan moril dan materiil.

10.

Teman-temanku: Manda, Rudi, Pipink, Puspa, Rena, Ditta, Agus, Susan,
Mida, Yeni, Netli, Rindra, Arief dan Fikri. Teman-teman Agria Swara,
KKP, AGB, EPS dan KPM’38. Terima kasih atas kebersamaannya selama
ini.

11.

Ariyani, Yan- yan, Lenny, Nifar dan Jajang. Terima kasih atas doanya,
semangat serta dorongan yang diberikan kepada penulis selama menyusun
skripsi.

12.

Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

ANALISIS USAHATANI PADI PESTISIDA DAN NON PESTISIDA
DI DESA PURWASARI, KECAMATAN DARMAGA,
KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

Oleh:
VERRA ANGGREINI
A14101021

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2005

RINGKASAN
VERRA ANGGREINI. Analisis Usahatani Padi Pestisida dan Non Pestisida di
Desa Purwasari, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. (Di bawah
bimbingan SRI HARTOYO).
Beras merupakan bahan makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat
Indonesia dan mempunyai kedudukan strategis baik secara ekonomi, sosial
maupun politik. Oleh karena itu, keberadaan usahatani padi perlu dipertahankan.
Dalam berproduksi, salah satu kendala utama bagi petani, yaitu adanya serangan
hama dan penyakit. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi serangan
tersebut, salah satunya dengan menggunakan pestisida kimia. Namun, dampak
negatif yang ditimbulkan akibat penggunaan pestisida kimia cukup besar dan para
petani yang tergabung dalam kelompok tani Mekar Sari mulai menerapkan
program Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dan penanaman padi non pestisida
secara serempak untuk mengatasi hal tersebut.
Namun, tingkat pendapatan yang diperoleh dari bertanam padi seringkali
lebih rendah dibandingkan bertanam komoditi hortikultura atau lainnya. Salah
satu upaya yang dilakukan adalah para petani di kelompok tani Mekar Sari telah
berusaha meminimalkan aplikasi pestisida untuk menghemat biaya produksi.
Hasil produksi tidak jauh berkurang sekalipun tidak menggunakan pestisida.
Namun, para petani di luar kelompok tani Mekar Sari masih enggan untuk
menerapkannya. Produk pertanian yang bebas dari pestisida seharusnya lebih
tinggi nilainya. Nilai lebih ini akan merupakan insentif bagi petani yang
menerapkan PHT.
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis tingkat pendapatan dan faktorfaktor yang mempengaruhi produksi padi pestisida dan non pestisida.
Pengumpulan data dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Darmaga pada bulan
April−Mei 2005. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive). Data
yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan sekunder. Responden berjumlah 40
orang, yaitu 20 orang petani dari kelompok tani Mekar Sari (responden padi non
pestisida) dan 20 orang petani di luar kelompok tani Mekar Sari (responden padi
pestisida). Pemilihan responden dilakukan dengan metode acak sederhana (simple
random sampling). Analisis yang digunakan adalah pendapatan usahatani, rasio
R/C, imbangan penerimaan untuk tiap pekerja dan faktor- faktor yang
mempengaruhi produksi padi pestisida dan non pestisida. Pengolahan data
menggunakan program Microsoft Excel dan SAS.
Pendapatan atas biaya tunai dan total usahatani padi non pestisida lebih
besar daripada usahatani padi pestisida pada musim kemarau dan hujan. Nilai
rasio R/C atas biaya tunai dan total usahatani padi non pestisida juga lebih besar
daripada usahatani padi pestisida. Hal ini juga berlaku untuk nilai imbangan
penerimaan untuk tiap pekerja, dimana nilai penerimaan untuk pekerja usahatani
padi non pestisida lebih besar daripada usahatani padi pestisida.

Hasil dari ketiga analisis menunjukkan bahwa usahatani padi non pestisida
menguntungkan. Namun, para petani di luar kelompok tani Mekar Sari masih
enggan menerapkannya. Hal ini dikarenakan sulitnya memasarkan beras non
pestisida, harga jual gabah basah padi pestisida dan non pestisida relatif sama dan
penanganan yang lebih intensif dalam pengendalian hama merupakan kendala lain
dalam usahatani padi non pestisida.
Model fungsi produksi yang digunakan adalah Cobb-Douglas. Faktor- faktor
yang diduga mempengaruhi produksi padi pestisida dan non pestisida pada taraf a
lima persen, yaitu luas lahan, jumlah bibit dan pupuk KCl. Keuntungan dari
model fungsi Cobb-Douglas adalah nilai koefisien regresinya menujukkan
elastisitas produksinya. Nilai elasititas terbesar terdapat faktor produksi luas lahan
sebesar 0.82415 dan yang terkecil adalah faktor produksi jumlah tenaga kerja
sebesar -0.14241. Berdasarkan hasil uji restriksi diketahui bahwa usahatani padi
pestisida dan non pestisida berada pada skala hasil konstan (constant return to
scale). Hal ini berarti jika semua faktor produksi dinaikkan sebesar satu persen,
maka hasil produksi akan naik secara proporsional sebesar satu persen.
Saran yang dapat diberikan adalah usahatani padi non pestisida sebaiknya
diteruskan karena selain menguntungkan, usahatani ini juga ramah terhadap
pelaku usahatani dan lingkungan sekitarnya. Selain itu, para petani non pestisida,
disarankan untuk menggunakan varietas (bibit) yang berkualitas serta jumlah
penggunaan bibit sesuai dosis yang dianjurkan. Para petani padi non pestisida juga
disarankan untuk menggunakan pestisida alami untuk mengatasi hama yang
muncul, waktu pemberian pupuk yang tepat serta (komposisi) pupuk secara
berimbang sehingga menghemat pengeluaran untuk pembelian pupuk dan
menjaga terjadinya kemerosotan mutu lahan.

ANALISIS USAHATANI PADI PESTISIDA DAN NON PESTISIDA
DI DESA PURWASARI, KECAMATAN DARMAGA,
KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor

Oleh:
VERRA ANGGREINI
A14101021

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2005

Judul

: Analisis Usahatani Padi Pestisida Dan Non Pestisida
Di Desa Purwasari, Kecamatan Darmaga, Kabupaten
Bogor, Jawa Barat

Nama

: Verra Anggreini

NRP

: A14101021

Menyetujui,
Pembimbing

Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS
NIP. 131 124 021

Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M. Agr
NIP. 130 422 698

Tanggal Lulus: 14 Oktober 2005

PERNYATAAN

DENGAN

INI

SAYA

MENYATAKAN

BAHWA

SKRIPSI

YANG

BERJUDUL “ANALISIS USAHATANI PADI PESTISIDA DAN NON
PESTISIDA

DI

DESA

PURWASARI,

KECAMATAN

DARMAGA,

KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT” BELUM PERNAH DIAJUKAN
PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN
UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU.
SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR
HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHANBAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK
LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN
DALAM NASKAH.

Bogor, Oktober 2005

Verra Anggreini
A14101021

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Padang pada tanggal 28 November 1982. Penulis
merupakan anak ketiga dari empat bersaudara pasangan Eddy Azhari dan
Yuminar Yatim.
Penulis memulai pendidikan dasar pada tahun 1989 di SD Inpres Selayo,
Solok selama dua tahun, kemudian pindah ke SD Negeri I Ciputat dan
menyelesaikannya pada tahun 1995. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan
menengah pertamanya di SLTP Negeri I Ciputat dan lulus pada tahun 1998.
Setelah itu, penulis diterima di SMU Negeri 74 Jakarta dan lulus pada tahun 2001.
Penulis diterima sebagai mahasiswa program studi Manajemen Agribisnis,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2001 melalui jalur USMI.
Semasa kuliah, penulis aktif di organisasi Paduan Suara Mahasiswa (PSM) Agria
Swara IPB (2002–sekarang).

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, SWT karena berkat rahmat dan ridha-Nya, skripsi ini
dapat diselesaikan. Skripsi yang berjudul “Analisis Usahatani Padi Pestisida Dan
Non Pestisida Di Desa Purwasari, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa
Barat” merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Padi merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang merupakan bahan
makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Mengingat kedudukan
komoditas beras sangat strategis, maka keberadaan usahatani padi perlu
dipertahankan. Namun, tingkat pendapatan yang diperoleh dari bertanam padi
seringkali lebih rendah dibandingkan bertanam komoditi hortikultura. Oleh karena
itu, diperlukan penelitian (usahatani padi pestisida & non pestisida) untuk
mengetahui alternatif usahatani terbaik dalam meningkatkan pendapatan petani
padi dan faktor- faktor yang mempengaruhi kedua usahatani tersebut.
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi para petani padi pada
umumnya. Salah satu desa yang diharapkan dapat memanfaatkan hasil penelitian
ini adalah Desa Purwasari dan para petani padi yang berada di desa tersebut.
Skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
saran dan kritik yang membangun untuk menyempurnakan skripsi ini.

Bogor, Oktober 2005

Penulis

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kepada Allah yang Maha Kuasa karena hanya dengan rahmat
dan ridha-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Pada
kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang
mendalam kepada:
1.

Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS atas waktu dan pemikiran selama membimbing
penulis dalam penyusunan skripsi ini.

2.

Ir. Anna Fariyanti, MSi atas kesediaannya menjadi dosen penguji utama
pada sidang skripsi.

3.

Dra. Yusalina, MSi atas kesediaannya menjadi dosen penguji wakil komisi
pendidikan pada sidang skripsi.

4.

Euis Nawangsih, atas kesediaannya menjadi pembahas pada seminar hasil
penelitian penulis.

5.

Keluargaku tersayang: Mama, Papa, Neno & Kak Andry, Nepi dan Sari.
Terima kasih atas doa, kasih sayang, kesabaran, nasehat, teguran dan
semangat serta pengorbanan yang sangat besar yang telah diberikan kepada
penulis selama ini.

6.

Keluarga besar (Alm.) Mohammad Yatim dan (Alm.) Baharuddin
Satigarang, terima kasih atas dukungan moril dan materiil.

7.

Keluarga Bapak M. Anduy dan para responden yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk diwawancarai.

8.

Sahabatku Manda dan keluarga. Terima kasih atas doa, semangat dan
pemikiran yang telah diberikan kepada penulis.

9.

Lilik dan keluarga, terima kasih atas dukungan moril dan materiil.

10.

Teman-temanku: Manda, Rudi, Pipink, Puspa, Rena, Ditta, Agus, Susan,
Mida, Yeni, Netli, Rindra, Arief dan Fikri. Teman-teman Agria Swara,
KKP, AGB, EPS dan KPM’38. Terima kasih atas kebersamaannya selama
ini.

11.

Ariyani, Yan- yan, Lenny, Nifar dan Jajang. Terima kasih atas doanya,
semangat serta dorongan yang diberikan kepada penulis selama menyusun
skripsi.

12.

Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ......................................................................................

i

DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL............................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... viii
I.

PENDAHULUAN ....................................................................................
1.1 Latar Belakang .................................................................................
1.2 Perumusan Masalah..........................................................................
1.3 Tujuan Penelitian..............................................................................
1.4 Kegunaan Penelitian.........................................................................
1.5 Ruang Lingkup Penelitian................................................................

1
1
4
6
6
7

II.

TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 8
2.1 Padi................................................................................................... 8
2.2 Pengendalian Hama Terpadu (PHT) ................................................ 9
2.3 Usahatani.......................................................................................... 10
2.4 Studi Terdahulu tentang Analisis Usahatani Padi............................ 14

III. KERANGKA PEMIKIRAN................................................................... 19
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ........................................................... 19
3.1.1 Pendapatan Usahatani ............................................................. 22
3.1.2 Imbangan Penerimaan dan Biaya (Rasio R/C)........................ 24
3.1.3 Imbangan Penerimaan untuk Tiap Pekerja.............................. 25
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional..................................................... 25
IV. METODE PENELITIAN ....................................................................... 27
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................ 27
4.2 Jenis dan Sumber Data ..................................................................... 27
4.3 Metode Pengambilan Contoh........................................................... 28
4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data............................................. 29
4.4.1 Pendapatan Usahatani .......................................................... 29
4.4.2 Imbangan Penerimaan dan Biaya (Rasio R/C)..................... 29
4.4.3 Imbangan Penerimaan untuk Tiap Pekerja........................... 30
4.4.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Padi
Pestisida dan Non Pestisida.................................................. 30

V.

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN .................................. 33
5.1 Wilayah Administrasi Desa.............................................................. 33
5.2 Kependudukan dan Pendidikan........................................................ 34
5.3 Profil Kelompok Tani Mekar Sari.................................................... 35
5.4 Karakteristik Responden.................................................................. 38

VI. PEMBAHASAN ...................................................................................... 42
6.1 Sejarah Berkembangnya Usahatani Padi Non Pestisida
di Desa Purwasari............................................................................. 42
6.2 Penerapan Usahatani Padi Pestisida dan Non Pestisida
di Desa Purwasari............................................................................. 44
6.2.1 Pengolahan Lahan................................................................ 44
6.2.2 Persemaian dan Penanaman................................................. 45
6.2.3 Pemupukan........................................................................... 47
6.2.4 Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman
(Pengendalian HPT) ............................................................. 48
6.2.5 Panen dan Pemasaran........................................................... 50
6.3 Kendala dalam Usahatani Padi Non Pestisida.................................. 50
6.4 Analisis Pendapatan Usahatani Padi Pestisida dan Non
Pestisida............................................................................................ 52
6.5 Analisis Rasio Penerimaan atas Biaya pada Usahatani Padi
Pestisida dan Non Pestisida.............................................................. 60
6.6 Analisis Imbangan Penerimaan untuk Tiap Pekerja
Padi Pestisida dan Non Pestisida...................................................... 62
6.7 Perbandingan Analisis Usahatani Padi Pestisida
dan Non Pestisida............................................................................. 63
6.8 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Padi
Pestisida dan Non Pestisida.............................................................. 65
VII. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 70
7.1 Kesimpulan....................................................................................... 70
7.2 Saran................................................................................................. 70
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 72
LAMPIRAN ...................................................................................................... 76

DAFTAR TABEL

Nomor

Halaman

1.

Penggunaan Lahan, Desa Purwasari, 2005 ...................................... 33

2.

Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian,
Desa Purwasari, 2005 ....................................................................... 34

3.

Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan,
Desa Purwasari, 2005 ....................................................................... 35

4.

Karakteristik Umur Responden Padi Pestisida
dan Non Pestisida, Desa Purwasari, 2005 ........................................ 38

5.

Karakteristik Tingkat Pendidikan Responden Padi Pestisida
dan Non Pestisida, Desa Purwasari, 2005 ........................................ 39

6.

Luas Lahan Garapan Responden Padi Pestisida
dan Non Pestisida, Desa Purwasari, 2005 ........................................ 40

7.

Status Lahan Garapan Responden Padi Pestisida
dan Non Pestisida, Desa Purwasari, 2005 ........................................ 41

8.

Hasil Analisis Penerimaan dan Biaya Usahatani Padi
Pestisida (Musim Kemarau & Hujan) per Hektar, Desa
Purwasari, 2004–2005 ...................................................................... 53

9.

Hasil Analisis Penerimaan dan Biaya Usahatani Padi
Non Pestisida (Musim Kemarau & Hujan) per Hektar, Desa
Purwasari, 2004–2005 ...................................................................... 57

10.

Hasil Analisis Imbangan Penerimaan untuk Tiap Pekerja
Padi Pestisida (Musim Kemarau & Hujan), Desa Purwasari,
2004–2005........................................................................................ 62

11.

Hasil Analisis Imbangan Penerimaan untuk Tiap Pekerja
Padi Non Pestisida (Musim Kemarau & Hujan), Desa
Purwasari, 2004–2005 ...................................................................... 63

12.

Hasil Analisis Model Fungsi Produksi Cobb-Douglas untuk
Usahatani Padi Pestisida dan Non Pestisida, Desa Purwasari,
2004–2005........................................................................................ 65

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Halaman

1.

Pengaruh Teknologi Terhadap Produksi....................................... 20

2.

Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian Usahatani
Padi Pestisida dan Non Pestisida................................................... 26

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Halaman

1.

Perkembangan Produksi Padi, Indonesia, 2000−2004 ..................... 77

2.

Perkembangan Luas Panen dan Produktivitas Padi Sawah
di Jawa Barat, 2000−2003 ................................................................ 77

3.

Data Usahatani Padi Pestisida per Musim, Desa Purwasari,
2004–2005........................................................................................ 78

4.

Data Usahatani Padi Non Pestisida per Musim, Desa
Purwasari, 2004–2005 ...................................................................... 79

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pertanian hingga kini masih merupakan mata pencaharian utama masyarakat
Indonesia, sekalipun di berbagai daerah, ekosistem wilayahnya ada yang sudah
berubah menjadi daerah perkotaan dan perindustrian (Adimiharja, 1999). Begitu
juga di Propinsi Jawa Barat, jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian
pada tahun 2003 berjumlah 5 158 605 jiwa atau 34.87 persen dari total jumlah
penduduk yang bekerja di Jawa Barat (yang berjumlah 14 795 247 jiwa) (BPS,
2004).
Perkembangan pertanian di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari
perkembangan upaya pemenuhan bahan pangan nasional, terutama beras (Taryoto
& Pranadji, 1995). Hal ini dikarenakan beras sebagai bahan makanan pokok bagi
sebagian besar masyarakat Indonesia, dengan aktivitas produksinya yang
melibatkan sekitar 40 persen tenaga kerja pertanian, merupakan komoditas
strategis baik secara ekonomi, sosial maupun politik. Kelangkaan produk ataupun
instabilitas harga beras dapat menimbulkan keresahan masyarakat yang
selanjutnya dapat memicu gangguan stabilitas sosial, ekonomi serta keamanan
(PSPLP-IPB, 2000).
Hasil produksi padi nasional saat ini cukup menggembirakan, walaupun
sempat terjadi penurunan produksi pada tahun 2001 sebesar 1 438 070 ton
(Lampiran 1). Hal ini dapat disebabkan oleh semakin berkurangnya penguasaan
lahan oleh petani, terutama lahan sawah di Jawa 19 dan kehilangan hasil pada saat

19

http://pse.litbang.deptan.go.id, “Analisis Keuntungan Usahatani”, 2 Maret 2005, 8.40 PM

panen dan pasca panen juga merupakan salah satu penyebab rendahnya produksi
padi nasional (Maest et al., 1995). Namun di Jawa Barat, luas panen dan
produktivitas padi sawah mengalami peningkatan dari tahun 2000−2003,
walaupun pada tahun 2003 terjadi penurunan luas panen sebesar 171 081 hektar
(Lampiran 2).
Mengingat kedudukan komoditas beras sangat strategis, maka keberadaan
usahatani padi perlu dipertahankan20 karena berdasarkan penelitian JICA (Pusat
Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, 1997), pada tahun 2020 Indonesia
diperkirakan akan mengalami defisit beras sebesar 9.7 juta ton apabila tidak
dilakukan upaya peningkatan produksi secara nyata (Alihamsyah, 2004).
Dalam berproduksi, petani dihadapkan pada penurunan produktivitas lahan,
penyimpangan iklim serta serangan hama dan penyakit (Las et al., 2004). Selain
itu, kendala lain yang dihadapi petani adalah kebijakan pemerintah sampai harga
jual yang rendah21 .
Serangan hama dan penyakit dapat menyebabkan kegagalan panen
(Kartaatmadja & Sabri, 1995), seperti Wereng Coklat dan Tungro masih menjadi
kendala utama bagi petani. Petani seakan sudah kehilangan akal untuk mengatasi
dua serangan ini. Kerugian yang ditimbulkan tidak sedikit dan mengancam
produksi beras nasional. Akibat serangan ini, produksi bisa turun dari serangan
rendah (15 persen) sampai serangan berat (79 persen) 22 . Berbagai upaya telah

20

http://pse.litbang.deptan.go.id, ”Analisis Keuntungan Usahatani”, 2 Maret 2005, 8.40 PM
http://www.tanindo.com, ”Serangan Hama dan Penyakit pada Tanaman Padi”, 2 Maret 2005,
8.40 PM
22
http://www.tanindo.com, ”Serangan Hama dan Penyakit pada Tanaman Padi”, 2 Maret 2005,
8.40 PM
21

dilakukan dalam mengendalikan kedua musuh ini. Salah satunya dengan
menggunakan pestisida kimia.
Petani di Indonesia sudah mengenal pestisida sejak diperkenalkannya
program Bimbingan Massal (BIMAS). Dalam program BIMAS, diperkenalkan
usaha intensifikasi pertanian melalui panca usahatani. Salah satu dari kelima
usaha tersebut adalah pemberantasan hama yang konotasinya menggunakan
pestisida (Kartaatmadja & Sabri, 1995).
Namun, cara bertani dengan menggunakan pestisida merupakan proses
kemiskinan secara pelan-pelan. Hal ini dikarenakan penggunaan bahan-bahan
kimia dalam teknologi pertanian, dalam jangka panjang, dapat memerosotkan
mutu lingkungan dan kehidupan secara menyeluruh23 .
Selain itu, dampak negatif yang ditimbulkan oleh program BIMAS adalah
timbulnya resistensi hama terhadap pestisida. Menyadari dampak buruk tersebut,
maka pada tahun 1987 pemerintah mengeluarkan keputusan pelarangan 57 jenis
pestisida pada tanaman padi dan mulai menerapkan program Pengendalian Hama
Terpadu (PHT).
Program PHT ini berhasil mengurangi penggunaan pestisida (Hafsah &
Sudaryanto, 2004). Pada tahun 1992, para petani yang tergabung dalam kelompok
tani Mekar Sari (Desa Purwasari) mendapatkan penyuluhan dan pelatihan melalui
Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT). Dua tahun kemudian
(1994), dilakukan penanaman padi non pestisida secara serempak.

23

http://www.kompas.co.id/kesehatan/news/0410/17/105259.htm, ”Makan Sehat Sambil
Berevolusi”, 4 April 2005, 12.30 PM

1.2 Perumusan Masalah
Penanaman padi secara terus- menerus sepanjang tahun serta penggunaan
irigasi dan pupuk kimia memungkinkan terciptanya habitat yang lebih subur bagi
perkembangbiakan serangga, termasuk hama. Penanaman varietas unggul yang
mengalami perubahan genetika dan tidak memiliki pertahanan sekuat varietas
tradisional merupakan salah satu faktor pendukung berkembangbiaknya hama
(Winarto, 1999).
Pengendalian hama ditujukan untuk mempertahankan stabilitas hasil, bukan
meningkatkan hasil. Namun, petani beranggapan bahwa penggunaan pestisida
dapat meningkatkan hasil tanaman (Kartaatmadja & Sabri, 1995). Sebagai
perangkat teknologi pengendali hama, introduksi pestisida acapkali tidak disertai
dengan pengetahuan yang rinci tentang sifat dan daya kerja pestisida itu sebagai
racun (Winarto, 1999).
Penggunaan pestisida dalam proses produksi pertanian juga mengakibatkan
timbulnya residu pestisida pada hasil pertanian. Residu pestisida dapat terjadi
pada tanaman (daun, buah, cabang, akar, kulit & sebagainya), tanah dan air yang
selanjutnya dapat membahayakan kesehatan masyarakat (Laba et al., 1998).
Para petani di kelompok tani Mekar Sari menyadari dampak negatif yang
ditimbulkan oleh penggunaan pestisida terhadap lingkungan dan kesehatan
mereka sendiri sehingga mereka sepakat untuk tidak menggunakan pestisida.
Hasil nyata dari kegiatan tersebut adalah rendahnya residu pestisida pada tanaman
padi mereka, yaitu hanya sebesar 0.02 persen24 .

24

Wawancara dengan Ketua kelompok tani Mekar Sari, 17 Maret 2005

Apabila terjadi ledakan populasi hama dan pengendalian dengan cara non
kimia diperkirakan tidak efektif lagi, pestisida digunakan sebagai alternatif
terakhir 25 . Namun demikian, penggunaannya sebaiknya sangat selektif. Untuk
mengurangi dampak negatif penggunaan pestisida kimia, dapat ditempuh dengan
penggunaan pestisida biologi, botani, atraktan dan repelen yang dapat menghemat
biaya produksi (Laba et al., 1998).
Tingkat pendapatan yang diperoleh dari bertanam padi seringkali lebih
rendah dibandingkan bertanam komoditi hortikultura atau komoditi lainnya.
Dengan demikian, perlu adanya upaya agar produksi dan pendapatan petani padi
meningkat (Supriadi & Setiawan, 2003).
Salah satu upaya untuk meningkatkan pendapatan petani, terutama para
petani di kelompok tani Mekar Sari, yaitu mereka telah berusaha meminimalkan
aplikasi pestisida. Ada dua faktor utama yang mempengaruhinya, yaitu: (1)
sebagian besar petani memang telah mengenal prinsip penangggulangan hama
terpadu dan (2) harga pestisida cukup mahal bagi petani (Sumaryanto, 2004).
Hasil produksi tidak jauh berkurang sekalipun tidak menggunakan
pestisida 26 . Namun, penanaman padi non pestisida umumnya dihindari petani di
luar kelompok tani Mekar Sari karena membutuhkan ketekunan lebih dalam
membasmi hama dibandingkan menanam padi pestisida.
Apabila

petani

direkomendasikan

untuk

mengurangi

atau

tidak

menggunakan pestisida, maka yang paling diuntungkan adalah konsumen akan
tetapi konsumen ternyata masih mengutamakan penampilan produk daripada

25
26

Wawancara dengan Ketua kelompok tani Mekar Sari, 17 Maret 2005
Wawancara dengan Ketua kelompok tani Mekar Sari, 17 Maret 2005

keterbebasannya dari pestisida. Hal ini juga merupakan salah satu hambatan
dalam melaksanakan penanaman padi non pestisida.
Produk pertanian yang bebas dari pestisida seharusnya lebih tinggi nilainya.
Nilai lebih ini akan merupakan insentif bagi petani yang menerapkan PHT
(Kartaatmadja & Sabri, 1995). Berdasarkan hasil uraian tersebut, maka perumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana tingkat pendapatan atas biaya tunai dan total yang diperoleh
petani padi pestisida dan non pestisida?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi padi pestisida dan
non pestisida?

1.3 Tujuan Penelitian
1. Menganalisis tingkat pendapatan petani padi pestisida dan non pestisida.
2. Menganalisis faktor- faktor yang mempengaruhi produksi padi pestisida
dan non pestisida.

1.4 Kegunaan Penelitian
1. Bagi petani padi, hasil ini diharapkan dapat memberikan informasi
mengenai kondisi usahatani padi pestisida dan non pestisida serta dapat
memberikan alternatif usahatani padi terbaik untuk meningkatkan
pendapatan usahatani.
2. Bagi pemerintah, terutama aparat Desa Purwasari, sehingga dapat
memberikan informasi mengenai usahatani padi pestisida dan non
pestisida.

3. Sebagai bahan masukan untuk penelitian selanjutnya.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian mengenai analisis usahatani padi pestisida dan non pestisida
hanya menggunakan empat alat analisis, yaitu: analisis pendapatan usahatani,
rasio R/C, nilai imbangan penerimaan untuk tiap pekerja dan faktor- faktor yang
mempengaruhi produksi padi pestisida dan non pestisida.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Padi
Tanaman padi (Oryza sativa L.) tersebar di seluruh pelosok dunia, akan
tetapi kebanyakan tanaman ini dibudidayakan di Asia. Diperkirakan pertanaman
padi pertama kali diusahakan manusia di negara India sekitar tahun 2 500–3 000
S. M., kemudian tersebar ke Cina dan lebih jauh lagi sampai ke negara-negara di
sebelah tenggara Asia, bahkan sampai ke Mesir, Eropa, Afrika dan bagian bumi
sebelah barat.
Tanaman ini diperkenalkan ke Indonesia sewaktu ras suku Deutero-Melayu
beremigrasi ke beberapa daerah di kepulauan nusantara sekitar tahun 1 500 S. M.
Terdapat bermacam- macam jenis tanaman berdasarkan distribusi geografis dan
bentuk morfologi tanamannya. Hal ini disebabkan karena sebarannya begitu luas
dan dalam proses perkembangannya telah beradaptasi dengan lingkungan
sekitarnya (Masyhudi, 1992).
Spesies yang dibudidayakan di negara penghasil padi, termasuk Indonesia,
adalah jenis Oryza sativa L. Dalam perkembangannya, spesies O. sativa
berevolusi menjadi tiga tipe atau tiga ras ekografik, yaitu: Indika, Japonika dan
Javanika (Las et al., 2004).
Padi merupakan tanaman semusim yang sangat rentan terhadap kekeringan
(Irianto et al., 2004). Tanaman padi memerlukan jumlah curah hujan lebih dari
200 milimeter dalam satu bulan (Oldman dalam Indrowuryanto, 1999).
Kebutuhan air tanaman pada musim hujan relatif lebih mudah terpenuhi, bahkan
sebagian besar air dibuang sebagai aliran permukaan. Namun, pada musim

kemarau ketersediaan air terbatas sehingga hasil tanaman rendah atau air sama
sekali tidak tersedia sehingga lahan dibiarkan bera (Irianto et al., 2004).

2.2 Pengendalian Hama Terpadu (PHT)
Hama merupakan salah satu kendala dalam usaha mempertahankan dan
meningkatkan produksi pertanian, khususnya tanaman padi di Indonesia. Kurang
lebih 100 spesies serangga hama menyerang tanaman padi, tetapi hanya 20 spesies
menyebabkan kerusakan yang berarti (Laba, 1999).
Dalam mengatasi hama tanaman dipakai strategi Integrated Pest Control.
Strategi ini kemudian berkembang menjadi konsep Integrated Pest Management.
Di Indonesia, konsep ini dinyatakan dengan istilah Pengendalian Hama Terpadu
yang sebenarnya lebih tepat dinyatakan dengan istilah Pengelolaan Hama
Terpadu (Soehardjan, 1990).
PHT adalah suatu teknologi pengendalian hama yang sangat lekat dengan
lingkungan, membantu meningkatkan efisiensi masukan, memantapkan taraf
produksi yang telah dicapai dan sekaligus meminimalkan kecelakaan atau
keracunan bagi pelaku produksi dan konsumen. Dengan demikian, PHT ikut
berperan meningkatkan kesejahteraan dan pendapatan petani (Laba, 1999). PHT
bertujuan untuk memanfaatkan metode- metode yang memenuhi syarat-syarat
ekonomi, toksikologi dan ketentuan lingkungan (Yasin & Saenong, 2004).
Pengendalian hama tanaman, khususnya padi, didasarkan kepada konsepsi
PHT yang dituangkan melalui Instruksi Presiden (Inpres) No. 3 tahun 1986
dengan mewajibkan seluruh aparat mengajarkan teknologi PHT, melalui
penyuluhan dan SLPHT, kepada petani secara nasional (Laba, 1999) dan

melarang penggunaan 57 jenis pestisida berspektrum luas. Tujuan utama Inpres
tersebut adalah mengubah landasan pengambilan keputusan petani dalam hal
pengendalian hama, yakni mengubah perspektif petani dari membunuh hama
dengan pestisida menjadi mengelola ekosistem. Pengelolaan ini dilakukan dengan
menggunakan musuh alami terlebih dahulu dalam pengendalian hama dan
menghindari penggunaan pestisida, kecuali sebagai upaya terakhir (Winarto,
1999).
Dalam menerapkan PHT, program nasional tersebut mengupayakan agar
petani menganut tiga prinsip dasar, yaitu: membudidayakan tanaman agar
tanaman menjadi kuat (sehat) sehingga produksinya tinggi, melestarikan musuh
alami dan mengamati tanaman setiap minggu untuk dapat memutuskan tindakan
yang menguntungkan (Soehardjan, 1990). Winarto (1999) menyebutkan empat
prinsip dasar dengan tambahannya, yaitu menjadikan petani sebagai ahli PHT di
lahannya sendiri. Petani diharapkan mampu menerapkan teknologi PHT secara
mandiri terutama dalam memutuskan perlu tidaknya menggunakan pestisida yang
dilandasi pengetahuan ambang pengendalian, keseimbangan hayati dan residu
pestisida pada tanaman (Laba et al., 1998).

2.3 Usahatani
Usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat di
tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian, seperti tanah dan air,
perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan atas tanah itu, sinar matahari,
bangunan-bangunan yang didirikan di atas tanah dan sebagainya (Mosher 1968,
1971). Usahatani terdiri atas manusia petani (bersama keluarganya), tanah

(bersama dengan fasilitas yang ada di atasnya seperti bangunan-bangunan, saluran
air) dan tanaman atau hewan ternak. Istilah usahatani lebih tepat digunakan pada
pertanian rakyat karena mencakup pengertian yang lebih luas, yaitu mulai dari
bentuk yang paling bersahaja sampai pada bentuk yang paling moderen (Soeharjo
& Patong, 1973).
Usahatani dapat berupa usaha bercocok tanam atau memelihara ternak dan
dapat diartikan sebagai suatu cara hidup (way of life) (Mubyarto, 1994). Kegiatan
yang menggunakan barang-barang modal dan sumber daya alam untuk
menghasilkan komoditas pertanian primer disebut usahatani (Daryanto, 2004).
Menurut Soeharjo (n.d.), usahatani (farm) merupakan wadah kegiatan
produsen untuk menghasilkan produk-produk primer dengan menggunakan empat
faktor produksi, yaitu: tanah, kerja, modal dan manajemen. Faktor-faktor produksi
ini tersedia dalam jumlah yang terbatas sehingga penggunaannya harus efektif dan
efisien.
Tanah mempunyai tiga fungsi utama, yaitu: (1) sebagai sumber hara yang
diperlukan tanaman, (2) sebagai tempat berjangkarnya akar tanaman dan (3)
sebagai sumber air yang diperlukan tanaman (Anwar & Djuniwati, 2004). Tanah
pada setiap tempat berbeda tingkat kesuburannya, tekstur dan tebal atau dalamnya
lapisan. Setiap jenis tanaman memerlukan syarat-syarat tanah tertentu untuk
tumbuh baik (Soeharjo & Patong, 1973).
Dalam ilmu ekonomi, kerja diartikan sebagai daya manusia untuk
melakukan usaha atau ikhtiar yang dijalankan untuk memproduksikan bendabenda. Sifat tenaga kerja dalam usahatani adalah:

1. Pekerjaan dalam usahatani sifatnya tidak kontinu. Banyak dan lama
waktu kerja tergantung pada jenis tanaman, waktu dan musim.
2. Dalam usahatani tidak terdapat spesialisasi pekerjaan.
3. Dalam usahatani terdapat suatu ikatan yang erat antara pekerjaan yang
diupah dan petani sebagai laksanawan.
Tenaga kerja dalam usahatani dapat berasal dari dua sumber, yaitu: (1) tenaga
kerja yang berasal dari keluarga petani dan (2) tenaga kerja yang berasal dari luar
keluarga.
Modal diartikan sebagai barang-barang bernilai ekonomi yang digunakan
untuk menghasilkan tambahan kekayaan atau meningkatkan produksi. Modal turut
menentukan tingkat produksi. Modal usahatani dapat diklasifikasikan dalam enam
golongan utama menurut bentuknya, yaitu: (1) tanah, (2) bangunan, (3) alat-alat
pertanian dan mesin, (4) tanaman dan ternak, (5) bahan perlengkapan/sarana
produksi dan (6) uang tunai.
Pengelolaan dalam usahatani terdiri dari beberapa deretan langkah menuju
pengambilan keputusan dari sekian banyak alternatif yang tersedia. Dalam
melakukan pengelolaan usahatani, diperlukan cabang ilmu pengetahuan lainnya,
seperti fisika, biologi, kimia dengan menyelaraskan prinsip-prinsip ekonomi
dalam hal cara mengalokasikan keuntungan dan untuk mendapatkan keuntungan
bersih yang maksimum.
Ciri dan sifat usahatani di Indonesia umumnya masih bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga dengan melalui atau tanpa melalui peredaran uang.
Tanaman yang diusahakan terutama ialah yang menghasilkan bahan makanan.

Ternak besar dipelihara sebagai sumber tenaga kerja. Sebagian besar dari jumlah
kerja yang diperlukan berasal dari keluarga petani (Soeharjo & Patong, 1973).
Motif petani melakukan usahatani selain berusaha memaksimumkan
keuntungan juga bertujuan untuk memperoleh posisi atau status sosial dan
memenuhi kebutuhan pangan. Selain itu, juga untuk memenuhi kebutuhan
keluarga dengan cara menjamin sumber-sumber tunai untuk membeli barang dan
jasa yang tidak dapat diproduksi sendiri dan mengakumulasikan tabungan guna
investasi rumah tangga untuk keperluan usahatani maupun non usahatani yang
berkaitan dengan kesejahteraannya (Sumaryanto, 2004).
Mutu usahatani yang relatif tinggi umumnya terjadi pada musim hujan dan
sebaliknya pada musim kemarau. Hal ini karena kendala peningkatan
produktivitas melalui peningkatan mutu usahatani relatif besar pada musim
kemarau dan hal tersebut cenderung diantisipasi dengan penggunaan varietas padi
yang berdaya hasil tinggi. Oleh karena itu, dalam rangka efisiensi upaya
peningkatan produktivitas padi sawah, pendekatan yang ditempuh, hendaknya
dilakukan secara spesifik menurut musim tanam (Irawan, 2004).
Sistem Usahatani (SUT) berbasis padi sawah, dijumpai pada hamparan
(landscape) datar di zone agroekologi basah sampai lembab. Lebih dari 70 persen
berupa lahan sawah irigasi. Padi sawah dominan dengan intensitas tanam
bergantung pada curah hujan, masa tanam dan ketersediaan air irigasi (Fagi &
Partohardjono, 2004).

2.4 Studi Terdahulu tentang Analisis Usahatani Padi
Penelitian mengenai Analisis Sistem Usahatani Padi Organik (Suatu studi
perbandingan, Kasus: Desa Segaran, Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten,
Propinsi Jawa Tengah) yang dilakukan oleh Rohmani (2000) bertujuan untuk
mengetahui dan mempelajari praktek-praktek usahatani padi organik dan
mengetahui besarnya pendapatan yang diperoleh petani organik dan anorganik.
Penetapan sampel secara acak terkelompok (cluster random sampling) yang
terdiri atas 10 petani padi organik dan 20 petani padi anorganik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan mendasar antara praktekpraktek usahatani padi organik dan anorganik adalah tidak digunakannya masukan
dari luar yang bersifat kimia, baik itu pestisida maupun pupuk kimia. Sebagai
gantinya, pestisida dan pupuk kimia digantikan dengan pupuk organik, yaitu
pupuk kandang dan pestisida botani yang dibuat dari bahan-bahan alami.
Pendapatan yang diperoleh petani organik lebih besar daripada pendapatan
yang diperoleh petani anorganik/konvensional setempat pada masa tanam tersebut
untuk karakteristik petani yang sama. Usahatani padi organik di Desa Segaran
dihadapkan pada beberapa kendala, seperti terbatasnya persediaan pupuk
kandang, kesulitan permodalan dan berbagai masalah teknis lainnya.
Nainggolan (2001) melakukan penelitian mengenai Analisis Usahatani Padi
Organik dan Anorganik di Kecamatan Tempuran, Kabupaten Karawang, Propinsi
Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari sistem
usahatani padi organik (tanpa pestisida kimia) serta mengetahui tingkat
pendapatan petani padi organik dan anorganik/konvensional. Jumlah responden
yang digunakan adalah 30 orang, terdiri dari 15 orang petani padi organik dan 15

orang petani padi anorganik. Alat analisis yang digunakan adalah pendapatan
usahatani serta penerimaan dan biaya.
Berdasarkan analisis pendapatan usahatani, dapat dilihat bahwa pendapatan
kotor dan bersih petani organik lebih besar jika dibandingkan dengan petani
anorganik. Nilai rasio R/C usahatani padi organik atas biaya tunai dan biaya total
juga lebih tinggi jika dibandingkan dengan usahatani padi anorganik.
Meskipun usahatani padi organik lebih menguntungkan daripada usahatani
padi anorganik, namun para petani khususnya di Kecamatan Tempuran tidak
banyak yang mau menerapkannya. Hal ini disebabkan kebiasaan mereka yang
turun temurun selalu menggunakan pestisida kimia dan penggunaan tenaga kerja
yang diperlukan untuk pertanian organik lebih besar. Selain itu, tidak ada
perbedaan harga antara padi yang menggunakan pestisida ki