13
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Premature Sign-Off of Audit Procedure
Proses sistematik mengimplikasikan bahwa sebaiknya ada pendekatan yang terencana dengan baik selama pelaksanaan audit. Auditor dituntut untuk
mampu mencari dan mendapatkan bukti secara obyektif dan mengevaluasi relevansi serta validitas dari bukti-bukti yang didapat. Jenis, kuantitas, dan
keandalan bukti dapat beraneka ragam antara tiap audit, sehingga memerlukan waktu yang paling banyak dalam proses audit.
Kelalaian negligence adalah kegagalan akuntan publik dalam melaksanakan dan melaporkan suatu penugasan audit karena tidak menggunakan
profesionalisme dan kompetensinya sebagai auditor yang bijaksana dan berhati- hati prudent auditor. Menurut Guy, Alderman, dan Winters, 2001 seorang
akuntan publik akan dianggap lalai apabila gagal dalam melakukan apa yang biasanya, selayaknya, atau apa yang semestinya dilaksanakan dan tidak
dilaksanakan oleh seorang auditor yang bijaksana dan hati-hati. Premature sign-off of audit procedure
masuk dalam kategori kelalaian yang disengaja gross negligence, disebut juga sebagai kecurangan terencana
constructive fraud yaitu merupakan kejadian besar mengenai kelalaian yang
mencolok atau kecurangan terencana atas standar yang telah ditetapkan. Istilah seperti ini sering digunakan untuk menunjuk pada audit yang buruk. Kelalaian
yang disengaja dalam hal ini adalah Guy, Alderman, dan Winters, 2001:
1. Akuntan publik melakukan penyajian mengenai fakta yang material tanpa
dukungan yang memadai. 2.
Penyajian dimaksudkan untuk menjadi sandaran bagi orang lain contoh kasus: klien atau pengguna laporan keuangan pihak ketiga.
3. Penyajian merupakan hal yang diandalkan oleh klien atau pihak ketiga
sebagai sandaran. 4.
Kehandalan tersebut menyebabkan kerugian bagi klien atau pihak ketiga. Premature sign-off of audit procedure
ini adalah alat bagi auditor untuk memanipulasi proses audit dalam upaya untuk mencapai tujuan kinerja individual.
Pengurangan kualitas audit yang dihasilkan dari kegiatan ini mungkin dipandang sebagai perlunya pengorbanan dalam upaya bagi individu untuk survive dalam
lingkungan audit. Premature sign-off of audit procedure dapat didefiniskan sebagai suatu keadaan yang menunjukan seorang auditor menghentikan satu atau
beberapa langkah audit yang diperlukan dalam menjalankan prosedur audit tanpa mengganti dengan langkah lain.
Solar dan Bruehl, 1971, Anastasya dan Muhlasi, 2005, dalam Harini, 2009 mengatakan bahwa individu yang melakukan pekerjaan dibawah standar lebih
mungkin untuk melakukan tindakan penyimpangan sejak mereka sendiri merasa tidak mampu untuk bertahan dalam pekerjaan melalui usaha sendiri. Jadi,
tindakan penyimpangan perilaku dapat dilihat sebagai kebutuhan dalam situasi dimana tujuan organisasi atau individual tidak dapat dicapai melalui langkah–
langkah atau cara–cara yang pada umumnya lazim untuk dilakukan.
Definisi lain dari premature sign-off of audit procedure adalah dihentikannya langkah-langkah dalam audit program sehingga satu atau lebih dari
prosedur audit tidak dilengkapi Raghunatan,1991. Jika hal tersebut dilaksanakan oleh seorang auditor, maka pastinya akan memiliki pengaruh langsung terhadap
kualitas audit yang dihasilkannya karena ketika satu langkah saja dalam prosedur audit dihilangkan, maka probabilitas akan meningkat atas kesalahan auditor
membuat judgment dan tentunya dapat mempengaruhi kualitas audit. Secara garis besar, faktor terjadinya tindakan premature sign-off of audit
procedure terbagi menjadi dua kategori, yaitu:
1. Faktor Internal, merupakan faktor terjadinya tindakan premature sign-off
yang berasal dari dalam diri auditor antara lain: idealisme, relativisme, lokus kendali, harga diri, need approval, need for achievement, competitive type
behavior , professional commitment, dan organizational commitment.
2. Faktor Eksternal, merupakan faktor terjadinya tindakan premature sign-off
yang berasal dari luar diri atau lingkungan auditor antara lain: time budget pressure, time deadline pressure,
resiko audit, materialitas, prosedur review, tingkat jabatan, etika profesional
Beberapa penelitian yang terkonsentrasi atas penghentian prematur atas prosedur audit telah banyak dilakukan: Rhode, 1978, Alderman dan Detrick,
1982, dalam Raghunatan, 1991 mendeteksi bahwa lebih dari 55 responden auditor telah melakukan penghentian prematur atas prosedur audit. Alasan yang
menjadi dasar terjadinya perilaku tidak etis ini adalah karena adanya anggapan bahwa prosedur audit yang dilakukan dianggap tidak penting atau beresiko kecil,
prosedur audit yang tidak material, prosedur audit yang kurang dimengerti, adanya batasan waktu atas penyampaian laporan audit, serta adanya faktor
kebosanan dari para auditor. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Raghunatan 1991 dapat
menemukan bahwa lebih dari 50 responden auditor melakukan Premature sign-off of audit procedure
, yang pada umumnya terjadi pada prosedur analitik, pada saat pemeriksaan pekerjaan audit intern, dan pada saat pemeriksaan
pekerjaan bawahan. Ketika melakukan pengabaian, auditor akan memilki kecenderungan untuk memilih prosedur yang paling tidak beresiko diantara
sepuluh prosedur berdasarkan paparan diatas. Meskipun banyak peneliti yang menemukan terjadinya praktik premature
sign-off of audit procedure , namun ada juga peneliti yang tidak menemukan atau
hanya menemukan dalam jumlah yang sangat kecil atas praktik tersebut. Shapeero, et.al, 2003 menemukan bahwa 88 respondennya menyatakan sangat
tidak mungkin untuk melakukan premature sign-off of audit procedure. Waggoner dan Cashell, 1991 menemukan hanya 23 dari respondennya yang
melakukan premature sign-off of audit procedure Suryanita, et.al, 2006.
2.2 Komitmen Profesional Professional Commitment