9
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1. Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang kehidupan sosial mantan penderita kusta sudah beberapa kali dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Hasil dari penelitian
terdahulu membantu penulis memperoleh gambaran tentang bagaimana kehidupan sosial sehari-hari mantan penderita kusta di WIRESKAT dan
membantu agar penelitian ini menjadi lebih baik serta sebagai pedoman bagi penulis.
Penelitian pertama dilakukan oleh Dwi Sosiarini 2003 tentang Pengetahuan, Sikap Dan Peran Keluarga Dalam Upaya Penyembuhan
Penderita Kusta Di Wilayah Kerja Puskesmas Kramatsari Kota Pekalongan Tahun 2002 menjelaskan tentang bagaimana peran keluarga dalam membantu
penyembuhan penyakit kusta. Dengan hasil penelitian menunjukkan : a. Pengetahuan tentang penyakit kusta, b. Sikap subjek terhadap penderita kusta
1 menerima sebagaimana mestinya 2 tidak mengucilkan 3 membawa penderita ke pelayanan kesehatan untuk berobat, c. Peran keluarga dalam
upaya penyembuhan 1 memberikan bantuan materi kepada penderita 2 menjalin komunikasi aktif dengan penderita 3 melibatkan penderita dalam
aktifitas sehari-hari 4 memberikan nasihat dan informasi. Dalam penelitian tersebut juga menyarankan agar lebih meningkatkan pengetahuan masyarakat
tentang penyakit kusta, merawat penderita kusta agar terhindar dari cacat kusta serta melakukan kunjungan secara rutin.
Penelitian kedua oleh Rohmatika 2010 dengan judulGambaran Konsep Diri Pada Klien Dengan Cacat Kusta Di Kelurahan Karangsari RW
13 Kecamatan Neglasari Tangerang Tahun 2009. Hasil penelitian menunjukkan konsep klien cacat kusta terjadi karena persepsi masyarakat
tentang kusta dan sikap masyarakat yang takut tertular ketika melihat kecacatan yang dirimbulkan oleh penyakit kusta. Terdapat sikap negatif terhadap
kehadiran penderita kusta dengan adanya pernikahan dengan keluarga kusta, namun dalam kegiatan sosial seperti syukuran dan kegiatan agama umumnya
menunjukkan sikap positif dari masyarakat. Umumnya informan memiliki konsep
diri positif,
mereka menerima
kecacatanya dan
mampu mengungkapkan kepribadianya melalui wawancara. Dengan demikian
disarankan untuk melakukan promosi kesehatan dan upaya preventif secara terpadu melalui program pelatihan khusus perawat cacat kusta bagi petugas
puskesmas dengan pemeriksaan kecacatan tingkat II atau POD Preventif Of Dissability. Meningkatkan pengetahuan melalui penyuluhan serta melibatkan
penderita cacat kusta sebagai role model dalam pendidikan kesehatan. Lebih lanjut pencegahan dan perawatan cacat kusta secara dini oleh petugas
kesehatan dan peran serta masyarakat merupakan hal yang terpenting. Hal ini juga yang diberikan WIRESKAT pada mantan penderita kusta dengan prinsip
memberikan kepentingan terbaik untuk mantan penderita kusta, menghargai pandangan mantan penderita kusta, menjamin terpenuhinya hak-hak mantan
penderita kusta untuk hidup dan memberikan perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Penelitian ketiga dilakukan oleh Dony Yudiananda2011 tentang Hubungan Peran Keluarga Dengan Kepatuhan Berobat Pada Penderita Kusta
Di Wilayah Kerja Puskesmas Banjar Kecamatan Galis Kabupaten Bangkalan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keluarga penderita kusta hampir
setengahnya berperan baik, penderita kusta sebagian besar patuh dalam berobat dan ada hubungan antara peran keluarga dengan kepatuhan berobat pada
penderita kusta. Keluarga diharapkan lebih aktif berperan terhadap kepatuhan berobat pada penderita kusta. Keluarga lebih aktif berperan terhadap kepatuhan
berobat pada penderita kusta dan hendaknya petugas kesehatan meingkatkan pelayananya dengan cara memberikan penyuluhan pada penderita kusta dan
keluarganya. Hal tersebut diperkuat dengan beberapa sampel responden yang dipilih oleh peneliti.
2. Kusta Dalam Perspektif Kedokteran Medis