Analisis Usahatani Lengkuas Di Desa Bojong Nangka, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Usahatani
Lengkuas di Desa Bojong Nangka, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor,
Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2016

NIM H34124030

1

Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerjasama dengan pihak luar IPB harus
didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait

TOMI AGUSTIAN. Analisis Usahatani Lengkuas di Desa Bojong Nangka,
Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Dibimbing oleh
WAHYU BUDI PRIATNA.

Lengkuas merupakan salah satu komoditas yang banyak dibudidayakan di
Desa Bojong Nangka. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pendapatan
usahatani lengkuas dengan menggunakan analisis struktur biaya, analisis
pendapatan dan R/C rasio. Metode pengumpulan data dilakukan dengan
pengamatan langsung, wawancara dengan 17 petani responden, serta diskusi
dengan pihak6pihak terkait. Metode yang digunakan dalam mengolah data
menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis struktur biaya
menganalisis input6input yang digunakan dan biaya6biaya yang beruhubungan
dengan kegiata usahatani, dan analisis pendapatan dihitung dengan menggunakan
ukuran pendapatan usahatani seperti
,
dan
. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
usahatani lengkuas menghasilkan nilai rata6rata pendapatan total yang positif baik
pada pendapatan terhadap biaya tunai maupun pendapatan terhadap biaya total,
sehingga menghasilkan R/C rasio lebih dari 1. Oleh karena itu usahatani lengkuas
dapat terus dijalankan oleh petani di Desa Bojong Nangka.
Kata kunci: biaya, efisiensi, lengkuas, pendapatan, usahatani

TOMI AGUSTIAN.

!

$ Supervised by

" #

WAHYU BUDI PRIATNA.
%
&

$

%
%

%
%
' %

&


%
%%
&
%

'
%
#

%

%

&
%
&

#


% !()
& # #
$- %
$ )
%#

$ *
+,

%
%
&

%

%
%
.
+$
$

Keywords:

%

%
& &

$

%

&
&

%

!()

3


Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis

7

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah
#
/
atas
segala karunia6Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli 2015 ini ialah
usahatani, dengan judul Analisis Usahatani Lengkuas di Desa Bojong Nangka,
Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Wahyu Budi Priatna,
M.Si selaku dosen pembimbing, Ibu Prof. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS dan Bapak
Feryanto, SP, M.Si selaku dosen penguji serta Ibu Dr. Ir. Netti Tinaprilla, MM
selaku dosen evaluator kolokium atas saran dalam perbaikan skripsi ini. Selain itu,

penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Amur selaku pengurus Gapoktan
Maju Jaya dan para petani lengkuas di Desa Bojong Nangka atas bantuannya
selama penulis mengumpulkan data di lokasi penelitian. Ucapan terima kasih juga
penulis sampaikan kepada ayah, ibu, nenek, istri, anak, adik serta seluruh
keluarga, atas segala doa,
, motivasi dan kasih sayangnya. Tak lupa
penulis ucapkan terimakasih juga kepada rekan6rekan yang telah membantu
memberikan masukan dalam proses penyelesaian penelitian ini, serta seluruh
sahabat6sahabat Alih Jenis Agribisnis terutama Angkatan 3.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Maret 2016

v

DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah

Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Struktur Biaya Usahatani Tanaman Obat
Pendapatan Petani Tanaman Obat
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritik
Kerangka Pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Pengumpulan Data
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Definisi Operasional
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Keadaan Umum dan Kondisi Geografis
Karakteristik Petani Responden
Keragaan Usahatani Lengkuas di Desa Bojong Nangka
Alur Pemasaran Lengkuas

HASIL DAN PEMBAHASAN
Produksi Usahatani Lengkuas di Desa Bojong Nangka
Penerimaan Usahatani Lengkuas di Desa Bojong Nangka
Analisis Struktur Biaya Usahatani Lengkuas di Desa Bojong Nangka
Analisis Pendapatan Usahatani Lengkuas di Desa Bojong Nangka
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

vi
vi
1
1
4
5
5
6

6
7
7
8
8
13
14
14
15
15
16
19
19
19
20
23
27
28
28
29

30
32
35
35
36
36
38
41

1 Perkembangan produksi tanaman obat di Indonesia tahun 2009 – 2013
2 Jumlah produksi lengkuas di Provinsi Jawa Barat (kg)
3 Pengelompokan dan perhitungan komponen biaya tunai dan non tunai
4 Perhitungan pendapatan usahatani lengkuas
5 Sebaran usia petani responden
6 Jumlah petani berdasarkan pengalaman bertani
7 Jumlah petani berdasarkan luasan lahan
8 Rata6rata produksi lengkuas di Desa Bojong Nangka
9 Penerimaan rata6rata usahatani lengkuas per Ha
10 Rata6rata biaya usahatani lengkuas per periode tanam per hektar
11 Analisis pendapatan usahatani lengkuas

2
3
16
18
21
22
22
29
30
31
34

1
2
3
4
5
6
7

14
24
25
26
27
27
28

Bagan alur kerangka pemikiran operasional
Lahan siap tanam untuk penanaman lengkuas
Tanaman lengkuas berumur sekitar 3 minggu
Tanaman lengkuas berumur sekitar 8 bulan
Rimpang lengkuas setelah dipanen
Rimpang lengkuas yang telah dicuci dan dibersihkan
Alur/rantai pemasaran lengkuas di Desa Bojong Nangka

1

! " #$
Sektor pertanian saat ini masih menjadi salah satu sumber mata pencaharian
masyarakat di Indonesia. Peranan sektor pertanian terhadap keberlangsungan
sektor6sektor non pertanian juga sangat penting dalam memenuhi kebutuhan
pangan dan industri. Oleh karena itu, produk usahatani yang berkualitas dan
berkelanjutan yang dihasilkan pada sektor pertanian harus terus dijaga dan
ditingkatkan. Berbagai upaya untuk meningkatkan produksi yang signifikan
terhadap produk pertanian telah dilakukan oleh berbagai pihak, baik dari
pemerintah, akademisi maupun pihak swasta. Hal ini untuk menutupi kebutuhan
pangan nasional yang sampai saat ini belum bisa dipenuhi secara nasional oleh
petani. Sektor pertanian meliputi beberapa subsektor yaitu subsektor hortikultura,
tanaman pangan, perkebunan, perikanan, peternakan dan kehutanan. Hortikultura
memiliki peranan yang penting dalam pertanian karena merupakan subsektor yang
menjadi penghasil kebutuhan pangan pelengkap di masyarakat. Tanaman yang
termasuk kedalam hortikultura yaitu tanaman obat/biofarmaka, tanaman hias,
sayur6sayuran, dan buah6buahan.
Masyarakat Indonesia mengenal lengkuas sebagai campuran bumbu masak
atau dimanfaatkan sebagai bahan obat tradisonal. Sebagai tanaman obat, lengkuas
dapat digunakan untuk mengobati panu, membunuh bakteri, menghangatkan
badan, menambah nafsu makan, mengobati perut kembung, mengencerkan dahak,
merangsang otot (keseleo) dan sebagai pelancar haid (Priyono 2010). Berbagai
senyawa terkandung dalam Lengkuas, diantaranya minyak atsiri, kamfer,
seskueterfen, kadien, resin, heksabidrokadalen hidrat dan amilum (Priyono 2010).
Berbagai kandungan senyawa yang terdapat pada lengkuas yang telah disebutkan
tersebut membuat masyarakat menggunakan lengkuas sebagai bahan obat
tradisional, bahkan industri6industri biofarmaka baik industri di dalam negerai
maupun di luar negeri membutuhkan lengkuas sebagai salah satu bahan
produksinya. Lengkuas untuk kebutuhan rumah tangga dipasarkan dalam bentuk
lengkuas basah, sedangkan untuk kebutuhan biofarmaka, produsen industri
biofarmaka membutuhkan lengkuas kering. Dibutuhkan 365 kg lengkuas basah
untuk menghasilkan satu kg lengkuas kering.
Pertumbuhan produksi tanaman obat mengalami peningkatan yang cukup
signifikan, walaupun ada beberapa jenis tanaman obat mengalami penurunan
produksi dari tahun sebelumnya. Selama periode tahun 200962011 berdasarkan
data dari Direktorat Jenderal Hortikultura 2015, jumlah produksi lengkuas selalu
mengalami penurunan, walaupun penurunannya tidak terlalu signifikan. Selama
periode tahun 201262013, jumlah produksi lengkuas mengalami peningkatan
produksi sebesar 19.84%, dari total produksi sebanyak 58 186 488 kg pada tahun
2012 naik menjadi 69 730 091 kg pada tahun 2013. Penurunan jumlah produksi
tanaman obat dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah nilai
jual atau harga yang tidak terlalu tinggi jika dibandingkan dengan hasil pertanian
lainnya. Perkembangan produksi tanaman obat nasional periode 200962013 dapat
dilihat pada Tabel 1.

2

Tabel 1 Perkembangan produksi tanaman obat di Indonesia tahun 2009 – 2013
*&-*. #
+/,

%'*")( + $,
%

%&%'( )
0

1
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Jahe
#$"* )
Kencur
Kunyit
Lempuyang
Temulawak
Temuireng
Temukunci
Dringo
(&8 #$
Kapulaga
Mengkudu
Mahkota Dewa
Kejibeling
Sambiloto
Lidah Buaya

1

2

122 181 084
30 11 1 1
43 635 311
124 047 450
8 804 375
36 826 340
7 584 022
4 701 570
1 074 901
5 4 46 1
25 178 901
16 267 057
12 066 850
943 721
4 334 768
5 884 352

107 734 608
34 0 455
29 638 127
107 375 347
8 520 161
26 671 149
7 140 926
4 358 236
754 551
13 35 050
28 550 282
14 613 481
15 072 118
1 139 223
3 845 063
4 308 519

94 743 139
36 6 545
34 016 850
84 803 466
8 717 497
24 105 870
7 920 573
3 951 932
611 608
1 36 5 0
47 231 297
14 411 737
12 072 154
949 017
3 286 262
3 958 741

114 537 658
34 4 544
42 626 207
96 979 119
7 296 025
44 085 151
6 112 765
4 307 318
526 090
165 3 4
42 973 264
8 967 750
11 236 881
834 472
964 888
9 812 622

155 286 288
0 61 0
41 343 456
120 726 111
11 407 985
35 664 756
9 583 670
8 829 437
634 330
531
5
54 171 417
8 432 119
11 795 760
963 585
2 257 368
10 599 502

35.58
0745
63.01
24.49
56.36
619.10
56.78
104.99
20.57
706
26.06
65.97
4.97
15.47
133.95
8.02

56 4 1

5 4 41 13

104 54

550 55

35 5 3 463

756

3

6

04

Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2015)

Produksi lengkuas di Jawa Barat selalu mengalami fluktuasi. Jumlah
produksi lengkuas untuk wilayah Kabupaten Bogor selalu mengalami fluktuasi.
Produksi lengkuas petani di wilayah Provinsi Jawa Barat pada periode 201062014
dapat dilihat pada Tabel 2. Pada tahun 2012 dan tahun 2013, total produksi
lengkuas di Kabupaten Bogor mengalami penurunan dari total produksi tahun
sebelumnya. Tetapi pada tahun 2014 total produksi lengkuas di Kabupaten Bogor
mengalami peningkatan yang sangat signifikan yaitu dari 1 860 642 kg pada tahun
2013 menjadi 5 291 153 kg pada tahun 2014. Petani dapat memanen sebanyak 60
sampai dengan 100 ton lengkuas basah dari satu hektar lahan lengkuas.
Luas lahan di Kecamatan Gunung Putri yang ditanami lengkuas mencapai
95 Ha. Dengan jumlah lahan penanaman lengkuas yang luas, Kecamatan Gunung
Putri memiliki potensi yang cukup besar dalam mengembangkan produksi
lengkuas. Data monografi pertanian (2014) menyebutkan bahwa produktivitas
lengkuas di Kabupaten Bogor pada tahun 2014 mencapai 49 ton per hektar.
Dengan luas lahan usahatani lengkuas mencapai 95 hektar, usahatani lengkuas di
Gunung Putri merupakan penghasil lengkuas terbesar dengan jumlah produksi
mencapai 2 604.4 ton (2014). Setiap harinya pedagang pengumpul lengkuas di
Gunung Putri dapat memasarkan minimal satu ton lengkuas yang langsung
dikirim ke beberapa pasar induk. Alasan utama bagi sejumlah petani di wilayah
Kecamatan Gunung Putri memilih lengkuas sebagai komoditas utama adalah
tradisi secara turun temurun yang diwariskan dari orangtua. Terdapat tiga
gapoktan di wilayah Gunung Putri, yaitu Gapoktan Subur Makmur, Gapoktan
Maju Jaya dan Gapoktan Harapan Makmur. Gunung Putri merupakan salah satu
kecamatan di wilayah Kabupaten Bogor. Kecamatan Gunung Putri terdiri dari 10
desa, yaitu Bojong Kulur, Bojong Nangka, Ciangsana, Cicadas, Cikeas Udik,
Gunung Putri, Karanggan, Nagrak, Tlajung Udik dan Wanaherang. Luas wilayah

1

3
Kecamatan Gunung Putri adalah 56 Km2 dengan jumlah penduduk mencapai 242
460 jiwa (BPS Indonesia, 2010).
Tabel 2 Jumlah produksi lengkuas di Provinsi Jawa Barat (kg)
%

% 9

-*8

#

%$%
43 5
1 3 1 40
2
Sukabumi
1 163 929
238 815
3
Cianjur
562 611
1 661 570
4
Bandung
66 837
49 008
5
Garut
58 888
28 567
6
Tasikmalaya
149 962
219 043
7
Ciamis
521 205
288 915
8
Kuningan
143 499
296 819
9
Cirebon
23 935
70 630
10
Majalengka
170 225
341 046
11
Sumedang
242 346
159 977
12
Indramayu
223 403
67 508
13
Subang
347 620
102 806
14
Purwakarta
338 680
461 011
15
Karawang
349 272
640 859
16
Bekasi
147 583
170 579
17
Bandung barat
473 035
619 431
18
Kota Bogor
101 400
172 800
19
Kota Sukabumi
45 760
27 660
20
Kota Bandung
218
524
21
Kota Cirebon
17 836
6 658
22
Kota Bekasi
328 819
251 891
23
Kota Depok
1 225 806
1 198 033
24
Kota Cimahi
1 950
1 800
25
Kota Tasikmalaya
2 621
3 340
26
Kota Banjar
68 338
39 500
Jumlah
8 460 992
Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia 201062014

.*#
61 50
512 917
2 573 755
79 059
101 008
19 122
748 460
295 296
12 307
59 152
108 745
23 622
208 342
212 635
481 639
242 042
212 011
82 650
0
1 025
1 548
56 572
1 039 403
27 685
2 787
7 716
10 621 979

1
4
5
118 875
3 392 594
101 729
160 760
232 621
259 230
241 654
34 914
69 930
70 017
26 091
355 181
233 162
316 376
133 143
255 222
20 520
0
200
2 209
22 533
478 030
44 770
2 597
36 733
8 469 733

5
3 0 31
56 016
697 705
489 199
154 379
132 569
83 734
165 427
400
196 570
73 415
38 978
243 989
142 080
1 055 422
80 759
262 766
12 860
0
135
588
53 849
200 592
43 605
3 905
2 248
9 482 343

Pada kondisi di lapangan, banyak yang berpendapat bahwa petani mayoritas
memiliki tingkat kesejahteraan yang rendah. Hal ini menyebabkan profesi sebagai
petani semakin banyak ditinggalkan. Lahan milik pribadi banyak dijual ke pihak
lain dan dialihfungsikan kegunaannya sehingga menyebabkan semakin
berkurangnya lahan perkebunan/persawahan. Petani yang masih aktif sampai saat
ini banyak yang hanya memiliki lahan garapan yang bukan milik pribadi.
Kepemilikan tanah akan mempengaruhi pendapatan petani karena petani harus
mengeluarkan biaya yang lebih banyak untuk sewa tanah.
Tingkat pendapatan petani dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya; jumlah produksi, harga jual dan biaya produksi. Petani harus
memiliki kecermatan dalam menilai permintaan pasar terhadap komoditas tertentu
dan perkembangan harga di pasaran untuk memperoleh pendapatan yang
memuaskan. Pendapatan petani dari usahatani menjadi hal yang penting untuk
dianalisis. Analisis pendapatan akan membandingkan penerimaan yang diterima
dari usahatani berbanding dengan pengeluaran petani (pengeluaran rumah tangga
dan pengeluaran usahatani). Pada analisis pendapatan usahatani, dapat dilihat dari
skala usaha yang dijalankan. Pada usahatani skala besar, pendapatan usahatani
dinilai sebagai pendapatan perusahaan yang terpisah dari rumah tangga. Berbeda

4

dengan usahatani skala besar, pendapatan usahatani pada usahatani skala kecil
sangat berkaitan dengan rumah tangga. Pendapatan usahatani dapat menjadi salah
satu faktor untuk menilai keberhasilan suatu usahatani.
*&*) #

) ! .

Kecamatan Gunung Putri memiliki lahan yang luas sebagai sumber produksi
lengkuas. Lengkuas merupakan salah satu tanaman obat yang dapat tumbuh di
segala kondisi tanah. Lahan pertanian di Kecamatan Gunung Putri lebih banyak
ditanami dengan tanaman perkebunan seperti singkong, jagung dan Lengkuas.
Sebanyak 65 hektar dari total lahan tanam untuk tanaman lengkuas terdapat di
Desa Bojong Nangka. Harga lengkuas di tingkat petani mengalami fluktuasi,
harga lengkuas ditingkat petani berkisar antara Rp1 500 – Rp3 000 per kilogram.
Kebutuhan lengkuas saat ini didominasi dari permintaan rumah tangga untuk
campuran bumbu masak. Berdasarkan gaya hidup sehat yang mulai menjamur saat
ini, industri biofarmaka mulai mengalami peningkatan. Berbagai kandungan yang
kompleks di dalamnya, lengkuas mulai dilirik sebagai salah satu bahan untuk
industry biofarmaka, namun pengetahuan petani akan saluran distribusi untuk
industri biofarmaka ini masih sangat terbatas. Oleh karena itu, sampai saat ini
petani masih terbatas memasarkan produk segar lengkuas berupa rimpang basah
ke pengepul atau langsung ke pasar sebagai salah satu konsumsi pelengkap bumbu
masak.
Alasan umum dari para petani lengkuas di wilayah Desa Bojong Nangka
memilih lengkuas sebagai komoditas utamanya adalah karena usahatani lengkuas
sudah dilakukan secara turun temurun dan mudah untuk dibudidayakan, serta
pemeliharaannya yang tidak terlalu kompleks. Petani lengkuas di Desa Bojong
Nangka mengalami kesulitan jika harus mengganti komoditas utamanya, karena
sudah sangat memahami cara usahatani lengkuas dan pasar lengkuas yang sudah
tetap. Banyaknya petani yang melakukan usahatani lengkuas di Desa Bojong
Nangka memicu munculnya petani6petani baru yang melakukan usahatani
lengkuas. Lahan6lahan dekat rumah milik masyarakat yang berprofesi utama
bukan sebagai petani pun banyak yang ditanami dengan lengkuas.
Analisis terhadap usahatani yang dipengaruhi oleh harga jual komoditas dan
biaya produksi lengkuas dibutuhkan untuk menilai keberhasilan usahatani yang
dilakukan. Analisis dilakukan untuk mengetahui peran usahatani lengkuas dalam
memberikan pendapatan bagi petani lengkuas di Desa Bojong Nangka.
Perbandingan besaran jumlah biaya yang dikeluarkan petani dalam melakukan
usahatani lengkuas dengan pendapatan yang dihasilkan dibutuhkan untuk menilai
keberhasilan serta efektifitas usahatani lengkuas. Analisis terhadap biaya produksi
sangat diperlukan karena harga jual lengkuas saat ini relatif murah. Analisis
bertujuan untuk mengetahui besaran keuntungan yang didapatkan petani dari
usahatani lengkuas di Desa Bojong Nangka. Faktor lain yang dapat
mempengaruhi besarnya biaya produksi adalah penggunaan sumberdaya, modal
dan tenaga kerja. Proses produksi yang dilakukan oleh petani perlu dinilai
efisiensi penggunaan faktor produksinya dalam usahatani lengkuas agar biaya
produksi tidak semakin membesar dan bisa digunakan secara lebih optimal.
Status lahan milik petani lengkuas di Desa Bojong Nangka saat ini
mayoritas hanya berstatus tanah garapan. Petani berstatus sebagai penyewa lahan,

5

yang dimiliki oleh perseorangan atau pemerintah. Secara umum, wilayah Desa
Bojong Nangka merupakan perladangan dan pemukiman. Saat ini, banyak sekali
lahan pertanian yang mulai dialihfungsikan kegunaannya terutama menjadi
wilayah pemukiman. Artinya petani harus siap jika lahan tersebut akan
dialihfungsikan kegunaannya. Ketidakpastian kepemilikan lahan usahatani ini
menjadi salah satu permasalahan yang banyak dialami oleh petani kecil di
Indonesia. Akibatnya adalah semakin berkurangnya luas lahan pertanian dan
semakin berkurangnya jumlah petani akibat pendapatan yang tidak dapat
menutupi kebutuhan hidup.
Analisis terhadap pendapatan petani dibutuhkan untuk menilai keberhasilan
petani dalam usahatani lengkuas. Pendapatan usahatani adalah selisih antara biaya
yang dikeluarkan saat produksi dengan penerimaan usahatani. Analisis
pendapatan petani secara tunai, dibutuhkan berbagai informasi mengenai
penghasilan petani yang didapatkan dari harga jual komoditas serta biaya6biaya
yang dikeluarkan selama proses produksi. Biaya usahatani dibedakan menjadi 2
jenis yaitu biaya tunai dan biaya non tunai. Biaya tunai adalah biaya yang
dikeluarkan secara tunai sedangkan biaya non tunai adalah biaya yang tidak
diperhitungkan. Biaya6biaya yang dikeluarkan selama produksi dapat
menunjukkan bagaimanan efisiensi biaya yang dikeluarkan oleh petani selama
proses produksi. Pendapatan total petani dari usahatani lengkuas diperlukan untuk
menganalisis efisiensi usahatani. Analisis efisiensi usahatani digunakan untuk
menilai apakah usahatani lengkuas yang dijalankan menguntungkan secara
ekonomi bagi petani di Desa Bojong Nangka.
Berdasarkan uraian diatas, permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini
antara lain :
1. Bagaimana struktur biaya tunai dan non tunai serta penerimaan usahatani
lengkuas di Desa Bojong Nangka?
2. Bagaimana besar pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total
yang diperoleh petani lengkuas di Desa Bojong Nangka?
3. Bagaimana efisiensi usahatani lengkuas di Desa Bojong Nangka?
*:* #

# !( ( #

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, tujuan dari penelitian
antara lain:
1. Menganalisis struktur biaya tunai dan non tunai serta penerimaan usahatani
lengkuas di Desa Bojong Nangka.
2. Menganalisis pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total
yang diperoleh petani lengkuas di Desa Bojong Nangka.
3. Menganalisis efisiensi usahatani lengkuas di Desa Bojong Nangka.
#;

# !( ( #

Manfaat dari penelitian yang dilakukan antara lain:
1. Peneliti dapat menganalisis usahatani lengkuas yang dilakukan oleh petani
lengkuas di Desa Bojong Nangka.

6

2. Penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pihak6pihak terkait,
baik pemerintah maupun masyarakat dalam pengembangan maupun
kebijakan yang terkait dengan produksi lengkuas.
3. Penelitian ini dapat menjadi masukan bagi petani dan instansi penyuluh
pertanian dalam mengembangkan dan memperbaiki usahatani lengkuas di
Desa Bojong Nangka.
* #$ (#$"*8

# !( ( #

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis usahatani lengkuas yang
dilakukan oleh petani lengkuas. Lokasi penelitian dibatasi di wilayah Kecamatan
Gunung Putri, terutama dipusatkan di desa Bojong Nangka karena hampir 69 %
lahan pertanian lengkuas terdapat di desa ini. Lokasi penelitian termasuk dalam
wilayah kerja Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K)
Gunung Putri Kabupaten Bogor. Petani yang menjadi sasaran penelitian adalah
petani di wilayah Desa Bojong Nangka. Data primer berupa hasil observasi lapang
dan wawancara dengan pihak petani. Data sekunder yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data produksi pada musim tanam bulan. Komoditas yang
akan dikaji yaitu lengkuas. Analisis dilakukan untuk menilai pendapatan petani
dari usahatani lengkuas dengan menilai pendapatan usahatani dan dibandingkan
dengan pengeluaran rumah tangga petani. Berdasarkan hasil analisis tersebut
dapat diketahui tingkat keberhasilan usahatani lengkuas bagi petani.

Lengkuas merupakan salah satu tanaman obat yang dapat tumbuh dengan
subur di Indonesia. Lengkuas banyak digunakan sebagai salah satu bahan
tambahan bumbu masak. Manfaat lain dari lengkuas adalah dimanfaatkan sebagai
salah satu bahan campuran obat tradisional. Lengkuas dapat tumbuh subur di
daerah dataran rendah maupun tinggi sampai dengan 1200 mdpl, dengan suhu
ideal 19˚629˚ C. Agar tumbuh subur, tanaman lengkuas membutuhkan sinar
matahari yang banyak dengan kelembaban udara yang sedang (Priyono 2010).
Sebagian besar petani yang mengusahakan tanaman obat lengkuas adalah
petani yang tinggal di lahan kering. Pengolahan lahan untuk menanam lengkuas,
dibutuhkan setidaknya dua minggu waktu pengolahan lahan sebelum mulai
ditanami. Kegiatan pengolahan lahan meliputi membajak tanah, membuat
bedengan, memupuk tanah dan mengatur tingkat keasaman lahan. Bibit yang baik
untuk digunakan adalah bibit yang diambil langsung dari kebun lengkuas. Bibit
yang baik berasal dari pohon lengkuas yang cukup tua, sehat dan bebas dari hama.
Setelah disemaikan, bibit lengkuas yang sudah siap tanam cukup dimasukan ke
dalam masing6masing lubang tanam dan kemudian ditimbun tanah. Tanaman
lengkuas dapat dirawat dengan diberi pupuk dan disiram secara teratur. Untuk
konsumsi rumah tangga, lengkuas dapat dipanen saat berumur empat bulan.
Karena jika lebih dari empat bulan, rimpang telah berkayu, berserat dan bergabus
(Priyono 2010).

7

*" *

( <

) .

#(

# & #

-

Pada penelitian yang dilakukan oleh Rahmanto (2004) mengenai Studi
Agribisnis Tanaman Obat di Jawa Tengah menghasilkan bahwa biaya usahatani
tanaman obat terbesar yang dikeluarkan dengan pola tanam tumpangsari adalah
untuk biaya tenaga kerja yang mencapai Rp5 181 250 atau 39.71 % dari biaya
total. Biaya terbesar kedua yaitu biaya bibit yang mencapai Rp3 075 200 atau
23.39 % dan biaya pupuk merupakan biaya terbesar ketiga yang mencapai 21.86
% (Rp2 873 725). Berbeda dengan penelitian Nugraha (2008) yang dilakukan
pada jenis tanaman obat yang berbeda yaitu lidah buaya, menyebutkan bahwa
biaya terbesar yang dikeluarkan untuk usahatani tanaman obat lidah buaya adalah
biaya pupuk organik yaitu 19.48%. Tetapi struktur biaya pada penelitian yang
dilakukan oleh Nugraha (2008) sama dengan penelitian Ekaningtias (2011), biaya
tunai yang mempunyai persentase terbesar adalah pupuk kandang yaitu 14.69 %.
Perbedaan tersebut dikarenakan adanya perbedaan pola tanam serta berbedanya
komoditi yang ditanam
Ermiati (2010) pada penelitiannya mengenai Analisis Kelayakan dan
kendala pengembangan usahatani Jahe putih kecil menyimpulkan bahwa biaya
usahatani jahe putih kecil sebagian besar adalah untuk biaya tenaga kerja yang
mencapai 62.37 % dari biaya total. Biaya tenaga kerja tersebut termasuk biaya
tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Hal yang sama juga
diungkapkan dalam penelitian Priyono (2010), dalam perhitungan analisis
usahatani kunyit dan lengkuas yang dilakukannya sebesar 55.86 % dari total biaya
merupakan biaya tenaga kerja termasuk didalamnya tenaga kerja dalam keluarga
dan tenaga kerja luar keluarga. Berbeda dengan penelitian efisiensi usahatani jahe
yang dilakukan oleh Waridin (2007), biaya terbesar digunakan untuk membeli
bibit, yaitu Rp8 990 801 atau 39.92% dari biaya total. Hal ini disebabkan oleh
banyaknya bibit yang digunakan berkisar dua6tiga ton, sedangkan masa panen
jahe berkisar 9611 bulan.
#' 8

#

#(

# & #

-

Menurut Dirmansyah (2004), pendapatan yang diterima oleh petani di
wilayah lahan kering pada umumnya masih rendah dan perlu adanya alternatif6
alternatif kegiatan pengembangan pertanian lahan kering untuk dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat tani yang bermukim di wilayah tersebut.
Pada umumnya tanah pertanian di lahan kering memiliki unsur hara yang sedikit
atau bisa dikatakan miskin unsur hara, sehingga sangat perlu dilakukan
pengolahan tanah pertanian seperti perbaikan pemupukan yang berimbang,
mencari alternatif bibit unggul baru yang cocok dengan kondisi lahan dan petani
sudah harus mengubah sistem pertanian mereka yang masih sederhana dengan
mulai menggunakan teknologi pertanian terbaru. Ermiati (2010) menjelaskan
bahwa petani tanaman obat khususnya petani jahe masih terkendala dengan teknik
budidaya yang masih belum sesuai dengan teknik yang dianjurkan, belum
menggunakan varietas unggul, keterbatasan modal, fluktuasi harga dan tingkat
pendidikan. Hal tersebut menyebabkan rendahnya produktivitas dan pendapatan
petani, tidak sebanding dengan prospek yang baik pada peningkatan permintaan
tanaman obat.

8

Diperkuat oleh penelitian Priyono (2010) bahwa produksi tanaman obat
yang ditelitinya yaitu kunyit dan lengkuas masih relatif rendah dan penanamannya
masih berifat tradisional serta banyak yang subsisten sehingga kontinuitas hasil
produksinya masih relatif rendah dan berfluktuasi. Hal ini menyebabkan
rendahnya nilai perdagangan internasional tanaman obat Indonesia. Ironis sekali
dengan kenyataan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara dengan
keanekaragaman hayati terbesar di dunia dengan memiliki kurang lebih 7000 jenis
tanaman obat. Pengembangan tanaman obat perlu dilakukan baik secara ekstensif
maupun intensif (segi kuantitas dan kualitas SDM serta teknologi) dengan proses
pasca panen dan pemasaran yang efektif melalui sistem agribisnis yang dapat
dilakukan oleh semua pihak (individu, kelompok, industriawan serta pemerintah)
sehingga dapat meningkatkan pendapatan di tingkat petani, bahkan dapat
meningkatkan pendapatan (devisa) negara.
Hasil penelitian Balqis
(2015) menyimpulkan bahwa pendapatan
merupakan selisih antara penerimaan dengan seluruh biaya yang dikeluarkan oleh
petani selama kegiatan usahatani. Jumlah pendapatan yang diperoleh dari 16
petani jahe putih di Kelurahan Sempaja Kecamatan Samarinda Utara Kota
Samarinda adalah sebesar Rp28 547 500 per musim tanam dan rata6rata
pendapatan satu petani sebesar Rp1 784 218 per musim tanam dengan rata6rata
luas lahan yang digunakan 0.34 hektar. Pada penelitian Waridin (2007) diperoleh
pendapatan rata6rata usahatani sebesar Rp18 375 963 per hektar dalam kurun
waktu 10611 bulan. Hasil penelitian Nartopo (2009) tentang usahatani jahe, total
pendapatan yang diperoleh petani dari berusahatani selama satu musim tanam jahe
sebesar Rp11 019 967. Pada dasarnya usahatani jahe menguntungkan karena nilai
R/C rasionya sebesar 1.59 yang artinya setiap biaya yang dikeluarkan sebesar Rp1
akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp1.59. Pendapatan usahatani akan sangat
dirasa ketika suatu komoditas yang diusahakan mampu menghasilkan jumlah
produksi yang melimpah dengan harga jual yang tinggi dan frekuensi panen dalam
1 tahun semakin banyak (masa panen singkat).

#$"

&("( #

% ( ("

%#) 8 ) . #( ' #
#( =(!
Pertanian menjadi salah satu bidang yang masih menjadi penopang ekonomi
bagi sebagian masyarakat di Indonesia. Namun pada kenyataannya, kondisi petani
di Indonesia kebanyakan berada pada ekonomi menengah bawah. Hal ini
dikarenakan sebagian besar petani di Indonesia adalah petani kecil yang
kepemilikan serta penguasaan sumberdaya relatif kecil dan pendapatan yang
diterima rendah. Menurut Soekartawi
(2011), ilmu usahatani adalah ilmu
yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada
secara efektif dan efisien untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu
tertentu. Dikatakan efektif bila petani dapat mengalokasikan sumber daya yang
mereka miliki sebaik6baiknya, dan dapat dikatakan efisien bila pemanfaatan
sumberdaya tersebut mengeluarkan output yang melebihi input.

9

Menurut Rifai (1980) di %
Sukisti (2010), usahatani dapat didefinisikan
sebagai “Setiap organisasi dari alam, kerja dan modal yang ditujukan kepada
produksi di lapangan pertanian, ketatalaksanaan organisasi ini berdiri sendiri dan
sengaja diusahakan oleh seorang atau sekumpulan orang6orang segolongan sosial
baik yang berikatan genelogis maupun territorial sebagai laksanawannya”. Unsur6
unsur pokok dalam usahatani yaitu lahan, tenaga kerja, modal dan pengelolaan
atau manajemen. Lahan yang dikelola untuk usahatani lengkuas di Gunung Putri
mencapai 95 hektar. Unsur6unsur penting yang harus diperhatikan dalam
usahatani menurut Tjakrawilaksana (1996) %
Assary (2001) antara lain;
karakteristik petani pengelola, teknik budidaya, ketersediaan saran, produksi,
modal serta pendapatan dan tingkat penerimaan.
Ciri petani kecil dipandang dari segi ekonomi adalah terbatasnya
sumberdaya, petani hanya menguasai sebidang lahan kecil dan dapat disertai
ketidakpastian dalam pengelolaannya (Soekartawi
, 2011). Berdasarkan status
kepemilikan lahan, petani lengkuas di Gunung Putri kebanyakan hanya berstatus
sebagai petani penggarap lahan. Artinya lahan yang mereka tanami lengkuas
bukan milik pribadi atau hanya berstatus sewa.
Lengkuas dipasarkan masih dalam jumlah dan bentuk yang terbatas. Untuk
pasar dalam negeri, lengkuas dipasarkan dalam bentuk rimpang dan sebagai
olahan obat tradisional/jamu. Sedangkan untuk pasar ekspor, lengkuas dipasarkan
dalam bentuk minuman, obat tradisional/jamu dan minyak atsiri ke negara Jepang,
Timur Tengah, Eropa, afrika, Kanada dan Amerika Serikat (Priyono, 2010).
Soekartawi
(2011) memaparkan beberapa faktor yang berpengaruh
dalam usahatani, antara lain adalah sebagai berikut:
1. Faktor Alam
Faktor alam dalam usahatani merupakan faktor penting, sehingga dalam batas
tertentu petani sebagai pelaku usahatani harus menyesuaikan kegiatan
usahataninya dengan kondisi alam. Hal ini disebabkan oleh karakteristik
usaha pertanian yang sangat peka terhadap pengaruh alam. Faktor alam
dibedakan menjadi dua, yaitu faktor lingkungan alam sekitarnya dan faktor
tanah. Faktor alam sekitar yaitu iklim yang berkaitan dengan ketersediaan air,
suhu dan lain sebagainya. Iklim menjadi faktor penentu komoditas yang
ditanam di suatu daerah karena setiap komoditas pertanian memiliki
spesifikasi yang berbeda untuk dapat tumbuh, salah satunya kecocokan
dengan iklim di lokasi usahtani. Selain itu, iklim juga berpengaruh terhadap
cara mengusahakan serta teknologi yang akan digunakan. Faktor alam yang
lain adalah tanah. Tanah juga merupakan faktor produksi yang penting karena
tanah merupakan tempat tumbuhnya tanaman, ternak, dan usahatani
keseluruhannya. Jenis6jenis tanah yang terkait dengan kesuburan, lokasi, luas,
dan kemiringan akan mempengaruhi produktivitas tanaman. Tentu saja faktor
tanah tidak terlepas dari pengaruh alam sekitarnya.
2. Faktor Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan faktor penting dalam usahatani keluarga (
0 khususnya tenaga kerja petani beserta anggota keluarganya. Rumah
tangga tani yang umumnya sangat terbatas kemampuannya dari segi modal,
sangat ditentukan oleh peranan tenaga kerja keluarga. Baik pada usahatani
keluarga maupun perusahaan pertanian, peranan tenaga kerja belum
sepenuhnya dapat diganti dengan teknologi yang menghemat tenaga. Hal ini

10

3.

4.

dikarenakan selain mahal, juga terdapat hal6hal tertentu yang hanya dapat
dilakukan oleh tenaga kerja manusia dan tidak dapat digantikan oleh
teknologi.
Faktor Modal dan Peralatan
Tanah serta alam sekitarnya dan tenaga kerja adalah faktor produksi asli,
sedangkan modal dan peralatan merupakan substitusi faktor produksi tanah
dan tenaga kerja. Dengan modal dan peralatan, faktor produksi tanah dan
tenaga kerja dapat memberikan manfaat yang jauh lebih baik bagi manusia.
Selain itu dengan modal dan peralatan, penggunaan tanah dan tenaga kerja
dapat dihemat.
Faktor Manajemen
Faktor produksi usahatani pada dasarnya adalah tanah dan alam sekitarnya,
tenaga kerja, modal, serta peralatan. Akan tetapi, harus ada yang mengatur
penggunaan faktor6faktor produksi tersebut agar dapat bersinergi dengan baik
sehingga mencapai tujuan usahatani. Manajemen sebenarnya melekat pada
tenaga kerja dan petani merupakan pihak yang berperan sebagai manajer.
Untuk meraih keberhasilan usahatani sangat ditentukan oleh pengambilan
keputusan yang berdasarkan pada tujuan6tujuan usahatani, permasalahan,
serta kondisi yang jelas, fakta dan data yang aktual, serta analisis yang tepat
dan akurat. Oleh karena itu, kemampuan, pengetahuan sedangkan modal dan
peralatan merupakan substitusi faktor produksi tanah dan tenaga kerja.
Dengan modal dan peralatan, faktor produksi tanah dan tenaga kerja dapat
memberikan manfaat yang jauh lebih baik bagi manusia. Selain itu,dengan
modal dan peralatan, penggunaan tanah dan tenaga kerja dapat dihemat.

%#) 8 *" * ( < ) . #(
Penggunaan input produksi akan berpengaruh pada besar kecilnya biaya
usahatani. Menurut Soekartawi
(2011), biaya usahatani diklasifikasikan
menjadi dua, yaitu biaya tetap ( . %
) dan biaya variabel (&
).
Biaya tetap merupakan biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan
walaupun produksi yang diperoleh banyak ataupun sedikit. Jadi besarnya biaya
tetap tidak bergantung padabesar kecilnya produksi yang diperoleh. Contoh biaya
tetap antara lain pajak, sewa tanah, alat pertanian, iuran irigasi dan listrik. Biaya
variabel merupakan biaya yang besar6kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang
diperoleh. Biasanya komponen yang termasuk biaya variabel adalah sarana
produksi, upah tenaga kerja dan biaya angkut. Jika biaya tetap dan biaya variabel
dijumlahkan maka akan didapatkan biaya total.
Dikenal adanya dua macam biaya dalam usahatani yaitu biaya tunai dan
biaya diperhitungkan/non tunai. Biaya tunai adalah semua biaya yang dikeluarkan
selama proses usahatani, sedangkan biaya diperhitungkan/non tunai adalah semua
biaya yang tidak dikeluarkan tapi dihitung secara ekonomi (Soekartawi
2011). Biaya tunai meliputi pembelian bibit, pembelian peralatan, pembelian
pupuk, sewa lahan, biaya Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK), serta biaya6biaya
lain yang dikeluarkan selama proses produksi. Sedangkan biaya
diperhitungkan/non tunai meliputi nilai penggunaan lahan (seandainya lahan milik
sendiri), penyusutan alat6alat pertanian dan biaya Tenaga Kerja Dalam Keluarga
(TKDK).

11

Biaya tersebut perlu diketahui karena dalam usahatani terkadang petani
tidak memperhitungkan besarnya biaya non tunai, seperti halnya tenaga kerja
dalam keluarga, sehingga keuntungan yang diterimanya menjadi besar. Padahal
dalam usahatani skala kecil, biasanya aktivitas6aktivitas produksinya masih
dikerjakan oleh tenaga kerja dalam keluarga. Begitu juga halnya dalam usahatani
lengkuas di Desa Bojong Nangka. Usahatani ini masih tergolong usahatani kecil,
sehingga sebagian besar aktivitas produksi masih dikerjakan oleh petani
pemiliknya sendiri. Untuk dapat mengetahui besarnya keuntungan dari usaha
tersebut, perlu untuk diperhitungkan nilai kerja dalam keluarga.
%#) 8 # (& # ' # #' 8 # ) . #(
Penerimaan usahatani merupakan jumlah produk (volume produk) yang
dihasilkan dari usahatani dikalikan dengan tingkat harga produk tersebut.
Penerimaan tersebut kemudian digunakan untuk menghitung pendapatan yang
diperoleh petani. Pendapatan usahatani yang didapatkan akan mendorong petani
untuk dapat mengalokasikannya dalam berbagai kegunaan atau keperluan petani
itu sendiri, misalnya biaya produksi periode selanjutnya, tabungan, dan
pengeluaran lain untuk memenuhi kebutuhan keluarga (Hernanto 1996 dalam
Situmeang 2012).
Menurut Soekartawi (2011), pendapatan usahatani dipengaruhi oleh faktor
intern dan faktor ekstern usahatani. Faktor intern usahatani meliputi kesuburan
tanah, luas tanah garapan, ketersediaan tenaga kerja keluarga, ketersediaan modal,
penggunaan teknologi, pola tanam, lokasi tanaman, fragmentasi lahan, status
penguasaan lahan, cara pemasaran output, efisiensi penggunaan input serta tingkat
pengetahuan dan keterampilan (petani dan tenaga kerja). Sedangkan faktor ekstern
usahatani meliputi sarana transportasi, sistem tataniaga, penemuan teknologi baru,
fasilitas irigasi, tingkat harga output dan input, ketersediaan lembaga perkreditan,
adat istiadat masyarakat serta kebijakan pemerintah.
Beberapa definisi dikemukakan oleh Soekartawi
(2011) berkaitan
dengan pendapatan dan keuntungan yaitu:
1. Penerimaan tunai usahatani (
) adalah nilai uang yang diterima
dari penjualan produk usahatani. Penerimaan tunai usahatani tidak mencakup
pinjaman uang untuk keperluan usahatani.
2. Pengeluaran tunai (
) adalah jumalh biaya yang dikeluarkan
untuk pembelian barang dan jasa bagi usahatani, dan tidak mencakup bunga
pinjaman dan jumlah pinjaman pokok.
3. Pendapatan tunai usahatani (
#) adalah selisih antara
penerimaan tunai usahatani dengan pengeluaran tunai usahatani.
4. Penerimaan total usahatani (
&
) adalah penerimaan dari
semua sumber usahatani yang meliputi jumlah penambahan inventaris, nilai
penjualan hasil dan nilai penggunaan untuk konsumsi keluarga.
5. Pengeluaran total usahatani (
.
& ) adalah semua biaya6biaya
operasional dengan tanpa menghitung bunga dari modal usahatani dan nilai
kerja dari pengelolaan usahatani. Pengeluaran ini meliputi pengeluaran tunai,
penyusutan benda fisik, pengurangan nilai inventaris dan nilai tenaga kerja
yang tidak dibayar atau tenaga kerja keluarga.

12

Analisis pendapatan pada kegiatan usahatani dilakukan untuk menilai dua
hal, yaitu untuk menggambarkan keadaaan yang terjadi saat ini serta
menggambarkan keadaan di masa datang pada usahatani yang dijalankan.
Pendapatan usahatani dapat dijadikan sebagai ukuran keberhasilan usahatani yang
dijalankan (Soekartawi, 2011). Pendapatan usahatani merupakan balas jasa
terhadap penggunaan faktor6faktor produksi (lahan, modal, tenaga kerja dan
pengelolaan). Sedangkan keuntungan usahatani merupakan selisih antara
penerimaan usahatani dengan pengeluaran atau biaya produksi usahatani.
Penerimaan usahatani didapatkan melalui nilai produk yang dijual serta kenaikan
nilai inventaris. Sedangkan Pengeluaran usahatani terdiri dari biaya produksi
(biaya tetap dan biaya variabel), biaya tunai, biaya diperhitungkan, penurunan
nilai inventaris dan bunga modal.
Penggunaan faktor6faktor produksi dalam usahatani lengkuas juga akan
berpengaruh pada pendapatan petani. Pendapatan kotor dalam usahatani lengkuas
(
) adalah nilai output total usahatani lengkuas dalam jangka
waktu satu tahun atau satu periode tanam, baik yang dijual maupun tidak dijual.
Pendapatan bersih (
) adalah pendapatan kotor yang diterima
petani dikurangi dengan biaya dalam usaha tersebut baik tunai maupun non tunai.
Pendapatan bersih usahatani ini mengukur balas jasa atau imbalan yang diperoleh
keluarga petani dari penggunaan faktor6faktor produksi kerja, pengelolaan, dan
modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan ke dalam usahatani
lengkuas.
Petani yang menjalankan usahatani lengkuas tentu telah memilih untuk
mengalokasikan sumberdaya milik keluarganya untuk kelangsungan usaha
tersebut, sehingga akan ada balas jasa atas penggunaan sumberdaya tersebut yang
dinyatakan dalam penghasilan bersih usahatani (
). Penghasilan
itulah yang akan digunakan oleh keluarga untuk pemenuhan kebutuhan keluarga
petani. Namun tidak semua petani menggantungkan penghasilannya dari usahatani
lengkuas. Tidak semua petani menjadikan usaha ini sebagai mata pencaharian
utama mereka, tetapi mereka juga berkerja diluar usaha ini. Penghasilan yang
petani terima tidak hanya dari usahatani lengkuas melainkan dari usaha yang
lainnya yang memang dijalankan oleh petani tersebut. Total penghasilan (
) yang diterima oleh petani adalah penghasilan bersih dari usahatani
lengkuas dan pendapatan dari luar usahatani lengkuas baik dalam bentuk uang
atau benda.
Bentuk dan jumlah pendapatan yang diperoleh petani memiliki manfaat
yang sama, yakni untuk memenuhi kebutuhan sehari6hari serta sebagai
pembentukan modal usahatani. Apabila pendapatan yang diperoleh seorang petani
semakin besar, maka menggambarkan usahatani yang dijalankan semakin baik.
Modal merupakan faktor produksi yang digunakan petani dalam usahatani
lengkuas. Seluruh modal dalam usahatani lengkuas di Desa Bojong Nangka
berasal dari modal sendiri, sehingga akan ada balas jasa terhadap modal, baik
modal total (
) maupun modal sendiri (
). Selain modal, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa tenaga
kerja dalam keluarga perlu diperhitungkan dalam usahatani, karena berpengaruh
pada besarnya keuntungan dari usaha tersebut. Disamping itu, agar dapat
diketahui besarnya pendapatan petani sebagai tenaga kerja dalam usahatani
lengkuas (
) (Soekartawi, 2011).

13

;()( #)( ) . #(
Selain menilai pendapatan tunai berupa nilai nominal, analisis pendapatan
usahatani dapat dilakukan dengan mengukur nilai efisiensi. Untuk mengukur
efisiensi biaya usahatani dapat menggunakan rasio R/C. Semakin besar nilai R/C
maka semakin efisien usaha yang dilakukan. Rasio antara besar penerimaan
dengan total biaya (R/C) dalam usahatani bisa digunakan untuk melihat apakah
kegiatan usahatani menguntungkan (
) atau tidak. Nilai R/C dapat
menunjukkan besaran penerimaan yang diperoleh dengan pengeluaran satu satuan
biaya (Idani, 2012). Jika nilai R/C >1, menunjukkan penerimaan yang diperoleh
lebih besar dari biaya yang dikeluarkan, artinya usahatani tersebut efisien dan
menguntungkan. Nilai R/C =1, menunjukkan penerimaan dan biaya terjadi impas,
sehingga usahatani tidak memperoleh pendapatan. Sedangkan jika nilai R/C