Pengertian Pelatihan Tujuan Program Pelatihan

25 menirukan model yang sesuai dengan dirinya mampu meningkatkan kepercayaan diri remaja tersebut. Pada akhir masa remaja menuju masa dewasa, mereka mulai bergerak mandiri, memiliki pandangan hidup dan menjalankan perannya dalam masyarakat. Pada dasarnya ketika remaja telah memiliki pandangan hidup menandakan telah terpenuhinya tugas-tugas perkembangannya. Terpenuhinya tugas perkembangan remaja, maka akan menjadi modal dalam melakukan penyesuaian diri, karena remaja lebih merasa percaya diri dalam bertindak.

2.3 Pelatihan Confidence Transformation

2.3.1 Pengertian Pelatihan

Pelatihan adalah sebuah proses belajar dan studi-studi telah memperlihatkan ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan proses belajar Dessler, 2003: 217. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Amri 2007: 22 yang menjelaskan pelatihan adalah proses pendidikan dengan prosedur yang sistematis dan terorganisir dimana peserta mempelajari hal-hal tertentu sesuai dengan target jangka pendek. Pelatihan merupakan aktivitas yang banyak diwarnai oleh proses belajar learning, yaitu perubahan perilaku yang relatif permanen dan terjadi akibat dari suatu pengalaman. Menurut Cuhway 2002: 114 pelatihan adalah proses mengajarkan keahlian dan memberikan pengetahuan yang perlu, serta sikap supaya mereka dapat melaksanakan tanggung jawabnya sesuai dengan standar. Beberapa definisi pelatihan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa 26 pelatihan adalah proses melatih yang telah dipersiapkan sebelumnya untuk mengambil jalur tindakan tertentu dan untuk membantu peserta pelatihan memperbaiki, mengubah, atau mengembangkan sikap dan prestasi melalui pengembangan pengetahuan untuk mengurangi dampak-dampak negatif dikarenakan kurangnya pendidikan atau mengajarkan tingkah laku keahlian melalui pengalaman dalam kegiatannya.

2.3.2 Tujuan Program Pelatihan

Pada umumnya tujuan training berhubungan erat dengan jenis training yang digunakan. Sebelum menetapkan tujuan pelatihan, latihan harus sesuai dengan kebutuhan. Smith dan Wakeley 1972: 200 menyebutkan bahwa pelatihan dilakukan bila menemui 1 lack of knowledge atau tidak tahu, 2 lack of desire atau tidak ingin, dan 3 lack of ability atau tidak mampu. Fenomena yang ada menunjukkan bahwa remaja panti asuhan mengalami lack of knowledge, lack of desire , dan lack of ability. Remaja di panti asuhan menunjukkan sikap “tidak tahu”, ”tidak ingin” dan “tidak mampu”. Mereka mengalami lack of knowledge karena kurang memiliki informasi tentang cara mengatasi rasa kurang percaya diri. Sedangkan lack of desire karena mereka kurang mendapatkan motivasi selama tinggal di panti asuhan. Ketiga masalah ini kemudian mempengaruhi kemampuan mereka untuk mengembangkan potensi-potensi dalam dirinya lack of ability . Pengertian tujuan pelatihan yang disebutkan di atas tersebut, pada dasarnya secara umum sama dan dapat disimpulkan bahwa suatu pelatihan diberikan dengan tujuan meningkatkan atau mengembangkan suatu sikap dalam kegiatan 27 individu sehari-hari, dan dapat mengembangkan pengetahuan agar dapat berpikir dan bertindak secara rasional. Tujuan pelatihan ini adalah meningkatkan kepercayaan diri remaja pada remaja di Panti Asuhan Harapan Bangsa Kabupaten Rembang.

2.3.3 Metode atau Teknik Pelatihan