Karakteristik Pasien Anak dengan Kejang Demam di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014

(1)

KARAKTERISTIK PASIEN ANAK DENGAN KEJANG DEMAM DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

TAHUN 2014

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh:

INDAH RAHMAH LESTARI 120100003

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

KARAKTERISTIK PASIEN ANAK DENGAN KEJANG DEMAM DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

TAHUN 2014

Oleh:

INDAH RAHMAH LESTARI 120100003

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(3)

(4)

ABSTRAK

Pendahuluan: Kejang demam pada anak selalu merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang tua. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik pasien anak dengan kejang demam di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014.

Metode: Jenis penelitian ini adalah studi deskriptif. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah total sampling yaitu dengan melihat rekam medis pasien kejang demam pada anak yang tersimpan di instalasi rekam medis RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2014. Total subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi adalah sebanyak 20 sampel. Data ditabulasi dengan menggunakan program komputer, disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan dianalisa secara deskriptif.

Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis kejang demam yang dialami subyek penelitian sebagian besar bersifat kompleks (60%) dengan durasi kejang yang terjadi umumnya kurang dari 15 menit (80%) dan tipe kejang seluruh subyek penelitian adalah umum dan atau klonik (100%).

Kesimpulan: Disarankan untuk melakukan upaya peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai tanda dan gejala penyakit kejang demam melalui promosi kesehatan khususnya kepada orang tua.


(5)

ABSTRACT

Introduction: Fever cramp in children is often as frighten happening for parent. This study was aim to describe the characteristics of fever stiff in children at H. Adam Malik Medan Hospital in 2014.

Method: The type of study is descriptive study. Samples in this study were taken using total sampling method through tracking medical records of fever stiff in children in 2014 at H. Adam Malik Medan Hospital. The total samples that meet inclusion and exclusion criteria was 20 samples. Data were tabulated using computer program, presented in frequency distribution table and analyzed descriptively.

Results: The study result was found that fever stiff in children was complex (60%) with duration generally less than 15 minutes (80%) and their convulsion type were all clonic (100%).

Conclusion: It is suggested to do health promotion to improve community health knowledge regarding sign and symptom of fever stiff in children especially for parents. Key words: characteristic, fever stiff, children


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis hasil penelitian ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Adapun tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk memaparkan landasan pemikiran dan segala konsep menyangkut penelitian yang akan dilaksanakan. Penelitian yang akan dilaksanakan ini berjudul ”Karakteristik Pasien Anak dengan Kejang Demam di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014”.

Dalam penyelesaian karya tulis hasil penelitian ini penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Prof. Subhilhar, Ph. D, selaku rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. dr. Atan Baas Sinuhaji, Sp.A (K), selaku Dosen Pembimbing yang telah memberi banyak arahan dan masukan kepada penulis sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. dr. Lidya Imelda Laksmi, M.Ked (PA), Sp. PA, selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan petunjuk-petunjuk serta nasihat-nasihat dalam penyempurnaan penulisan karya tulis ilmiah ini.

5. Dr. dr. Imam Budi Putra, MHA, Sp. KK, selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan petunjuk-petunjuk serta nasihat-nasihat dalam penyempurnaan penulisan karya tulis ilmiah ini.

6. dr. Feby Yanti Harahap, Sp. PA, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing selama menempuh pendidikan.


(7)

7. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara atas bimbingan selama perkuliahan hingga penyelesaian studi dan juga penulisan karya tulis ilmiah ini.

8. Seluruh staf, pegawai, dan pihak RSUP H. Adam Malik Medan yang telah membantu kelancaran dan terlaksananya penelitian ini.

9. Orang tua penulis yang telah membesarkan dengan penuh kasih sayang dan tiada bosan-bosannya mendoakan serta memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan karya tulis dan pendidikan.

10. Rekan satu tim bimbingan penelitian Ade Fatmawati dan Pratheeba Nair yang telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran, saran, kritik, dukungan materi dan moril dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

11. Rekan-rekan mahasiswa FK USU stambuk 2012 yang telah memberi saran, kritik, dukungan moril dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan karya tulis hasil penelitian ini masih belum sempurna, baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan karya tulis hasil penelitian ini.

Medan, ________ 2015


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR SINGKATAN ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan Penelitian ... 2

1.3.1. Tujuan Umum ... 2

1.3.2. Tujuan Khusus ... 2

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Definisi ... 5

2.2. Epidemiologi ... 5

2.3. Faktor Risiko dan Etiologi ... 5

2.4. Klasifikasi dan Manifestasi Klinis ... 6

2.5. Patofisiologi ... 6

2.6. Diagnosis ... 7

2.7. Penatalaksanaan ... 7

2.8. Prognosis ... 9


(9)

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL ... 11

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 11

3.2. Definisi Operasional ... 11

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 15

4.1. Rancangan Penelitian ... 15

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 15

4.2.1. Tempat Penelitian ... 15

4.2.2. Waktu Penelitian ... 15

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 15

4.3.1. Populasi ... 15

4.3.2. Sampel ... 15

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 16

4.5. Metode Analisis Data ... 16

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 18

5.1. Hasil Penelitian ... 18

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 18

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel ... 18

5.2. Pembahasan ... 22

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 25

6.1. Kesimpulan ... 25

6.2. Saran ... 26

DAFTAR PUSTAKA ... 27 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR SINGKATAN

ATP : Adenosine Tri-Phosphate CT- Scan : Computed Tomography Scan DPT : Difteri Pertusis Tetanus EEG : Elektroensefalografi

MRI : Magnetic Resonance Imaging

RSUP : Rumah Sakit Umum Pusat

MEU : Medical Education Unit

KTI : Karya Tulis Ilmiah

SDM : Sumber Daya Manusia

SPSS : Statistical Package for the Social Science LITBANG : Penelitian dan Pengembangan


(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Perbedaan kejang demam sederhana dan kompleks menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia dalam Konsensus

Penatalaksanaan Kejang Demam (2006) 6

3.1. Definisi operasional 11

5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Subjek Penelitian

Berdasarkan Jenis Kejang Demam 17

5.2. Distribusi Pasien Kejang Demam pada Anak Berdasarkan

Jenis Kelamin 18

5.3. Distribusi Pasien Kejang Demam pada Anak Berdasarkan

Jenis Kejang 18

5.4. Distribusi Pasien Kejang Demam pada Anak Durasi Kejang 19 5.5. Distribusi Pasien Kejang Demam pada Anak Berdasarkan

Tipe Kejang 19

5.6. Distribusi Pasien Kejang Demam pada Anak Berdasarkan

Episode Kejang 19

5.7. Distribusi Pasien Kejang Demam pada Anak Berdasarkan

Suhu Tubuh 20

5.8. Distribusi Pasien Kejang Demam pada Anak Berdasarkan

Penyakit Penyerta 20

5.9. Distribusi Pasien Kejang Demam pada Anak Berdasarkan

Riwayat Keluarga 20

5.10. Distribusi Pasien Kejang Demam pada Anak Berdasarkan


(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

3.1. Kerangka konsep karakteristik pasien anak dengan kejang


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Daftar Riwayat Hidup

LAMPIRAN 2 Surat Pengantar MEU

LAMPIRAN 3 Surat Izin Survey Awal

LAMPIRAN 4 Persetujuan Komisi Etik

LAMPIRAN 5 Surat Pengantar Izin Penelitian

LAMPIRAN 6 Surat Izin Pengambilan Data KTI (SDM & Pendidikan)

LAMPIRAN 7 Surat Izin Penelitian (Litbang)

LAMPIRAN 8 Data Induk


(14)

ABSTRAK

Pendahuluan: Kejang demam pada anak selalu merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang tua. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik pasien anak dengan kejang demam di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014.

Metode: Jenis penelitian ini adalah studi deskriptif. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah total sampling yaitu dengan melihat rekam medis pasien kejang demam pada anak yang tersimpan di instalasi rekam medis RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2014. Total subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi adalah sebanyak 20 sampel. Data ditabulasi dengan menggunakan program komputer, disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan dianalisa secara deskriptif.

Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis kejang demam yang dialami subyek penelitian sebagian besar bersifat kompleks (60%) dengan durasi kejang yang terjadi umumnya kurang dari 15 menit (80%) dan tipe kejang seluruh subyek penelitian adalah umum dan atau klonik (100%).

Kesimpulan: Disarankan untuk melakukan upaya peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai tanda dan gejala penyakit kejang demam melalui promosi kesehatan khususnya kepada orang tua.


(15)

ABSTRACT

Introduction: Fever cramp in children is often as frighten happening for parent. This study was aim to describe the characteristics of fever stiff in children at H. Adam Malik Medan Hospital in 2014.

Method: The type of study is descriptive study. Samples in this study were taken using total sampling method through tracking medical records of fever stiff in children in 2014 at H. Adam Malik Medan Hospital. The total samples that meet inclusion and exclusion criteria was 20 samples. Data were tabulated using computer program, presented in frequency distribution table and analyzed descriptively.

Results: The study result was found that fever stiff in children was complex (60%) with duration generally less than 15 minutes (80%) and their convulsion type were all clonic (100%).

Conclusion: It is suggested to do health promotion to improve community health knowledge regarding sign and symptom of fever stiff in children especially for parents. Key words: characteristic, fever stiff, children


(16)

BAB 1

PENDADHULUAN 1.1 Latar Belakang

Menurut Redjeki (2014) dan Kania, N. (2007), kejang demam merupakan penyebab kejang yang paling sering dijumpai pada anak. Menurut Fadila, Nadjmir dan Rahmantini (2014), dan Deliana (2002), kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal lebih dari 38oC) yang disebabkan suatu proses ekstrakranium. Menurut Consensus Statement on Febrile Seizures dalam Deliana (2002), kejang demam adalah bangkitan kejang pada bayi dan anak, biasanya terjadi pada umur 3 bulan – 5 tahun, berhubungan dengan demam tetapi tidak terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab lain.

Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia dalam Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam (2006), dan Rudolph, Hoffman dan Rudolph (2007), kejang demam diklasifikasikan menjadi 2 golongan, yaitu kejang demam simpleks dan kompleks. Kejang demam sederhana (simple febrile seizure) yaitu kejang demam yang berlangsung kurang dari 15 menit dan umumnya akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik, tanpa gerakan fokal. Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam. Kejang demam kompleks (complex febrile seizure) merupakan kejang demam dengan salah satu ciri dari kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit, kejang fokal atau parsial satu sisi atau kejang umum didahului kejang parsial, maupun berulang lebih dari 1 kali dalam 24 jam. Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia dalam Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam (2006), kejang demam ini terjadi pada 8% kasus kejang demam sedangkan kejang demam sederhana merupakan 80% di antara seluruh kejang demam. Sedangkan menurut Imaduddin, Syarif, dan Rahmantini (2013), dari 51 kasus kejang demam yang dirawat di bangsal anak RSUP Dr. M. Djamil Padang pada periode Januari 2010 – Desember 2012 hanya terdapat 12 kasus (23,5%) kejang demam sederhana.

Fadila, Nadjmir dan Rahmantini (2014) menyatakan bahwa prevalensi kejang demam tiap-tiap negara berbeda. Bila dibandingkan dengan Amerika


(17)

Serikat dan Eropa dengan prevalensi kejang demam sekitar 2-5%, prevalensi kejang demam di Asia meningkat dua kali lipat. Sedangkan prevalensi kejang demam di Indonesia tahun 2005-2006 mencapai 2-4%.

Kejang selalu merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang tua (Deliana, 2002). Insiden kejang demam 2,2-5% pada anak di bawah usia 5 tahun. Anak laki-laki lebih sering daripada anak perempuan dengan perbandingan 1,2-1,6:1 (Deliana, 2002).Selain itu, menurut Fadila, Nadjmir dan Rahmantini (2014), dan Deliana (2002), 62,2% kejang demam akan berulang pada 90 anak yang mengalami kejang demam sebelum usia 12 tahun.

Rudolph, Hoffman dan Rudolph (2007) menyatakan bahwa pengaruh genetik yang kuat menyebabkan peningkatan frekuensi kejang demam di antara anggota keluarga. Insidensi pada orang tua berkisar 8-22% dan pada saudara kandung antara 9-17%.

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang karakteristik pasien anak dengan kejang demam di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana karakteristik pasien anak dengan kejang demam di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahuikarakteristik pasien anak dengan kejang demam di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014.

1.3.2 Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengidentifikasi jenis kejang demam pasien anak dengan kejang demam yang berobat di RSUP H. Adam Malik Medan.


(18)

2. Untuk mengidentifikasi umur pasien anak dengan kejang demam saat pertama kali menderita kejang demam yang berobat di RSUP H. Adam Malik Medan.

3. Untuk mengindentifikasi jenis kelamin pasien anak dengan kejang demamyang berobat di RSUP H. Adam Malik Medan.

4. Untuk mengidentifikasi durasi kejang demam pasien anak dengan kejang demam saat pertama kali menderita kejang demam yang berobat di RSUP H. Adam Malik Medan.

5. Untuk mengidentifikasi tipe kejang pasien anak dengan kejang demamsaat pertama kali menderita kejang demam yang berobat di RSUP H. Adam Malik Medan.

6. Untuk mengidentifikasi episode berulang kejang dalam 24 jam pertama pasien anak dengan kejang demam yang berobat di RSUP H. Adam Malik Medan.

7. Untuk mengidentifikasi suhu tubuh pasien anak dengan kejang demam saatpertama kali berobat diRSUP H. Adam Malik Medan.

8. Untuk mengidentifikasi penyakit penyerta pasien anak dengan kejang demam yang berobat di RSUP H. Adam Malik Medan.

9. Untuk mengidentifikasi riwayat kejang demam dalam keluarga pasien anakdengan kejang demam yang berobat di RSUP H. Adam Malik Medan.

10.Untuk mengidentifikasi kesembuhan pasien anak dengan kejang demam yang berobat di RSUP H. Adam Malik Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :

1. RSUP H. Adam Malik Medan, sebagai bahan masukan berupa data statistik.

2. Masyarakat, sebagai sarana untuk meningkatkan pengetahuan tentang pasien anak dengan kejang demam.


(19)

3. Peneliti lain, sebagai tambahan informasi untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang pasien anak dengan kejang demam.

4. Keilmuan, sebagai sarana untuk mengembangkan atau mengkonfirmasi pengetahuan yang telah ada sebelumnya.

5. Penulis, sebagai tugas akhir program studi pendidikan dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara serta sebagai sarana untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan penulis tentang pasien anak dengan kejang demam.


(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi

Menurut Fadila, Nadjmir dan Rahmantini (2014), dan Deliana (2002), kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Demam adalah keadaan suhu tubuh diatas suhu normal, yaitu diatas 38ºC (Ismoedijanto, 2000). Menurut Consensus Statement on Febrile Seizures dalam Deliana (2002), kejang demam adalah bangkitan kejang pada bayi dan anak, biasanya terjadi pada umur 3 bulan – 5 tahun, berhubungan dengan demam tetapi tidak terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab lain.

2.2 Epidemiologi

Kejadian kejang demam diperkirakan 2-4% di Amerika Serikat, Amerika Selatan, dan Eropa Barat (Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, W. I., Setiowulan, W., Wicaksono, A., Hamsah, A., et al. 2009). Di Asia prevalensi kejang demam meningkat dua kali lipat dibandingkan di Amerika dan Eropa (Fadila, Nadjmir dan Rahmantini, 2014). Prevalensi kejang demam di Indonesia tahun 2005-2006 mencapai 2-4%. Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, W. I., Setiowulan, W., Wicaksono, A., Hamsah, A., et al. (2009) menyatakan umumnya kejang demam timbulpada tahun kedua kehidupan (17-23 bulan). Menurut Deliana (2002), kejang demam sedikit lebih sering pada laki-laki dengan perbandingan 1,2-1,6:1.

2.3 Faktor Risiko dan Etiologi

Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, W. I., Setiowulan, W., Wicaksono, A., Hamsah, A., et al. (2009) menyatakan bahwa faktor risiko kejang demam yang terpenting adalah demam. Demam adalah keadaan suhu tubuh diatas suhu normal, yaitu diatas 38ºC (Ismoedijanto, 2000). Menurut Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, W. I., Setiowulan, W., Wicaksono, A., Hamsah, A., et al. (2009), demam dapat disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan atas, otitis media, pneumonia, gastroentritis, dan infeksi saluran kemih.


(21)

Hingga kini belum diketahui penyebabnya dengan pasti (Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, W. I., Setiowulan, W., Wicaksono, A., Hamsah, A., et al., 2009). Tetapi adanya pengaruh genetik yang kuat karena frekuensi kejang demam meningkat diantara anggota keluarga (Rudolph, Hoffman dan Rudolph, 2007). Insdiensi pada orang tua berkisar antara 8% dan 22% dan pada saudara kandung antara 9% dan 17%. Angka concordance pada kembar monozigotik jauh lebih tinggi daripada kembar dizigotik yang angkanya mendekati angka pada saudara kandung.

2.4 Klasifikasi dan Manifestasi Klinis

Penggolongan kejang demam menurut kriteria Nationall Collaborative Perinatal Project dalam Deliana (2002) adalah kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks.

Tabel 2.1 Perbedaan kejang demam sederhana dan kompleks menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia dalam Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam (2006)

No. Klinis Kejang Demam

Sederhana

Kejang Demam Kompleks

1. Durasi <15 menit >15 menit

2. Tipe kejang Umum tonik/ klonik Fokal

3. Episode berulang (24 jam) 1 kali >1 kali

2.5 Patofisiologi

Menurut Redjeki (2014), kejang merupakan manifestasi klinis akibat lepasnya muatan listrik yang berlebihan di sel neuron otak karena gangguan fungsi pada neuron tersebut baik berupa fisiologi, biokimia, maupun anatomi. Kejang demam terjadi karena peningkatan reaksi kimia tubuh, sehingga reaksi-reaksi oksidasi terjadi lebih cepat dan akibatnya oksigen akan lebih cepat habis sehingga terjadilah keadaan hipoksia. Transport aktif yang memerlukan ATP terganggu, sehingga natrium intrasel dan kalium ekstrasel meningkat. Apabila neurotransmiter eksitator lebih dominan daripada inhibitor, maka akan terjadi depolarisasi post sinapsis. Adanya peristiwa sumasi dan fasilitasi mengakibatkan


(22)

keadaan depolarisasi diperbesar dan apabila mencapai nilai ambang akan terjadi potensial aksi pada neuron post sinapsis. Apabila potensial aksi meluas dan terjadi sinkronisasi akan menimbulkan bangkitan kejang demam.

2.6 Diagnosis

Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia dalam Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam (2006), pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang demam, tetapi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam, atau keadaan lain misalnya gastroentritis dehidrasi disertai demam. Pemeriksaan laboratorium yang dapat dikerjakan misalnya darah perifer, elektrolit, dan gula darah.

Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan proses intrakranial misalnya meningitis dan ensepalitis. Pada bayi kecil seringkali sulit untuk menegakkan atau menyingkirkan diagnosis meningitis karena manifestasi klinisnya tidak jelas. Oleh karena itu pungsi lumbal dianjurkan pada:

2.6.1 Bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan 2.6.2 Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan

2.6.3 Bayi > 18 bulan tidak rutin

Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) masih dapat dilakukan pada keadaan kejang demam kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun, atau kejang demam fokal. Sedangkan foto X-ray kepala dan pencitraan seperti Computed Tomography Scan (CT-scan) atau Magnetic Resonance Imaging (MRI) jarang sekali dikerjakan, tidak rutin dan hanya atas indikasi seperti:

2.6.4 Kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis) 2.6.5 Paresis nervus VI

2.6.6 Papiledema

2.7 Penatalaksanaan

Menurut Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, W. I., Setiowulan, W., Wicaksono, A., Hamsah, A., et al. (2009), ada 3 hal yang perlu dikerjakan, yaitu :


(23)

2.7.1 Pengobatan fase akut

Seringkali kejang berhenti sendiri. Pada waktu kejang pasien dimiringkanuntuk mencegah aspirasi ludah dan muntahan. Jalan napas harus bebas agar oksigenisasi terjamin. Perhatikan keadaan vital seperti kesadaran, tekanan darah, suhu, pernapasan, dan fungsi jantung. Suhu tubuh yang tinggi diturunkan dengan kompres air dingin dan pemberian antipiretik.Obat yang paling cepat menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan intravena atau intrarektal. Dosis diazepam intravena 0,3-0,5 mg/KgBB/kali dengan kecepatan 1-2 mg/menit dengan dosis maksimal 1-20 mg. Bila kejang berhenti sebelum diazepam habis, hentikan penyuntikan, tunggu sebentar, dan bila tidak timbul kejang lagi jarum dicabut. Bila diazeapam intravena tidak tersedia atau pemberiannya sulit, gunakan diazepam intrarektal 5 mg (BB<10 kg) atau 10 mg (BB>10 kg). Bila kejang tidak berhenti dapat diulang selang 5 menit kemudian. Bila tidak berhenti juga, berikan fenitoin dengan dosis awal 10-20 mg/KgBB secara intravena perlahan-lahan 1 mg/KgBB/menit. Setelah pemberian fenitoin harus dilakukan pembilasan dengan natrium klorida fisiologis karena fenitoin bersifat basa dan menyebabkan iritasi vena.Bila kejang berhenti dengan diazepam, lanjutkan dengan fenobarbital diberikan langsung setelah kejang berhenti. Dosis awal untuk bayi 1 bulan-1 tahun 50 mg dan umur 1 tahun ke atas 75 mg secara intramuskular.Efek sampingnya adalah hipotensi, penurunan kesadaran, dan depresi pernapasan.

2.7.2 Mencari dan mengobati penyebab

Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang pertama.

2.7.3 Pengobatan

Ada 2 cara pemberian profilaksis, yaitu


(24)

Pemberian diazepam secara oral dengan dosis 0,3-0,5 mg/KgBB/hari dibagi dalam 3 dosis saat pasien demam. Diazepam dapat pula diberikan secara intrarektal setiap 8 jam sebanyak 5 mg(BB<10 kg) dan 10 mg(BB>10 kg) setiap pasien menunjukkan suhu lebih dari 38,5oC. Efek samping diazepam adalah ataksia, mengantuk, dan hipotonia.

2.7.3.2Profilaksis dengan antikonvulsan setiap hari pada kejang demam kompleks Berguna untuk mencegah berulangnya kejang demam berat yang dapat menyebabkan kerusakan otak tapi tidak dapat mencegah terjadinya epilepsi di kemudian hari. Profilaksis terus menerus setiap hari dengan fenobarbital 4-5 mg/KgBB/hari dibagi dalam 2 dosis. Obat lain yang dapat digunakan adalah asam valproat dengan dosis 15-40 mg/KgBB/hari. Antikonvulsan profilaksis terus menerus diberikan selama 1-2 tahun setelah kejang terakhir dan dihentikan bertahap selama 1-2 bulan.

2.8 Prognosis

Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia dalam Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam (2006) memiliki prognosis, yaitu:

2.8.1 Kemungkinan mengalami kecacatan atau kelainan neurologi

Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah dilaporkan. Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang sebelumnya normal. Penelitian lain secara retrospektif melaporkan kelainan neurologis pada sebagain kecil kasus, dan kelainan ini biasanya terjadi pada kasus dengan kejang demam lama atau kejang berulang baik umum atau fokal.

2.8.2 Kemungkinan mengalami kematian Kematian yang terjadi akibat aspirasi. 2.8.3 Kemungkinan berulangnya kejang demam

Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor risiko berulangnya kejang demam adalah :


(25)

2.8.3.2Usia kurang dari 12 bulan

2.8.3.3Temperatur yang rendah saat kejang 2.8.3.4Cepatnya kejang setelah demam

Bila seluruh faktor di atas ada, kemungkinan berulangnya kejang demam adalah 80%, sedangkan bila tidak terdapat faktor tersebut kemungkinan berulangnya kejang de\mam hanya 10%-15%.

2.9 Edukasi

Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia dalam Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam (2006), kejang selalu merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang tua. Pada saat kejang sebagian besar orang tua beranggapan bahwa anaknya telah meninggal. Kecemasan ini harus dikurangi dengan cara yang diantaranya : 2.9.1 Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai prognosis baik 2.9.2 Memberitahukan cara penanganan kejang

2.9.3 Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali

2.9.4 Pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang efektif tetapi harus diingat adanya efek samping obat

2.9.5 Memberikan informasi bahwa imunisasi DPT kontraindikasi bagi pasien anak dengan kejang demam

Beberapa hal yang harus dikerjakan bila kembali kejang : 2.9.6 Tetap tenang dan tidak panik

2.9.7 Kendorkan pakaian yang ketat terutama disekitar leher

2.9.8 Bila tidak sadar, posisikan anak telentang dengan kepala miring. Bersihkan muntahan atau lendir di mulut atau hidung. Walaupun kemungkinan lidah tergigit, jangan memasukkan sesuatu ke dalam mulut

2.9.9 Ukur suhu, observasi, dan catat lama dan bentuk kejang 2.9.10 Tetap bersama pasien selama kejang

2.9.11 Berikan diazepam rektal. Dan jangan diberikan bila kejang telah berhenti

2.9.12 Bawa ke dokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau lebih


(26)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Pasien Kejang Demam

Gambar 3.1. Kerangka konsep karakteristik pasien anak dengan kejang demam

3.2 Definisi Operasional

Tabel 3.1.Definisi Operasional

Jenis Kejang Demam

Definisi Operasional

Diagnosa pasien tentang jenis kejang demam yang dialami pasien

Alat Ukur Rekam medis

Cara Ukur Mengambil data dari rekam medis Skala Ukur Nominal

Hasil Ukur a. Kejang demam sederhana b. Kejang demam kompleks

Jenis Kejang Demam Umur

Jenis Kelamin Durasi Kejang Tipe Kejang Episode Berulang Suhu Tubuh Penyakit Penyerta Riwayat Keluarga Kesembuhan


(27)

Umur

Definisi Operasional

Jumlah tahun hidup sejak lahir sampai ulang tahun terakhir saat pasien berobat

Alat Ukur Rekam medis

Cara Ukur Mengambil data dari rekam medis Skala Ukur Rasio

Hasil Ukur a. 0-12 Bulan

b. >12 Bulan-3 Tahun c. >3 Tahun-5 Tahun d. >5 Tahun-18 Tahun

Jenis Kelamin

Definisi Operasional

Jenis kelamin adalah sifat jasmani yang membedakan mahluk

Alat Ukur Rekam medis

Cara Ukur Mengambil data dari rekam medis Skala Ukur Nominal

Hasil Ukur a. Laki-laki b. Perempuan

Durasi Kejang

Definisi Operasional

Durasi kejang adalah lama kejang saat pertama kali pasien berobat

Alat Ukur Rekam medis

Cara Ukur Mengambil data dari rekam medis Skala Ukur Rasio

Hasil Ukur a. <15 menit b. >15 menit


(28)

Tipe Kejang

Definisi Operasional

Tipe kejang yang dialami pasien saat pertama kali berobat

Alat Ukur Rekam medis

Cara Ukur Mengambil data dari rekam medis Skala Ukur Nominal

Hasil Ukur a. Umum tonik dan atau klonik b. Fokal

Episode Berulang

Definisi Operasional

Terjadinya kejang yang berulang dalam 24 jam pertama setelah pasien berobat

Alat Ukur Rekam medis

Cara Ukur Mengambil data dari rekam medis Skala Ukur Nominal

Hasil Ukur a. Ada

b. Tidak ada

Suhu Tubuh

Definisi Operasional

Suhu tubuh pasien anak dengan kejang demam saat pertama kali berobat

Alat Ukur Rekam medis

Cara Ukur Mengambil data dari rekam medis Skala Ukur Interval

Hasil Ukur a. <37,4 oc b. 37,4oc-37,6oc c. >37,6oc


(29)

Penyakit Penyerta

Definisi Operasional

Penyakit lain yang ada diderita pasien saat pertama kali berobat

Alat Ukur Rekam medis

Cara Ukur Mengambil data dari rekam medis Skala Ukur Nominal

Hasil Ukur a. Ada

b. Tidak ada

Riwayat Keluarga

Definisi Operasional

Riwayat keluarga dari pasien anak dengan kejang demam yang juga pernah mengalami kejang demam Alat Ukur Rekam medis

Cara Ukur Mengambil data dari rekam medis Skala Ukur Nominal

Hasil Ukur a. Ada

b. Tidak ada

Kesembuhan

Definisi Operasional

Kondisi pasien saat keluar dari rumah sakit

Alat Ukur Rekam medis

Cara Ukur Mengambil data dari rekam medis Skala Ukur Nominal

Hasil Ukur a. Sembuh

b. Meninggal c. Berobat jalan


(30)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah studi deskriptif retrospektif.

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan dengan mengambil data di instalasi rekam medis RSUP H. Adam Malik Medan.

4.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian berlangsung dari bulan Maret 2015 hingga November2015.

4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah rekam medis pasien anak dengan kejang demam yang dirawat inap di RSUP H.Adam Malik Medan mulai dari 1 Januari 2014 hingga 31 Desember 2014.

4.3.2 Sampel

Besar sampel diperoleh dengan metode total sampling. Total sampling adalah teknik penentuan sampel dengan mengambil seluruh anggota populasi sebagai sampel.

A. Kriteria Inklusi

Dari kriteria inklusi, yang diambil sebagai data pasien anak dengan penyakit primer yang sudah didiagnosis kejang demam yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan mulai dari 1 Januari 2014 hingga 31 Desember 2014.


(31)

B. Kriteria Eksklusi

Dari kriteria eksklusi, yang tidak diambil sebagai data adalah data yang sudah memenuhi kriteria inklusi namun terdapat data dalam rekam medis yang tidak lengkap informasi yang dibutuhkan.

4.4 Metode Pengumpulan Data

Adapun data yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis data sekunder. Data sekunder penelitian ini adalah rekam medis pasien anak dengan kejang demamyang diperoleh melalui data rekam medik dari RSUP H. Adam Malik Medan mulai dari 1 Januari 2014 hingga 31 Desember 2014.

Sebelum data diambil, peneliti mengajukan surat izin penelitian dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara kepada Direktur RSUP H. Adam Malik Medan. Kemudian menggunakan rekam medis RSUP H. Adam Malik Medan dalam pengambilan data pasien anak dengan kejang demam. Setelah itu, lihat data pasien anak yang mengalami kejang demam tersebut. Kemudian menentukan data rekam medis yang lengkap dan memenuhi kriteria inklusi untuk digunakan sebagai sampel penelitian.

4.5 Metode Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan melihat persentase data yang telah terkumpul dan disajikan kedalam tabel distribusi frekuensi:

A. Editing

Dilakukan pemeriksaan kelengkapan data-data yang telah terkumpul. Bila terdapat kekurangan dalam pengumpulan data akan diperbaiki dengan baik.

B. Coding

Data yang telah terkumpul dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan komputer.

C. Entry

Data yang telah dibersihkan kemudian dimasukkan ke dalam program komputer.


(32)

D. Cleaning

Pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan ke dalam komputer guna menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data.

E. Saving


(33)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

RSUP H. Adam Malik terletak di Kecamatan Medan Sunggal. Rumah Sakit ini merupakan rumah sakit tipe A dan menjadi rumah sakit rujukan untuk propinsi Sumatera Utara.

Penelitian ini telah dilaksanakan di RSUP H. Adam Malik Medan. Dalam hal ini telah dilakukan penelitian deskriptif retrospektif terhadap 20 sampel yang didiagnosis menderita kejang demam. Data diperoleh dengan melihat rekam medis yang tersimpan di instalasi Rekam Medis RSUP H. Adam Malik Medan.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel

Sampel penelitian adalah pasien anak dengan kejang demam yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan. Selama periode Januari hingga Desember 2014 didapatkan 43 pasien anak dengan kejang demam. Dari penelusuran di instalasi rekam medis RSUP H. Adam Malik Medan hanya didapatkan 20 catatan medik lengkap (46,51%), 22 bukan catatan medik yang sesuai (51,17%) dan 1 hilang (2,32%). Sampel yang memenuhi kriteria inklusi adalah sebanyak 20 pasien.

Berdasarkan jenis kelamin, didapatkan sebaran subjek penelitian sebagai berikut:

Tabel 5.1. Distribusi Pasien Kejang Demam pada Anak Berdasarkan Jenis Kelamin

Nomor Jenis Kelamin Jumlah

(n)

Persentase (%)

1 Laki-Laki 10 50,0

2 Perempuan 10 50,0


(34)

Tabel 5.1 menunjukkan persentase subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin mempunyai proporsi yang sama yaitu masing-masing 50%.

Berdasarkan umur, didapatkan sebaran subjek penelitian sebagai berikut: Tabel 5.2. Distribusi Pasien Kejang Demam pada Anak Berdasarkan Umur

Nomor Umur Jumlah

(n)

Persentase (%)

1 0-12 Bulan 6 30,0

2 >12 Bulan-3 Tahun 11 55,0

3 >3 Tahun-5 Tahun 2 10,0

4 >5 Tahun-18 Tahun 1 5,0

Total 20 100,0

Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa subyek penelitian yang terbanyak adalah berumur >12 bulan - 3 tahun (55%) diikuti dengan kelompok umur 0 – 12 bulan (30%) dan terendah adalah kelompok umur >5 tahun-18 tahun (5%).

Berdasarkan jenis kejang didapatkan sebaran subjek penelitian sebagai berikut:

Tabel 5.3. Distribusi Pasien Kejang Demam pada Anak Berdasarkan Jenis Kejang

Nomor Jenis Kejang Demam Jumlah

(n)

Persentase (%)

1 Sederhana 8 40,0

2 Kompleks 12 60,0

Total 20 100,0

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa jenis kejang demam yang dialami subyek penelitian adalah sebagian besar bersifat kompleks (60%) dan lainnya sederhana (40%).


(35)

Berdasarkan durasi kejang didapatkan sebaran subjek penelitian sebagai berikut:

Tabel 5.4. Distribusi Pasien Kejang Demam pada Anak Berdasarkan Durasi Kejang

Nomor Durasi Kejang

Demam

Jumlah (n)

Persentase (%)

1 <15 Menit 16 80,0

2 >15 Menit 4 20,0

Total 20 100,0

Tabel 5.4 menunjukkan bahwa durasi kejang yang terjadi adalah umumnya selama kurang dari 15 menit (80%) dan lainnya lebih dari 15 menit (20%).

Berdasarkan tipe kejang didapatkan sebaran subjek penelitian sebagai berikut:

Tabel 5.5. Distribusi Pasien Kejang Demam pada Anak Berdasarkan Tipe Kejang

Nomor Tipe Kejang Demam Jumlah

(n)

Persentase (%)

1 Umum tonik dan

atau klonik

20 100,0

2 Fokal 0 0,0

Total 20 100,0

Berdasarkan tipe kejang menunjukkan bahwa seluruh subyek penelitian dengan tipe kejang umum dan atau klonik (100%).

Berdasarkan episode berulang didapatkan sebaran subjek penelitian sebagai berikut:

Tabel 5.6. Distribusi Pasien Kejang Demam pada Anak Berdasarkan Episode Berulang

Nomor Episode Berulang

Kejang Demam

Jumlah (n)

Persentase (%)

1 Ada 15 75,0

2 Tidak ada 5 25,0


(36)

Tabel 5.6 menjelaskan bahwa sebagian besar subyek penelitian adalah mempunyai episode berulang kejang demam (75%).

Berdasarkan suhu tubuh didapatkan sebaran subjek penelitian sebagai berikut:

Tabel 5.7. Distribusi Pasien Kejang Demam pada Anak Berdasarkan Suhu Tubuh

Nomor Suhu Tubuh

(oC)

Jumlah (n)

Persentase (%)

1 <37,4 9 45,0

2 37,4-37,6 4 20,0

3 >37,6 7 35,0

Total 20 100,0

Tabel 5.7 menunjukkan bahwa subyek penelitian lebih banyak mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari 37,4 0C dan yang terendah dengan suhu tubuh 37,4 – 37,6 (20%).

Berdasarkan penyakit penyerta didapatkan sebaran subjek penelitian sebagai berikut:

Tabel 5.8. Distribusi Pasien Kejang Demam pada Anak Berdasarkan Penyakit Penyerta

Nomor Penyakit Penyerta Jumlah

(n)

Persentase (%)

1 Ada 15 75

2 Tidak Ada 5 25

Total 20 100,0

Tabel 5.8 menjelaskan bahwa sebagian besar subyek penelitian adalah mempunyai penyakit penyerta (75%).

Berdasarkan riwayat keluarga didapatkan sebaran subjek penelitian sebagai berikut:


(37)

Tabel 5.9. Distribusi Pasien Kejang Demam pada Anak Berdasarkan Riwayat Keluarga

Nomor Riwayat Keluarga Jumlah

(n)

Persentase (%)

1 Ada 3 15

2 Tidak Ada 17 85

Total 20 100

Berdasarkan tabel 5.9 dapat diketahui bahwa umumnya subyek penelitian tidak mempunyai riwayat keluarga. (85%).

Berdasarkan kondisi akhir didapatkan sebaran subjek penelitian sebagai berikut:

Tabel 5.10. Distribusi Pasien Kejang Demam pada Anak Berdasarkan Kondisi Akhir

Nomor Kondisi Akhir Jumlah

(n)

Persentase (%)

1 Berobat Jalan 8 40,0

2 Meninggal 1 5,0

3 Pulang atas

permintaan sendiri 10 50,0

4 Sembuh 1 5,0

Total 20 100,0

Tabel 5.10 menunjukkan bahwa kondisi akhir subyek penelitian kejang demam yang terbanyak adalah pulang atas permintaan sendiri (50%), diikuti dengan pulang berobat jalan (40%) dan lainnya sembuh serta meninggal masing-masing 5%.

5.2. PEMBAHASAN

Karakteristik pasien pada penelitian ini anak dengan kejang demam mempunyai proporsi yang sama yaitu masing-masing 50%. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Deliana (2002) yang menyatakan kejang demam sedikit lebih sering pada laki-laki dengan perbandingan 1,2-1,6:1.


(38)

Karakteristik pasien kejang demam pada penelitian ini yang terbanyak adalah berumur >12 bulan - 3 tahun (55%) diikuti dengan kelompok umur 1 – 12 bulan (30%) dan terendah adalah kelompok umur >5 tahun-18 tahun (5%). Hal ini sesuai dengan penelitian Dasmayanti, Y., Anidar, Imran, Bakhtiar, Rinanda, T., (2015) menyatakan bahwa karakteristik kejang demam yang terbanyak pada usia 12 – 23 bulan. Consensus Statement on Febrile Seizures juga menyatakan bahwa kejang demam adalah bangkitan kejang pada bayi dan anak, biasanya terjadi pada umur 3 bulan – 5 tahun, berhubungan dengan demam tetapi tidak terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab lain. Prevalensi kejang demam di Indonesia tahun 2005-2006 mencapai 2-4%. Mansjoer, et al., (2009)

menyatakan umumnya kejang demam timbul pada tahun kedua kehidupan (17-23 bulan).

Penelitian ini menemukan bahwa jenis kejang demam yang dialami subyek penelitian adalah sebagian besar bersifat kompleks (60%). Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Dewanti, A., Widjaja, J. A., Tjandnajani, A., Burhany, A. A., (2012) yang menyatakan bahwa hanya terdapat 9 kasus (10,4%) kejang demam kompleks namun penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Imaduddin, Syarif, dan Rahmantini (2013), dari 51 kasus kejang demam yang dirawat di bangsal anak RSUP Dr. M. Djamil Padang pada periode Januari 2010 – Desember 2012 hanya terdapat 12 kasus (23,5%) kejang demam sederhana.

Berdasarkan dengan karakteristik kejang adalah umumnya durasi kejang terjadi selama kurang dari 15 menit (80%), seluruhnya dengan tipe kejang umum dan atau klonik (100%).

Penelitian ini juga menemukan sebagian besar subyek penelitian adalah mempunya episode berulang kejang demam berulang (75%), hal ini sejalan dengan penelitian Fadila, Nadjmir dan Rahmantini (2014), dan Deliana (2002), Kejang demam akan berulang pada 62,2% dari 90 anak yang mengalami kejang demam sebelum usia 12 tahun.

Berdasarkan suhu tubuh, penelitian ini menemukan bahwa subyek penelitian lebih banyak mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari 37,4, hal ini tidak sejalan dengan penelitian Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, W. I.,


(39)

Setiowulan, W., Wicaksono, A., Hamsah, A., et al (2009), Fadila, Nadjmir dan Rahmantini (2014), dan Deliana (2002), kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium, namun mungkin yang terjadi pengukuran suhu tubuh yang dilakukan adalah bukan suhu rektal.

Penelitian ini juga menemukan bahwa sebagian besar subyek penelitian adalah mempunyai penyakit penyerta (75%).

Berdasarkan riwayat keluarga umumnya subyek penelitian tidak

mempunyai riwayat keluarga (85%). Hingga kini belum diketahui penyebabnya dengan pasti (Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, W. I., Setiowulan, W., Wicaksono, A., Hamsah, A., et al, 2009).. Hal ini sejalan dengan penelitian Dewanti et al (2012) yang menyatakan hanya terdapat 10 kasus (11,6%) pasien dengan memiliki riwayat keluarga dengan kejang demam. Selain itu, menurut pendapat Rudolph, Hoffman dan Rudolph, (2007) yang menyatakan bahwa insdiensi pada orang tua berkisar antara 8% dan 22% dan pada saudara kandung antara 9% dan 17%.

Kondisi akhir subyek penelitian kejang demam yang terbanyak adalah pulang atas permintaan sendiri (50%), diikuti dengan pulang berobat jalan (40%).


(40)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Karakterisitik subyek penelitian berdasarkan jenis kelamin mepunyai

proporsi yang sama yaitu masing - masing 50%.

2. Karakteristik subyek penelitian yang terbanyak adalah berumur >12 bulan

- 3 tahun (55%) diikuti dengan kelompok umur 1 – 12 bulan (30%) dan terendah adalah kelompok umur >5 tahun-18 tahun (5%).

3. Jenis kejang demam yang dialami subyek penelitian adalah sebagian besar

bersifat kompleks (60%) dan lainnya sederhana (40%).

4. Durasi kejang umumnya kurang dari 15 menit (80%).

5. Tipe kejang seluruh subyek penelitian umum dan atau klonik (100%).

6. Karakteristik subyek penelitian sebagian besar mempunya episode

berulang kejang demam (75%).

7. Subyek penelitian lebih banyak mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari

37,4 0C dan yang terendah dengan suhu tubuh 37,4 – 37,6 (20%). 8. Sebagian besar subyek penelitian mempunyai penyakit penyerta (75%).

9. Subyek penelitian umumnya tidak mempunyai riwayat keluarga menderita

kejang demam (85%).

10.Kondisi akhir subyek penelitian kejang demam yang terbanyak adalah

pulang atas permintaan sendiri (50%), diikuti dengan pulang berobat jalan


(41)

10.2. Saran

Beberapa hal yang dapat direkomendasikan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi masyarakat

Mengadakan sosialisasi untuk menambah pengetahuan masyarakat tanda dan gejala penyakit kejang demam pada anak. Apabila terdapat anak yang mengalami tanda dan gejala seperti itu maka harus segera mencari pengobatan dan mampu melakukan pencegahan sedini mungkin.

2. Bagi RSUP H. Adam Malik Medan

Menyimpan dan merawat data rekam medis yang telah ada dan data rekam medis yang akan datang agar rekam medis yang ada menjadi lengkap. 3. Bagi penelitian selanjutnya

Jika peneliti lain akan melakukan penelitian yang sama maka penelitian ini dapat dijadikan pedoman dalam melakukan penelitian selanjutnya dengan memperluas variabel-variabel lainnya.

4. Bagi keilmuan

Memperbanyak penelitian lain untuk mengembangkan pengetahuan yang sudah ada tentang penyakit ini.

5. Bagi peneliti

Meningkatkan pengetahuan tentang penyakit pada anak ini dan membantu mensosialisasikan tentang tanda dan gejala terhadap keluarga dan lingkungan sekitar.


(42)

DAFTAR PUSTAKA

Dasmayanti, Y., Anidar, Imran, Bukhtar, Rindanda, T., 2015. Hubungan Kadar Hemoglobin dengan Kejang Demam pada Anak Usia Balita. Vol 16. Banda Aceh: ETD Unsyiah

Deliana, M., 2002. Tata Laksana Kejang Demam pada Anak. Vol 4. Medan: Sari Pediatri, 59-62

Dewanti, et al. 2012. Kejang Demam dan Faktor yang Mempengaruhi Rekurensi. Vol 14.

Fadila, S., Nadjmir & Rahmantini., 2014. Hubungan Pemakaian Fenobarbital Rutin dan Tidak Rutin pada Anak Kejang Demam dengan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD). Jurnal Kesehatan Andalas.

Ikatan Dokter Anak Indonesia., 2006. Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam: Badan Penerbit IDAI.

Imaduddin, K., Syarif, I & Rahmantini., 2013. Gambaran Elektrolit dan Gula Darah Pasien Kejang Demam yang Dirawat di Bangsal RSUP Dr. M. Djamil Periode Januari 2010 – Desember 2012. Jurnal Kesehatan Andalas.

Ismoedijanto, 2000. Demam pada Anak. Vol 2. Surabaya: Sari Pediatri, 103-108

Kania, N., 2007. Kejang pada Anak. Available from:

http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2010/02/kejang_pada_anak.pdf


(43)

Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, W. I., Setiowulan, W., Wicaksono, A., Hamsah, A., et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. 3rd ed. Jakarta: Media Aesculapius, 434-437.

Redjeki, S., 2014. Kejang Demam. Dalam: Public Hospital Blambangan.

Available from:

http://rsudbwi.banyuwangikab.go.id/artikel/detail/1220/kejang-demam.html

[Accesed 9 June 2015].

Rudolph, A. M., Hoffman, J. I. E., Rudolph, C. D., 2007. Buku Ajar Pediatri Rudolph. 20th ed. Vol 3. Jakarta: EGC, 2160-2161.


(44)

CURRICULUM VITAE

Nama : Indah Rahmah Lestari

Tempat/Tanggal Lahir : Medan/02 November 1994

Pekerjaan : Mahasiswa

Agama : Islam

Alamat : Jl. Bunga Sedap Malam XVI No. 9, Kel.

Sempakata Kec. Medan Selayang, Medan

Komplek Taman Anggrek Setia Budi Jl. Catelya No. 40, Medan

Orangtua

Ayah : dr. Surya Dharma, MPH

Ibu : Nuraisah, SH

Riwayat Pendidikan :

1. Taman Kanak-kanak Al-Qur’an Al-Mustaqiem (1999-2000) 2. Taman Pendidikan Al-Qur’an Al-Mustaqiem (2000-2002) 3. Sekolah Dasar Swasta Siti Hajar Medan (2000-2006) 4. Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Medan (2006-2009) 5. Sekolah Menengah Atas Swasta Harapan 1 Medan (2009-2012)

Riwayat Organisasi :


(45)

(46)

(47)

(48)

(49)

(50)

(51)

(52)

(53)

No. RM Nama

Jenis Kejang Demam

Umur Jenis

Kelamin

Durasi Kejang

Tipe Kejang Episode

Berulang T

00.51.60.02 Rendy Kompleks >12

Bulan-3 Tahun Laki-laki

<15 Menit

Umun tonik dan

atau klonik Ada >3

00.60.92.01 Gilang Dwi

Putra Kompleks

>12

Bulan-3 Tahun Laki-laki

<15 Menit

Umun tonik dan

atau klonik Ada >3

00.62.52.13

Arya Wiraraja Bimaazizi Ginting

Sederhana >12

Bulan-3 Tahun Laki-laki

<15 Menit

Umun tonik dan atau klonik

Tidak

ada <3

00.56.37.68

Eddy Aser Efraim Tarigan

Kompleks >12

Bulan-3 Tahun Laki-laki

<15 Menit

Umun tonik dan

atau klonik Ada >3

00.58.76.60 Zul Ashfy

Ar-Rayhan Bako Kompleks 1-12 Bulan Laki-laki

<15 Menit

Umun tonik dan

atau klonik Ada >3

00.62.71.34

Angga Anatama Ginting

Sederhana >12

Bulan-3 Tahun Laki-laki

<15 Menit

Umun tonik dan

atau klonik Ada <3

00.58.83.39 Rivaldo Purba Kompleks 1-12 Bulan Laki-laki <15

Menit

Umun tonik dan

atau klonik Ada <3

00.59.87.40 Latifa

Azzikra Sederhana 1-12 Bulan Perempuan

<15 Menit

Umun tonik dan

atau klonik Ada >3

00.60.74.41 Ajna Savitri Kompleks 1-12 Bulan Perempuan <15

Menit

Umun tonik dan atau klonik

Tidak ada

3 3

00.59.00.57 David Evendi Kompleks >3

Tahun-5 Tahun Laki-laki

>15 Menit

Umun tonik dan atau klonik

Tidak

ada <3

No. RM Nama

Jenis Kejang Demam

Umur Jenis

Kelamin

Durasi Kejang

Tipe Kejang Episode

Berulang T

00.60.81.79 Absya Febri

Mahulae Sederhana

>12

Bulan-3 Tahun Perempuan

>15 Menit

Umun tonik dan atau klonik

Tidak ada

3 3

00.56.02.75 Nugita Kompleks >12

Bulan-3 Tahun Perempuan

<15 Menit

Umun tonik dan atau klonik

Tidak ada

3 3

00.58.76.74 Anggi

Kanaya Kompleks

>12

Bulan-3 Tahun Perempuan

>15 Menit

Umun tonik dan

atau klonik Ada <3

00.59.40.16 Dinda Kompleks >3

Tahun-5 Tahun Perempuan

>15 Menit

Umun tonik dan

atau klonik Ada <3

00.62.59.14 Apri Sajanolo

Giawa Kompleks

>12

Bulan-3 Tahun Perempuan

<15 Menit

Umun tonik dan


(54)

00.62.27.94 Rajasa

Wardana Sederhana

>5

Tahun-18 Tahun Laki-laki

<15 Menit

Umun tonik dan

atau klonik Ada >3

00.59.52.89 Juli Iriani

Sinulingga Sederhana

>12

Bulan-3 Tahun Perempuan

<15 Menit

Umun tonik dan

atau klonik Ada >3

00.61.71.78 Kristina Br.

Simbolon Sederhana 1-12 Bulan Perempuan

<15 Menit

Umun tonik dan

atau klonik Ada

3 3

00.58.96.56 Bayu

Anggara Kompleks

>12

Bulan-3 Tahun Laki-laki

<15 Menit

Umun tonik dan

atau klonik Ada <3

00.61.70.05 Rati Fatu

Rifdasyauqiah Sederhana 1-12 Bulan Perempuan

<15 Menit

Umun tonik dan


(55)

HASIL OUTPUTSPSS

A. Distribusi Karakteristik Pasien Berdasarkan Jenis Kejang Demam

Jenis Kejang Demam

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Sederhana 8 40,0 40,0 40,0

Kompleks 12 60,0 60,0 100,0

Total 20 100,0 100,0

B. Distribusi Karakteristik Pasien Berdasarkan Umur

Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0-12 Bulan 6 30,0 30,0 30,0

>12 Bulan-3 Tahun 11 55,0 55,0 85,0

>3 Tahun-5 Tahun 2 10,0 10,0 95,0

>5 Tahun-18 Tahun 1 5,0 5,0 100,0

Total 20 100,0 100,0

C. .Distribusi Karakteristik Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Laki-laki 10 50,0 50,0 50,0

Perempuan 10 50,0 50,0 100,0


(56)

D. Distribusi Karakteristik Pasien Berdasarkan Durasi Kejang

Durasi_Kejang

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid <15 Menit 16 80,0 80,0 80,0

>15 Menit 4 20,0 20,0 100,0

Total 20 100,0 100,0

E. Distribusi Karakteristik Pasien Berdasarkan Tipe Kejang

Tipe_Kejang

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Umun tonik dan atau klonik 20 100,0 100,0 100,0

F. Distribusi Karakteristik Pasien Berdasarkan Episode Berulang

Episode_Berulang

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ada 15 75,0 75,0 75,0

Tidak ada 5 25,0 25,0 100,0

Total 20 100,0 100,0

G. Distribusi Karakteristik Pasien Berdasarkan Suhu Tubuh

Suhu_Tubuh

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid <37,4 9 45,0 45,0 45,0

>37,6 7 35,0 35,0 80,0

37,4-37, 4 20,0 20,0 100,0


(57)

H. Distribusi Karakteristik Pasien Berdasarkan Penyakit Penyerta

Penyakit_Penyerta

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ada 1 5,0 5,0 5,0

Ada 14 70,0 70,0 75,0

Tidak ad 5 25,0 25,0 100,0

Total 20 100,0 100,0

I. Distribusi Karakteristik Pasien Berdasarkan Riwayat Keluarga

Riwayat_Keluarga

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak ada 1 5,0 5,0 5,0

Ada 3 15,0 15,0 20,0

Tidak ad 16 80,0 80,0 100,0

Total 20 100,0 100,0

J. Distribusi Karakteristik Pasien Berdasarkan Kesembuhan

Kesembuhan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Berobat 8 40,0 40,0 40,0

Meningga 1 5,0 5,0 45,0

Paps 10 50,0 50,0 95,0

Sembuh 1 5,0 5,0 100,0


(1)

(2)

No. RM Nama

Jenis Kejang Demam

Umur Jenis Kelamin

Durasi Kejang

Tipe Kejang Episode Berulang T 00.51.60.02 Rendy Kompleks >12

Bulan-3 Tahun Laki-laki

<15 Menit

Umun tonik dan

atau klonik Ada >3 00.60.92.01 Gilang Dwi

Putra Kompleks

>12

Bulan-3 Tahun Laki-laki

<15 Menit

Umun tonik dan

atau klonik Ada >3 00.62.52.13

Arya Wiraraja Bimaazizi Ginting

Sederhana >12

Bulan-3 Tahun Laki-laki

<15 Menit

Umun tonik dan atau klonik

Tidak

ada <3 00.56.37.68

Eddy Aser Efraim Tarigan

Kompleks >12

Bulan-3 Tahun Laki-laki

<15 Menit

Umun tonik dan

atau klonik Ada >3 00.58.76.60 Zul Ashfy

Ar-Rayhan Bako Kompleks 1-12 Bulan Laki-laki

<15 Menit

Umun tonik dan

atau klonik Ada >3 00.62.71.34

Angga Anatama Ginting

Sederhana >12

Bulan-3 Tahun Laki-laki

<15 Menit

Umun tonik dan

atau klonik Ada <3 00.58.83.39 Rivaldo Purba Kompleks 1-12 Bulan Laki-laki <15

Menit

Umun tonik dan

atau klonik Ada <3 00.59.87.40 Latifa

Azzikra Sederhana 1-12 Bulan Perempuan <15 Menit

Umun tonik dan

atau klonik Ada >3 00.60.74.41 Ajna Savitri Kompleks 1-12 Bulan Perempuan <15

Menit

Umun tonik dan atau klonik

Tidak ada

3 3 00.59.00.57 David Evendi Kompleks >3

Tahun-5 Tahun Laki-laki

>15 Menit

Umun tonik dan atau klonik

Tidak

ada <3 No. RM Nama

Jenis Kejang Demam

Umur Jenis Kelamin

Durasi Kejang

Tipe Kejang Episode Berulang T 00.60.81.79 Absya Febri

Mahulae Sederhana

>12

Bulan-3 Tahun Perempuan >15 Menit

Umun tonik dan atau klonik

Tidak ada

3 3 00.56.02.75 Nugita Kompleks >12

Bulan-3 Tahun Perempuan <15 Menit

Umun tonik dan atau klonik

Tidak ada

3 3 00.58.76.74 Anggi

Kanaya Kompleks

>12

Bulan-3 Tahun Perempuan >15 Menit

Umun tonik dan

atau klonik Ada <3 00.59.40.16 Dinda Kompleks >3

Tahun-5 Tahun Perempuan >15 Menit

Umun tonik dan

atau klonik Ada <3 00.62.59.14 Apri Sajanolo

Giawa Kompleks

>12

Bulan-3 Tahun Perempuan <15 Menit

Umun tonik dan


(3)

00.62.27.94 Rajasa

Wardana Sederhana

>5

Tahun-18 Tahun Laki-laki

<15 Menit

Umun tonik dan

atau klonik Ada >3 00.59.52.89 Juli Iriani

Sinulingga Sederhana

>12

Bulan-3 Tahun Perempuan <15 Menit

Umun tonik dan

atau klonik Ada >3 00.61.71.78 Kristina Br.

Simbolon Sederhana 1-12 Bulan Perempuan <15 Menit

Umun tonik dan atau klonik Ada

3 3 00.58.96.56 Bayu

Anggara Kompleks

>12

Bulan-3 Tahun Laki-laki

<15 Menit

Umun tonik dan

atau klonik Ada <3 00.61.70.05 Rati Fatu

Rifdasyauqiah Sederhana 1-12 Bulan Perempuan <15 Menit

Umun tonik dan


(4)

HASIL

OUTPUT

SPSS

A.

Distribusi Karakteristik Pasien Berdasarkan Jenis Kejang Demam

Jenis Kejang Demam

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Sederhana 8 40,0 40,0 40,0

Kompleks 12 60,0 60,0 100,0

Total 20 100,0 100,0

B.

Distribusi Karakteristik Pasien Berdasarkan Umur

Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0-12 Bulan 6 30,0 30,0 30,0

>12 Bulan-3 Tahun 11 55,0 55,0 85,0

>3 Tahun-5 Tahun 2 10,0 10,0 95,0

>5 Tahun-18 Tahun 1 5,0 5,0 100,0

Total 20 100,0 100,0

C.

.Distribusi Karakteristik Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Laki-laki 10 50,0 50,0 50,0

Perempuan 10 50,0 50,0 100,0


(5)

D.

Distribusi Karakteristik Pasien Berdasarkan Durasi Kejang

Durasi_Kejang

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid <15 Menit 16 80,0 80,0 80,0

>15 Menit 4 20,0 20,0 100,0

Total 20 100,0 100,0

E.

Distribusi Karakteristik Pasien Berdasarkan Tipe Kejang

Tipe_Kejang

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Umun tonik dan atau klonik 20 100,0 100,0 100,0

F.

Distribusi Karakteristik Pasien Berdasarkan Episode Berulang

Episode_Berulang

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ada 15 75,0 75,0 75,0

Tidak ada 5 25,0 25,0 100,0

Total 20 100,0 100,0

G.

Distribusi Karakteristik Pasien Berdasarkan Suhu Tubuh

Suhu_Tubuh

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid <37,4 9 45,0 45,0 45,0

>37,6 7 35,0 35,0 80,0

37,4-37, 4 20,0 20,0 100,0


(6)

H.

Distribusi Karakteristik Pasien Berdasarkan Penyakit Penyerta

Penyakit_Penyerta

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ada 1 5,0 5,0 5,0

Ada 14 70,0 70,0 75,0

Tidak ad 5 25,0 25,0 100,0

Total 20 100,0 100,0

I.

Distribusi Karakteristik Pasien Berdasarkan Riwayat Keluarga

Riwayat_Keluarga

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak ada 1 5,0 5,0 5,0

Ada 3 15,0 15,0 20,0

Tidak ad 16 80,0 80,0 100,0

Total 20 100,0 100,0

J.

Distribusi Karakteristik Pasien Berdasarkan Kesembuhan

Kesembuhan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Berobat 8 40,0 40,0 40,0

Meningga 1 5,0 5,0 45,0

Paps 10 50,0 50,0 95,0

Sembuh 1 5,0 5,0 100,0