Interaksi terhadap warga sekitar

nya ngomong sama mas gun ngehina aku, terus gun e gak nerimano terus jotos-jotosan. Terus mar itu masuk rumah cari belati, terus disidang sama romo terus suruh keluar. Terus suruh pulang kerumahnya sendiri-sendiri, umpamanya mau kembali lagi ke sini ya sudah gak boleh dek. Kalo tukaran ya romo ya takut nu, ora kurangen opo-opo ora ngeleh kok do tukaran, ono opo ” wawancara pada tanggal 04 Juni 2013 Dari pernyataan tersebut interaksi mereka di sana terjadi karena dua hal yaitu asosiatif dan disasosiatif. Interaksi sosial yang bersifat asosiatif yaitu yang mengarah pada bentuk asosiasi serta memiliki tiga dimensi yaitu kerjasama, akomodasi dan asimilasi. Interaksi yang bersifat disasosiatif yaitu mengarah ke bentuk pertentangan dan juga memiliki tiga dimensi persaingan, kontroversi serta Konflik. Banyak faktor yang mempengaruhi interaksi sosial antara lain jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan bentuk tubuh seseorang Karp dan Yoels, 2007. Yang menjadi permasalahan adalah mantan penderita kusta merupakan penderita yang memiliki ketidaksempurnaan dalam fisik namun mereka merupakan individu yang perlu berinteraksi dengan individu lainya.

2. Interaksi terhadap warga sekitar

Selain interaksi dengan sesama mantan penderita kusta warga WIRESKAT mengaku merasa nyaman ketika berada di sana. Karena mereka memiliki jiwa senasib dan sepenanggungan dan mereka semua yang tinggal di panti mengalami penderitaan yang sama. Kebanyakan dari mereka mengungkapkan bahwa tidak terlalu ada masalah dengan orang-orang di luar panti, walaupun sehari-hari kegiatan mereka lebih sering brada di dalam lingkungan panti, namun mereka masih memilki teman di luar lingkungan panti. Seperti yang di ungkapkan oleh Bapak Muhaijir 65 Tahun seperti berikut : “...ruang gerak kita untuk keluar itu terbatas mbak, ya kita sadar diri lah, orang namanya kita cacat orang lain pasti nganggapnya kita penyakitan pasti langsung menjauh, tapi sejauh ini orang luar baik- baik kok mbak wawancara pada tanggal 03 Juni 2013 Dari pernyataan di atas menunjukkan bahwa interaksi yang terjalin antara mereka dan masyarakat sekitar baik, walaupun dari diri mereka sendiri sudah membatasi diri untuk berinteraksi lebih intensif. Seperti hal-hal yang melibatkan masyarakat sekitar mereka cenderung lebih tertutup namun sejauh ini masyarakat pun menanggapi keberaaan mereka dengan baik. Menurut Charles H. Cooley menekankan peranan interaksi dalam proses sosialisasi yaitu konsep diri self-concept seseorang berkembang melalui interaksinya dengan orang lain. Diri yang berkembang melalui interaksi dengan orang lain ini dinamakan looking-glass self yang terbentuk melalui tiga tahapan, yaitu : a. Kita membayangkan bagaimana kita di mata orang lain. Seorang anak merasa dirinya sebagai anak yang paling hebat dan yang paling pintar karena sang anak memiliki prestasi di kelas dan selalu menang di berbagai lomba. b. Kita membayangkan bagaimana orang lain menilai kita. Dengan pandangan bahwa si anak adalah anak yang hebat sang anak membanyangkan pandanagan orang lain terhadap kita. Ia merasa orang lain selalu memuji dia, selalu percaya pada tindakanya. Perasaan ini bisa muncul dari perlakuan orang terhadap dirinya. Misalnya, gurunya selalu mengikursertakan dirinya dalam berbagai lomba atau orang tuanya selalu memamerkan kepada orang lain. Ingatlah bahwa pandangan ini belum tentu benar. Sang anak mungkin merasa dirinya hebat padahal bila dibandingkan dengan orang lain, ia tidak ada apa-apanya. Perasaan hebat ini bisa jadi menurun kalau sang anak memperoleh informasi dari orang lain bahwa ada anak yang lebih hebat dari dia. c. Bagaimana perasaan kita sebagai akibat penilaian tersebut. Dengan adanya penilaian bahwa sang anak adalah anak yang hebat, timbul perasaan bangga dan penuh percaya diri. Dari konsep yang dipaparkan diatas jelas bahwa interaksi mantan penderita kusta tergantung dari peranan interaksi dalam proses sosialisasi yang terjadi di panti tersebut. Masyarakat dan mantan penderita kusta saling melengkapi dalam berinteraksi unruk menciptakan sosialisasi yang baik.

3. Interaksi dengan Keluarga