Hubungan antara Ayat Qauliyah

c. Hubungan antara Ayat Qauliyah

menyelidiki dengan seksama paparan da-

dan Ayat Kauniyah

lam ayat-ayat tersebut, mereka terkesima Antara ayat-ayat qauliyah dan ayat-ayat dan takjub bukan kepalang karena mene- kauniyah terdapat hubungan yang sangat mukan keajaiban ilmiah pada ayat-ayat erat karena keduanya berasal dari Allah. tersebut, sementara Al- Kalau kita memperhatikan ayat qauliyah,

Qur’an diturunkan beberapa ratus tahun yang lalu, dimana

yakni Al- Qur’an, kita akan mendapati se- belum pernah ada penelitian-penelitian kian banyak perintah dan anjuran untuk

ilmiah.

memperhatikan ayat-ayat kauniyah. Salah Jadi itu, tidak hanya ayat-ayat qauliyah satu diantara sekian banyak perintah terse- yang menguatkan ayat-ayat kauniyah. Se- but adalah firman Allah dalam QS Adz- baliknya, ayat-ayat kauniyah juga senan- Dzariyat ayat 20-21: “Dan di bumi terdapat ayat-ayat (keku- tiasa menguatkan ayat-ayat qauliyah. Ada-

nya penemuan-penemuan ilmiah yang me- asaan Allah) bagi orang-orang yang yakin. negaskan kemukjizatan ilmiah pada Al-

SASTRANESIA Vol. 5, No. 4, 2017 69

Qur’an tidak diragukan lagi merupakan mengimplikasikan bahwa makna sebuah bentuk penguatan ayat-ayat kauniyah ter- tanda dapat berlaku secara pribadi, sosial

hadap kebenaran ayat-ayat qauliyah atau bergantung pada konteks tertentu. Representamen berfungsi sebagai tanda

Konsep Ilmu Tanda (Semiotika)

(Saussure menamakannya signifier). Perlu Ferdinand de Saussure yang berperan dicatat bahwa secara teoritis, Peirce meng- besar dalam pencetusan Strukturalisme gunakan istilah representamen dengan me- memperkenalkan konsep semiologi. Ia rujuk pada triadik secara keseluruhan. Na- bertolak dari pendapatnya tentang langue mun secara terminologis, ia kadang-kadang yang merupakan sistem tanda yang men- menggunakan istilah sign alih-alih repre- gungkapkan gagasan. Namun, ia pun men- sentamen. Object adalah sesuatu yang di- yadari bahwa di samping itu, ada sistem wakili oleh representamen yang berkaitan tanda alfabet bagi tuna-rungu dan tunawi- dengan acuan. Object dapat berupa repre- cara, simbol-simbol dalam upacara ritual, sentasi mental (ada dalam pikiran), dapat tanda dalam bidang militer, dan seba- juga berupa sesuatu yang nyata di luar gainya. Saussure berpendapat bahwa la-

tanda.

ngue adalah sistem yang terpenting. Oleh Interpretant merupakan makna dari karena itu, dapat dibentuk sebuah ilmu lain tanda. Pada beberapa kesempatan, ia yang mengkaji tanda-tanda dalam kehi- menggunakan istilah significance, significa- dupan sosial yang menjadi bagian dari psi- tion, atau interpretation. Tanda sendiri ti-

kologi sosial; ia menamakannya sémiologie. dak dapat mengungkapkan sesuatu. Tanda Kata tersebut berasal dari akar kata seme, s hanya menunjukkan dan tugas penafsir ēmeîon (bahasa Yunani) yang bermakna

“tanda‟ (Saussure, 1972). memberi makna berdasarkan pengala-

mannya (Noth, 1990).

Semiotika adalah ilmu yang mengkaji Peirce melihat tanda tidak sebagai suatu tanda. Istilah semiotika merupakan cetusan struktur, tetapi sebagai suatu proses pe- Pierce, sedang Saussure menggunakan isti- maknaan tanda yang disebutnya semiosis. lah semiologi. Dalam semiotika Peirce, tan- Semiosis merupakan proses tiga tahap dan

da terkait dengan tiga unsur, yaitu referent, dapat terus berlanjut. Artinya, interpretant, interpretant, dan objek. Menurut Peirce pada gilirannya dapat menjadi representa- referent adalah objek baik konkret maupun men, dan seterusnya. Peirce menyatakan abstrak, sedangkan interpretant adalah ha- bahwa proses semiosis tidak terbatas, ber- sil penyimpulan terhadap kaitan antara gantung pada pengalaman. tanda dan referennya (Chandler, 2002). Sementara Morris mengatakan semi- Menurut Peirce semiotika bersinonim otika mencakup teori umum tentang tanda dengan logika sebab pemahaman mengenai dalam semua bentuk manifestasinya, baik tanda-tandalah yang justru memungkinkan pada binatang maupun manusia, apakah itu manusia untuk berpikir dan bernalar. Da- normal ataupun patologis, linguistik atau lam perkembangannya, semiotika dide- nonlinguistik, personal ataupun sosial. Jadi, finisikan sebagai studi sistematis yang semiotik adalah bidang interdisipliner melibatkan produksi dan interpretasi tan-

(Noth, 1990).

da dalam proses pemaknaan (Ratna, 2009). Dalam semiologi Saussure menegaskan Peirce dikenal dengan konsep triadik bahwa tanda memiliki tiga aspek, yaitu dan trikotominya. Prinsip dasar dari tanda tanda itu sendiri (sign), aspek material triadik tersebut bersifat representatif. Ber- (baik berupa suara, huruf, bentuk, gambar, dasarkan prinsip ini, tanda menjadi wakil maupun gerak) yang dijadikan penunjuk yang menjelaskan sesuatu. Rumusan ini (signifier/penanda), dan aspek mental atau

70 SASTRANESIA Vol. 5, No. 4, 2017 70 SASTRANESIA Vol. 5, No. 4, 2017

da tidak memiliki hubungan alamiah Beberapa peneliti terkait perspektif petanda (Berger, 2000). Sebuah tanda akan semiotika terhadap ayat-ayat Quran dan memiliki nilai (value) menurut Saussure, Hadits di antaranya Taufiq (2008) meng- jika disandingkan (oposisi) atau dihubung- gali ideologi di balik simbol-simbol surga kan (relasi) dengan tanda-tanda lain dalam dan kenikmatannya dalam ayat-ayat Quran. sebuah sistem (sintagma), yang ia sebut Afwadzi (2014) menyoal teori semiotika dengan difference (perbedaan) (Chandler, komunikasi hadis ala Umberto Eco , dan 2002).

Akrom (2014) menganalisis ketampanan Jadi, Saussure mengembangkan teori Nabi Yusuf dengan perspektif semiotika Al- semiotik dari sudut bahasa. Menurutnya, Qur’an . tanda mengekspresikan gagasan sebagai

Ketiga penelitian di atas meggunakan kejadian mental yang berhubungan dengan semiotika dalam menganalisis ayat-ayat Al pikiran manusia (Zoest, 1992). Dalam kon- Quran dan Hadis. Hasil penelitian Taufiq teks ini, bahasa merupakan sistem tanda (2008) menjelaskan “ideologi” yang terkan- yang terpenting karena dengan bahasa da- dung di balik simbol-simbol surga serta pat terungkap hal-hal lain yang tersimpan kenikmatannya dalam Quran adalah ideo- di luar bahasa, dalam kenyataan para pene- logi materialism-spiritualistik. Artinya, rima bahasa itu (Teuw, 1984).

Quran menggambarkan surga serta kenik- Sebenarnya, pandangan antara kedua matannya dengan meminjam simbol-sim- teori tersebut di atas terdapat kesamaan, bol materialisme (kebun) yang digunakan yaitu keduanya sepakat memandang semi- masyarakat Arab pra-Islam atau sesuatu ologi atau semiotik sebagai studi tanda, tidak ada pada mereka tetapi sangat me- berdasarkan segala yang berhubungan de- reka inginkan (fasilitas raja dan sungai ngannya; cara berfungsinya, hubungan de- yang mengalir). Namun demikian, ke- ngan tanda-tanda lain, pengirimannya dan mudian Quran menyisipkan nilai-nilai re- juga penerimaannya oleh mereka yang ligius (spiritual) terhadap simbol-simbol mempergunakannya (Zoest, 1992).

tersebut, seperti perintah beriman, bera- mal saleh, dan bertaubat. Hal inilah yang

Objektivitas Semiotika (Ilmu Tanda)

menjadi tujuan utama dari penggambaran

dalam Menyingkap Firman (Tanda-

surga dan kenikmatannya secara konkret

Tanda Kebesaran) Tuhan.

tersebut.

Objektivitas semiotika memandang fir- Sementara itu, penelitian Akrom (2014) man Tuhan sebagai serangkaian tanda- menemukan kisah ketampanan Nabi Yusuf tanda kebesaran dan kekuasaan Allah yang ini telah melahirkan presuposisi (praang- sistematis dan sarat dengan makna dan gapan) yang dimaksudkan oleh pengirim hikmah. Tanda-tanda kebesaran Tuhan da- pesan. Melalui jalinan peristiwa yang ditu- pat berkedudukan sebagai simbol, indeks, turkan atau diceritakan dengan bahasa maupun ikon. Tidak semua tanda dapat yang terstruktur, pengirim pesan telah diubah dengan cara sewenang-wenang, mengantisipasi pemahaman pembaca ter- khususnya tanda-tanda yang berkaitan de- hadap isi pesan tersebut. Secara naratif, ngan rantai komunikasi manusia-Tuhan. penggalan kisah mengandung pesan-pesan Komunikasi manusia-Tuhan, khususnya dan makna tertentu yang berhubungan

SASTRANESIA Vol. 5, No. 4, 2017 71

SASTRANESIA Vol. 5, No. 4, 2017 72

dengan perintah-perintah agama, seperti perintah untuk menjaga diri dari perbuatan zina.

Penelitian Afwadzi (2014) menghasil- kan pertama, teori semiotika komunikasi hadis mencakup adanya sembilan kompo- nen dalam proses komunikasi hadis, yaitu source (Nabi), message I (redaksi otentik Nabi), transmitter (para periwayat hadis), signal I (berbagai redaksi hadis secara ver- bal), channel (berbagai kitab hadis), signal

II (berbagai redaksi hadis secara tertulis), receiver (nalar riwayah hadis), message II (redaksi tunggal hadis), dan destination (nalar semiotis). Metode pemahaman hadis terdapat dalam komponen destination yang melaksanakan metode unlimited semiosis untuk menemukan final logical interpre- tant. Konsep yang dibangun di sini adalah, bahwa dalam channel tersimpan noise (gangguan) dalam komunikasi berupa transformasi dari bahasa lisan ke dalam bahasa tulis, yang bisa berakibat pada adanya distorsi makna. Kedua, aplikasi te- ori tersebut pada hadis mengenai syirik. Hadis dengan bentuk redaksi al-shirk bi allâh menghasilkan final logical interpre- tant berupa “menuhankan materi”.

Berdasarkan penelitian di atas bahwa dengan perspektif semiotika, tanda-tanda kebesaran Allah baik bersifat qauliyah (terucap) maupun kauniyah (termanifes- tasikan) mampu diungkap melalui unsur- unsur yang terdapat dalam ilmu tanda (semiotika). Unsur-unsur tersebut dianta- ranya signifier-signified, denotasi-konotasi Barthes, referent, interpretant, dan objek Peirce, source, message I, transmitter, sig- nal I, channel, signal II, receiver, message II, dan destination (unlimited semiotis).

Ayat qauliyah dapat dikatakan teks-teks agama yang bersifat historis. Dengan per- kataan lain makna yang ditimbulkan ber- gantung pada sistem budaya dan sosial di- mana ia lahir. Karena itu (seperti yang di- ungkap Barthes) dalam teks-teks bahasa agama mengenal istilah makna tingkat per-

tama (denotatif) dan juga makna tingkat kedua (konotatif). Makna denotatif adalah makna secara leksikal, sementara makna konotatif adalah makna yang melibatkan unsur kesejarahan teks (asbab al-nuzul) dan latar sosio-kultural pembaca teks itu sendiri.

Ayat-ayat Tuhan merupakan serang- kaian tanda-tanda terstruktur, terencana dan sempurna (lengkap) yang menyimpan makna (hikmah). Komponen-komponen yang terikat dapat digali dengan tiga unsur yang dikemukakan Peirce mencakup refer- ent, interpretant, dan objek. Sebagaimana perspektif pandang Audifax, tidak ada se- suatu yang namanya "kebetulan" di dunia ini. Semua kejadian, pertemuan, perpisa- han, orang-orang yang saling bertemu, bahkan mimpi pun, mengusung pesan yang bisa dihubungkan satu sama lain akan membawa kita kepada kesempatan yang kita inginkan. Dan, itu adalah tanda yang harus kita baca sebagai pesan yang ingin disampaikan-Nya (Audifax, 2007).

Ayat kauniyah tidak lepas dari pesan ayat qauliyah. Sebagai contoh dari proses pertandaan yang saling mengisi ini adalah pada pelaksanaan ibadah haji. Kata Haji menurut bahasa artimya “Menyengaja”.

Menurut istilah Haji berarti mengunjungi Baitullah di Mekkah dengan niat melaku- kan Ibadah semata-mata karena Allah SWT, dengan memakai pakaian ihram dan syarat -syarat dan waktu yang sudah ditentukan.

Ihram secara denotasi adalah pakaian putih, unik dan tidak berjahit. Konotasi ihram adalah dilarang berkata dan beramal dengan hal- hal tertentu, seperti jima’, menikah, melontarkan ucapan kotor, dan lain-sebagainya. Selain itu juga ihram seba- gai simbol kesucian, persamaan, persauda- raan mahluk di depan Tuhan.

Thawaf adalah mengelilingi Ka’bah tu- juh kali putaran dimulai dari hajar Aswad dengan posisi Ka’bah selalu berada di sebe- lah

kiri

yang berthawaf.

Konotasi maknanya adalah mengelilingi kehidupan Konotasi maknanya adalah mengelilingi kehidupan

tanda kauniyah adalah fenomena alam, Kemudian datangnya ramadhan, muslim peristiwa sosial, kejadian luar biasa yang harus mengetahui tanda datangnya bulan ada di dalam alam ini. Kedua ayat tersebut suci itu dengan melihat hilal (bulan sabit adalah tanda yang mengandung berbagai atau menengok ke atas. Selanjutnya muslim penggunaan tanda, kode dan makna-makna berkomitmen untuk ber-shiyam: menahan di dalamnya, meskipun tidak menutup ke- diri, membunuh egoisitas, dan mengopti- mungkinan untuk melihat relasi-relasi te- malkan kecerdasan emosi dan spiritual. ologis, metafisis, filosofis dan saintifik di Dalam prosesnya ditandai malam istimewa dalamnya. Pembacaan semiotik ini, dapat nuzulul quran dan lailatul qadr dan akhirnya dianggap sebagai sebuah pembacaan yang puasa disempurnakan dengan "tanda ke- terbuka, plural dan komprehensif, yang da- salehan sosial" berupa zakat fitrah.

pat membentangkan hampir semua realitas Jadi objektivitas semiotika sebagai ilmu kehidupan. yang mengkaji tanda berpijak pada landa-

san ilmiah dan juga bersifat alamiah DAFTAR PUSTAKA

(kodrati) dalam memandang firman Tuhan. Audifax. (2007). Semiotika Tuhan. Yog- Perpaduan intelektualitas dan spiritual ma-

yakarta : Pinus Publisher. nusia untuk menyerap pengetahuan dan Berger, A. A. (2000). Tanda-Tanda dalam singkapan-Nya yang berserakan dalam re-

Kebudayaan Kontemporer. Yogyakarta: alitas dan peristiwa yang terjadi. Manusia

Tiara Wacana.

seharusnya bisa melihat realitas secara Chandler, D. (2002). Semiotics: The Basics. transparan melalui kepekaannya sehingga

Canada: Routledge.

mampu membaca fenomena yang Dia ke- Leahy, L. (1981). Manusia Sebuah Misteri hendaki, gar terjwujud keseimbangan

(Sintesa Filosofis tentang Mahluk mikrokosmos dan makrokosmos.

Paradoksal). Jakarta : PT. Gramedia . Noth, W. (1990). Handbook of Semiotics .

PENUTUPAN

Bloomington & Indianapolis: Indiana Antara ayat-ayat atau tanda-tanda qauli-

University Press.

yah dan kauniyah yang terdapat dalam fir- Poespoprodjo, W. (1987). Intepretasi: man Tuhan memiliki hubungan yang sangat

Beberapa Catatan Filsafatinya. Bandung: erat karena keduanya sama-sama be-rasal

Remaja Karya.

dari Allah. Kedua ayat tersebut saling men- Ratna, N. K. (2009). Stilistika: kajian Puitika guatkan dan melengkapi. Adanya pe-

Bahasa, Sastra, dan Budaya. Yogyakarta: nemuan-penemuan ilmiah menegaskan ke-

Pustaka Pelaja.

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPONEN MAKNA KATA YANG BERMAKNA DASAR MEMUKUL DALAM BAHASA MADURA DIALEK PAMEKASAN

28 440 50

ANALISIS ISI LIRIK LAGU-LAGU BIP DALAM ALBUM TURUN DARI LANGIT

22 212 2

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

PERBEDAAN MOTIVASI BERPRESTASI ANTARA MAHASISWA SUKU JAWA DAN SUKU MADURA

6 144 7

Makna Kekerasan Pada Film Jagal (The Act Of Killing) (Analisis Semiotika Roland Barthes pada Film Dokumenter "Jagal (The Act of Killing)" tentang Pembunuhan Anti-PKI pada Tahun 1965-1966, Karya Joshua Oppenheimer)

17 109 98

Analisis Semiotika Foto Headline Pada Harian Pagi Radar Bandung

8 89 150

BAB IV HASIL PENELITIAN - Pengaruh Dosis Ragi Terhadap Kualitas Fisik Tempe Berbahan Dasar Biji Cempedak (Arthocarpus champeden) Melalui Uji Organoleptik - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 2 20

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Uji Kualitas Mikrobiologi Minuman Olahan Berdasarkan Metode Nilai MPN Coliform di Lingkungan Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Kelurahan Pahandut Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

1 2 12

The effect of personal vocabulary notes on vocabulary knowledge at the seventh grade students of SMP Muhammadiyah Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 20

BAB IV HASIL PENELITIAN - Penerapan model pembelajaran inquiry training untuk meningkatkan berpikir kritis dan hasil belajar siswa pada pokok bahasan gerak lurus - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 1 23