Pengaruh Perubahan BI Rate Terhadap Laba PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk.

(1)

PENGARUH PERUBAHAN BI RATE TERHADAP LABA PT.BANK MANDIRI (PERSERO) Tbk

TUGAS AKHIR Diajukan Oleh:

RISKI WIDYA PANGESTIKA 122101237

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Studi Diploma III

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

NAMA : RISKI WIDYA PANGESTIKA LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR

NIM : 122101237

PROGRAM STUDI : DIPLOMA III MANAJEMEN KEUANGAN

JUDUL : PENGARUH PERUBAHAN BI RATE

TERHADAP LABA PT. BANK MANDIRI (PERSERO) Tbk.

Tanggal : ………. 2015 Dosen Pembimbing

Drs. Liasta Ginting M.Si NIP : 19590713 198703 003

Tanggal : ………. 2015 Ketua Program Studi

Diploma III Manajemen Keuangan

Dr. Yeni Absah SE, M.Si NIP : 19741123 2000122 001

Tanggal : ………. 2015 Dekan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec. Ac, Ak, CA NIP : 19560407 1980021 001


(3)

i Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikumWr. Wb.

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis mampu menyelesaikan Tugas Akhir ini tepat pada waktunya sekaligus sebagai titik akhir dari sebuah proses pembelajaran di Program Diploma III Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Tugas Akhir ini berjudul “PENGARUH PERUBAHAN BI RATE TERHADAP LABA PT. BANK MANDIRI (PERSERO) Tbk” dan disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada program Diploma III Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Teristimewa penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orangtua Ayahanda Nawawi dan Ibunda Sri Utami yang telah memberikan dukungan, dan doa yang tiada henti-hentinya selama ini sehingga penulis bisa menyelesaikan Tugas Akhir ini. Serta Tante (Agustining SH, Mkn) dan Om (Kombespol Drs. Yasdan Rivai M.Hum) yang mendidik dan memotivasi penulis selama ini sehingga penulis bisa melanjutkan pendidikan sampai saat ini. Namun berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak jugalah maka Tugas Akhir ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini penulis berterima kasih kepada:


(4)

ii

S.E., M.Si. selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Diploma III Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Liasta Ginting, M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan saran, arahan dan koreksi kepada penulis.

4. Terimakasih untuk sahabat-sahabat penulis momon, arie dan teman-teman Program Studi D-III Manajemen Keuangan Grup D stambuk 2012 yang selalu setia membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Akhir kata, kepada pihak yang telah memberi bantuan yang tak ternilai harganya ini, penulis mengucapkan terima kasih. Dan besar harapan penulis semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi rekan-rekan pembaca sekalian.

WassalamualaikumWr.Wb.

Medan, Juni 2015 Penulis


(5)

iii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah... 3

C. Tujuan Penelitian... 4

D. Manfaat Penelitian……….. 4

BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Singkat Perusahaan... 5

B. Struktur Organisasi... 11

C. Uraian Pekerjaan... 13

D. Kinerja Terkini………... 18

BAB III PEMBAHASAN A. Pengertian BI rate... 20

B. Laba... 30

C. Pengaruh Perubahan BI rate terhadap Laba PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk... 37

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 43

B. Saran... 44


(6)

iv

Tabel 3.2 Perbandingan BI rate terhadap Laba


(7)

v

Tbk... 12 Gambar 3.1 Kinerja Keuangan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk……….. 40


(8)

1 A. Latar Belakang

Berselang satu hari setelah diumumkan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi, Otoritas Moneter dalam hal ini Bank Indonesia (BI) juga mengumumkan kenaikan suku bunga acuan (BI rate) sebesar 25 basis poin dari 7,5 persen menjadi 7,75 persen . Sedangkan suku bunga pinjaman (Lending facility) juga mengalami kenaikan sebesar 50 basis poin menjadi 8,00 persen, sementara suku bunga deposito (deposit facility) tetap pada level 5,75 persen berlaku efektif sejak 19 November 2014. Dalam siaran persnya, BI rate ditempuh untuk menjangkar ekspektasi inflasi dan memastikan bahwa tekanan inflasi pasca-kenaikan harga BBM bersubsidi tetap terkendali, temporer, dan dapat segera kembali pada lintasan sasaran yaitu ± 4 sampai 1 persen pada tahun 2015. Kenaikan suku bunga pinjaman (lending facility) yang lebih tinggi dari BI rate dan tidak dinaikkannya suku bunga deposit (deposit facility) karena untuk menjaga agar perbankan lebih memilih untuk meminjam atau menempatkan akses likuiditasnya melalui pasar uang antar bank.

Selain itu kebijakan kenaikan BI rate adalah untuk memastikan bahwa defisit neraca transaksi berjalan tetap terkendali di sekitar 2,5 – 3 persen dari PDB (Produk Domestik Bruto) dan tidak membesar, serta menjaga agar kepercayaan investor tetap kuat untuk mendukung pembiayaan pembangunan. Defisit neraca transaksi berjalan atau Current Account Deficit (CAD) yang


(9)

terkendali sangatlah penting untuk memastikan perekonomian nasional yang dapat menciptakan pertumbuhan kuat dan berimbang, serta penciptaan lapangan kerja dapat terus berlanjut.

Dalam perkembangan sistem perekonomian dunia saat ini, pergerakan sistem keuangan yang terjadi di dunia juga ikut terkena dampaknya. Melihat dari perkembangan sistem keuangan, tidak terlepas dari peran perbankan yang secara mutlak menjadi bagian didalamnya. Kondisi tersebut tercermin pada kondisi Indonesia saat mengalami krisis ekonomi dan moneter pada tahun 1997/1998. Ketika sektor perbankan terpuruk, perekonomian juga ikut terpuruk, demikian sebaliknya.

Profitabilitas bank merupakan fungsi dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor mikro atau faktor spesifik bank yang menentukan profitabilitas. Sedangkan faktor eksternal merupakan variabel-variabel yang tidak memiliki hubungan langsung dengan manajemen bank, tetapi faktor tersebut secara tidak langsung memberikan efek bagi perekonomian dan hukum yang akan berdampak pada kinerja lembaga keuangan.

Faktor yang tidak dapat dikontrol atau faktor eksternal dapat mempengaruhi kinerja bank. Faktor eksternal yang perlu diperhatikan adalah inflasi, tingkat kurs mata uang asing, suku bunga, kondisi perekonomian dan siklus output, serta variabel yang mempresentasikan karakteristik pasar.

Tingginya angka inflasi dapat berdampak pada sektor perbankan. Oleh karena itu, Bank Indonesia juga perlu untuk menetapkan tingkat suku bunga


(10)

(BI rate) yang sesuai, sebagai dasar atau patokan bank umum dan swasta untuk menentukan suku bunga mereka agar mereka dapat tetap likuid dan menguntungkan. Salah satu penyebab krisis yang dialami Dalam perekonomian yang terus semakin berkembang, Industri perbankan telah mengalami perubahan besar dalam beberapa tahun terakhir. Industri ini menjadi lebih kompetitif karena deregulasi peraturan. Saat ini, bank memiliki fleksibilitas pada layanan yang mereka tawarkan, lokasi tempat mereka beroperasi, dan tarif yang mereka bayar untuk simpanan deposan.

Besarnya tingkat suku bunga (BI rate) manjadi salah satu faktor bagi perbankan untuk menentukan besarnya suku bunga yang ditawarkan kepada masyarakat. Suku bunga berpengaruh terhadap keinginan dan ketertarikan masyarakat untuk menanamkan dananya di bank melalui produk-produk yang ditawarkan. Dampak bagi bank itu sendiri, yakni dengan semakin banyaknya dana yang ditanamkan oleh masyarakat, akan meningkatkan kemampuan bank dalam menyalurkan dana tersebut dalam bentuk kredit dimana dari kredit yang disalurkan tersebut, bank memperoleh profit. Sehingga, semakin banyak kredit yang disalurkan, berdampak pada besarnya pendapatan yang diperoleh bank.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, terdapat suatu masalah yang pokok yaitu bagaimana Pengaruh perubahan BI rate terhadap laba PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, dengan meninjau dari laporan


(11)

keuangan laba rugi PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk dengan tingkat perkembangan BI rate.

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pertumbuhan dari perubahan BI rate periode 2012-2014.

2. Mengetahui tingkat pertumbuhan Laba bersih PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk periode 2012-2014.

3. Mengetahui pengaruh perubahan suku bunga acuan (BI rate) terhadap Laba bersih pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk.

D. Manfaan Penelitian

1. Bagi penulis : untuk menambah ilmu pengetahuan mengenai perkembangan ekonomi makro terutama perkembangan perubahan BI rate terhadap Laba Bank.

2. Bagi perusahaan : mempermudah mahasiswa dalam memberikan informasi mengenai perubahan tingkat suku bunga Bank apabila terjadi perubahan BI rate, dan bagaimana kebijakan Bank dalam menghadapi perubahan BI rate.

3. Bagi peneliti : menjadi pembanding bagi peneliti-peneliti lain dikemudian hari, dan juga menjadi masukan bagi pihak lain dalam meneliti masalah yang berkaitan dengan penelitian ini.


(12)

5 A. Sejarah Singkat Perusahaan

Bank Mandiri didirikan pada 2 Oktober 1998, sebagai bagian dari program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia. Pada bulan Juli 1999, empat bank pemerintah yaitu Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank Ekspor Impor Indonesia dan Bank Pembangunan Indonesia dilebur menjadi Bank Mandiri, dimana masing-masing bank tersebut memiliki peran yang tak terpisahkan dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Sampai dengan hari ini, Bank Mandiri meneruskan tradisi selama lebih dari 140 tahun memberikan kontribusi dalam dunia perbankan dan perekonomian Indonesia.

1. Konsolidasi dan integrasi

Segera setelah merger, Bank Mandiri melaksanakan proses konsolidasi secara menyeluruh. Pada saat itu, kami menutup 194 kantor cabang yang saling berdekatan dan rasionalisasi jumlah karyawan dari jumlah gabungan 26.600 menjadi 17.620. Brand Bank Mandiri diimplementasikan ke semua jaringan dan seluruh kegiatan periklanan dan promosi lainnya. Salah satu prestasi Bank Mandiri yang paling signifikan adalah dengan mengganti platform teknologinya secara menyeluruh. Bank Mandiri mewarisi total 9 core banking system yang berbeda dari 4 bank pendahulunya. Bank Mandiri segera berinvestasi untuk mengkonsolidasikan sistem-sistem dari platform yang


(13)

terkuat. Dibutuhkan tiga tahun dan dana sebesar US$ 200 Juta demi mengembangkan program untuk menggantikan core banking platform sebelumnya agar sesuai dengan standar perbankan ritel. Kini infrastruktur IT Bank Mandiri telah menyediakan sistem pengolahan data straigth-through dan interface yang seragam bagi pelanggannya. Sesuai dengan visi kami, Bank Mandiri memasuki segmen bisnis yang menguntungkan dan memiliki prospek tumbuh, sekaligus berperan sebagai institusi perbankan yang komprehensif. Untuk itu, Bank Mandiri berfokus pada segmen korporasi, komersial, mikro & ritel, serta pembiayaan konsumen dengan strategi yang berbeda di setiap bisnisnya dan bersinergi dengan seluruh segmen pasar yang ada. Kehadiran Bank Mandiri sebagai Bank Domestik Multispesialis di Indonesia dapat diterjemahkan ke dalam langkah-langkah khusus dengan menumbuhkan pangsa pasar dominan di segmen yang kami fokuskan. Selain itu, Bank Mandiri juga memiliki visi untuk menjadi bank terdepan di Indonesia. Sebagai bank publik, visi Bank Mandiri untuk menjadi bank blue chip publik di Asia Tenggara ini akan diukur berdasarkan kapitalisasi pasar.

2. Program Transformasi Tahap I (2005 - 2009)

Ambisi Bank Mandiri yang ditetapkan untuk 4 tahun ke depannya hanya dapat dicapai dengan mengubah organisasi kami untuk dapat beradaptasi dengan dinamika dan pergerakan pasar. Di tahun 2005, kami berkomitmen untuk menjalankan program transformasi selama 5 tahun untuk membentuk Bank Mandiri menjadi Bank Multispesialis yang Dominan. Kami menetapkan empat tema transformasi sebagai syarat utama: budaya, penjualan, aliansi dan


(14)

kontrol NPL. Bank Mandiri melakukan Program Transformasi dalam tiga tahap, yaitu:

2.1 Tahap 1 (2006-2007)

Back on Track : Dalam tahapan ini, fokus utama kami adalah merekonstruksi ulang fondasi Bank Mandiri untuk pertumbuhan di masa depan.

2.2 Tahap 2 (2008-2009)

Outperform the Market : Dalam periode ini, Bank Mandiri lebih menekankan ekspansi bisnis untuk menjamin pertumbuhan yang signifikan di berbagai segmen dan mencapai level profit yang mampu melampaui target rata-rata pasar.

2.3 Tahap 3 (2010)

Shaping the End Game : Di tahap ini, Bank Mandiri menargetkan diri untuk menjadi bank regional terdepan melalui konsolidasi dari bisnis jasa keuangan dan lebih mengutamakan peluang strategi pertumbuhan non-organik, termasuk memperkuat kinerja anak perusahaan dan akuisisi bank atau perusahaan keuangan lainnya yang dapat memberikan nilai tambah bagi Bank Mandiri.

Proses transformasi yang telah dijalankan sejak tahun 2005 hingga tahun 2010 ini secara konsisten berhasil meningkatkan kinerja Bank Mandiri. Hal ini tercermin dari peningkatan berbagai parameter finansial, diantaranya:


(15)

a. Kredit bermasalah turun signifikan, tercermin dari rasio NPL net konsolidasi yang turun dari 15,34% di tahun 2005 menjadi 0,62% di tahun 2010.

b. Laba bersih Bank Mandiri juga tumbuh sangat signifikan dari Rp 0,6 Triliun di tahun 2005 menjadi Rp 9,2 Triliun di tahun 2010.

Sejalan dengan transformasi bisnis, Bank Mandiri juga melakukan transformasi budaya dengan merumuskan kembali nilai nilai budaya untuk menjadi pedoman kerja pegawai. Bank Mandiri juga berhasil mencatat sejarah dalam peningkatan kualitas layanan, yaitu menjadi service leader perbankan nasional dengan menempati urutan pertama pelayanan prima selama empat tahun berturut-turut (tahun 2007, 2008, 2009 dan 2010) berdasarkan survey Marketing Research Indonesia (MRI). Selain itu, Bank Mandiri juga mendapat apresiasi dari berbagai pihak dalam penerapan Good Corporate Governance.

Peningkatan kinerja Bank Mandiri mendapatkan respon positif oleh investor, tercermin dari meningkatnya harga saham Bank Mandiri secara signifikan dari posisi terendah Rp 1.110 per lembar saham pada 16 November 2005, menjadi Rp 6.300,- per lembar saham pada 30 September 2011, atau meningkat 33,6% per tahunnya berdasarkan rata-rata (CAGR). Dalam kurun waktu kurang lebih 6 tahun, nilai kapitalisasi pasar Bank Mandiri meningkat sekitar 7 kali lipat, dari Rp 21,8 Triliun menjadi Rp 146,9 Triliun.


(16)

3. Program Transformasi Tahap II (2010 - 2014)

Saat ini Bank Mandiri tengah melaksanakan tahap transformasi lanjutan tahun 2010-2014, dimana kami telah melakukan revitalisasi visi, yaitu "Menjadi Lembaga Keuangan Indonesia yang Paling Dikagumi dan Selalu Progresif". Sejalan dengan visi tersebut, Bank Mandiri juga ditargetkan mampu mencapai nilai kapitalisasi pasar terbesar di Indonesia, yaitu di atas Rp 225 Triliun dengan pangsa pasar pendapatan mendekati 16%, ROA mencapai kisaran 2,5% dan ROE mendekati 25%, namun tetap menjaga kualitas asset yang direfleksikan dari rasio NPL gross di bawah 4%. Bank Mandiri juga berambisi untuk masuk dalam jajaran Top 5 Bank di ASEAN pada tahun 2014. Selanjutnya di tahun 2020, Bank Mandiri menargetkan untuk masuk dalam jajaran Top 3 Bank di ASEAN dalam hal nilai kapitalisasi pasar dan menjadi pemain utama di regional. Untuk mewujudkan visi tersebut, transformasi bisnis di Bank Mandiri tahun 2010 - 2014 akan difokuskan pada 3 (tiga) area bisnis yaitu:

3.1 Wholesale Transaction

Bank Mandiri akan memperkuat leadership-nya dengan menawarkan solusi transaksi keuangan yang komprehensif dan membangun hubungan yang holistik melayani institusi corporate & commercial di Indonesia.

3.2 Retail deposit & payment

Bank Mandiri memiliki aspirasi untuk menjadi bank pilihan nasabah di bidang retail deposit dengan menyediakan pengalaman perbankan yang unik dan unggul bagi para nasabahnya.


(17)

3.3 Retail Financing

Bank Mandiri memiliki aspirasi untuk meraih posisi nomor 1 atau 2 dalam segmen pembiayaan ritel, terutama untuk memenangkan persaingan di bisnis kredit perumahan, personal loan, dan kartu kredit serta menjadi salah satu pemain utama di micro banking.

Ketiga area fokus tersebut didukung dengan penguatan organisasi dan peningkatan infrastruktur (cabang, IT, operation dan risk Management) untuk memberikan solusi layanan terpadu. Disamping itu, Bank Mandiri didukung oleh Sumber Daya Manusia yang handal, teknologi yang selalu update, penerapan manajemen risiko dalam menjalankan bisnis secara seksama dan penuh pertimbangan, serta penerapan Good Corporate Governance yang telah teruji.

4. Visi Dan Misi Perusahaan

Visi: “Menjadi Lembaga Keuangan Indonesia yang paling dikagumi dan selalu progresif .”

Misi:

a. Berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pasar

b. Mengembangkan sumber daya manusia professional

c. Memberi keuntungan yang maksimal bagi stakeholder

d. Melaksanakan manajemen terbuka


(18)

Kami berkomitmen membangun hubungan jangka panjang yang didasari atas kepercayaan baik dengan nasabah bisnis maupun perseorangan. Kami melayani seluruh nasabah dengan standar layanan internasional melalui penyediaan solusi keuangan yang inovatif. Kami ingin dikenal karena kinerja, sumber daya manusia dan kerjasama tim yang terbaik.

Dengan mewujudkan pertumbuhan dan kesuksesan bagi pelanggan, kami mengambil peran aktif dalam mendorong pertumbuhan jangka panjang Indonesia dan selalu menghasilkan imbal balik yang tinggi secara konsisten bagi pemegang saham.

B. Struktur Organisasi

Struktur organisasi merupakan susunan pola perhubungan antara fungsi-fungsi untuk menggambarkan pembagian tugas dan wewenang serta tanggungjawab dari masing-masing staf pegawai sehingga proses pelaksanaan kerja semakin efektif dan mempermudah pencapaian tujuan yang telah ada. Adapun struktur organisasi PT. BANK MANDIRI (PERSERO) Tbk, adalah sebagai berikut:


(19)

(20)

C. Uraian Pekerjaan

Adapun uraian tugas dan tanggung jawab pada masing-masing jabatan dalam struktur organisasi pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Branch Manager

a. Memberikan kebijakan atas kurs transaksi kepada nasabah tertentu sesuai dengan kewenangan yang ditentukan oleh kantor pusat.

b. Mewakili Bank Mandiri dalam berhubungan dengan pihak ketiga.

c. Mengusulkan kepada Direksi dalam hal penerimaan, pengangkatan, penempatan dan pemberhentian pegawai.

d. Mendayagunakan seluruh asset spoke untuk tercapainya target yang ditentukan.

e. Menindak lanjuti hasil audit dari auditor intern/ekstern.

f. Pembinaan sumber daya manusia, pengelolaan dan pendayagunaan sarana organisasi secara efisien dan efektif.

g. Terlaksananya kontinuitas kerja dan operasi spoke. h. Kerahasiaan password.

i. Mempertahankan dan mengembangkan posisi volume transaksi, keuntungan dan nama baik spoke.

2. Customer Service Officer

a. Melaksanakan standar pelayanan di front office sesuai dengan standar yang ditentukan Bank Mandiri.


(21)

b. Melaksanakan fungsi pemasaran/promosi produk dana dan jasa Bank Mandiri antara lain produk tabungan, giro, deposito, payment point dan produk/jasa lainnya).

c. Melaksanakan fungsi pemasaran Consumer Loan.

d. Melaksanakan fungsi Money Changer yakni memelihara dan membangun jaringan dengan pelaku pasar dan melaksanakan terjadinya transaksi jual beli bank notes sesuai target yang ditetapkan.

e. Memberikan penjelasan kepada nasabah dan menyelesaikan keluhan nasabah.

f. Melaksanakan pelayanan rekening dana.

g. Melaksanakan tugas-tugas administrasi customer service.

3. Customer Servive Reserventative

a. Melaksanakan standar pelayanan di front office sesuai standar yang ditentukan Bank Mandiri.

b. Melaksanakan fungsi pemasaran dan promosi produk dan jasa Bank Mandiri.

c. Memberikan penjelasan kepada nasabah dan menangani keluhan nasabah. d. Melaksanakan pelayanan rekening.

e. Melaksanakan tugas-tugas administrasi customer service. f. Merupakan contact point trade services di Hub Outlet

g. Terlaksananya layanan prima dan advis bidang trade finance and services kepada nasabah.


(22)

h. Dilakukannya proses dokumen ekspor dan impor nasabah sesuai standar prosedur dan kualitas yang telah ditetapkan.

i. Melaksanakan transaksi trade services sesuai standar prosedur dan kualitas yang ditetapkan.

j. Mengadministrasikan/membukukan seluruh transaksi trade services sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

4. Customer Service Administration a. Menginput data tambahan CIF b. Penerbitan buku cek dan bilyet giro

c. Melakukan completion RTGS, TT dan Bank Draff d. Pencetakan Surat Perintah Kiriman Uang

e. Menginput payroll service

f. Melakukan proses awal bank garansi dan referensi bank

5. Head Teller Tunai dan Head Teller Non Tunai

a. Menjamin terlaksananya “Standar Pelayanan Teller” sesuai standar yang ditentukan Bank Mandiri.

b. Menjamin ketepatan waktu pembukaan dan penutupan vault/ kluis/ khasanah.

c. Mengamankan/ menyimpan kunci vault/ kluis/ khasanah yang menjadi wewenangnya.

d. Menjamin keamanan dan kerapihan ruang vault/ kluis/ khasanah e. Meyakini kebenaran dalam memeriksa dan melegalisasi kegiatan kas.


(23)

f. Meyakini kebenaran dan ketelitian atas pemeriksaan saldo fisik uang dengan laporanTeller-Teller.

g. Memberikan persetujuan penarikan (otorisasi) diatas wewenang Teller. h. Menjamin kebenaran dan ketelitian pelaksanaan cash opname.

i. Menjamin kerahasiaan password milik sendiri dan tidak melakukan sharing password dengan pegawai lain.

j. Menjamin keamanan atas penyimpanan blanko warkat berharga (cek, bilyet giro, bilyet deposito, sertifikat deposito, buku tabungan).

k. Mengambil langkah kebijakan yang diperlukan.

l. Melaksanakan tugas-tugas khusus yang diberikan oleh Hub Outlet Manager .

m. Memberikan otorisasi untuk transaksi di atas wewenang Teller sampai dengan limit wewenang Head Teller

n. Mengatur saldo kas di cabang pada saat operasi.

o. Memastikan tersedianya uang tunai di Hub Outlet sesuai limit yang ditentukan.

p. Melakukan verifikasi atas transaksi yang dilakukan Teller

6. Teller Tunai dan Teller Non Tunai

a. Memberikan pelayanan yang baik, cepat dan tepat kepada nasabah sesuai “Standar Pelayanan Teller”.

b. Memproses transaksi tunai dan non tunai sesuai dengan batas kewenangannya.


(24)

c. Meyakini kebenaran dan keaslian uang tunai/bank notes dan warkat berharga

d. Meyakini kesesuaian jumlah fisik uang dengan warkat transaksi. e. Meyakini kebenaran pembukuan dan validasi.

f. Memberikan informasi kepada nasabah.

g. Menjamin kerahasiaan password milik sendiri dan tidak melakukan sharing password dengan pegawai lainnya.

h. Menjaga keamanan, kebersihan dan ketertiban pemakaian terminal komputer.

i. Menjaga kerapihan dan kebersihan counter Teller

j. Menjamin keamanan boks Teller dan kewenangan memegang kunci boks. k. Melaksanakan transaksi pembayaran tunai dan non tunai, termasuk

warkat-warkat sesuai batas wewenangnya.

l. Melakukan verifikasi dan menandatangani warkat transaksi.

m. Melaksanakan pengambilan dan pengantaran uang ke Cabang Koordinator/Pooling cash atau nasabah.

7. Verifikator

a. Memantau, merekonsiliasi dan mengklarifikasikan rekening antar kantor, rekening-rekening perantara.

b. Bertanggung jawab atas terlaksananya verifikasi transaksi-transaksi di Hub dengan ketentuan dan SOM yang ditentukan.

c. Melaksanakan penyusunan laporan kepada pihak eksternal d. Melaporkan dan memantau posisi likuiditas harian.


(25)

e. Melaksanakan pengelolaan system computer.

D. Kinerja Terkini

Pada akhir 2014, Bank Mandiri bertekad untuk menjadi salah satu bank Top 5 di ASEAN, sedangkan pada tahun 2020 Bank Mandiri mengharapkan untuk menjadi salah satu Top 3 di ASEAN dalam hal kapitalisasi pasar, dan untuk menjadi pemain regional utama. Dalam rangka mewujudkan visi ini, transformasi bisnis Bank Mandiri selama periode 2010-2014 akan fokus pada 3 bidang, yaitu:

1. Transaksi Grosir

Bank Mandiri mengkonsolidasikan posisi kepemimpinannya dengan menawarkan solusi yang komprehensif transaksi keuangan dan mengembangkan pendekatan hubungan holistic dalam melayani nasabah korporasi dan komersial di Indonesia.

2. Deposit Retail & Pembayaran

Bank Mandiri bertekad untuk menjadi bank pilihan konsumen di pasar deposito ritel dengan menyediakan pengalaman perbankan yang unik dan unggul.

3. Retail Pembiayaan

Tujuan Bank Mandiri adalah menjadi bank No 1 atau 2 dalam segmen pembiayaan ritel terkemuka di hipotek, pinjaman pribadi, dan pasar kartu kredit, dan dengan menjadi pemain utama di segmen perbankan mikro.

Selain berfokus pada tiga bidang strategis, Bank Mandiri juga memperkuat struktur organisasi dan infrastruktur (cabang, IT, operasi,


(26)

manajemen risiko) untuk menyediakan solusi layanan yang lebih terintegrasi. Dalam upaya untuk mencapai tujuannya, Bank Mandiri manfaat dari dukungan sumber daya manusia, teknologi, manajemen risiko kehati-hatian, dan tata kelola perusahaan yang baik.


(27)

20 A. Pengertian BI rate

Ada beberapa pengertian BI rate, sebagaimana yang disebutkan dalam inflation targeting framework bahwa BI rate merupakan suku bunga acuan Bank Indonesia dan merupakan sinyal (Stance) dari kebijakan moneter Bank Indonesia.

Pengertian BI rate adalah suku bunga instrumen sinyaling Bank Indonesia yang ditetapkan pada RDG (Rapat Dewan Gubernur) triwulanan yang berlaku selama triwulan berjalan (satu triwulan), kecuali ditetapkan berbeda oleh RDG bulanan dalam triwulan yang sama, dikutip dari Bank Indonesia dalam inflation framework.

Dari pengertian BI rate tersebut terlihat jelas bahwa BI rate berfungsi sebagai sinyal dari kebijakan moneter Bank Indonesia, dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa respon kebijakan moneter dinyatakan dalam kenaikan, penurunan, atau tidak berubahnya BI rate tersebut.

Sedangkan menurut Dahlan Siamat dalam bukunya yang berjudul Manjemen Lembaga Keuangan Kebijakan moneter dan Perbankan menyebutkan bahwa “BI rate adalah suku bunga dengan tenor satu bulan yang diumumkan oleh Bank Indonesia secara periodik untuk jangka waktu tertentu yang berfungsi sebagai sinyal (stance) kebijakan moneter” (Dahlan Siamat,2005:123)


(28)

Dari pengertian yang dikeluarkan oleh Dahlan Siamat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa BI rate digunakan sebagai acuan dalam operasi moneter untuk mengarahkan agar rata-rata tertimbang suku bunga SBI-1 bulan hasil lelang OPT (Operasi Pasar Terbuka) berada disekitar BI rate. Selanjutnya suku bunga SBI-1 bulan tersebut diharapkan akan mempengaruhi suku bunga Pasar Uang Antar Bank (PUAB), suku bunga deposito dan kredit serta suku bunga jangka waktu yang lebih panjang.

Dengan mempertimbangkan faktor-faktor perekonomian lainnya, apabila inflasi kedepan diperkirakan melampaui sasaran yang telah ditetapkan, pada umumnya Bank Indonesia akan menaikkan BI rate. Demikian sebaliknya, apabila inflasi kedepan diperkirakan berada dibawah sasaran yang telah ditetapkan, Bank Indonesia akan menurunkan BI rate.

Kenaikan maupun penurunan BI rate pada umumnya ditentukan oleh beberapa hal diantaranya adalah :

1. Inflasi nasional.

Inflasi merupakan suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus (continue) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain : konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidak lancaran distribusi barang.

Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan dan yang kedua adalah desakan produksi atau kurangnya produksi (product or


(29)

service) dan juga kurangnya distribusi. Untuk sebab pertama lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan moneter (Bank Sentral), sedangkan untuk sebab kedua lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan eksekutor yang dalam hal ini dipegang oleh Pemerintah (Government) seperti perpajakan, pungutan, insentif, disinsentif, kebijakan pembangunan infrastruktur, regulasi, dll.

Inflasi tarikan permintaan terjadi akibat adanya permintaan total yang berlebihan dimana biasanya dipicu oleh membanjirnya likuiditas di pasar sehingga terjadi permintaan yang tinggi dan memicu perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya volume alat tukar atau likuiditas yang terkait dengan permintaan terhadap barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan tesrhadap

Meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi itu kemudian menyebabkan harga karena suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full employment dimana biasanya lebih disebabkan oleh rangsangan volume likuiditas dipasar yang berlebihan.

inflasi. Bank sentral suatu negara pada umumnya berusaha mengendalikan tingkat inflasi pada tingkat yang wajar. Beberapa bank sentral bahkan memiliki kewenangan yang independen dalam artian bahwa kebijakannya tidak boleh diintervensi oleh pihak di luar bank sentral termasuk pemerintah. Hal ini disebabkan karena sejumlah studi menunjukkan bahwa


(30)

bank sentral yang kurang independen salah satunya disebabkan intervensi pemerintah yang bertujuan menggunakan kebijakan moneter untuk mendorong perekonomian akan mendorong tingkat inflasi yang lebih tinggi.

Bank sentral umumnya mengandalkan jumlah tingkat itu, bank sentral juga berkewajiban mengendalikan tingkat nilai tukar mata uang domestik. Hal ini disebabkan karena nilai sebuah mata uang dapat bersifat internal maupun eksternal banyak diterapkan oleh bank sentral di seluruh dunia, termasuk oleh

2. Kebijakan moneter.

Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 3 tahun 2004 pasal 7 tentang Bank Indonesia. Hal yang dimaksud dengan kestabilan nilai rupiah antara lain adalah kestabilan terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin pada inflasi. Untuk mencapai tujuan tersebut, sejak tahun 2005 Bank Indonesia menerapkan kerangka kebijakan moneter dengan inflasi sebagai sasaran utama kebijakan moneter (Inflation Targeting Framework) dengan menganut sistem nilai tukar yang mengambang (free floating). Peran kestabilan nilai tukar sangat penting dalam mencapai stabilitas harga dan sistem keuangan. Oleh karenanya, Bank Indonesia juga menjalankan kebijakan nilai tukar untuk


(31)

mengurangi volatilitas nilai tukar yang berlebihan, bukan untuk mengarahkan nilai tukar pada level tertentu.

Dalam pelaksanaannya, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk melakukan kebijakan moneter melalui penetapan sasaran-sasaran moneter (seperti uang beredar atau suku bunga) dengan tujuan utama menjaga sasaran laju inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah. Secara operasional, pengendalian sasaran-sasaran moneter tersebut menggunakan instrumen-instrumen, antara lain operasi pasar terbuka di pasar uang baik rupiah maupun valuta asing, penetapan tingkat diskonto, penetapan cadangan wajib minimum, dan pengaturan kredit atau pembiayaan.

3. Ekonomi nasional maupun internasional.

Pengaruh perdagangan internasional terasa pada harga, pendapatan nasional, dan tingkat kesempatan kerja negara-negara yang terlibat dalam perdagangan internasional tersebut. dalam negeri. Sebaliknya, di dalam negeri. Permintaan masyarakat akan memengaruhi kesempatan kerja dan pendapatan nasional, dan di antara lain akan tergantung pada besarnya ekspor neto, yaitu selisih antara ekspor dan impor. Bila ekspor neto positif, berarti ekspor lebih besar daripada impor, kesempatan kerja dan pendapatan nasional cenderung akan naik. Besarnya ekspor neto sangat ditentukan oleh nilai kurs mata uang negara yang bersangkutan. Misalnya, nilai


(32)

ekspor dari akan cenderung meningkat. Sebaliknya, harga barang-barang dari AS relatif menjadi mahal sehingga impor akan akan cenderung menurun. Dengan demikian, penurunan nilai meningkatkan ekspor neto, demikian pula sebaliknya. Jadi, kegiatan serta kejadian internasional akan memengaruhi pengaruh nilai kurs mata uang pada impor, ekspor, dan akhirnya permintaan masyarakat.

Pengaruh ini terasa pada ekonomi dalam negeri. Bank-bank serta perusahaan-perusahaan besar dan perorangan dapat meminjamkan uangnya di dalam negeri maupun luar negeri, tergantung mana yang lebih menguntungkan. Keuntungan ini tergantung dari tingginya tingkat bunga yang ditawarkan oleh masing-masing negara. Bila di AS lebih tinggi tingkat bunganya, misalnya, maka dana akan mengalir banyak ke AS, begitu pula sebaliknya. Tetapi, mengalirnya banyak dana ke AS akan mengakibatkan penawaran kredit menjadi meningkat, dan hal ini akan menurunkan kembali tingkat bunga disana. Demikian seterusnya sehingga dicapai suatu tingkat bunga yang dapat mempertahankan keseimbangan. 4. Kondisi perbankan di Indonesia.

Kondisi perbankan di Indonesia juga dapat mempengaruhi terjadinya perubahan BI rate, dikutip dari harian kompas.com Ekonom Ryan Kiryanto menilai jumlah perbankan Indonesia saat ini terlalu banyak, sehingga cenderung tidak efisien. Bagi Otoritas Jasa Keuangan (OJK)


(33)

selaku pengawas dan pengatur industri jasa keuangan pun, kondisi ini menjadi merepotkan. Dengan kondisi perbankan yang semacam itu, Ryan menilai OJK sebagai regulator tak hanya mengatur dan mengawasi perbankan, namun industri keuangan lainnya pula.

Tujuan dari Menaikkan BI rate adalah untuk menekan laju inflasi dan memberi kekuatan kepada rupiah dalam menghadapi mata uang asing, dan untuk memperkuat likuiditas keuangan dimana Bank Indonesia berharap dana asing yang keluar akibat pelemahan nilai tukar rupiah kembali bisa masuk ke Indonesia.

Sebagai sebuah kebijakan moneter dengan cakupan yang luas mulai dari stabilitas harga, pertumbuhan ekonomi, perluasan kesempatan kerja, keseimbangan neraca pembayaran, stabilitas financial market, dan stabilitas pasar valuta asing.

Kenaikan BI rate ini mempunyai implikasi negatif karena akan mempengaruhi sektor riil terutama usaha menengah kebawah. Mengingat terbatasnya dana untuk para pelaku usaha dalam kelompok ini dalam melangsungkan usaha mereka. Kondisi ini akan berimbas memperlambat sektor riil sehingga pertumbuhan ekonomi pasti akan rendah.

Sebagai gambaran sederhana, kenaikan BI rate akan mengakibatkan kenaikan suku bunga perbankan. Bank bisa saja menaikkan suku bunga simpanan ataupun pinjaman.

Kenaikan suku bunga simpanan akan mendorong masyarakat menunda kegiatan konsumsi karena memilih menyimpan dana di bank. Kondisi ini


(34)

selain akan meningkatkan biaya dana bank pada sektor riil akan terjadi penurunan konsumsi masyarakat yang efeknya akan melemahkan permintaan akan barang/jasa yang diproduksi oleh sektor industri, hal ini tidak mungkin akan melemahkan produktivitas perusahaan yang berujung pada pengurangan volume produksi dan pengurangan tenaga kerja, sehingga terjadi pengangguran.

Kenaikan BI rate ini yang akan berpengaruh pada margin, sehingga bank harus menaikkan suku bunga pinjaman. Langkah bank menaikkan suku bunga pinjaman akan berhadapan pada resiko kredit bermasalah dan karena mahalnya bunga pinjaman akan sangat berdampak pada perkembangan usaha, dikarenakan terbatasnya dana untuk keberlangsungan usaha. Kondisi inilah yang akan memicu perlambatan pertumbuhan ekonomi.

Upaya pemerintah untuk mengurangi dampak kenaikan BI rate terutama bagi sektor usaha riil adalah dengan mengeluarkan paket ekonomi dimana perusahaan diberikan peluang untuk menjual barangnya di pasar dalam negeri maupun ekspor juga. Upaya lain yaitu mendorong kebijakan fiskal untuk membuat investasi dan daya beli tetap tejangkau.

Dalam penetapannya, jadwal penetapan dan penentuan BI rate melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG), yaitu :

1. Penetapan respons (stance) kebijakan moneter dilakukan setiap bulan melalui mekanisme RDG Bulanan dengan cakupan materi bulanan.

2. Respon kebijakan moneter (BI rate) ditetapkan berlaku sampai dengan RDG (Rapat Dewan Gubernur) berikutnya.


(35)

3. Penetapan respon kebijakan moneter (BI rate) dilakukan dengan memperhatikan efek tunda kebijakan moneter (lag of monitary policy) dalam mempengaruhi inflasi.

4. Dalam hal terjadi pengembangan di luar perkiraan semula, penetapan (stance) Kebijakan Moneter dapat dilakukan sebelum RDG Bulanan melalui RDG Mingguan.

Besarnya perubahan BI rate atau respon kebijakan mometer dinyatakan dalam perubahan BI rate (secara konsisten dan bertahap dengan kelipatan 25 basis poin (bps). Dalam kondisi untuk menunjukkan intensi Bank Indonesia yang lebih besar terhadap pencapaian sasaran inflasi, maka perubahan BI rate dapat dilakukan lebih dari 25 bps dalam kelipatan 25 bps.

Berikut data BI rate pada tahun 2012-2015 Tabel 3.1

Pergerakan BI Rate Tahun 2012-2014 TANGGAL

PERUBAHAN BI Rate (%)

11 Desember 2014 7,75 18 November 2014 7,75 13 November 2014 7,50

7 Oktober 2014 7,50

11 September 2014 7,50

14 Agustus 2014 7,50

10 Juli 2014 7,50

12 Juni 2014 7,50

8 Mei 2014 7,50

8 April 2014 7,50

13 Maret 2014 7,50

13 Februari 2014 7,50

9 Januari 2014 7,50

12 Desember 2013 7,50 12 November 2013 7,50

8 Oktober 2013 7,25


(36)

Sumber : Bank Indonesia, tahun 2012-2014

Berdasarkan tabel diatas (Tabel 3.1) dapat dilihat bahwa perkembangan BI rate pada awal tahun 2012 bulan Januari tingkat BI rate mencapai 6,00 %, dan di bulan Februari terjadi penurunan BI rate sebesar 25 basis poin menjadi 5,75 %. Bank Indonesia tetep mempertahankan BI rate sepanjang Triwulan III-2012 pada level 5,75 %.

Pada bulan Juni 2013 BI rate mengalami kenaikan sebesar 25 basis poin menjadi 6,00 %. Dalam kurun waktu 1 bulan BI rate mengalami kenaikan lagi sebesar 50 basis poin menjadi 6,50 %. Pertumbuhan Indonesia yang sedang melambat serta inflasi bulanan lebih rendah dari sebelumnya menjadi

TANGGAL PERUBAHAN

BI Rate (%)

29 Agustus 2013 7,00

15 Agustus 2013 6,50

11 Juli 2013 6,50

13 Juni 2013 6.00

14 Mei 2013 5,75

11 April 2013 5,75

7 Maret 2013 5,75

12 Februari 2013 5,75 10 Januari 2013 5,75 11 Desember 2012 5,75

8 November 2012 5,75

11 Oktober 2012 5,75

13 November 2012 5,75

9 Agustus 2012 5,75

12 Juli 2012 5,75

12 Juni 2012 5,75

10 Mei 2012 5,75

12 April 2012 5,75

8 Maret 2012 5,75

9 Februari 2012 5,75 12 Januari 2012 6,00


(37)

alasan untuk beranggapan bahwa Bank Indonesia tidak akan menaikkan kembali suku bunga acuannya.

Pada tahun 2014 BI rate mengalami kenaikan lagi sebesar 25 basis point menjadi 7,75 %. Kenaikan tersebut dilakukan Bank Indonesia untuk menjangkar ekspektasi inflasi dan memastikan bahwa tekanan inflasi pasca kenaikan harga BBM bersubsidi tetep tekendali.

B. Laba

Salah satu sasaran penting bagi organisasi yang berorientasi pada profit (keuntungan) akan menghasilkan laba. Oleh karena itu, jumlah laba yang dihasilkan dapat dipakai sebagai salah satu alat ukur efektivitas perusahaan karena laba merupakan keuntungan yang diterima perusahaan, karena perusahaan telah melakukan pengorbanan untuk kepentingan pihak lain.

1. Pengertian Laba

Laba atau keuntungan dapat di definisikan dengan dua cara. Yang pertama laba dalam ilmu ekonomi murni didefinisikan sebagai peningkatan kekayaan seorang investor sebagai hasil penanaman modalnya, setelah dikurangi biaya-biaya yang berhubungan dengan penanaman modal tersebut. Sementara itu, laba dalam akuntansi didefinisikan sebagai selisih antara harga penjualan dengan biaya produksi. Perbedaan di antara keduanya adalah dalam pendefinisian biaya.

Pengertian laba menurut Darsono dan Ari Purwati (2008:177) adalah : “Laba ialah prestasi seluruh karyawan dalam suatu perusahaan yang


(38)

dinyatakan dalam bentuk angka keuangan yaitu selisih positif antara pendapatan dikurangi beban (expanse)”.

Sedangkan menurut M. Nafarin (2007:788) pengertian laba adalah : “Laba bersih merupakan selisih lebih semua pendapatan dan keuntungan terhadap semua beban dan kerugian”.

Menurut Soemarsono (2002:234) laba bersih adalah : “Laba bersih merupakan selisih lebih semua pendapatan dan keuntungan terhadap semua beban dan kerugian”.

Dari pengertian diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa laba berasal dari semua transaksi atau kejadian yang terjadi pada badan usaha dan akan mempengaruhi kegiatan perusahaan pada periode tertentu dan laba didapat dari selisih antara penapatan dan beban, apabila pendapatan lebih besar dari beban maka perusahaan akan mendapatkan laba apabila terjadi sebaliknya maka perusahaan mendapatkan kerugian.

2. Jenis-jenis Laba

Menurut Supriyono (2002:177) mengemukakan bahwa jenis-jenis laba dalam hubungnnya dengan perhitungan laba, yaitu :

a. Laba Kotor adalah perbedaan antara pendapatan bersih dan penjualan dengan harga pokok penjualan.

b. Laba dari Operasi adalah selisih antara laba kotor dengan total beban operasi.


(39)

c. Laba bersih adalah angka terakhir dalam perhitungan laba dan rugi dimana untuk mencarinya laba operasi ditambah pendapatan lain-lain dikurangai dengan beban lain-lain.

Setiap perusahaan ataupun jenis usaha lainnya mempunyai tujuan yang sama, yaitu memperoleh laba yang besar untuk dapat memperoleh keuntungan.

Laba yang diperoleh perusahaan dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu laba kotor dan laba bersih. Dimana laba kotor dapat diartikan sebagai berikut :

Pengertian yang diungkapkan oleh tokoh ahli mengenai laba kotor adalah “Laba kotor adalah penghasilan yang diperolehdari penjualan total kepada para pembeli selama periode yang bersangkutan” (Al. Haryono Jusup, 1997:343). Sedangkan pengertian laba bersih adalah “Laba bersih adalah laba yang diperoleh dari seluruh penghasilan dikurangi dengan seluruh biaya” (Basu Swastha, 1993:325).

3. Pengklasifikasian Laba

Laba yang didapat oleh perusahaan berbeda-beda sesuai dengan urutan dan jenisnya. Untuk memudahkan manajemen dalam menentukan laba apakah yang akan dihasilkan oleh perusahaan. Laba yang akan dicapai tersebut digolongkan terlebih dahulu, dikaitkan dengan penetapan pengukuran laba menurut Supriyono (2002:178) adalah sebagai berikut :

a. Laba kotor atas penjualan merupakan selisih dari penjualan bersih dan harga pokok penjualan. Laba ini dinamakan laba kotor hasil penjualan


(40)

bersih belum dikurangi dengan beban operasi lainnya untuk periode tertentu.

b. Laba bersih operasi perusahaan yaitu laba kotor dikurangi dengan sejumlah biaya penjualan, biaya administrasi dan umum.

c. Laba bersih sebelum potongan pajak merupakan pendapatan perusahann secara keseluruhan sebelum potongan pajak perseroan, yautu perolehan apabila laba operasi dikurangi atau ditambah dengan selisih pendapatan dan biaya lain-lainnya.

d. Laba bersih setelah potongan pajak yaitu laba bersih setelah pajak ditambah atau dikurangi dengan pendapatan dan biaya non operasi dan dikurangi dengan perseroan.

4. Tujuan Laba

Menurut Anis dan Imam (2003:216) mengutarakan bahwa tujuan pelaporan laba adalah sebagai berikut :

a. Sebagai indikator efisiensi penggunaan dana yang bertahan dalam perusahaan yang diwujudkan dalam tingkat kembaliannya.

b. Sebagai dasar pengukuran prestasi manajemen. c. Sebagai dasar penentuan besarnya perencanaan pajak.

d. Sebagai alat pengendalian sumber daya ekonomi suatu Negara. e. Sebagai kompensasi dan pembagian bonus.

f. Sebagai alat motivasi majemen dalam pengendalian perusahaan . g. Sebagai dasar bentuk kenaikan kemakmuran.


(41)

Dari kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan dilaporkannya laba adalah sebagai indikator efisiensi penggunaan dana yang digunakan sebagai dasar untuk pengukuran, penentuan, pengendalian,motivasi prestasi manajemen dan sebagai dasar kenaikan kemakmuran serta dasar pembagian dividen untuk para investor yang menanamkan modalnya pada perusahaan. 5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laba

Didalam memperoleh laba diharapkan perusahaan perlu melakukan suatu pertimbangan khusus dalam memperhitungkan laba yang diharapkan dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi laba tersebut.

Faktor-faktor yang mempengaruhi laba menurut Mulyadi (2001:513), yaitu :

a. Biaya yang timbul dari perolehan atau mengolah suatu produk atau jasa akan mempengaruhi harga jual produk yang bersangkutan.

b. Harga jual produk atau jasa akan mempengaruhi besarnya volume penjualan produk atau jasa yang bersangkutan.

c. Volume Penjualan dan Produksi, Besarnya volume penjualan akan berpengaruh terhadap volume produksi produk atau jasa tersebut, selanjutnya volume produksi akan mempengaruhi besar kecilnya biaya produksi.

6. Peranan Laba dalam Perusahaan


(42)

a. Laba adalah efisiensi usaha setiap perusahaan sekaligusmerupakan suatu kekuatan agar perusahaan dapat tetap bertahan untuk jangka pendek dan jangka panjang perusahaan.

b. Laba adalah balas jasa atas dana yang ditanam perusahaan. c. Laba merupakan salah satu sumber dana usaha perusahaan. d. Laba merupakan sumber dana jaminan surat para karyawan.

e. Laba merupakan daya tarik bagi pihak ketiga yang ingin menanamkan dananya.

7. Unsur-unsur Laba

Unsur-unsur laba antara lain : a. Pendapatan.

Pendapatan adalah aliran masuk atau kenaikan aktiva suatu perusahaan atau penurunan kewajiban yang terjadi dalam suatu periode akuntansi, yang berasal dari aktivitas operasi dalam hal ini penjualan barang (kredit) yang merupakan unit usaha pokok perusahaan.

b. Beban.

Beban adalah aliran masuk atau penggunaan aktiva atau kenaikan kewajiban dalam suatu periode akuntansi yang terjadi dalam aktivitas operasi.

Menurut IAI (1994) dikutip dari Chariri dan Ghozali (2001), beban (expanse) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau


(43)

terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanaman modal.

c. Biaya.

Biaya adalah kas atau nilai equivalen yang dikorbankan untuk barang atau jasa yang diharapkan membawa keuntungan masa ini dan masa datang untuk organisasi.

Biaya yang telah kadaluarsa disebut beban, setiap periode beban dikurangkan dari pendapatan pada laporan keuangan rugi-laba untuk menentukan laba periode.

Menurut FASB (1980) dalam Chariri dan Ghozali (2001) biaya adalah aliran keluar (outflows)atau pemakaian aktiva atau timbulnya hutang (kombinasi keduanya) selama satu periode yang berasal dari penjualan, produksi barang, penyerahan jasa, atau pelaksanaan kegiatan lain yang merupakan kegiatan utama suatu entitas.

d. Untung-rugi

Keuntungan adalah kenaikan ekuitas atau aktiva bersih yang berasal dari transaksi incidental yang terjadi pada perusahaan dan semua transaksi atau kejadian yang mempengaruhi perusahaan dalam suatu periode akuntansi. Selain yang berasal dari pendapatan investasi pemilik.

e. Penghasilan.

Penghasilan adalah hasil akhir penghitungan dari pendapatan dan keuntungan dikurangi beban dan kerugian dalam periode tersebut.


(44)

Seperti yang dijelaskan dalam PSAK nomor 23 Ikatan Akuntan Indonesia (2007) paragraph 70 menyatakan sebagai berikut : “Penghasilan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal darikontribusi penanaman modal.

C. Pengaruh Perubahan BI rate terhadap Laba PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.

BI rate merupakan tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia yang berfungsi sebagai sinyal dari kebijakan moneter Bank Indonesia, dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa respon kebijakan moneter dinyatakan dalam kenaikan, penurunan, atau tidak berubahnya BI rate tersebut.

Faktor-faktor yang menyebabkan naik, turun, atau tidak berubahnya BI rate salah satunya adalah inflasi, inflasi merupakan suatu keadaan perekonomian dimana harga-harga secara keseluruhan mengalami kenaikan dalam waktu yang panjang. Apabila inflasi kedepan diperkirakan melampaui sasaran yang telah ditetapkan, pada umumnya Bank Indonesia akan menaikkan BI rate, demikian sebaliknya apabila inflasi kedepan diperkirakan berada dibawah sasaran yng telah di tetapkan, Bank Indonesia akan menurunkan BI rate.


(45)

Apabila Bank Indonesia secara tiba-tiba menaikkan suku bunga atau disebut juga dengan BI rate, kenaikan tersebut akan berdampak pada sektor riil karena bunga pinjaman atau bunga kredit akan meningkat. Hal ini akan memberatkan pelaku usaha dalam memenuhi pembayaran tagihan, sehingga dapat memicu terjadinya kredit macet. Terjadinya kredit macet tersebut dapat mempengaruhi Laba bank, karena kegiatan penyaluran kredit merupakan sumber utama penghasilan bank.

Berikut adalah tabel perbandingan perubahan BI rate pada tahun 2012-2014, dengan laba bersih PT Bank Mandiri (Persero) Tbk periode 2012-2014.

Tabel 3.2

Perbandingan BI rate terhadap laba Bank Mandiri (Persero) Tbk. Tahun Bulan Tingkat BI

rate (%)

Laba bersih PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (dalam jutaan rupiah) 2012 Januari 6,00

16.043.618 Februari 5,75

2013 Juni 6,00

18.829.934

Juli 6,50

Agustus 7,00 September 7,25 November 7,50

2014 November 7,75 19.420.328

Sumber : Bank Indonesia dan Laporan keuangan Bank Mandiri (data diolah), tahun 2012-2014.

Berdasarkan tabel diatas (Tabel 3.2) dapat dilihat bahwa perkembangan BI rate pada awal tahun 2012 mengalami sekali perubahan, bulan Januari tingkat BI rate mencapai 6,00 %, dan di bulan Februari terjadi penurunan BI rate sebesar 25 basis poin menjadi 5,75 %. Bank Indonesia tetep mempertahankan


(46)

BI rate sepanjang Triwulan III-2012 pada level 5,75 %, dapat dilihat pula laba bersih Bank Mandiri (Persero) Tbk pada tahun 2012 sebesar Rp16.043.618.000.000,-

Bank Indonesia memandang bahwa tingkat suku bunga tersebut masih konsisten dengan tekanan inflasi yang rendah dan terkendali sesuai dengan sasaran inflasi tahun 2012-2013, 4,5 % ± 1 %. Untuk memperkuat sinyal kebijakan moneter, Bank Indonesia memperkuat operasi moneter untuk mendukung stabilitas nilai tukar rupiah dan pengendalian likuiditas. Sejalan dengan itu, suku bunga BI rate dipertahankan tetap pada tingkat 5,75 %.

Pada bulan Juni 2013 BI rate mengalami kenaikan sebesar 25 basis poin menjadi 6,00 %. Dalam kurun waktu 1 bulan BI rate mengalami kenaikan lagi sebesar 50 basis poin menjadi 6,50 %. Kenaikan BI rate ini bertujuan untuk menjaga stabilitas sistem keuangan dan stabilitas ekonomi. Sehingga nantinya bisa meredam dampak inflasi yang tinggi akibat kenaikan harga BBM bersubsidi. Bank Indonesia menaikkan BI Rate untuk kelima kalinya di tahun 2013. Jika ditotal, Bank Indonesia sudah menaikkan BI Rate sebanyak 175 basis poin dari 5.75% di awal tahun menjadi 7.5%. Kenaikan BI Rate kali ini tidak diduga sebelumnya. Pertumbuhan Indonesia yang sedang melambat serta inflasi bulanan lebih rendah dari sebelumnya menjadi alasan untuk beranggapan bahwa Bank Indonesia tidak akan menaikkan kembali suku bunga acuannya. Pada tahun 2013 laba bersih Bank Mandiri mencapai Rp18.829.934.000.000,-


(47)

Pada tahun 2014 BI rate mengalami kenaikan lagi sebesar 25 basis point menjadi 7,75 %. Kenaikan tersebut dilakukan Bank Indonesia untuk menjangkar ekspektasi inflasi dan memastikan bahwa tekanan inflasi pasca kenaikan harga BBM bersubsidi tetep tekendali, temporer, dan dapat segera kembali lintasan sasaran yaitu 4-1 persen pada tahun 2015. Pada tahun 2014 laba bersih PT Bank Mandiri (Persero) Tbk mencapai Rp19.420.328.000.000,-

Berikut adalah tabel Kinerja Keuangan Bank Mandiri sampai dengan akhir tahun 2014 :

KINERJA KEUANGAN PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk

Gambar 3.1

Kinerja Keuangan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk

Dikutip dari harian detik.com, meskipun kondisi perekonomian Indonesia hingga akhir tahun 2014 belum sepenuhnya kondusif, yang tercermin dari pertumbuhan ekonomi yang melambat, kenaikan BI rate sebesar 25 bps menjadi 7,75%, nilai tukar yang mencapai di atas Rp 12.000, dan likuiditas yang masih sangat ketat, namun pencapaian kinerja Bank Mandiri selama


(48)

tahun 2014 masih cukup menggembirakan. Hal tersebut tercermin dari beberapa indikator kinerja keuangan sebagai berikut :

1. Asset meningkat Rp 121,9 triliun atau tumbuh 16,6%, dari Rp733,1 triliun di akhir tahun 2013 menjadi Rp 855,0 triliun di akhir tahun 2014.

2. Kredit meningkat Rp 57,6 triliun atau tumbuh 12,2%, dari Rp472,4 triliun di akhir tahun 2013 menjadi Rp 530,0 triliun di akhir tahun 2014.

3. Net Interest Margin (NIM) meningkat 23 bps menjadi 5,97%. 4. NPL Nett dapat dijaga dibawah 1%.

5. Laba bersih mencapai Rp 19,9 triliun atau tumbuh 9,2% dibandingkan akhir tahun 2013 yang sebesar Rp 18,2 triliun.

Pada periode Desember 2013 – Desember 2014 bank mandiri berhasil menembus nilai total aset hingga Rp 855 Triliun atau naik Rp 121,9 Triliun dari periode sebelumnya. Pada akhir tahun 2014 bank mandiri juga berhasil mencatatkan pertumbuhan laba bersih menjadi Rp 19,9 Triliun atau bertumbuh 9,2% Year of Year (YoY) dibandingkan jumlah laba di akhir tahun 2013.

Peningkatan laba tersebut berasal dari peningkatan operating income sebesar 11,7% menjadi Rp 56,9 Triliun dan pendapatan bunga yang mencapai Rp 62,6 Triliun. Selain itu juga dari pendapatan bunga bersih dan premi bersih bertumbuh sebesar 14,8% serta fee based income yang mencapai Rp 15,1 Triliun.


(49)

Sementara itu pertumbuhan juga terlihat di sektor kredit. Hingga akhir 2014 lalu pendapatan kredit bank mandiri dari berbagai segmen berhasil naik 12,2% atau meningkat menjadi Rp 530 Triliun dari total Rp 472,4 Triliun. Sementara margin bunga bersih (Nett Interes Margin) berhasil meningkat sebesar 23 bps menjadi 5,97% dengan NPL Nett yang dapat dijaga tetap pada angka di bawah 1%.

Persaingan ketat dalam penghimpunan dana antar perusahaan perbankan semakin ketat di akhir tahun 2014. Hal ini menyebabkan likuiditas perbankan yang semakin ketat juga. Namun demikian bank mandiri berhasil mengatasinya dengan baik dan menunjukan pertumbuhan cukup signifikan.


(50)

43 A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan tentang Pengaruh Perubahan BI rate terhadap laba PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk dapat diambil kesimpulan yaitu :

1. Bank Indonesia (BI) sebagai Bank Sentral memiliki otoritas untuk menjaga stabilitas keuangan, salah satu kebijakannya adalah menaikkan Suku bunga acuan atau BI rate.

2. BI rate merupakan suku bunga dengan tenor 1 bulan yang diumumkan oleh Bank Indonesia secara periodik yang berfungsi sebagai sinyal kebijakan moneter. Secara sederhana BI rate adalah indikasi suku bunga jangka pendek yang diinginkan Bank Indonesia dalam rangka mencapai target inflasi. (Bank Indonesia : 2006)

3. Laba yaitu semua transaksi atau kejadian yang terjadi pada badan usaha yang akan mempengaruhi kegiatan perusahaan pada periode tertentu dan laba didapat dari selisih antara pendapatan dan beban, apabila pendapatan lebih besar dari beban maka perusahaan akan mendapatkan laba apabila terjadi sebaliknya maka perusahaan mendapatkan kerugian.

4. Apabila Bank Indonesia secara tiba-tiba menaikkan suku bunga atau disebut juga dengan BI rate, kenaikan tersebut akan


(51)

berdampak pada sektor riil karena bunga pinjaman atau bunga kredit akan meningkat. Hal ini akan memberatkan pelaku usaha dalam memenuhi pembayaran tagihan, sehingga dapat memicu terjadinya kredit macet. Terjadinya kredit macet tersebut dapat mempengaruhi Laba bank, karena kegiatan penyaluran kredit merupakan sumber utama penghasilan bank.

5. PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk tidak selalu menaikkan suku bunga kreditnya, meski suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) telah meningkat. Dimana suku bunga kredit merupakan salah satu penghasilan utama dari PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk.

6. Pada tahun 2014, kondisi perekonomian Indonesia belum sepenuhnya kondusif. Meski begitu, PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk berhasil menuai pencapaian kinerja yang baik selama tahun 2014.

B. Saran

1. Untuk Bank Indonesia perlu untuk menetapkan tingkat suku bunga (BI rate) yang sesuai, sebagai dasar atau patokan bank umum dan swasta untuk menentukan suku bunga mereka agar mereka dapat tetap likuid dan menguntungkan.

2. Untuk Bank Indonesia supaya lebih bijak lagi dalam mengurangi dampak kenaikan BI rate terutama bagi sektor usaha riil misalnya dengan cara memberikan peluang pengusaha untuk menjual barangnya


(52)

di pasar dalam negeri maupun luar negeri dan mendorong kebijakan fiskal untuk membuat investasi dan daya beli tetap terjangkau.

3. Untuk PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk supaya lebih memberikan pelayanan kepada masyarakat kecil menengah yang membutuhkan dana dengan memberikan bunga pinjaman yang tidak memberatkan masyarakat, sehingga masyarakat dapat membayar bunga dengan rutin, agar menghindari terjadinya kredit macet yang dapat merugikan pihak bank.


(53)

46

Nafarin M. 2007. Penganggaran Perusahaan. Jakarta : Salemba empat.

Darsono, Purwanti Ari. 2008. Akuntansi Manajemen. Penerbit : Mitra Wacana Media

Soemarsono. 2002. Akuntansi Suatu Pengantar. Jakarta : Salemba empat. Edisi ke-5

Supriyono. 2002. Akuntansi Manajemen. Jakarta : Salemba empat.

Yusuf Al Haryono. 1997. Dasar-dasar Akuntansi : Yogyakarta : Bagian Penerbitan STIE YKPN. Edisi ke-5

Anis, Imam. 2003. Teori Akuntansi. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Mulyadi. 2001. Sistem Akuntansi. Jakarta : Salemba empat.

Laporan Keuangan Konsolidasi PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk periode 2012 Laporan Keuangan Konsolidasi PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk periode 2013 Laporan Keuangan Konsolidasi PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk periode 2014


(1)

tahun 2014 masih cukup menggembirakan. Hal tersebut tercermin dari beberapa indikator kinerja keuangan sebagai berikut :

1. Asset meningkat Rp 121,9 triliun atau tumbuh 16,6%, dari Rp733,1 triliun di akhir tahun 2013 menjadi Rp 855,0 triliun di akhir tahun 2014.

2. Kredit meningkat Rp 57,6 triliun atau tumbuh 12,2%, dari Rp472,4 triliun di akhir tahun 2013 menjadi Rp 530,0 triliun di akhir tahun 2014.

3. Net Interest Margin (NIM) meningkat 23 bps menjadi 5,97%.

4. NPL Nett dapat dijaga dibawah 1%.

5. Laba bersih mencapai Rp 19,9 triliun atau tumbuh 9,2% dibandingkan akhir tahun 2013 yang sebesar Rp 18,2 triliun.

Pada periode Desember 2013 – Desember 2014 bank mandiri berhasil menembus nilai total aset hingga Rp 855 Triliun atau naik Rp 121,9 Triliun dari periode sebelumnya. Pada akhir tahun 2014 bank mandiri juga berhasil mencatatkan pertumbuhan laba bersih menjadi Rp 19,9 Triliun atau bertumbuh 9,2% Year of Year (YoY) dibandingkan jumlah laba di akhir tahun 2013.

Peningkatan laba tersebut berasal dari peningkatan operating income sebesar 11,7% menjadi Rp 56,9 Triliun dan pendapatan bunga yang mencapai Rp 62,6 Triliun. Selain itu juga dari pendapatan bunga bersih dan premi bersih bertumbuh sebesar 14,8% serta fee based income yang mencapai Rp 15,1 Triliun.


(2)

Sementara itu pertumbuhan juga terlihat di sektor kredit. Hingga akhir 2014 lalu pendapatan kredit bank mandiri dari berbagai segmen berhasil naik 12,2% atau meningkat menjadi Rp 530 Triliun dari total Rp 472,4 Triliun. Sementara margin bunga bersih (Nett Interes Margin) berhasil meningkat sebesar 23 bps menjadi 5,97% dengan NPL Nett yang dapat dijaga tetap pada angka di bawah 1%.

Persaingan ketat dalam penghimpunan dana antar perusahaan perbankan semakin ketat di akhir tahun 2014. Hal ini menyebabkan likuiditas perbankan yang semakin ketat juga. Namun demikian bank mandiri berhasil mengatasinya dengan baik dan menunjukan pertumbuhan cukup signifikan.


(3)

43

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan tentang Pengaruh Perubahan BI rate terhadap laba PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk dapat diambil kesimpulan yaitu :

1. Bank Indonesia (BI) sebagai Bank Sentral memiliki otoritas untuk menjaga stabilitas keuangan, salah satu kebijakannya adalah menaikkan Suku bunga acuan atau BI rate.

2. BI rate merupakan suku bunga dengan tenor 1 bulan yang diumumkan oleh Bank Indonesia secara periodik yang berfungsi sebagai sinyal kebijakan moneter. Secara sederhana BI rate adalah indikasi suku bunga jangka pendek yang diinginkan Bank Indonesia dalam rangka mencapai target inflasi. (Bank Indonesia : 2006)

3. Laba yaitu semua transaksi atau kejadian yang terjadi pada badan usaha yang akan mempengaruhi kegiatan perusahaan pada periode tertentu dan laba didapat dari selisih antara pendapatan dan beban, apabila pendapatan lebih besar dari beban maka perusahaan akan mendapatkan laba apabila terjadi sebaliknya maka perusahaan mendapatkan kerugian.

4. Apabila Bank Indonesia secara tiba-tiba menaikkan suku bunga atau disebut juga dengan BI rate, kenaikan tersebut akan


(4)

berdampak pada sektor riil karena bunga pinjaman atau bunga kredit akan meningkat. Hal ini akan memberatkan pelaku usaha dalam memenuhi pembayaran tagihan, sehingga dapat memicu terjadinya kredit macet. Terjadinya kredit macet tersebut dapat mempengaruhi Laba bank, karena kegiatan penyaluran kredit merupakan sumber utama penghasilan bank.

5. PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk tidak selalu menaikkan suku bunga kreditnya, meski suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) telah meningkat. Dimana suku bunga kredit merupakan salah satu penghasilan utama dari PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk.

6. Pada tahun 2014, kondisi perekonomian Indonesia belum sepenuhnya kondusif. Meski begitu, PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk berhasil menuai pencapaian kinerja yang baik selama tahun 2014.

B. Saran

1. Untuk Bank Indonesia perlu untuk menetapkan tingkat suku bunga (BI rate) yang sesuai, sebagai dasar atau patokan bank umum dan swasta untuk menentukan suku bunga mereka agar mereka dapat tetap likuid dan menguntungkan.

2. Untuk Bank Indonesia supaya lebih bijak lagi dalam mengurangi dampak kenaikan BI rate terutama bagi sektor usaha riil misalnya dengan cara memberikan peluang pengusaha untuk menjual barangnya


(5)

di pasar dalam negeri maupun luar negeri dan mendorong kebijakan fiskal untuk membuat investasi dan daya beli tetap terjangkau.

3. Untuk PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk supaya lebih memberikan pelayanan kepada masyarakat kecil menengah yang membutuhkan dana dengan memberikan bunga pinjaman yang tidak memberatkan masyarakat, sehingga masyarakat dapat membayar bunga dengan rutin, agar menghindari terjadinya kredit macet yang dapat merugikan pihak bank.


(6)

46

Siamat,Dahlan. 2005. Manajemen Lembaga Keuangan, Kebijakan moneter dan Perbankan. Jakarta : LPFE UI. edisi ke-5.

Nafarin M. 2007. Penganggaran Perusahaan. Jakarta : Salemba empat.

Darsono, Purwanti Ari. 2008. Akuntansi Manajemen. Penerbit : Mitra Wacana Media

Soemarsono. 2002. Akuntansi Suatu Pengantar. Jakarta : Salemba empat. Edisi ke-5

Supriyono. 2002. Akuntansi Manajemen. Jakarta : Salemba empat.

Yusuf Al Haryono. 1997. Dasar-dasar Akuntansi : Yogyakarta : Bagian Penerbitan STIE YKPN. Edisi ke-5

Anis, Imam. 2003. Teori Akuntansi. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Mulyadi. 2001. Sistem Akuntansi. Jakarta : Salemba empat.

Laporan Keuangan Konsolidasi PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk periode 2012 Laporan Keuangan Konsolidasi PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk periode 2013 Laporan Keuangan Konsolidasi PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk periode 2014