Gambaran Peran Keluarga Dalam Pemulihan Pasien Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara

(1)

GAMBARAN PERAN KELUARGA DALAM PEMULIHAN PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA

DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA MEDAN

SKRIPSI Oleh

NURHASANAH NASUTION 121121066

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ Gambaran Peran Keluarga Dalam Pemulihan Pasien Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara”, skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan dan mencapai gelar sarjana di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, Medan.

Penyelesaian skripsi ini penulis mendapat banyak dukungan, bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada :

1. dr. Dedy Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara.

2. Erniyati, S.Kep, MNS sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara.

3. Mahnum Lailan Nasution, S.Kep, Ns, M.Kep sebagai dosen pembimbing

skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan, bimbingan, dan ilmu yang bermamfaat dalam menyusunan skripsi ini.

4. Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kep selaku penguji I dan Roxana Devi

Tumanggor, M.Nurs (MntlHlth) selaku penguji II yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan masukan kritikan dan saran yang bermanfaat bagi penulis.


(4)

5. Siti Saidah Nasution S,kep, M.Kep, Sp.Mat sebagai dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan selama saya menyelesaikan akademik di Fakultas Keperawatan.

6. Seluruh Dosen dan civitas akademik Fakultas Kerawatan Unversitas

Sumatera Utara yang telah memberi bimbingan selama perkuliahan.

7. Kepada Pimpinan Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara yang

telah member izin penelitian.

8. Khususnya yang penulis cintai dan hormati ayahanda Abdul Rivai

Nasution S.Pd dan Ibunda Nurjannah Dalimunthe, yang telah mencurahkan kasih sayang kepada penulis sejak kecil, memberikan motivasi dan arahan yang tak pernah henti-hentinya mendoakan penulis dalam menempuh pendidikan atau juga memberikan bantuan dengan penuh keikhlasan dan kesabaran yang tiada tara.Kakanda Dian Ika Sari Nasution S.Pd, Ade Irma Suryani Nasution S.Pd, abanganda Parwis Nasution Amd, dan Badaruddin Nasution S.P yang menjadi cerminan bagi penulis,yang memberikan doa dan motivasi kepada penulis.

9. Rekan-rekan mahasiswa S1 Ekstensi Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara, khususnya stambuk 2012, yang telah memberikan dorongan semangat bagi penulis demi terselasainya skripsi ini serta teman-teman seperjuangan Wenni, Sari, Wardah, Desy, Yunita, Hijrah, Ihsan, dan ahmad yang memberikan dukungan dan motivasi.Teman-teman kos 35a (Rani, Duma, Ika, Lily, Syarifah dan Maya) yang sangat memberikan


(5)

Akhirnya dengan segala kerendahan hati semoga skripsi ini dapat bermanfaat nantinya demi kemajuan ilmu pengetahuan khususnya profesi keperawatan.

Medan, Januari 2014

Penulis


(6)

DAFTAR ISI Halaman Pengesahan

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi ... iv

DaftarTabel ... vi

Abstrak ... vi

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan penelitian ... 6

1.4 Pertanyaan Penelitian ... 6

1.5 Manfaat penelitian ... 7

BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Konsep Keluarga ... 8

2.1.1 Defenisi Keluarga... 8

2.1.2 Fungsi Keluarga ... 9

2.1.3 Tipe Keluarga ... 11

2.1.4 Tugas Keluarga ... 12

2.1.5 Tugas Keluarga Di Bidang Kesehatan ... 13

2.2. Konsep Peran ... 14

2.2.1 Defenisi Peran ... 14

2.2.2 Peran Ayah ... 15

2.2.3 Peran Ibu ... 17

2.2.4 Peran Anak ... 18

2.2.5 Peran Keluarga dibidang Kesehatan ... 20

2.2.6 Pemulihan (Rehabilitasi Medik) pasien ... 20

2.2.7 Rawat Jalan ... 22

2.3 Konsep Skizofrenia ... 23

2.3.1 Defenisi Skizofrenia ... 23

2.3.2 Etiologi ... 23

2.3.4 Perjalanan penyakit ... 25

2.3.5 Tipe-Tipe Skizofrenia ... 26

2.4 Perawatan Skizofrenia ... 28

2.5 Pengobatan Skizofrenia ... 29

2.6 Peran Keluarga Dalam Pemulihan Pasien Skizofrenia ... 29

BAB 3 Kerangka Penelitian 3.1 Kerangka Konseptual ... 32


(7)

BAB 4 Metodologi Penelitian

4.1 Desain Penelitian ... 34

4.2 Populasi dan Sampel ... 34

4.2.1 Populasi ... 34

4.2.2 Sampel Penelitian ... 34

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 36

4.4 Pertimbangan Etik ... 36

4.5 Instrumen Penelitian ... 37

4.6 Validitas dan Reliabilitas ... 38

4.6.1 Uji Validitas ... 38

4.6.2 Uji Relibilitas ... 39

4.7 Pengumpulan Data ... 40

4.8 Analisa Data ... 40

Bab 5 Hasil Penelitian Dan Pembahasan 5.1 Hasil Penelitian ... 42

5.1.1 Karakteristik Responden ... 42

5.1.2 Tabel Distribusi Frekuensi Peran Keluarga ... 44

5.2 Pembahasan ... 45

Bab 6 Kesimpulan Dan Rekomendasi 6.1 Kesimpulan ... 50

6.2 Rekomendasi ... 50

6.2.1 Pendidikan Keperawatan ... 50

6.2.2 Praktek keperawatan ... 51

6.2.3 Penelitian berikutnya ... 51

6.3 Rekomendasi Penelitian ... 51

DAFTAR PUSTAKA Lampiran

1. Lembaran Persetujuan Menjadi Responden

2. Uji Valid 3. Uji Relif

4. Instrumen Penelitian

5. Master Tabel

6. Hasil SPSS

7. Surat Kosmisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Keperawatan USU

8. Surat Permohonan Survei Awal

9. Surat Izin Pengambilan Data

10.Surat Selesai Penelitian


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.2 : Defenisi Operasional ... 33 Tabel 5.1.1 : Karakteristik Responden ... 42 Tabel 5.1.2 : Tabel distribusi frekuensi ... 45


(9)

Judul : Gambaran Peran Keluarga Dalam Pemulihan Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara

Nama Mahasiswa : Nurhasanah Nasution

NIM : 121121066

Program : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2014

Abstrak

Skizofrenia merupakan gangguan sindroma kompleks yang dapat menimbulkan efek merusak pada kehidupan penderita maupun angggota keluarganya. Sehingga membutuhkan peran dari keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran keluarga dalam pemulihan pasien skizofrenia yang menggunakan metode

deskriptif dengan menggunakan teknik accidential sampling dengan sampel 91

orang. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan peran dalam pemulihan yang mengalami skizofrenia yang berobat jalan di Rumah sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara, Medan dengan mayoritas cukup adalah 47 orang (51,6%). Rekomendasi untuk praktik keperawatan diharapkan untuk lebih memaksimalkan peran keluarga saat melakukan asuhan keperawatan di Rumah Sakit Jiwa berupa penyuluhan yang dilakukan perawat pada keluarga agar terlibat langsung sehingga informasi yang disampaikam dapat diterima dan dapat diaplikasikan pada pasien yang dirawat jalan dirumah.


(10)

Title : Overview of the Role of Families in Recovery Schizophrenia Patients in Mental Hospital of Province of North Sumatra

Name of Student : Nurhasanah Nasution

Student Number : 121121066

Program : Bachelor of Nursing

Year : 2014

ABSTRACT

Schizophrenia is a complex disorder syndrome that can cause damaging effects on the lives of patients and their family members so that the role of the family is needed for healing. This study aims to determine the role of the family in the recovery of patients with schizophrenia using descriptive methods by accidental sampling technique. The sample used is 91 people as the sample. The instrument used in the research is questionnaires. The results showed there is a role of family in the recovery of patients who undergo outpatient treatment of schizophrenia in the Mental Hospital in Province of North Sumatra with a majority of 47 people fairly ( 51.6 % ) . It is recommended for nursing practice to further maximize the role of the family while performing nursing care in a Mental Hospital in the form of counseling for family to be involved directly so that the information conveyed is acceptable and applicable to outpatients treatment.


(11)

Judul : Gambaran Peran Keluarga Dalam Pemulihan Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara

Nama Mahasiswa : Nurhasanah Nasution

NIM : 121121066

Program : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2014

Abstrak

Skizofrenia merupakan gangguan sindroma kompleks yang dapat menimbulkan efek merusak pada kehidupan penderita maupun angggota keluarganya. Sehingga membutuhkan peran dari keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran keluarga dalam pemulihan pasien skizofrenia yang menggunakan metode

deskriptif dengan menggunakan teknik accidential sampling dengan sampel 91

orang. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan peran dalam pemulihan yang mengalami skizofrenia yang berobat jalan di Rumah sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara, Medan dengan mayoritas cukup adalah 47 orang (51,6%). Rekomendasi untuk praktik keperawatan diharapkan untuk lebih memaksimalkan peran keluarga saat melakukan asuhan keperawatan di Rumah Sakit Jiwa berupa penyuluhan yang dilakukan perawat pada keluarga agar terlibat langsung sehingga informasi yang disampaikam dapat diterima dan dapat diaplikasikan pada pasien yang dirawat jalan dirumah.


(12)

Title : Overview of the Role of Families in Recovery Schizophrenia Patients in Mental Hospital of Province of North Sumatra

Name of Student : Nurhasanah Nasution

Student Number : 121121066

Program : Bachelor of Nursing

Year : 2014

ABSTRACT

Schizophrenia is a complex disorder syndrome that can cause damaging effects on the lives of patients and their family members so that the role of the family is needed for healing. This study aims to determine the role of the family in the recovery of patients with schizophrenia using descriptive methods by accidental sampling technique. The sample used is 91 people as the sample. The instrument used in the research is questionnaires. The results showed there is a role of family in the recovery of patients who undergo outpatient treatment of schizophrenia in the Mental Hospital in Province of North Sumatra with a majority of 47 people fairly ( 51.6 % ) . It is recommended for nursing practice to further maximize the role of the family while performing nursing care in a Mental Hospital in the form of counseling for family to be involved directly so that the information conveyed is acceptable and applicable to outpatients treatment.


(13)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Indonesia termasuk salah satu Negara berkembang yang menghadapi

masalah-masalah ekonomi seperti kemiskinan dimana-mana, jumlah

penggangguran, tingkat kecerdasan masyarakat masih rendah, dan distribusi pendapatan tidak merata. Krisis ekonomi yang berkepanjangan telah menyebabkan meningkatnya jumlah penderita gangguan jiwa. Gangguan jiwa merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Mengenai setiap orang, tanpa mengenal umur, ras, agama, maupun status sosial-ekonomi. Penyakit ini bukan disebabkan oleh kelemahan pribadi. Selama ini dalam masyarakat banyak beredar suatu persepsi yang salah mengenai gangguan jiwa ada yang percaya bahwa gangguan jiwa disebabkan oleh gangguan roh jahat, ada yang menuduh bahwa itu akibat guna-guna, karena kutukan atau hukuman atas dosanya. Kepercayaan yang salah ini hanya akan merugikan penderitaan dan keluarganya karena pengidap gangguan jiwa tidak mendapat pengobatan secara cepat dan tepat (Notosoedirjo, 2005).

Penyebab terjadinya gangguan jiwa bervariasi tergantung pada jenis-jenis gangguan jiwa yang dialami. Secara umum gangguan jiwa disebabkan kerena adanya tekanan psikologi yang disebabkan oleh adanya tekanan dari luar individu maupun tekanan dari dalam individu. Beberapa hal yang menjadi penyebab adalah


(14)

ketidaktahuan keluarga dan masyarakat terhadap jenis gangguan jiwa ini, serta ada beberapa stigma mengenai gangguan jiwa ini (Hawari, 2001).

Gangguan jiwa atau disebut dengan skizofrenia adalah gangguan mental yang sangat berat. Gangguan ini ditandai dengan gejala-gejala positif berupa delusi, halusinasi, kekacauan pikiran, gelisah, dan perilaku aneh atau bermusuhan. Gejala negative adalah alam perasaan (afek) tumpul atau mendatar, menarik diri, atau isolasi sosial diri dari pergaulan, sedikit kontak emosional (pendiam, sulit diajak bicara), pasif, apatis atau acuh tak acuh, sulit berpikir abstrak dan kehilangan dorongan kehendakatau inisiatif (sadock, 2003).

Kasus skizofrenia di Amerika Serikat prevalensi seumur hidup dilaporkan secara bervariasi terentang dari 1 sampai 1,5 persen, konsisten dengan rentang tersebut, penelitian Epidemiological Catchment Area (ECA) yang disponsori oleh National Institute of Mental Health (NIMH) melaporkan prevalensi seumur sebesar 1,3 persen. Kira-kira 0,025 sampai 0,05 persen populasi total diobati untuk skizofrenia dalam satu tahun (Sadock, 2010). Mengacu pada data WHO (2009), prevalensi penderita skizofrenia sekitar 0,2% hingga 2%. Sedangkan insiden atau kasus baru yang muncul tiap tahunnya sekitar 0,01%. Kondisi yang ada lebih dari 80% penderita skizofrenia di Indonesia tidak diobati dan tidak tertangani dengan optimal baik oleh keluarga maupun tim medis yang ada (Susanto, 2009).


(15)

langsung pada setiap keadaan sehat dan sakit. Pada umumnya, keluarga meminta bantuan tenaga kesehatan jika mereka tidak sanggup lagi merawat keluarganya yang sakit. Oleh karena itu asuhan keperawatan jiwa yang berfokus pada keluarga bukan hanya memulihkan klien tetapi juga bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan peran serta keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan tersebut (Keliat, 1996).

Keliat juga mengemukakan pentingnya peran serta keluarga dalam perawatan jiwa yang dapat dipandang dari berbagai segi : (1) Keluarga merupakan tempat dimana individu memulai hubungan interpersonal dengan lingkungannya, (2) Keluarga merupakan suatu sistem yang saling bergantungan dengan anggota keluarga yang lain, (3) Pelayanan kesehatan jiwa bukan tempat klien seumur hidup tetapi fasilitas yang hanya membantu klien dan keluarga sementara, (4) Berbagai penelitian menunjukkan bahwa salah satu faktor penyebab gangguan jiwa adalah keluarga yang pengetahuannya kurang.

Mengingat pentingnya peranan keluarga sesuai dengan fungsi dan tugas keluarga dibidang kesehatan maka perlu dipahami dan dilakukan oleh keluarga yaitu mengenal masalah kesehatan keluarga, memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga, merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan, memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga serta memamfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada (Suprajitno, 2004).

Peranan yang diberikan kepada pasien berupa dukungan dalam proses penyembuhan adalah menerima kondisi pasien, tetap berkomunikasi dengan


(16)

pasien tanpa emosional dan memperhatikan kondisi pasien. Dukungan informasi keluarga meliputi mengingatkan pasien untuk berobat jalan secara rutin ke rumah sakit jiwa, memberikan solusi dari masalah yang dihadapi pasien, memberikan nasehat, pengarahan, saran, atau umpan balik tentang apa yang dilakukan oleh pasien. Dukungan nyata keluarga meliputi penyediaan dukungan jasmaniah seperti pelayanan, bantuan biaya pengobatan, material seperti saat seseorang membantu pekerjaan sehari-hari, menyediakan informasi dan fasilitas, menjaga dan merawat saat sakit serta dapat membantu menyelesaikan masalah pasien.

Keliat, (1996) mengemukakan bahwa 25% sampai 50% klien yang pulang dari Rumah Sakit Jiwa tidak meminum obat secara teratur sehingga klien seringkali kambuh dan kembali ke Rumah Sakit Jiwa untuk rawat jalan. Salah satu yang menyebabkan kondisi ini adalah keluarga tidak rutin membawa klien berobat ke fasilitas kesehatan yang ada. Selain itu adanya anggapan klien bahwa jika sudah pulang berarti klien sudah sembuh dan tidak perlu minum obat lagi. Fenomena ini diduga berkaitan peran keluarga dalam merawat pemulihan klien skizofrenia dan memeriksa klien ke unit rawat jalan (Keliat, 1996).

Menurut penelitian Emnina. E (2010), proses perawatan yang melibatkan klien dan keluarga akan membantu proses intervensi dan menjaga agar klien tidak kambuh lagi setelah pulang. Keluarga merupakan unit yang paling dekat dengan klien dan merupakan perawatan utama bagi klien. Keluarga berperan dalam menetukan cara atau asuhan yang diperlukan di rumah. Keberhasilan perawat dirumah sakit dapat sia-sia jika tidak diteruskan di rumah yang kemudian


(17)

asuhan di rumah sakit akan meningkatkan kemampuan keluarga merawat klien di rumah sehingga kemungkinan kambuh dapat di cegah.

Studi pendahuluan yang peneliti lakukan pada tanggal 20 Mei 2013 di Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara, menurut data dari medical record pasien lama (berulang) yang datang berobat jalan pada tahun 2012 adalah 1118 orang. Sebagian besar klien yang berobat diantar oleh keluarga mereka. Tetapi hal ini tidak cukup untuk menunjukkan peran yang diberikan oleh keluarga.

Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan dengan mengambil hasil bahan Rekam Medik di Rumah Sakit Jiwa Medan tahun 2012 terdapat 13423 orang penderita skizofrenia (80,0%) dari 16770 penderita gangguan jiwa yang berobat jalan. Kemudian mengadakan metode wawancara pada keluarga klien bahwa 10 orang dari 15 orang mengatakan bahwa keluarga tidak mengetahui bagaimana cara merawat klien dirawat jalan berulang menyatakan bahwa keluarga tidak mengetahui bagaimana cara perawatan klien dirumah seperti control obat, dalam memberi pujian, dan berkomunikasi yang tidak nyambung dan keluarga juga tidak mengetahui apa yang masih diharapkan dari klien serta keluarga menganggap klien hanya menambah beban biaya berobat klien.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dilakukan penelitian guna mengetahui gambaran peran keluarga dalam pemulihan klien skizofrenia di Rawat Jalan RS. Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara.


(18)

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi masalah dalam penelitian itu adalah bagaimana peran keluarga dalam pemulihan pasien skizofrenia yang rawat jalan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan.

1.3.Tujuan Penelitian

Untuk menggambarkan peran keluarga dalam pemulihan klien skizofrenia yang rawat jalan di Rumah Sakit Jiwa Provsu Medan.

1.4 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka pertanyaan penelitian adalah bagaimanakah gambaran peran keluarga dalam pemulihan klien skizofrenia yang rawat jalan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Medan.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1 Praktek Keperawatan

Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat menambah pengetahuan perawat untuk memberikan masukan atau cara menyikapi pasien skizofrenia yang di rumah kepada keluarga (terapi keluarga) dalam mengasuh anggota keluarga.


(19)

1.5.2 Pendidikan Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bukti dasar yang dipergunakan dalam wahana pembelajaran keperawatan jiwa, khususnya tentang materi pembelajaran peran keluarga dalam pemulihan klien skizofenia yang rawat jalan.

1.5.3 Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data tambahan untuk penelitian selanjutnya yang terkait dengan peran keluarga dalam pemulihan klien skizofrenia yang rawat jalan. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bekal bagi mahasiswa dalam merapkan asuhan keperawatan dan dapat dijadikan sebagai sumber data awal bagi penelitian berikutnya, khususnya bagian keperawatan jiwa.


(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Keluarga 2.1.1 Defenisi Keluarga

Keluarga adalah suatu ikatan atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendiri dengan atau tanpa anak, dan tinggal disuatu rumah tangga. Menurut UU No. 10 1992 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera (Suprajitno, 2004).

Keluarga merupakan subsistem komunikasi sebagai sistem sosial yang bersifat unik dan dinamis. Oleh Karena itu perawat komunitas perlu memberikan intervensi pada keluarga untuk membantu keluarga dalam peningkatan pemberdayaan peran keluarga. Allender & Spradley, (1997, dalam achjar, 2010) memberikan alasan mengapa keluarga menjadi penting, karena keluarga sebagai sistem, membutuhkan pelayanan kesehatan seperti halnya individu agar dapat meilakukan tugas sesuai perkembangannya. Tingkat kesehatan individu berkaitan dengan tingkat kesehatan keluarga, begitu juga sebaliknya dan tingkat fungsional keluarga sebagai unit terkecil dari komunitas dapat mempengaruhi derajat kesehatan sistem diatasnya. Keluarga sebagai suatu sistem, dimana sistem keluarga merupakan bagian dari suprasistem yang lebih besar dan disusun dari beberapa subsistem, perubahan pada salah satu anggota keluarga akan


(21)

mempengaruhi semua anggota keluarga. Mempelajari keluarga secara utuh lebih mudah dari pada mempelajari masing-masing anggotanya.

2.1.2 Fungsi Keluarga

Adapun fungsi keluarga secara spesifik menurut siswanto (2006), adalah sebagai berikut :

1. Reproduksi

Fungsi keluarga bukan hanya mempertahankan dan mengembangkan keturunan atau generasi, tetapi juga merupakan tempat mengembangkan fungsi reproduksi secara universal (menyeluruh), diantaranya : seks yang sehat dan berkualitas, pendidikan seks bagi anak, dan yang lain.

2. Sosialisasi

Anak akan menyesuaikan diri dengan kebudayaan, kebiasaan, dan situasi sosial dalam perkembangan perilakunya, akan ada proses pembentukan identitas diri dalam proses hubungan anak dengan anggota keluarga yang lain. Akhirnya anak akan belajar peran model sesuai dengan jenis kelaminnya dan akan berusaha menjalankan apa yang menjadi tanggung jawabnya.

3. Pertumbuhan Individu

Di dalam keluarga individu (anak) akan tumbuh dan berkembang menjadi individu yang matang (mature) dan mandiri (independence). Kemantangan individu meliputi fisik dan psikisnya. Fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan fisik dan psikis berupa kebutuhan makan dan pembinaaan kepribadian.


(22)

4. Pendidikan

Pada dasarnya, ketika seseorang telah terlahir ke dunia ia telah dilengkapi berbagai perangkat seperti panca indera dan akal untuk menyerap berbagai ilmu. Keluarga mempunyai peran dan tanggung jawab yang besar terhadap pendidikan anak-anaknya dalam menambah dan mengasah ilmu untuk menghadapi kehidupan dewasanya.

5. Religius (Agama dan Keyakinan)

Fungsi keluarga dalam hal ini yakni membina norma/ajaran agama sebagai dasar dan tujuan hidup seluruh anggota keluarga, memberikan contoh konkret dalam hidup sehari-hari dalam pengalaman dari ajaran agama, melengkapi dan menambah proses kegiatan belajar anak tentang keagamaan yang tidak atau kurang diperolehnya di sekolah dan masyarakat, dan membina rasa, sikap, dan praktik kehidupan berkeluarga beragama sebagai fondasi menuju Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera.

6. Rekreasi

Keluarga merupakan tempat untuk melakukan kegiatan yang dapat mengurangi ketegangan akibat berada di rumah maupun di luar rumah.

7. Perawatan Kesehatan

Keluarga masih merupakan unit utama dimana pencegahan dan pengobatan penyakit dilakukan. Masih sangat ditemukan keterlibatan dan dukungan dalam keluarga dimana tanpa hal ini proses rehabilitas akan susah dilakukan di dalam keluarga.


(23)

2.1.3 Tipe Keluarga

Menurut Suprajitno (2004), pembagian tipe keluarga bergantung pada konteks keilmuan dan orang yang mengelompokkan. Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi dua tipe yaitu :

1. Keluarga Inti (Nuclear Family)

Adalah keluarga yang hanya terdiri ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.

2. Keluarga Besar (Extended Family)

Adalah keluarga inti ditambahkan anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek-nenek, paman-bibi).

Namun, dengan berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa individualisme, pengelompokan tipe keluarga selain kedua di atas berkembang menjadi :

1. Keluarga bentukan kembali (Dyadic Family)

Adalah keluarga baru yang terbentuk dari pasangan yang telah cerai atau kehilangan pasanganya.

2. Orang tua tunggal (single parent family)

Adalah keluarga yang terdiri dari salah satu orang tua dengan anak-anak akibat perceraian atau ditinggal pasangannya.

3. Ibu dengan anak tanpa perkawinan ( The unmarried teenage mother)

4. Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendiri tanpa


(24)

5. Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya ( The nonmarital heterosexual cohabiting family).

6. Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (Gay

and lesbian family).

Terdiri dari kelompok orang-orang yang benar-benar dihubungkan dengan ikatan darah dan hidup bersama dengan ideology yang sama atau kepentingan ekonomi yang sama.

2.1.4 Tugas keluarga

1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, termasuk

bagaimana persepsi keluarga terhadap tingkat keparahan penyakit, pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan persepsi keluarga terhadap masalah yang dialami keluarga.

2. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, termasuk sejauh mana

keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah, bagaimana masalah dirasakan oleh keluarga, keluarga menyerah atau tidak terhadap masalah yang dihadapi, adakah rasa takut terhadap akibat atau adakah sikap negatif dari keluarga terhadap masalah kesehatan, bagaimana system pengambilan keputusan yang dilakukan keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit.

3. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, seperti

bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakitnya, sifat dan perkembangan perawatan yang diperlukan, sumber-sumber yang ada dalam keluarga serta sikap keluarga terhadap yang sakit.


(25)

4. Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan, seperti pentingnya hygiene sanitasi bagi keluarga, upaya pencegahan penyakit yang dilakukan keluarga, upaya pemeliharaan lingkungan yang dilakukan keluarga, kekompakkan anggota keluarga dalam menata lingkungan dalam dan luar rumah yang berdampak terhadap kesehatan keluarga.

5. Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan,

seperti kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan, keberadaan fasilitas kesehatan yang ada, keuntungan keluarga terhadap penggunaan fasilitas kesehatan, apakah pelayanan kesehatan terjangkau oleh keluarga, adakah pengalaman yang kurang baik yang dipersepsikan keluarga (Achajar, 2010).

2.1.5 Tugas Keluarga Di Bidang Kesehatan

Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai peran di bidang kesehatan meliputi :

1. Mengenal masalah kesehatan keluarga. Kesehatan merupakan kebutuhan

keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis.

2. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga. Tugas ini

merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa di antara


(26)

keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga.

3. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan. Sering kali

keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga memiliki keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga sendiri.

4. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga.

5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga

(Friedman, 2010).

2.2 Konsep Peran 2.2.1 Defenisi Peran

Peran adalah separangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran merujuk kepada beberapa perilaku yang kurang lebih bersifat homogen, yang didefenisikan dan diharapkan secara normative dari seseorang peran dalam situasi social tertentu (Mubarak, 2009). Peran keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang dalam konteks keluarga. Jadi peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peran individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat ( Setiadi, 2008).


(27)

2.2.2 Peran Ayah

1. Ayah sebagai sex partner

Ayah merupakan sex partner yang setia bagi istrinya. Sebagai sex partner, seorang ayah harus dapat melaksanakan peran ini dengan diliputi oleh rasa cinta kasih yang mendalam. Seorang ayah harus mampu mencintai istrinya dan jangan minta dicintai oleh istrinya.

2. Ayah sebagai pencari nafkah

Tugas ayah sebagai pencari nafkah merupakan tugas yang sangat penting dalam keluarga. Penghasilan yang cukup dalam keluarga mempunyai damapak yang baik sekali dalam keluarga. Penghasilan yang kurang cukup menyebabkan kehidupan keluarga yang kurang lancar. Lemah kuatnya ekonomi tergantung pada penghasilan ayah. Sebab segala segi kehidupan dalam keluarga perlu biaya untuk sandang, pangan, perumahan, pendidikan dan pengobatan. Untuk seorang ayah harus mempunyai pekerjaan yang hasilnya dapat dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan keluarga.

1. Ayah sebagai pendidik

Peran ayah sebagai pendidik merupakan peran yang penting. Sebab peran ini menyangkut perkembangan peran dan pertumbuhan pribadi anak. Ayah sebagai pendidik terutama menyangkut pendidikan yang bersifat rasional. Pendidikan mulai diperlukan sejak anak umur tiga tahun ke atas, yaitu saat anak mulai mengembangkan ego dan super egonya. Kekuatan ego (aku) ini sangat diperlukan untuk mengembangkan kemampuan realitas hidup yang terdiri dari segala jenis persoalan yang


(28)

harus dipecahkan. Jika peran ini difokuskan pada keinginan orangtua ataupun ayahnya maka tumbuh kembang anak terganggu baik fisik maupun psikologinya. Dan akan merasa tertekan, jika hal ini berkelanjutan akan menimbulkan dampak pada psikologi yang abnormal seperti depresi, sifat yang agresif dan gangguan psikologi yang lain (Hurerah, 2007).

2. Ayah sebagai tokoh dan identifikasi anak

Ayah sebgai modal sangat diperlukan bagi anak-anak untuk identifikasi diri dalam rangka membentuk super ego (aku ideal) yang kuat. Super ego merupakan fungsi kepribadian yang memberikan pegangan hidup yang benar, susila dan baik. Oleh karena itu seorang ayah harus memiliki pribadi yang kuat. Pribadi ayah yang kuat akan memberikan makna bagi pembentukan pribadi anak. Pribadi anak mulai terbentuk sejak anak itu mencari “aku” dirinya. Aku ini akan terbentuk dengan baik jika ayah sebagai model dapat memberikan kepuasaan bagi anak untuk identifikasi diri. Jika ayah menunjukkan sifat yang keras dalam memberikan pengasuhan kepada anak maka ketika dewasa anak akan membawa sifat yang sering dirasakan sewaktu masa kecil (Shochib, 1998).

3. Ayah sebagai pembantu pengurus rumah tangga

Pengurusan rumah tangga merupakan tanggung jawab ibu sebagai istri. Dalam perkembangan lebih lanjut maka ayah diperlukan sebagai


(29)

yang mengelola segala keperluan yang menyangkut banyak segi. Oleh karena itu ayah sebagai kepala keluarga juga ikut bertanggung jawab dalam jalannya keluarga sebagai lembaga social yang memerankan berbagai fungsi kehidupan menusia. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa ayah mempunyai banyak peran (berperan ganda). Agar dapat melaksanakan peran ganda ini maka seorang ayah dituntut untuk bekerja keras,dan berpengetahuan yang memadai. Pengetahuan sangat diperlukan karena persoalan-persoalan kehidupan makin lama makin sulit dan kompleks.

2.2.3 Peran ibu

1. Sebagai ibu dan pendidik

Peran ini dapat dipenuhi dengan baik, bila ibu mampu menciptakan iklim psikis yang gembira, bahagia dan bebas sehingga suasana rumah tangga menjadi semarak dan bisa memberikan rasa aman, bebas, hangat, menyenangkan serta penuh kasih sayang. Dengan begitu anak-anak dan suami akan betah tinggal di rumah. Iklim psikologis penuh kasih sayang, kesabaran, ketenangan, dan kehangatan itu memberikan semacam vitamin psikologi yang merangsang pertumbuhan anak-anak menuju pada kedewasaan.

2.Sebagai pengatur rumah tangga

Peran ini sangat berat. Dalam hal ini terdapat relasi-relasi formal dan

semacam pembangian kerja (devesion of labour) : dimana suami terutama


(30)

pengurus rumah tangga, tetapi sering kali juga berperan sebagai pencari nafkah. Dalam hal ini ibu harus mampu membagi waktu dan tenaga karena jika tidak ada keseimbangan antara pekerjaan dengan peran sebagai ibu untuk anak-anak, inilah yang mengakibatkan anak menjadi terlantar sehingga anak-anak merasa tidak disayang dalam keluarga.

3. Sebagai partner hidup

Peran ini ditujukan bagi suami yang memerlukan kebijaksanaan, mampu berpikir luas, dan sanggup mengikuti gerak langkah karir suaminya. Sehingga akan terdapat kesamaan pandangan, perasaan, dan berinteraksi secara lancar dengan mereka.

2.2.3 Peran anak

Peran anak dalam keluarga untuk melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingakat perkembangannya baik fisik, mental, social, dan spiritual ( Setiadi, 2008).

Menurut Mubarak, dkk (2009) terdapat dua peran yang mempengaruhi keluarga yaitu peran formal dan informal.

1. Peran Formal

Peran formal keluarga adalah peran-peran keluarga terkait sejumlah perilaku yang berkurang lebih bersifat hpmogen. Keluarga membagi peran secara merata kepada para anggotanya seperti cara mansyarakat membagi peran-perannya menurut pentingnya pelaksanaan peran bagi berfungsinya suatu sistem. Peran dasar yang


(31)

sebagai provider atau penyedia, pengatur rumah tangga perawat anak baik sehat maupun sakit, sosialisasi anak, rekreasi, memelihara hubungan keluarga paternal dan maternal, peran tearupetik (memenuhi kebutuhan afektif dari pasangan), dan peran sosial.

2. Peran Informal

Peran-peran informal bersifat implicit, biasanya tidak tampak,hanya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan emosional individu atau untuk menjaga keseimbangan dalam keluarga. Peran adaptif antara lain :

a. Pendorong memiliki arti bahwa dalam keluarga terjadi kegiatan

mendorong, memuji, dan menerima konstribusi dari orang lain. Sehingga ia dapat memukul orang lain dan membuat mereka merasa bahwa pemikiran mereka penting dan bernilai untuk di dengarkan.

b. Pengharmonisan yaitu berperan menengahi perbedaan yang

terdapat diantara para anggota, penghibur, dan menyatukan kembali perbedaan pendapat.

c. Inisiator-inisiator yang mengemukakan dan mengajukan ide-ide

baru atau cara-cara mengingat masalah-masalah atau tujuan-tujuan kelompok

d. Pendamai berarti jika terjadi dalam keluarga maka konflik dapat


(32)

e. Pencari nafkah yaitu peran yang dijalankan oleh orang tua dalam memnuhi kebutuhan,baik material maupun non material anggota keluarganya

f. Perawatan keluarga adalah peran yang dijalankan terkait merawat

anggota keluarga jika ada yang sakit.

g. Penghubung keluarga adalah penghubung, biasanya ibu mengirim

dan memonitori komunikasi dalam keluarga.

h. Poinir keluarga adalah membawa keluarga pindah ke suatu wilayah

asing mendapat pengalaman baru.

i. Sahabat, penghibur, dan coordinator yang berarti

mengorganisasikan dan merencanakan kegiatan-kegiatan keluarga yang berfungsi mengangkat keakraban dan memerangi kepedihan.

j. Pengikut dan sanksi, kecuali dalam beberapa hal, sanksi lebih

pasif, sanksi hanya mengamati dan tidak melibatkan dirinya.

2.2.5 Peran keluarga dibidang kesehatan

Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan keparawatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan atau merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan keperawatan mempengaruhi status kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dan tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah


(33)

2.1.6 Pemulihan (Rehabilitasi Medik) pasien

Pemulihan merupakan rehabilitasi medik yang cacat akibat suatu penyakit kepada kemampuan fisik, mental, emosi, social, vokasosial dan ekonomi yang sebesar-besarnya dan bila mampu berkarya diberi kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai (Festy,P. 2009)

Menurut WHO, Pemulihan atau rehabilitas medic adalah semua tindakan yang ditujukan guna mengurangi dampak keadaan cacat dan bersikap serta meningkatkan kemampuan klien mencapai integrasi social (Thamrihsyam H, 1992). Tahap pemulihan pasien antara lain :

1.Pemulangan

Suatu proses dimana pasien mulai mendapat pelayanan kesehatan yang diberikan dengan kesinambungan perawatan baik dalam proses penyembuhan maupun dalam mempertahankan derajat kesehatannya sampai pasien merasa siap untuk kembali ke lingkungannya (Pamila, 2009). Salah satu hal yang diharapkan dari perawatan pasien hospitalisasi ataupun pasien rawat jalan adalah penghentian status pasien serta mempersiapkan pasien dan keluarga untuk perawatan lanjutan di rumah (Stuart, 2001).

2. Perbaikan

Pogresifitas keadaan pasien kea rah yang lebih baik dibandingkan


(34)

3. Rehabilitasi

Proses pemulihan kondisi pasien menjadi lebih baik.

4. Pengembalian

Proses pengembaliaan ini di serahkan oleh perawat kepada keluarga yang berkewajiban merawat pasien yang mengalami pemulihan.

5. Penyembuhan

Proses yang terjadi pada klien yang mngalami sakit menjadi sehat atau masi dalam proses hamper sembuh (pemulihan.

2.1.7 Rawat Jalan

Rawat jalan merupakan salah satu unit kerja di rumah sakit yang melayani pasien yang berobat jalan dan tidak lebih dari 24 jam pelayanan, termasuk seluruh prosedur diagnostic dan teraupetik. Pada waktu yang akan datang, rawat jalan merupakan bagian terbesar dari pelayanan kesehatan di Rumah Sakit. Tujuan pelayanan rawat jalan diantaranya adalah untuk memberikan konsultasi kepada pasien yang memerlukan pendapat dari seorang dokter spesialis, dengan tindakan pengobatan atau tidak. Selain itu juga untuk menyediakan pelayanan tindak lanjut bagi pasien rawat inap yang sudah diijinkan pulang tetapi masih harus dikontrol kondisi kesehatannya (Murdani, 2007).


(35)

2.3 Konsep Skizofrenia 2.3.1 Defenisi Skizofrenia

Skizofrenia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu gangguan psikiatrik mayor yang ditandai dengan adanya perubahan pada persepsi, pikiran, efek, dan perilaku seseorang. Kesadaran yang jernih dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun defisit kognitif tertentu dapat berkembang kemudian (sadock, 2003). Gejala skizofrenia secara garis besar dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu gejala positif dan gejala negative. Gejala positif berupa delusi, halusinasi, kekacauan pikiran, gaduh gelisah dan perilaku aneh atau bermusuhan. Gejala negatif adalah alam perasaan (afek) tumpul atau mendatar, menarik diri atau isolasi diri dari pergaulan, sedikit kontak emosional (pendiam, sulit diajak bicara), pasif, apatis atau acuh, sulit berpikir abstrak dan kehilangan dorongan kehendak atau inisiatif.

2.3.2 Etiologi

Terdapat beberapa pendekatan yang dominan dalam menganalisa penyebab skizofrenia, antara lain :

1. Faktor Genetik

Menurut Maramis (1995), faktor keturunan juga menentukan timbulnya skizofrenia. Hal ini telah dibuktikan dengan penelitian tentang keluarga-keluarga penderita skizofrenia terutama anak-anak kembar satu telur. Angka kesakitan bagi saudara tiri ialah 0,9 – 1,8% ; bagi saudara kandung 7-15%; bagi


(36)

anak dengan salah satu orang tua yang menderita skizofrenia 7-16%; bila kedua orang tua menderita skizofrenia 40-68%; bagi kembar dua telur (heterozigot) 2-15%; bagi kembar satu telur (monozigot) 61-86%. Skizofrenia melibatkan lebih dari satu gen, sebuah fenomena yang disebut quantitative trait loci.

Skizofrenia yang paling sering kita lihat mungkin disebabkan oleh beberapa gen yang berlokasi di tempat-tempat yang berbeda di seluruh kromosom. Ini juga mengklarifikasi mengapa ada gradasi tingkat keparahan pada orang-orang yang mengalami gangguan ini (dari ringan sampai berat) dan mengapa resiko untuk mengalami skizofrenia semakin tinggi dengan semakin banyaknya jumlah anggota keluarga yang memiliki penyakit ini (Durand & Barlow, 2007).

2. Faktor Biokimia

Skizofrenia mungkin berasal dari ketidakseimbangan kimiawi otak yang disebut neurotransmitter, yaitu kimiawi otak yang memumgkinkan neuron-neuron berkomunikasi satu sama lain. Beberapa ahli mengatakan bahwa skizofrenia berasal dari aktivitas neurotransmitter dopamine yang berlebihan di bagian-bagian tertentu otak atau dikarenakan sensitivitas yang abnormal

terhadap dopamine. Banyak ahli yang berpendapat bahwa aktivitas dopamine

yang berlebihan saja tidak cukup untuk skizofrenia. Beberapa neurotransmitter lain seperti serotin dan neropinephirine tampaknya juga memainkan peranan (Durand, 2007).


(37)

3. Faktor Psikologis dan Sosial

Faktor psikososial meliputi adanya kerawanan herediter yang semakin lama semakin kuat, adanya trauma yang bersifat kejiwaan, adanya hubungan orang tua anak yang patogenik, serta interaksi yang patogenik dalam keluarga (Wiraminaradja & Sutarjo, 2005).

Banyak penelitian yang mempelajari bagaimana interaksi dalam keluarga mempengaruhi penderita skizofrenia. Sebagai contoh, istilah schizophregenic mother kadang-kadang digunakan untuk mendeksripsikan tentang ibu yang memiliki sifat dingin, dominan, dan penolak, yang diperkirakan menjadi penyebab skizofrenia pada anak-anaknya (Durand & Barlow, 2007).

Menurut Coleman dan Marimas (1994 dalam Baihaqi et al, 2005), keluarga pada masa kanak-kanak memegang peranan penting dalam pembentukan kepribadian. Orang tua terkadang bertindak terlalu banyak untuk anak dan tidak member kesempatan anak untuk berkembang, ada kalanya orang tua bertindak terlalu sedikit dan tidak merangsang anak, atau tidak meberi bimbingan dan anjuran yang dibutuhkannya.

2.3.4 Perjalanan Penyakit

Perjalanan penyakit skizofrenia sangat bervariasi pada tiap-tiap individu. Perjalanan klinis skizofrenia berlangsung secara perlahan-lahan, meliputi beberapa fase yang dimulai dari keadaan premorbid, prodromal, fase aktif dan keadaan residual (sadock, 2003; Buchanan, 2005).


(38)

Pola gejala premorbid merupakan tanda pertama penyakit skizofrenia, walaupun gejala yang ada dikenali hanya secara retrospektif. Karakteristik gejala skizofrenia yang dimulai pada masa remaja akhir atau permulaan masa dewasa akan diikuti dengan perkembangan gejala prodromal yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa bulan. Tanda dan gejala prodromal yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa bulan. Tanda dan gejala prodromal skizofrenia dapat berupa cemas, gundah (gelisah), merasa diteror atau depresi. Penelitian retrospektif terhadap pasien dengan skizofrenia menyatakan bahwa sebagian penderita mengeluh gejala somatic, seperti nyeri kepala, nyeri punggung dan otot, kelemahan dan masalah pencernaan (Saddock, 2003).

Fase aktif skizofrenia ditandai dengan gangguan jiwa yang nyata secara klinis, yaitu adanya kekacauan dalam pikiran, perasaan dan perilaku. Penilaian pasien skizofrenia terhadap realita terganggu dan pemahaman diri (tilikan) buruk sampai tidak ada. Fase residual ditandai dengan menghilangkannya beberapa gejala klinis skizofrenia. Sisa satu atau dua gejala ang tidak terlalu nyata secara klinis, yaitu dapat berupa penarikan diri (withdrawal) dan perilaku aneh (Buchanan, 2005).

2.3.5Tipe – Tipe Skizofrenia

Diagnosa skizofrenia berawal dari diagnostic and statistical Manual of Mental Disorders (DSM) yaitu: DSM-III (American Psychiatric Assosiation, 1980) dan berlanjut dalam IV (American Psychiatric Assosiation, 1994) dan DSM-IV-TR (American Psychiatric Assosiation, 2000). Berikut ini adalah tipe skizofrenia


(39)

dari DSM-IV-TR-2000. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala yang dominan yaitu (Davison, 2006):

1. Tipe Paranoid

Ciri utama skizofrenia tipe ini adalah waham yang mencolok atau halusinasi auditorik dalam konteks terdapatnya fungsi kognitif dan efektif yang relative masih terjaga. Waham biasanya adalah waham kejar atau waham kebesaran, atau keduanya, tetapi waham dengan tema lain (misalnya waham kecemburuan, keagamaan, atau somalisis) mungkin juga muncul. Ciri-ciri lainnya meliputi ansietas, kemarahan, menjaga jarak dan suka berargumentasi, dan agresif.

2. Tipe Disorganized (Tidak terorganisasi)

Ciri utama skizofrenia tipe disorganized adalah pembicaraan kacau, tingkah laku kacau dan efek yang datar atau inappropriate. Pembicaraan yang kacau dapat disertai kekonyolan dan tertawa yang tidak erat kaitannya dengan isi pembicaraan. Disorganisasi tingkah laku dapat membawa pada gangguan yang serius pada berbagai aktivitas hidup sehari-hari.

3. Tipe Katatonik

Ciri Utama skizofrenia tipe ini adalah gangguan pada psikomotor yang dapat meliputi ketidak bergerakan motorik (waxy flexibility). Aktifitas motor yang berlebihan, negativism yang ekstrim, sama sekali tidak mau bicara dan berkomunikasi (mutism), gerakan-gerakan yang tidak terkendali, mengulang ucapan orang lain (echolalia) atau mengikuti tingkah laku ornag lain (echopraxia).


(40)

4. Tipe Undifferentiated

Tipe Undifferentiated merupakan tipe skizofrenia yang menampilkan perubahan pola simptom-simptom yang cepat menyangkut semua indicator skizofrenia. Misalnya, indikasi yang sangat ruwet, kebingungan (confusion), emosi yang tidak dapat dipegang karena berubah-ubah, adanya delusi, referensi yang berubah-ubah atau salah, adanya ketergugahan yang sangat besar, autism seperti mimpi, depresi, dan sewaktu-waktu juga ada fase yang menunjukkan ketakutan.

5. Tipe Residual

Tipe ini merupakan kategori yang dianggap telah terlepas dari skizofrenia tetapi masih memperlihatkan gejala-gejala residual atau sisa, seperti keyakinan-keyakinan negative, atau mungkin masih memiliki ide-ide tidak wajar yang tidak sepenuhnya delusional. Gejala-gejala residual itu dapat meliputi menarik diri secara sosial, pikiran-pikiran ganjil,inaktivitas, dan efek datar.

2.4 Perawatan Skizofrenia

Selain perawatan di rumah sakit dan rawat jalan, ada cara alternatif perawatan yaitu dirawat hanya pada siang hari atau malam hari saja di rumah sakit, selebihnya pasien berada di rumah bersama dengan keluarga atau di sekolah maupun di tempat kerja bersama teman-temannya. Selain itu, ada terapi residensial yaitu tempat semacam asrama bagi pasien skizofrenia yang sudah relative tenang atau mencapai keadaan remisi tetapi masih memerlukan rehabilitasi dan keterampilan lebih lanjut. Ada juga terapi holistik yang memerlukan perhatian baik untuk fisiknya (makanan, istirahat, medikasi, dan latihan fisik), mental emosional (psikoterapi dan konseling


(41)

okupasional (kegiatan untuk mengisi waktu) dan terapi rehabilitasi atau vokasional (melatih keterampilan kerja tertentu yang dapat digunakan pasien untuk mencari nafkah) juga dapat diberikan pada pasien skizofrenia.

2.5 Pengobatan Skizofrenia

Gangguan jiwa skizofrenia merupakan salah satu penyakit yang cenderrung berlanjutan (kronis menahun). Oleh karenanya terapi pada skizofrenia memerlukan waktu relative lama, berbulan bahkan bertahun. Hal ini dimaksudkan untuk menekan sekecil mungkin kekambuhan (relaps). Terapi yang komprehensif dan holistic atau terpadu dewasa ini sudah dikembangkan sehingga penderita skizofrenia tidak lagi mengalami diskriminasi bahkan metodenya lebih manusiawi daripada sebelumnya. Terapi yang dimaksud meliputi terapi obat-obatan anti skizofrenia (psikofarmaka), psikoterapi, terpai psikososial, dan terapi psikoreligius (Hawari,2001).

2.6 Peran Keluarga Dalam Pemulihan Pasien skizofrenia

Skizofrenia merupakan gangguan sindroma kompleks yang dapat menimbulkan efek merusak pada kehidupan penderita maupun anggota keluarganya. Gangguan ini dapat menganggu persepsi, pikiran, pembicaraan dan gerakan seseorang. Semua aspek aktivitasnya terganggu, bahkan di kalangan masyarakat sering memandang rendah mereka (Hawari, 2001)

Keluarga mempunyai pengaruh yang besar dalam diri kita (Rakhmat, 2005). Suasana keluarga yang saling menghargai dan mempunyai dukungan positif dalam kreativitas sehingga menimbulkan suasana yang positif. Mead (dalam Rakhmat,


(42)

2008) kehangatan keluarga dapat menimbulkan perasaan positif. Ejekan, cemoohan dan hadikkan membuat perasaan negatif.

Adapun peran keluarga dalam pemulihan klien skizofrenia menurut Rasmun (2001) yaitu :

1. Membantu klien minum obat secara teratur.

Keluarga membantu klien dalam cara benar minum obat yaitu benar pasien, benar dosis, benar obat, benar rute, benar waktu.

2. Perhatikan semua kebutuhan klien berkomunikasi, makan, minum, aktivitas

sehari-hari.

Peran keluarga penting dalam kebutuhan sehari-hari klien serta pemenuhan asupan gizi klien untuk peningkatan kesembuhan kesehatan klien.

3.Perhatikan hal-hal yang menimbulkan rasa sedih atau marah klien.

Memperhatikan klien dalam keadaan bagaimna pun dan tanyakan perasaan yang dirasakan klien.

4.Membantu klien dalam kehidupan sehari-hari.

Membantu klien dalam pengobatannya, aktivitasnya serta semua

kebutuhannya.

5.Libatkan klien dalam kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh keluarga.

Ikut sertakan klien dalam kegiatan keluarga jangan tumbulkan rasa malu terhadap klien, berikan rasa peduli dan tanggapan bahwa klien juga mempunyai fungsi seperti manusia normal.


(43)

yang ingin dikemukakandisampaikannya dengan penug perhatian jangan tunjukkan rasa tidak peduli kepada pasien.

7. Memberi obat sesuai dengan dosis/petunjuk dokter.

Membantu klien dalam meminum obat dan melihat petunjuk dokter yang ada agar tidak terjadi kesalahan dalam pengobatan.

8. Beri reinforcemen : bila klien dapat melakukan tugasnya.

Memberikan pujian (reinforcemen) atas semua tugas dan kegiatan yang

dilakukan klien untuk merangsang akan keinginan untuk melakukan kembali.

9. Menemani klien ke pelayanan kesehatan atau rumah sakit terdekat untuk

berobat jalan secara rutin.

Keluarga mempunyai peran dalam pemenuhan dana dan transportasi serta menemani klien ke pelayanan kesehatan atau rumah sakit terdekat untuk berobat jalan secara rutin.


(44)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1.1Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan peran keluarga dalam pemulihan pasien skizofrenia yang dirawat jalan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara, Medan.

Gambar 3.1 Kerangka konseptual penelitian

Keterangan :

. : Peran keluarga dalam pemulihan pasien skizofrenia

3.2 Defenisi Operasional

Defenisi Operasional adalah mendefenisikan variabel secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena (Hidayat, 2011).

Peran Keluarga Dalam Pemulihan Pasien Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara

Baik Cukup Kurang


(45)

Tabel 3.2 Variabel Penelitian

Variabel Defenisi Alat ukur Hasil

Ukur Skala Peran keluarga dalam pemulihan klien skizofrenia

Upaya-upaya yang dilakukan oleh keluarga dalam mempertahankan pemulihan klien skizofrenia yang di rawat jalan di RSJU Medan, dengan cara membantu klien minum secara teratur,memperhatikan komunikasi dengan klien, membantu dan memenuhi semua kebutuhan sehari-hari klien, libatkan klien dalam kegiatan sehari-hariynag dilakukan oleh keluarga, menemani klien ke pelayanan kesehatan atau rumah sakit terdekat untuk berobat jalan secara teratur. Kuisoner (20 pertanyan) Peran keluarga dinilai dengan skala gutman yaitu Baik = 14-20, cukup = 7-13, kurang = 0-6 Ordinal


(46)

BAB 4

METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran peran keluarga dalam pemulihn pasien skizofrenia yang rawat jalan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara.

4.2 Populasi dan Sampel Penelitian

4.2.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu (Hidayat, 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga pasien Skizofrenia yang sedang menjalani rawat jalan di Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan data yang di dapat dari Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara, rata-rata per bulan pasien skizofrenia yang dirawat jalan pada tahun 2012 adalah 1118 orang.

4.2.2 Sampel Penelitian

Sampel merupakan bagian dari populasi yang diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2011). Adapun teknik pengambilan sampel yang akan peneliti gunakan adalah Accidential sampling yaitu pengambilan sampel yang akan dilakukan dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia di


(47)

Populasi dalam penelitian ini sebanyak 1118 orang, kemudian sampel yang akan diambil sebanyak 91 orang yang akan menjadi responden dalam penelitian ini menggunakan rumus Polit dan Hungler dalam buku Nursalam (2003).

N = �

1+� (�)2

Keterangan :

N: Jumlah sampel n: Jumlah populasi d: Tingkat signifikan (p) Maka jumlah sampel :

N = 1118

1+1118 (0.1)2

N = 1118

1+1118 (0,01)

N = 91 Responden

Adapun kriteria inklusi penelitian ini yaitu:

a. Keluarga inti (ayah, ibu, suami/istri, anak, kakak/adik) dari klien yang mengalami gangguan jiwa skizofrenia yang berobat jalan di Rumah Sakit Jiwa Pusat Medan.

b. Tinggal satu rumah

c. Usia responden 18-40 tahun (Hurlock, 1980).


(48)

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara. Alasan peneliti memilih sebagai tempat penelitian karena Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara adalah Rumah Sakit Jiwa terbesar di Sumatera Utara dan merupakan Rumah Sakit rujukan bagi pasien gangguan jiwa di wilayah NAD dan Sumut sehingga memudahkan peneliti untuk mendapatkan sampel sesuai dengan kriteria penelitian.

4.3.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan 10 Oktober s/d 6 Desember 2013

4.4 Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan, peneliti terlebih dahulu mengajukan permohonan pada bagian pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara untuk melakukan studi pendahuluan dalam penyusunan proposal ini. Kemudian dengan pengantar tersebut peneliti akan memberikan kuesioner kepada responden yang akan diteliti dengan terlebih dahulu menjelaskan maksud dan tujuan penelitian kepada responden dengan menekankan pada masalah yang meliputi:

1. Informed Consent (Lembar Persetujuan)

Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Lembar persetujuan diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Jika subjek bersedia, maka


(49)

mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak mereka.

2. Anonimity (Tanpa Nama)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2011).

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang dimodifikasi oleh peneliti dengan berpedoman pada konsep dan tinjauan pustaka. Instrumen pada penelitian ini terdiri dari 2 bagian, yaitu data demografi responden dan kuesioner peran keluarga dalam pemulihan pasien skizofrenia.

Data demografi mencakup jenis kelamin, umur, agama, budaya/suku, tingkat pendidikan, pekerjaan, sumber informasi kesehatan, serta hubungan dengan klien skizofrenia. Kemudian Kuesioner dengan jumlah 20 pertanyaan.


(50)

Penilaian kuesioner menggunakan skala Gutman dengan pilihan jawaban “Benar” dan “Salah”. Penilaian dengan cara menetapkan bobot jawaban terhadap tiap-tiap item yaitu skor nya adalah benar (skor 1) dan salah (skor 0).

Berdasarkan rumus statistik menurut Sudjana (2005) adalah:

P

=

��������

Keterangan:

P = panjang kelas/interval R = Rentang

Sementara kategori adalah 3 yaitu baik, cukup, dan kurang. Maka:

P = 20

3

P = 6,7

Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan Baik : apabila mendapat nilai 14 - 20 Cukup : apabila mendapat nilai 7 - 13 Kurang: apabila mendapat nilai 06

4.6 Validitas dan Reliabilitas

4.6.1 Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoadmodjo, 2010). Suatu instrumen yang valid atau


(51)

sahih mempunyai validitas tinggi, sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas redah.

Instrumen dalam penelitian ini dibuat sendiri oleh peneliti. Untuk instrumen baru perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas untuk mengetahui seberapa besar derajat kemampuan alat ukur dalam mengukur secara konsisten sasaran yang diukur.

Uji validitas instrument dilakukan kepada salah satu dosen Keperawatan Jiwa di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

4.6.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoadmojo,2010).

Penelitian ini digunakan uji relibilitas internal yaitu pemberian instrumen hanya satu kali dengan satu bentuk instrument yang di uji cobakan kepada 20 responden di poli klinik Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara yang memenuhi kriteria dan mempermudah peneliti berhubung waktu penelitiannya terlalu singkat. Peneliti menggunakan Alfa Cronbach untuk uji reliabilitas instrumen. Hasil dari perhitungan diperoleh nilai r sebesar 0,846 atau bernilai > r tabel (0,707) (Hidayat,2011). Hal ini berarti kuesioner telah reliable.


(52)

4.7 Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses pengumpulan karateristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam,2008). Data diambil di Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara. Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan cara mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian kepada Institusi Pendidikan fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara kemudian mengajukan surat izin penelitian dari fakultas ke tempat penelitian. Setelah mendapat persetujuan dari Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara, peneliti melakukan penelitian dengan menjelaskan terlebih dahulu topik, manfaat penelitian dan tujuan penelitian kepada calon responden dan juga peneliti menanyakan apakah calon responden bersedia berpartisipasi dalam penelitian. Jika bersedia, calon responden diminta untuk menandatangani formulir persetujuan (Informed Consent). Setelah itu peneliti memberi kuesioner yang terdiri dari dua bagian yaitu data demogafi dan kuesioner tentang peran keluarga tentang perawatan klien skizofrenia. Jawaban responden dipastikan sesuai dengan apa yang diketahui oleh responden kemudian kuesioner dikumpulkan, dan diperiksa kelengkapannya untuk dianalisa.

4.8 Analisa Data

Setelah semua data terkumpul maka peneliti akan mengadakan analisa data melalui beberapa tahap, yaitu sebagai berikut:


(53)

3.7.1 Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan.

Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

3.7.2 Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer. Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code

book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari

suatu variabel. 3.7.3 Data Entry

Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau database komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau dengan membuat tabel kontigensi.

3.7.4 Melakukan Teknik Analisis

Analisa dilakukan secara deskriptif dengan melihat persentase data yang telah terkumpul dalam tabel distribusi dan frekuensi. Analisa data dilakukan dengan membahas hasil penelitian dengan menggunakan teori kepustakaan yang ada (Hidayat, 2011).


(54)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini diuraikan tentang hasil penelitian melalui pengumpulan data mengenai gambaran peran keluarga dalam pemulihan pasien skizofrenia yang Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara dari 10 Oktober sampai dengan 6 Desember 2013.

5.1.Hasil Penelitian

Hasil penelitian dijabarkan mulai dari deskriptif responden, gambaran peran keluarga dalam pemulihan pasien skizofrenia yang Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara.

5.1.1 Karakteristik Responden

Distribusi Frekuensi Karakteristik peran keluarga terhadap penyembuhan pasien skizofrenia yang di rawat jalan di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumatera Utara Medan.

Tabel 5.1.1. Distribusi Frekuensi dan Persentasi karakteristik keluarga.

Karakteristik Keluarga Frekuensi Persentase %

Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Umur

18-25 26-32

47 44 15 21

51,6 48,4 16,5 23,1


(55)

Karakteristik Keluarga Frekuensi Persentase % Agama Islam Protestan Katolik Budha Budaya Batak Jawa Aceh Lain-lain Pendidikan Tidak sekolah SD SMP SMA Perguruan Tinggi Pekerjaan PNS Swasta

Ibu rumah tangga Lain-lain

Sumber informasi Koran

Petugas Kesehatan Lama sakit

< 1 tahun 1-5 tahun >5 tahun

Hubungan Dengan Pasien Ayah Ibu Saudara Laki-laki Saudara perempuan 53 21 14 3 32 38 18 3 4 12 27 40 8 2 49 19 21 11 80 35 29 27 20 20 27 24 58,2 23,1 15,4 3,3 35,2 41,8 19,8 3,3 4,4 13,2 29,7 44,0 8,8 2,2 53,8 20,9 23,1 12,1 87,9 38,5 31,9 29,7 22,0 22,0 29,7 26,4

Berdasarkan Tabel 5.1.1 diatas menunjukkan data demografi keluarga yang meliputi jenis kelamin, umur, agama, budaya, pendidikan, pekerjaan, sumber


(56)

informasi, lama sakit dan hubungan dengan pasien. Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan, didapat karakteristik keluarga berdasarkan jenis kelamin 51,6% adalah laki-laki. Kelompok usia yang terbanyak menjadi responden yaitu usia 33-40 tahun sebanyak 60,4% dengan kepercayaan agama terbanyak adalah Islam yaitu sebanyak 58,2%, bersuku jawa 41,8% yang mememiliki latar pendidikan sekolah menengah atas sebanyak 44,0% yang mengetahui informasi dari petugas kesehatan sebanyak 87,9%,lama sakit keluarga pasein <1 tahun yaitu sebanyak 38,5% serta hubungan keluarga dengan pasien yang sakit sebagai saudara laki-laki sebanyak 29,7%.

5.1.2.Tabel Distribusi Frekuensi peran keluarga dalam pemulihan pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara, Medan.

Berdasarkan Tabel 5.1.2 menunjukkan bahwa hasil penelitian peran keluarga dalam pemulihan pasien skizofrenia dengan jumlah responden 91 orang dengan nilai tertinggi adalah cukup dengan banyak responden 47 orang (51,6%), hal ini menunjukkan bahwa keluarga dalam merawat anggota yang sakit belum sepenuhnya menjalankan peran keluarga dan tugas keluarga secara maksimal dan 44 orang (48,4%) dengan kriteria baik dan menunjukkan peran keluarga telah terlaksana dengan maksimal.

Peran Keluarga Frekuensi Persentasi

Cukup Baik

47 44

51,6 48,4


(57)

5.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian ini, akan dibahas tentang peran keluarga dalam pemulihan pasien skizofrenia yang berobat jalan. Hasil kuesioner peran keluarga dalam pemulihan pasien skizofrenia yang berobat jalan adalah cukup sebanyak 47 orang (51,6%). Setyowati (2008) mengatakan bahwa peran dan fungsi keluarga untuk melaksanakan praktek asuhan keperawatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan merawat anggota keluarga yang

sakit. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan keperawatan

mempengaruhi status kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang terlaksana. Keluarga yang mampu melaksanakan tugas kesehatan keluarga berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan. Hal ini tidak sesuai dengan hasil kuesoiner yang diperoleh bahwa mayoritas peran keluarga masih cukup, berarti keluarga dalam suatu subsistem komunikasi sebagai sistem sosial tidak berjalan semestinya. Ketidaksesuaian yang terjadi pada peran keluarga ini bisa disebabkan oleh suatu stigma yang terjadi pada masyarakat itu sendiri. Selama ini dalam masyarakat banyak beredar suatu persepsi yang salah mengenai gangguan jiwa ada yang percaya bahwa gangguan jiwa disebabkan oleh gangguan roh jahat, ada yang menuduh bahwa itu akibat guna-guna, karena kutukan atau hukuman atas dosanya. Kepercayaan yang salah ini hanya akan merugikan penderita dan keluarganya karena penginap ganggguan jiwa tidak mendapat pengobatan secara cepat dan tepat (Notosoedirjo, 2005). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mubin (2008) yang meneliti tentang stigma masyarakat dan stigma


(58)

pada diri sendiri memberikan dampak pada keluarga dengan konsekuensi positif dan negatif. Berdasarkan hasil penelitian tersebut adalah makna yang bersifat positif dan negatif. Makna positif berupa terbentuknya koping keluarga yang konstruktif dengan keluarga semakin kompak dan rukun. Selanjutnya makna negatif berupa pengalaman yang tidak menyenangkan, aktivitas seharian terganggu dan keluarga menjadi rendah diri.Keluarga merupakan subsistem komunikasi sebagai sistem sosial yang bersifat unik dan dinamis. Gambaran kondisi yang sulit dipahami ini menjadi upaya penyembuhan menjadi tidak mudah. Hal ini juga bisa dilihat dengan data demografi pada suku atau budaya keluarga dengan mayoritas jawa 38 orang (41,8%), menunjukkan bahwa stigma dalam masyarakat akan penyakit ganggauan jiwa khususnya skizofrenia masih dikatakan dengan penyakit yang disebabkan oleh roh-roh jahat atau setan.

Namun, dalam penelitian ini juga diperoleh hasil kuesioner dengan hasil baik 44 orang (48,4%), belum sebanding dengan nilai mayoritas yang diperoleh. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan keluarga juga berpegaruh dalam merawat pasien skizofrenia,seperti yang diperoleh dalam penelitian bahwa pendidikan keluarga mayoritas adalah SMA dengan jumlah 40 orang (44,0%). Sesuai dengan penelitian Wiyati R (2010) tentang pengaruh psikoedukasi keluarga terhadap kemampuan keluarga dalam merawat klien isolasi sosial, dengan hasil peneliannya bahwa psikoedukasi keluarga mempengaruhi tingkat perawatan dan tingkat koping terhadap pasien isolasi sosial. Menurut Hawari (2003) salah satu kendala dalam upaya penyembuhan pasien gangguan jiwa adalah pengetahuan


(59)

penyakit yang memalukan dan membawa aib bagi keluarga. Penilaian masyarakat terhadap gangguan jiwa sebagai akibat dari dialnggarnya laranga, guna-guna, santet, kutukan dan sejenisnya berdsarkan kepercayaan supranatural. Dampak dari kepercayaan masyarakat dan keluarga, upaya pengobatan pasien gangguan jiwa dibawa berobat ke dukun atau paranormal. Kondisi ini diperberat dengan sikap keluarga yang cenderung memperlakukan pasien dengan disembunyikann diisolasi, dikucilkan bahkan sampai ada yang dipasung.

Keluarga merupakan faktor yang sangat penting dalam proses kesembuhan klien yang mengalami gangguan jiwa. Kondisi keluarga yang teraupetik dan mendukung klien sangat membantu kesembuhan klien dan memperpanjang kekambuhan. Proses penyembuhan pada klien gangguan jiwa harus dilakukan secara holistic dan melibatkan anggota keluarga. Tanpa itu, sama halnya dengan penyakit umum, penyakit jiwa pun bisa kambuh. Keluarga sangat penting untuk ikut berpartisipasi dalam proses penyembuhan karena keluarga merupakan pendukung utama dalam merawat pasien yang memberikan asuhan keperawatan pasien gangguan jiwa. Oleh karena itu, asuhan keperawatan berfokus pada keluarga bukan hanya memulihkan keadaan klien tetapi bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan jiwa dalam keluarga (Keliat, 1996).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti bahwa peran keluarga yang mayoritas sebanyak 47 orang (51,6%) dengan kategori cukup. Hal ini belum menunjukkan bahwa peran keluarga sudah sepenuhnya memberikan arti bahwa


(60)

dan tidak ada lagi kekambuhan bagi pasien. Gambaran kondisi yang sulit dipahami ini menjadi upaya untuk penyembuhan menjadi tidak mudah. Dalam sejarah perkembangan psikologi abnormal, pada zaman demonology, orang yang mengalami gangguan jiwa diyakini dipengaruhi oleh kuasa roh jahat atau setan. Pemahaman ini menjadikan adanya stigma dalam masyarakat pula bahwa keberadaan orang yang mengalami gangguan jiwa sulit atau bahkan tidak bisa sembuh. Stigma masyarakat ini berkaitan dengan upaya penyembuhan terhadap gangguan jiwa. Berdasarkan penelitian kejiwaan yang dilakukan oleh Mubin (2008) yang meneliti tentang stigma msyarakat dan stigma pada diri sendiri memberikan dampak pada keluarga dengan konsekuensi positif dan negatif. Berdasarkan hasil penelitian adalah terdapat makna stigma yang dapat diambil oleh keluarga diantaranya adalah makna yang bersifat positif dan negatif. Makna positif berupa terbentuknya koping keluarga yang konstruktif dengan keluarga semakin kompak dan rukun. Selanjutnya makna negative berupa pengalaman yang tidak menyenangkan, aktivitas seharian terganggu dan keluarga menjadi rendah diri.

Proses penyembuhan pada pasien gangguan jiwa harus dilakukan secara holistic dan melibatkan anggota keluarga. Tanpa itu, sama halnya dengan penyakit umum, penyakit jiwa pun bisa kambuh. Keluarga sangat penting untuk ikut berpartisipasi dalam proses penyembuhan karena keluarga merupakan pendukung utama dalam merawat pasien yang memberikan asuhan keperawatan pasien dengan gangguan jiwa. Oleh karena itu, asuhan keperawatan berfokus pada


(61)

mengembangkan dan meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan jiwa dalam keluarga (Keliat,1996). Hasil penelitian yang sebagian diperoleh peneliti dengan hasil 44 orang (48,4%) adalah baik menunjukkan bahwa peran keluarga disini sudah melakukan semua peran, tugas dan fungsi keluarga secara baik sehingga kekambuhan pada klien pun akan jarang. Dalam hal merawat menunjukkan dukungan yang penuh terhadap klien dan keluarga serta masyarakat telah mendukung akan perawatan pada klien. Menurut Rivai (1996) terdapat empat faktor yang mempengaruhi penerimaan klien skizofrenia oleh keluarga, yaitu: pengetahuan keluarga, struktur keluarga, dukungan keluarga, dan ekonomi keluarga. Namun dari keempat faktor tersebut jika terpenuhi secara baik,maka pelaksanaan perawatan klien skizofrenia akan baik. Keluarga adalah suatu ikatan ikatan atas dasar perkawinan anatara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau sesorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendiri dengan atau tanpa anak, dan tinggal disuatu rumah tangga (Suprajitno, 2004). Adanya suatu iktan tersebut menunjukkan bahwa keluarga masih menganggap klien sebagai angggota keluarga mereka secara sah. Rasa kekhawatiran dan mensia-siakannya klien skizofrenia karena ketaatannya dengan aturan agama yang diyakini keluarga sehingga keluarga merasa takut akan dosa. Hal ini di tunjukkan oleh data demografi oleh keluarga bahwa keluarga mempunyai kepaercayaan masing-masing.


(62)

BAB 6

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

6.1 Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan bahwa peran keluarga dalam pemulihan pasien skizofrenia yang dirawat jalan mayoritas cukup adalah 47 orang (51,6%).

2. Penelitian ini juga menemukan bahwa hampir tidak ada perbedaan antara cukup dengan baik adalah 44 orang (48,4%).

6.2 Rekomendasi

6.2.1 Pendidikan keperawatan

Diharapkan bagi pendidikan bahwa peran keluarga bisa dijadikan materi tambahan di pendidikan keperawatan melihat pentingnya peran keluarga dalam pemulihan pasien gangguan jiwa khususnya skizofrenia.

6.2.2.Praktik keperawatan

Diharapkan untuk lebih memaksimalkan peran keluarga saat melakukan asuhan keperawatan di Rumah sakit Jiwa berupa penyuluhan yang dilakukan perawat pada keluarga agar terlibat langsung sehingga informasi yang disampaikan dapat diterima dan dapat diaplikasikan pada pasien yang dirawat jalan di rumah.


(63)

6.2.2 Penelitian berikutnya

Diharapkan Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya ilmu Keperawatan Jiwa dan Kperawatan Keluarga, agar peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian tentang stigma masyarakat terhadap peran keluarga dalam perkembangan pasein skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara, Medan.

6.3 Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini usia responden terbatas hanya usia dewasa madya diharapkan untuk melengkapi usia keseluruhannya yaitu dari dewasa awal sampai dewasa lanjut. Sehingga tercukupi seluruh usia responden penelitian ini.


(64)

DAFTAR PUSTAKA

Achjar, Komang Ayu Henny. (2010). Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan

Keluarga Cetakan I. Jakarta : Sagung Seto.

American Psychiatric Assosiation. (1980). DSM III. Diagnostic and Statistical

Manual Of Mental Disorder. Three Edition. Washington DC (1994). SM IV. Diagnostic and Statistical

Manual Of Mental Disorder. Fourth Edition. Washington DC.

Arita, Setyowati. (2008). Asuhan Keperawatan Keluarga, Mitra Cendikia Press,

Yogyakarta.

Anthony, Robert M, Govindarajan, Vijay. (2005), Sistem Pengemdalian Manajemen, Edisi 11.

Emnina, E. (2010). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Lama Hari Rawat

Pasien, Dalam Repository USU pada tanggal 11 september 2013 jam 09.12 Wib,Gangguan Jiwa Peserta JamKesMas Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan.

Durand, V.M, Barlow, D.H. (2007). Essentials of Abnormal Psychology,

Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Festy, P. (2009). Peran Keluarga Dalam Pelaksanaan Rehabilitasi Medik Pada

Pasien Stroke. Ditelisuri pada tanggal 28 April 2013 jam 21.30 WIB

Pelaksanaan-Rehabilitas-Medik-Pada-Pasien-Stroke.pdf

Friedman. M (2010). Keperawatan Keluarga Riset,Teori dan Praktik. Jakarta :

ECG.

Hurlock. B, (1980). Psikologi Perkembangan, Jakarta: Erlangga.

Hawari, (2001). Pendekatan Holistic pada Gangguan Jiwa Skizofrenia. FKUI :

Jakarta

Hidayat, Azis .A.A. (2011). Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisis

Data, Jakarta: Salemba Media


(65)

Iyus Yosep. (2008). Penyuluhan Kesehatan Dan Bahaya Napza Di Desa Legok

Kidul Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang.

http://www.google.co.id/search?q=gangguan+jiwa&hl=id&start=10&sa= N. Dilihat Pada tanggal 9 januari jam 11.23 Wib.

Keliat, Budi Anna (1996). Peran Serta Keluarga Dalam Perawatan Klien

Gangguan Jiwa Cetakan 2. Jakarta : ECG

(2005), Proses Keperawatan Masalah Keperawatan Jiwa. Edisi 2. Jakarta, ECG

Maramis. W. (1995). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi Lima, Jakarta :

Erlangga University Prees.

Maslim, R. (2001). Diagnosis gangguan jiwa, Rujukan ringkas PPDGJ-III.

Jakarta: Fk Unike Atma Jaya.

M.Isa .(2011). Hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan pasien minum

obat di poliklinik Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan.

Murdani Eti, (2007). Pengembangan Sistem Informasi Rekam Medis Rawat

JalanUntuk Mendukung Evaluasi Pelayanan Di RSU Bina Kasi Ambarawa. Ditelusuri pada tanggal 23 Mei 2013 jam 20.00 WIB di

Notoadmojo, Soekijo. (2010). Metodologi Peneliian Kesehatan, Jakarata : PT

Rineka Cipta.

Notoadmojo.(2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta : Rineksi cipta. Notosoedirjo, (2005). Kesehatan Mental . Malang : UMM Press

Nurlina,S, (2012). Gambaran Pengetahuan Keluarga Terhadap Perawatan

Pasien Halusinasi Pendengaran di Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan. Akademi Kperawatan Depertemen Kesehatan Medan

Nursalam, (2003). Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Rakhmat, Jalaluddin (2005). Psikologi Komunikasi , Edisi Revisi. Jakarta :

Remaja Rosdakarya.

Rasmun, (2001). Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi


(66)

Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan sadock’s of psychiatry. Behavior sciences/clinical Psychiatry. 10th ed. Lippintcott williams & wilkins, 2003.

Samsidar, (2006). Karakteristik Peran Kelaurga dalam Pemulihan Pasien

Skizofrenia yang Rawat Jalan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan.Universitas Sumatera Utara.

Saputra, Nanda (2010). Hubungan dukungan keluarga dengan kekambuhan

pasien skizofrenia di Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera. Ditelusuri pada tanggal 3 April 2013 jam 20.00 Wib di

Setiadi. (2008).Keperawatan Keluarga. ECG,Jakarta.

Setiawan S, Agus citra D. (2008). Penuntun Praktis Asuhan Keperawatan

Keluarga Cetakan 1 Edisi ke-2. Jakarta. Trans Info Media.

Shochib, M.(1998). Pola Asuh Orangtua Dalam Membentuk Anak

Mengembangkan Disiplin Diri. Jakarta : Rineka Cipta Stuarad, G.W. (2006). Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta: EGC

Sudjana, (2005). Metode Statistik Edisi Revisi Cetakan 6. Bandung : Tursita Suprajitno, (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga Cetakan I. Jakarta : Buku

Kedokteran ECG.Susanto, (2009). Pemulihan Jiwa jilid 3. Jakarta : TransMedia


(67)

PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

Judul ::

Peneliti : Nurhasanah Nasution

NIM : 121121066

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan untuk menyelesaikan tugas akhir program studi Ilmu Keperawatan bertujuan untuk mengetahui Gambaran Peran Keluarga Dalam Pemulihan Pasien Skizofrenia Yang Rawat Jalan Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013

Partisipasi anda dalam penelitian ini bersifat sukarela. Anda mempunyai hak bebas untuk berpartisipasi atau menolak menjadi responden. Jika anda tidak bersedia menjadi responden maka saya akan tetap menghargai, dan jika anda bersedia, mohon untuk menandatangani lembaran ini.

Peneliti akan menjamin kerahasiaan identitas dan jawaban yang anda berikan. Jika anda mempunyai pertanyaan mengenai penelitian ini, maka peneliti dengan senang hati akan memberikan penjelasan. Atas kerjasamanya diucapkan terima kasih.

Medan, Okt 2013

Responden Peneliti

( ) (Nurhasanah Nst)

Gambaran Peran Keluarga Dalam Pemulihan Pasien Skizofrenia Yang Rawat Jalan Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013


(68)

(69)

(70)

LEMBAR KUESIONER

GAMBARAN PERAN KELUARGA DALAM PEMULIHAN PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA

DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2013

1. Petunjuk Pengisian

Saudara diharapkan:

a. Menjawab setiap pernyataan yang tersedia dengan memberikan tanda

sheck list (√) pada setiap tempat yang tersedia

b. Semua pernyataan harus dijawab

c. Tiap pernyataan harus diisi dengan satu jawaban

d. Bila ada yang kurang dimengerti dapat ditanyakan kepada peneliti

2. Data Demografi

Nama : (Tidak perlu di isi)

Jenis Kelamin : Laki-laki

Perempuan

Umur : ………. Tahun

Agama : Islam Hindu

Protestan Budha

Katolik

Budaya/Suku : Batak Jawa

aceh Lain-lain

Pendidikan : Tidak sekolah SD

SMP SMA

Perguruan Tinggi

Pekerjaan : PNS Swasta


(71)

Sumber Informasi: TV/Radio Koran

Internet Petugas Kesehatan

Lama sakit pasien: < 1 tahun

1-5 tahun > 5 tahun


(72)

3. Kuesioner Gambaran Peran Keluarga Dalam Pemulihan Pasien Skizofrenia Yang Dirawat Jalan

NO PERNYATAAN JAWABAN

YA TIDAK

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Keluarga selalu memperhatikan bahwa obat yang diminum adalah sesuai nama anggota keluarganya. Keluarga selalu memperhatikan dosis obat yang diminum klien.

Keluarga selalu memperhatikan obat yang diminum klien adalah obat anggota keluarganya.

Keluarga selalu membantu dan memperhatikan dalam cara meminum obat klien.

Keluarga selalu mengingatkan klien waktu meminum obat yang telah ditentukan oleh dokter.

Keluarga selalu memperhatikan kebersihan diri klien. Keluarga selalu memberikan asupan bergizi klien. Keluarga selalu memperhatikan pola tidur dan istirahat klien.

Keluarga selalu memperhatikan klien ketika mulai menyendiri.

Keluarga selalu menjaga perasaan klien.

Keluarga selalu memperhatikan hal-hal yang membuat klien senang dan sedih.

Keluarga berusaha selalu mendukung setiap penyembuhan klien.

Keluarga mengikut sertakan klien dalam pembagian tugas kepada masing-masing anggota keluarga. Keluarga mengikut sertakan klien dalam acara-acara keluarga seperti rekreasi.

Keluarga menerima saran yang disampaikan oleh klien dalam pengambilan keputusan dalam menghadapi masalah keluarga.

Keluarga selalu menanggapi yang disampaikan klien dengan penuh

Keluarga selalu memberi pujian atas semua aktivitas yang klien lakukan.

Keluarga memberi kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan baru dan memberi pujian atas tindakannya.

Keluarga selalu menemani dalam pengobatan klien ke pelayanan kesehatan atau Rumah Sakit terdekat.

Keluarga selalu memenuhi semua dana dan transportasi klien jika waktunya berobat.


(1)

Pertanyaan 19

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid salah 2 2.2 2.2 2.2

benar 89 97.8 97.8 100.0

Total 91 100.0 100.0

Pertanyaan 20

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid benar 91 100.0 100.0 100.0

Skor

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 7-13 47 51.6 51.6 51.6

14-20 44 48.4 48.4 100.0

Total 91 100.0 100.0

Kategori

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid baik 44 48.4 48.4 48.4

cukup 47 51.6 51.6 100.0

Total 91 100.0 100.0


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Daftar Riwayat Hidup

Nama

: Nurhasanah Nasution

Tempat Tanggal Lahir

: Padangsidempuan, 01 November 1991

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Alamat

: Jl. Merdeka,Simaninggir, Kec.Sipirok, Kab. Tapanuli

Selatan

Riwayat Pendidikan

:

1.

SD Negeri 124789

: 1997-2003

2.

SMP Negeri 3 Sipirok

: 2003-2006

3.

SMA Negeri 2 Plus Sipirok

2006-2009