STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK GOLONGAN KUINOLON PADA PASIEN BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA (Penelitian Dilakukan di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Saiful Anwar Malang)

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembesaran prostat jinak atau lebih dikenal BPH (Benign Prostatic Hyperplasia) merupakan tumor jinak yang sering ditemukan pada pria yang berumur lebih dari 50 tahun dan insidennya semakin meningkat dengan bertambahnya usia (Pakasi, 2009). BPH terjadi ditandai dengan peningkatan ukuran kelenjar karena terdapat peningkatan jumlah sel-sel stroma serta sel-sel epitel kelenjar prostat (Bairy, 2009).

BPH dapat dialami oleh sekitar 50% pada pria usia diatas 60 tahun dan akan meningkat menjadi sekitar 90% pada pria dengan usia diatas 8.5 tahun (Bairy, 2009). Di Indonesia BPH merupakan kelainan urologi kedua yang di jumpai di klinik urologi di Indonesia dan diperkirakan 50% pada pria berusia 50 tahun. Angka harapan hidup di Indonesia, rata-rata mencapai 65 tahun sehingga diperkirakan 2,5 juta pria di Indonesia menderita BPH (Pakasi, 2009). Di Amerika Serikat, The Olmstead Country Survey memperkirakan insiden BPH adalah sebanyak 13% pada pasien berusia 40-49 tahun, 28% pada pasien berusia diatas 70 tahun. Di Eropa, sebanyak 14% pada pasien berusia sekitar 40 tahun, dan 43% pada pasien berusia sekitar 60 tahun (Rosette, et al., 2006).

Menurut penelitian, Pria dengan riwayat keluarga yang pernah menderita BPH memiliki resiko yang lebih besar terdiagnosa BPH dibandingkan dengan yang tidak mempunyai riwayat keluarga yang pernah menderita BPH, karena terdapat mutasi dalam gen yang menyebabkan fungsi gen sebagai penekan tumor mengalami gangguan. Selain itu, life style juga sangat berpengaruh sebagai faktor resiko yang dapat menyebabkan BPH. Antara lain kurangnya mengkonsumsi makanan berserat serta kebiasaan merokok (Amalia, 2010).

Hingga saat ini belum diketahui secara pasti penyebab terjadinya BPH, namun beberapa hipotesis menyebutkan bahwa BPH erat kaitannya dengan hormon DHT (Intraprostatic Dihydrotestoterone) dan enzim 5α-reduktase.

Enzim 5α-reduktase tipe 1 dan Enzim 5α-reduktase tipe 2 yang umumnya berada pada jaringan extraprostatic, namun Enzim 5α-reduktase tipe 2 banyak ditemukan


(2)

2

dalam jaringan prostat. Enzim 5α-reduktase tipe 2 merupakan perantara dalam perubahan testoteron menjadi DHT (Kirby and Gilling, 2010).

BPH jarang menimbulkan gejala pada pria sebelum usia 40 tahun, tetapi lebih dari setengah pria berumur 60-an dapat mengalami gejala awal BPH. Pada pria dengan gejala BPH, sering mengeluh tidak nyaman dalam melakukan aktivitas. Hal ini disebabkan pembesaran sel epitel dan stomal pada kelenjar prostat (Lee, 2008). BPH merupakan penyakit progresif yang umumnya berhubungan dengan LUTS (Lower Urinary Track Symptoms) meliputi sering buang air kecil, urgensi, nocturia, kecilnya aliran miksi, tidak puas sehabis miksi (Shrivatava and Gupta, 2012).

Tidak semua pasien BPH perlu menjalani tindakan medik. Terkadang pasien yang mengeluh LUTS ringan dapat sembuh sendiri tanpa mendapatkan terapi apapun. Tetapi diantara pasien yang lain akhirnya ada yang membutuhkan terapi medikamentosa atau tindakan medik yang lain karena keluhannya makin parah (Purnomo, 2008). Watchfull waiting dapat dilakukan pada pasien dengan BPH ringan (AUA-SI score < 8). Terapi ini juga merupakan pilihan yang tepat bagi pasien dengan BPH tingkat sedang hingga berat yang belum terdapat komplikasi LUTS dan Bladder Outlet Obstruction (BOO). Terapi medikamentosa dilakukan pada pasien BPH tingkat sedang, atau dapat juga dilakukan sebagai terapi sementara pada pasien BPH tingkat berat. Golongan obat yang digunakan dalam terapi medikamentosa BPH adalah golongan α-adrenergik bloker, serta golongan 5α-reduktase inhibitor. Terapi invasif meliputi pembedahan pada BPH yang sudah menunjukkan komplikasi tertentu seperti AUR (Acute Urinary retention), Hematuria, BOO, UTI (Urinary Tract Infection), dan LUTS. Tindakan pembedahan meliputi pembedahan terbuka, TURP, TUIP, TUVP, dan laser prostatektomi (McVary, et al., 2010).

Pada tindakan pembedahan, resiko terjadinya infeksi sangat besar. Tanda-tanda infeksi meliputi demam tinggi, nyeri, luka operasi bernanah, luka operasi terbuka dan sepsis (Istikomah, 2010). TURP merupakan prosedur bedah bersih terkontaminasi untuk BPH. Komplikasi TURP meliputi hematuria, dysuria, demam, dan bacteriuria. UTIs dapat terjadi pada pasca operasi TURP dengan prosentase antara 6% - 60% yang desebabkan oleh infeksi bakteri uretra, dan


(3)

3

pemasangan kateter (Lawson, et al., 2013). Selain itu, adanya LUTS dan UTIs dapat menyebabkan urin tidak dapat dikeluarkan dari kandung kemih dan dapat menyebabkan infeksi. Menurut penelitian, penyebab paling umum dari UTIs adalah Escherichia coli yang menyumbang 85%, Staphulococcus saprophyticus (5%-15%), Klebsiella pneumoniae, Proteus spp, Pseudumonas aeruginosa, dan Enterococcus spp (5%-10%) (Coyle and Prince, 2009).

Untuk menghindari terjadinya infeksi pada pasien BPH, perlu adanya tindakan pencegahan dengan pemberian terapi antibiotik. Penggunaan antibiotika ditujukan untuk menurunkan jumlah bakteri tersebut sampai di bawah titik kritis, sehingga akan mencegah terjadinya infeksi (Chambers, 2001). Pemilihan terapi antibiotika yang tepat sangat berpengaruh pada keberhasilan terapi yang dilakukan. Disamping itu, ketepatan terapi antibiotika sangat diperlukan untuk meminimalkan resiko terjadinya resistensi yang merupakan masalah besar dalam terapi antibiotika. Pemilihan antibiotika seharusnya mempertimbangkan kejadian resistensi yang sudah terjadi di rumah sakit dan juga mempertimbangkan kejadian resistensi yang kemungkinanan selanjutnya akan terjadi. Antibiotik yang biasa digunakan pada pasien BPH dan membunuh mikroorganisme meliputi antibiotik golongan aminoglikosida, penisilin, sefalosporin, dan kuinolon (Anonim, 2011).

Menurut penelitian, dari 18 pasien pada prabedah prostatomi terdapat 4 pasien dengan tes kultur urin positif yang disebabkan oleh bakteri yang berbeda pada setiap kasus meliputi bakteri Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Pseudumonas sp. Pada pasien BPH dengan tes kultur urin positif perlu mendapatkan terapi antibiotik yang tepat. Penyebab terjadinya infeksi pasca bedah disebabkan adanya UTI pada prabedah karena pemasangan kateter di rumah sakit. Semua bakteri ini sensitif terhadap antibiotik kuinolon sehingga dapat diterapi dengan ciprofloxacin (Pourmand, et al., 2010). Selain itu, pemberian antibiotik pada pasien BPH dapat digunakan apabila terjadi inflamasi kronis, kondisi ini lebih dikenal sebagai prostatitis (Lights, 2012). Antibiotik profilaksis yang sering digunakan oleh Spesialis Urologi Indonesia adalah golongan kuinolon (Monoarfa, 2011). Antibiotika fluoroquinolon memiliki volume distribusi yang tinggi. Penetrasi obat ini sangat tinggi di ginjal, paru-paru, prostat, kandung empedu, empedu, dan saluran kemih (King, et al., 2000). Antibiotik kuinolon merupakan


(4)

4

golongan antibiotik yang sangat penting karena memiliki kelebihan berupa spektrum aktivitas antimikroba yang luas terhadap gram negatif dan gram positif. Kegunaan terapeutiknya meliputi pengobatan infeksi saluran kemih, prostatitis, beberapa penyakit menular seksual, osteomielitis, dan diare akibat bakteri (Petri, 2001).

Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan studi penggunaan obat untuk mengetahui profil antibiotik golongan kuinolon pada pasien BPH. Penelitian studi penggunaan obat tersebut dilakukan di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan peningkatan pelayanan kefarmasian serta peningkatan rasio penggunaan obat yang tepat di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut :

 Bagaimanakah penggunaan antibiotika golongan kuinolon yang meliputi dosis, rute pemberian, lama pemberian antibiotika golongan kuinolon pada pasien BPH di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Saiful Anwar Malang?

1.3 Tujuan Penelitian

1) Tujuan Umum

Mengetahui pola penggunaan antibiotika golongan kuinolon pada pasien BPH di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Saiful Anwar Malang

2) Tujuan Khusus

a. Mengetahui pola terapi antibiotika pada pasien BPH di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Saiful Anwar Malang.

b. Mengkaji penggunaan antibiotika golongan kuinolon meliputi dosis, rute pemberian, lama pemberian antibiotika golongan kuinolon sebagai terapi pasien BPH di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Saiful Anwar Malang.


(5)

5

1.4 Manfaat Penelitian 1) Bagi Peneliti

a. Mengetahui penggunaan antibiotika golongan kuinolon sebagai terapi pada pasien BPH sehingga farmasis dapat memberikan asuhan kefarmasian dengan bekerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya. b. Memberikan informasi tentang pola penggunaan antibiotika

golongan kuinolon pada terapi BPH dalam upaya peningkatan mutu pelayanan kepada pasien.

2) Bagi Rumah Sakit

a. Sebagai bahan masukan bagi pengambil keputusan baik klinisi maupun farmasis terutama berkaitan dengan pelayanan farmasi klinik.

b. Sebagai bahan masukan bagi Komite Medik Farmasi dan Terapi dalam merekomendasikan penggunaan obat di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang.


(6)

i

SKRIPSI

KARYNA ALVIYAH MALINDA

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK

GOLONGAN KUINOLON PADA PASIEN

BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA

(Penelitian Dilakukan di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Saiful Anwar Malang)

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2014


(7)

ii L

embar Pengesahan

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK GOLONGAN

KUINOLON PADA PASIEN

BENIGN PROSTATIC

HYPERPLASIA

(Penelitian Dilakukan di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Saiful Anwar Malang)

SKRIPSI

Dibuat Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Malang 2014

Oleh:

KARYNA ALVIYAH MALINDA 201010410311135

Disetujui oleh:

Pembimbing I

Drs. Didik Hasmono, MS., Apt. NIP 195809111986011001

Pembimbing II

Hidajah Rachmawati, S.Si., Apt., Sp.FRS NIDN 0713127102


(8)

iii L

embar Pengujian

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK GOLONGAN

KUINOLON PADA PASIEN

BENIGN PROSTATIC

HYPERPLASIA

(Penelitian Dilakukan di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Saiful Anwar Malang)

SKRIPSI

Telah diuji dan dipertahankan didepan tim penguji pada tanggal 18 Juli 2014

Oleh:

KARYNA ALVIYAH MALINDA 201010410311135

Tim Penguji

Penguji I Penguji II

Drs. Didik Hasmono.,M.S.,Apt. Hidajah Rachmawati, S.Si., Apt., Sp.FRS NIP 195809111986011001 NIDN 071312702

Penguji III Penguji IV

Dra. Lilik Yusetyani.,Apt.,Sp.FRS Nailis Syifa’, S.Farm., M.Sc.,Apt. NIDN 0714095802 NIDN 0727118602


(9)

iv

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh

Puji syukur tercurahkan kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam karena berkat rahmad dan ridho-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK GOLONGAN KUINOLON PADA PASIEN BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA (Penelitian Dilakukan di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Saiful Anwar Malang).

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang. Dalam penyusunan skripsi ini penulis tidak terlepas dari peranan pembimbing dan bantuan dari seluruh pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada.

1. Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah memberikan rahmat, nikmat, dan hidayah kepada makhluk-Nya, serta Rasulullah Muhammad SAW sebagai Uswatun Khasanah yang telah menuntun kita menuju jalan yang lurus.

2. Bapak Yoyok Bekti Prasetyo, S.Kep., M.Kep., Sp.Kom., selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan kesempatan penulis belajar di Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.

3. dr. Budji Rahayu, M.PH selaku Direktur RSU Dr. Saiful Anwar Malang beserta jajarannya yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk melakukan penelitian di RSU Dr. Saiful Anwar Malang.

4. Ibu Nailis Syifa’,S.Farm.,M.Sc.,Apt., selaku Ketua Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberi motivasi dan kesempatan penulis belajar di Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang.

5. Staf pengawai Diklit dan RMK RSSA Malang Bapak Dadang, Ibu Sari dan Ibu Yuni yang banyak membantu dalam proses pengambilan data skripsi.


(10)

v

6. Bapak Drs. Didik Hasmono, M.S., Apt., selaku Dosen Pembimbing I, disela kesibukan Bapak masih bisa meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi pengarahan dan dorongan moril sampai terselesaikannya skripsi ini.

7.

Bunda Hidajah Rachmawati, S.Si.,Apt.,Sp.FRS. selaku Dosen Pembibing II yang dengan tulus ikhlas mengarahkan, serta tak henti-hentinya memberikan motivasi penulis hingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

8. Ibu Dra. Lilik Yusetyani, Apt., Sp.FRS., dan Nailis

Syifa’,S.Farm.,M.Sc.,Apt., selaku Dosen Penguji I dan II, yang telah banyak memberikan saran dan masukan demi kesempurnaan skripsi ini.

9.

Ibu Arina Swastika, S.Farm., Apt., dan ibu Siti Rofida, S.Si., M.Farm.,

Apt. selaku Dosen wali. Terima kasih banyak atas arahan, nasehat, dan bimbingannya selama ini.

10. Untuk semua Dosen Farmasi Universitas Muhamadiyah Malang yang sudah memberikan waktunya untuk mengajarkan ilmu-ilmu yang sangat berguna, khususnya kepada Ibu Sendy Lia Yunita, S.Farm., Apt., selaku Dosen penanggung jawab skripsi yang telah susah payah membantu jalanya ujian skripsi sehingga kami dapat melaksanakan ujian skripsi dengan baik.

11. Untuk semua angggota tata usaha Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang, yang telah banyak membantu untuk kebutuhan administrasi kelengkapan skripsi.

12.

Staf Laboraturium

Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang yang telah membantu kemudahan proses praktikum penulis selama menjalani perkuliahan.

13.

Orang tuaku tercinta, Ayahanda H. Achmad Maulana Chaidir dan Ibunda Hj. Siti Kukuk Makiyah yang tiada hentinya memberikan kemudahan dan motivasi dalam segala hal, dengan sabar dan keiklasan mendoakan untuk kebaikan dan kesuksesan anaknya. Terimakasih Mama, skripsi ini ku dedikasikan untuk mama.


(11)

vi

14.

Dendie Bagus Windiar yang selalu memberikan motivasi dalam segala hal, serta membantu segala kemudahan untuk penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

15. Seluruh keluarga besar di Jember, yang telah memberikan nasehat serta semangat kepada penulis sehingga dapat menyeselaikan pendidikan Sarjana Farmasi.

16. Sahabatku tercinta Luluk Indah Suryaningsih, Puput Sri Ardiyanti, Rofiul Hamim, Evi Mulyana Sari atas semangat, kebersamaan, bantuan, dan kebahagiaan yang penulis dapat selama menjalani pendidikan di Malang. 17. Sahabat seperjuangan skripsi BPH Faradina Zulaili Ifa Evendy, Navila

Azra, dan Luluk Fauziah, terima kasih atas kebersamaan, bantuan, motivasi, semangat serta kerja samanya sehingga skripsi ini dapat terwujud.

18. Teman-teman Farmasi C UMM 2010, Oktavia Diah, Desti Widya, Sofia Unsiyah, Annisa Mahdania, Risky Amalia, dll terima kasih atas kebersamaan, kekompakan dan kenangan indah dan buruk selama ini, terima kasih atas pelajaran hidup yang diberikan selama 4 tahun menjalani pendidikan Farmasi.

19. Seluruh angkatan Farmasi UMM 2010 atas kebersamaan, dukungan dan semangatnya selama 4 tahun menjalani pendidikan Farmasi.

20. Teman-teman KKN 62 Arjowilangun-Kalipare atas pengalaman, keceriaan dan semangat kalian sebagai teman baru penulis selama 1 bulan. Semoga silaturahmi kita tetap terjalin.

21. Ibu kos Bendungan Batu Jahe No.5 Bunda Indah atas tumpangan selama 4 tahun ini selama penulis menjalani pendidikan di Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.

22.

Untuk semua pihak yang belum disebutkan namanya, penulis mohon maaf

dan terima kasih yang sebesar-besarnya. Semua keberhasilan ini tak luput dari bantuan, doa, dan motivasi yang telah kalian semua berikan.

Jasa dari semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini, penulis tidak mampu membalas dengan apapun. Semoga amal baik semua pihak mendapat imbalan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari


(12)

vii

kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kebaikan skripsi ini. Semoga penulisan ini dapat berguna bagi penelitian berikutnya, amin....

Wassalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh

Malang, 18 Juli 2014 Penyusun


(13)

viii

RINGKASAN

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK GOLONGAN

KUINOLON PADA PASIEN

BENIGN PROSTATIC

HYPERPLASIA

(Penelitian Dilakukan di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Saiful Anwar Malang)

Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) adalah kondisi terjadinya pembesaran sel epitel dan stroma pada kelenjar prostat karena pengaruh hormon. Hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti penyebab terjadinya BPH, tetapi beberapa hipotesis menyebutkan bahwa BPH erat kaitannya dengan peningkatan kadar dehidrotestoteron (DHT) dan proses aging (penuaan). Pembesaran prostat menyebabkan penyempitan lumen uretra prostatika dan akan menghambat aliran urine. Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan intravesikal. Untuk dapat mengeluarkan urine, kandung kemih harus berkontraksi lebih kuat guna melawan tahanan itu. Kontraksi yang terus menerus ini menyebabkan perubahan anatomik dari kandung kemih berupa hipertrofi otot detrusor, trabekulasi, terbentuknya selula, sakula dan divertikel kandung kemih. BPH merupakan penyakit progresif yang umumnya berhubungan dengan LUTS (Lower Urinary Track Symptoms) meliputi sering buang air kecil, urgensi, nocturia, kecilnya aliran kencing, tidak puas sehabis kencing.

Penanganan penyakit BPH meliputi, watchfull waiting, terapi medikametosa, serta tindakan bedah. Pada tindakan pembedahan, resiko terjadinya infeksi sangat besar. Tanda-tanda infeksi meliputi demam tinggi, nyeri, luka operasi bernanah, luka operasi terbuka dan sepsis. TURP merupakan prosedur bedah bersih terkontaminasi untuk BPH. Komplikasi TURP meliputi hematuria, dysuria, demam, dan bacteriuria. UTIs dapat terjadi pada pasca operasi TURP dengan prosentase antara 6% - 60% yang desebabkan oleh infeksi bakteri uretra, dan pemasangan kateter. Untuk menghindari terjadinya infeksi pada pasien BPH, perlu adanya tindakan pencegahan dengan pemberian terapi antibiotik. Penggunaan antibiotika ditujukan untuk menurunkan jumlah bakteri tersebut sampai di bawah titik kritis, sehingga akan mencegah terjadinya infeksi. pada bedah urologi direkomendasikan menggunakan antibiotik profilaksis untuk semua pasien yang menjalani TURP. Fluoroquinolones direkomendasikan sebagai firsh line profilaksis, aminoglikosida atau dikombinasikan dengan ampicilin, sefalosporin atau amoxicillin. Konsentrasi beberapa antibakteri kuinolon di jaringan prostat atau cairan prostat sangat tinggi. Oleh karena itu, Fluoroquinolones direkomendasikan sebagai firsh line profilaksis prostatomi. Penggunaan antibiotika yang terkendali dapat mencegah munculnya resistensi antimikroba dan menghemat penggunaan antibiotik yang pada akhirnya akan mengurangi beban biaya perawatan pasien, dan mempersingkat lama perawatan pasien.

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pola terapi antibiotika pada pasien BPH di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Saiful Anwar Malang serta mengkaji penggunaan antibiotika golongan kuinolon meliputi dosis, rute


(14)

ix

pemberian, lama pemberian antibiotika golongan kuinolon sebagai terapi pasien BPH di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Saiful Anwar Malang.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional karena peneliti tidak memberikan perlakuan terhadap sampel. Rancangan penelitian secara deskriptif dan pengumpulan data dilakukan secara retrospektif. Kriteria inklusi meliputi pasien dengan diagnosa BPH yang menjalani rawat inap di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang, dengan atau tanpa penyakit penyerta meliputi penyakit infeksi dan mendapat terapi antibiotika golongan kuinolon tunggal atau beserta kombinasinya, yang memiliki Rekam Medik Kesehatan (RMK) lengkap.

Dari rekam medik selama periode 1 Januari 2013 sampai 31 Desember 2013 didapatkan jumlah populasi sebanyak 97 pasien. Sampel yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 64 pasien (66%). Penggunaan antibiotika tunggal yang paling banyak adalah antibiotika golongan Kuinolon 83%, Sefalosporin 7%, Aminoglikosida 4%, dan Lain-lain 1%. Penggunaan kombinasi dua antibiotika adalah Kuinolon + Sefalosporin 3%, Kuinolon + Aminoglikosida 1%, Sefalosporin + Lain-lain 5%. Penggunaan terapi tunggal golongan antibiotika Kuinolon adalah Ciprofloxacin 69%, dan Levofloxacin 19%. Penggunaan terapi tunggal antibiotika golongan Kuinolon yang paling banyak adalah Ciprofloxacin oral dengan dosis 2x500mg.


(15)

x

ABSTRAK

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK GOLONGAN KUINOLON PADA PASIEN BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA

(Penelitian Dilakukan di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Saiful Anwar Malang)

Latar Belakang: BPH terjadi ditandai dengan peningkatan ukuran kelenjar prostat karena terdapat peningkatan jumlah sel-sel stromal serta sel-sel epitel. Penanganan penyakit BPH meliputi watchfull waiting, terapi medikametosa, serta tindakan bedah. Antibiotik profilaksis yang sering digunakan oleh Spesialis Urologi Indonesia adalah golongan kuinolon. Antibiotika Kuinolon memiliki volume distribusi yang tinggi, spektrum luas, dan penetrasinya tinggi pada prostat dan saluran kemih.

Tujuan: Mengetahui pola penggunaan antibiotika golongan kuinolon pada pasien BPH di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Saiful Anwar Malang dan mengkaji penggunaan antibiotika golongan kuinolon meliputi dosis, rute pemberian, lama pemberian antibiotika golongan kuinolon sebagai terapi pasien BPH di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Saiful Anwar Malang.

Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan penelitian secara deskriptif dan pengumpulan data dilakukan secara retrospektif pada pasien BPH dengan periode 1 Januari 2013 sampai 31 Desember 2013. Hasil & Kesimpulan: Penggunaan antibiotika tunggal yang diterima adalah Kuinolon 83%, Sefalosporin 7%, Aminoglikosida 4%, dan Lain-lain 1%. Penggunaan kombinasi dua antibiotika adalah Kuinolon+Sefalosporin 3%, Kuinolon+Aminoglikosida 1%, Sefalosporin+Lain-lain 5%. Penggunaan terapi tunggal golongan Kuinolon adalah Ciprofloxacin 69%, dan Levofloxacin 19%. Penggunaan terapi tunggal antibiotika golongan Kuinolon yang paling banyak adalah Ciprofloxacin oral dengan dosis 2x500mg.


(16)

xi

ABSTRACT

STUDY OF QUINOLONES ANTIBIOTIC AT BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA

(Research at Installation of Hospitalization Dr. Saiful Anwar Malang)

Backgroud: BPH characterized by an increase in size of the prostate gland because there are an increasing number of stromal cells and epithelial cells. Treatment of BPH disease include watchfull waiting, pharmacology therapy, and surgical. Prophylaxis antibiotics are often used by the Specialist Urology of Indonesia is the Quinolone. Quinolone antibiotics have high distribution volume, broad spectrum, and higher their penetration of the prostate and urinary tract. Objectives: Knowing the Quinolone antibiotic usage patterns in patients of BPH in patient hospital installation of Dr. Saiful Anwar Malang and reviewing the use of the Quinolone antibiotics include dosage, route of administration, as well as the old administration of Quinolone antibiotic as a therapy patient's BPH in Installation of Hospital Dr. Saiful Anwar Malang.

Research Methods : This study is an observational study design was descriptive with a retrospective study of BPH with a period of 1 January 2013 to 31 December 2013.

Conclusion: The use of a single antibiotic Quinolones patients receive is 83%, 7% Cephalosporin class, 4% Aminoglycosides class and others class 1%. The use of a combination of two antibiotics is a Quinolone+Cephalosporin 3%, Aminoglycosides+Quinolone 1%, Cephalosporins,+other 5%. The single therapeutic use of Quinolone class is Ciprofloxacin 69%, and 19% Levofloxacin. The use of a single antibiotic therapy the most is a Quinolone Ciprofloxacin with oral doses of 2x500mg.


(17)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBARPENGUJIAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

RINGKASAN ... viii

ABSTRAK ... x

ABSTRACT ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

DAFTAR SINGKATAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Menfaan Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Prostat 6 ... 6

2.2 Benign Prostatic Hyperplasia ... 7

2.2.1 Definisi BPH ... 7

2.2.2 Etiologi BPH ... 7

2.2.3 Epidemiologi BPH ... 7

2.2.4 Patogenesis BPH ... 8

2.2.5 Faktor Resiko ... 10

2.2.6 Manifestasi Klinik ... 11

2.2.7 Pemeriksaan dan Diagnosa BPH ... 12

2.2.8 Penatalaksanaan Terapi ... 13

2.2.8.1 Tindakan Non Invasif ... 14

2.2.8.1.1 Non Farmakologi ... 14

2.2.8.1.2 Farmakologi ... 14

2.2.8.2 Tindakan Invasif ... 15

2.3 Tinjauan Tentang Antibiotik ... 16

2.3.1 Definisi Antibiotik ... 16

2.3.2 Resistensi Antibiotik ... 17

2.3.3 Penggunaan Antibiotik pada BPH ... 18

2.3.3.1 Antibiotik Golongan Penisilin ... 18

2.3.3.2 Antibiotik Golongan Sefalosporin ... 19

2.3.3.3 Antibiotik Golongan Aminoglikosida ... 19

2.3.3.4 Antibiotik Golongan Kuinolon ... 19

2.3.3.5 Antibiotik Golongan Lain ... 20

2.4 Tinjauan Antibiotik Golongan Kuinolon ... 20

2.4.1 Penggolongan Antibiotik Kuinolon ... 21

2.4.1.1 Generasi Pertama ... 21


(18)

xiii

2.4.1.3 Generasi Ketiga ... 23

2.4.1.4 Generasi Keempat ... 23

2.4.2 Mekanisme Kerja ... 24

2.4.3 Farmakokinetik ... 25

2.4.4 Efek Samping ... 25

2.4.5 Resistensi Kuinolon ... 25

2.4.6 Sediaan Antibiotik Kuinolon di Indonesia ... 26

2.4.6 Penggunaan Kuinolon pada BPH ... 27

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ... 28

3.1 Skema Kerangka Konseptual ... 30

3.2 Skema Kerangka Oprasional... 31

BAB IV METODE PENELITIAN ... 32

4.1 Rancangan Penelitian ... 32

4.2 Populasi dan Sampel ... 32

4.2.1 Populasi ... 32

4.2.2 Sampel ... 32

4.2.3 Data Inklusi ... 32

4.2.4 Data Eksklusi ... 32

4.3 Bahan Penelitian ... 33

4.4 Instrumen Penelitian ... 33

4.5 Tempat Penelitian ... 33

4.6 Definisi Oprasional ... 33

4.7 Metode Pengumpulan Data ... 34

4.8 Analisis Data ... 34

BAB V HASIL PENELITIAN ... 35

5.1 Jumlah Sampel Penelitian ... 35

5.2 Data Demografi ... 36

5.2.1 Usia Pasien ... 36

5.2.2 Status Pasien ... 36

5.3 Jenis Operasi BPH ... 37

5.4 Identifikasi Mikrobiologi ... 37

5.4.1 Jumlah Pemeriksaan Mikrobiologi ... 37

5.4.2 Hasil Pemeriksaan Mikrobiologi... 38

5.5 Terapi Antibiotik Pasien BPH ... 38

5.5.1 Terapi Antibiotik Tunggal pada Pasien BPH ... 39

5.5.2 Terapi Kombinasi Antibiotik Kuinolon dengan Antibiotik ... Lain ... 40

5.5.3 Profil Perubahan Dosis, Rute, dan Jenis Antibiotik ... 41

5.6 Pola Terapi Penyerta pada Pasien BPH ... 43

5.7 Lama Masuk Rumah Sakit (MRS) ... 43

5.8 Kondisi Pasien saat KRS ... 44

BAB VI PEMBAHASAN ... 45

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 54


(19)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman II.1 Penggolongan Antibiotika Kuinolon ... 21 II.2 Sediaan Antibiotik Kuinolon ... 26 V.1 Distribusi Status Pasien BPH Rawat Inap di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang periode 1 Januari 2013 – 31 Desember 2013 ... 36 V.2 Distribusi Jenis Operasi Pasien BPH Rawat Inap di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang periode 1 Januari 2013 – 31 Desember 2013 ... 37 V.3 Distribusi Jumlah Pemeriksaan Mikrobiologi pada Pasien BPH Rawat Inap di

RSUD Dr. Saiful Anwar Malang periode 1 Januari 2013 – 31 Desember 201337 V.4 Distribusi Jumlah dan Jenis Kuman yang Ditemukan pada Pasien BPH Rawat

Inap di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang periode 1 Januari 2013 – 31 Desember 2013 ... 38 V.5 Distribusi Terapi Antibiotik pada Pasien BPH Rawat Inap di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang periode 1 Januari 2013 – 31 Desember 2013 ... 38 V.6 Distribusi Terapi Antibiotik Tunggal pada Pasien BPH Rawat Inap di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang periode 1 Januari 2013 – 31 Desember 2013 ... 39 V.7 Distribusi Terapi dengan Dua Kombinasi Antibiotik pada Pasien BPH Rawat Inap di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang periode 1 Januari 2013 – 31 Desember 2013 ... 40 V.8 Profil Pergantian Dosis dan Rute Antibiotik pada Pasien BPH Rawat Inap di

RSUD Dr. Saiful Anwar Malang periode 1 Januari 2013 – 31Desember 201341 V.9 Pergantian Jenis Antibiotik pada Pasien BPH Rawat Inap di RSUD Dr. Saiful

Anwar Malang periode 1 Januari 2013 – 31 Desember 2013 ... 42 V.10 Distribusi Terapi Penyerta Selain Antibiotik pada Pasien BPH Rawat Inap di

RSUD Dr. Saiful Anwar Malang periode 1 Januari 2013 – 31 Desember 201343 V.11 Distribusi Lama Masuk Rumah Sakit pada Pasien BPH Rawat Inap di RSUD

Dr. Saiful Anwar Malang periode 1 Januari 2013 – 31 Desember 2013 ... 43 V.12 Distribusi Kondisi pada saat KRS Pasien BPH Rawat Inap di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang periode 1 Januari 2013 – 31 Desember 2013 ... 44


(20)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Anatomi Kelenjar Prostat ... 6

2.2 Perbedaan fisiologi kelejar prostat normal dengan pembesaran kelenjar prostat ... 8

2.3 Testosteron dirubah oleh enzim 5α-reductase menjadi DHT ... 9

2.4 Peranan dari growth faktor sebagai pemicu pertumbuhan stroma kelenjar prostat ... 10

2.5 Komplikasi pada pasien BPH ... 11

2.6 Asam Nalidiksat ... 22

2.7 Ciprofloxacin, Norfloxacin, Ofloxacin ... 22

2.8 Levofloxacin ... 23

2.9 Trovafloxacin ... 23

3.1 Skema Kerangka Konseptual ... 30

3.2 Skema Kerangka Operasional ... 31

5.1 Skema Jumlah Sampel Penelitian yang Memenuhi Kriteria Inklusi ... 35

5.2 Distribusi Usia Pasien BPH Rawat Inap di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang periode 1 Januari 2013 – 31 Desember 2013 ... 36

5.3 Distribusi Kondisi KRS Pasien BPH Rawat Inap di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang periode 1 Januari 2013 – 31 Desember 2013 ... 44


(21)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Daftar Riwayat Hidup ... 59

2. Surat Pernyataan ... 60

3. Jadwal Penelitian ... 61

4. Keterangan Kelaikan Etik ... 62

5. Daftar Nilai Normal Data Klinik dan Data Laboraturium ... 63

6. Lembar Pengumpulan Data Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Saiful Anwar Malang ... 66


(22)

xvii

DAFTAR SINGKATAN

APPT = Activated Partial Throboplastin Time AUA = American Urological Association BAK = Buang Air Kecil

BB = Berat badan

BPH = Benign Prostatic Hyperplasia BUN = Blood Urea Nitrogen

Chol. HDL = Cholesterol High Density Lipoprotein Chol.LDL = Cholesterol Low Density Lipoprotein CRP = C-Reactive Protein

DHT = Dihydrotestosterone

DRE = Digital Rectal Examination GCS = Glasgow Coma Scale GDA = Gula Darah Acak GDP = gula Darah Puasa

GD2PP = Gula Darah 2 Jam Post Prandial

Hb = Hemoglobin

Hct = Hematokrit

ILO = Infeksi Luka Operasi IM = Intra Muskular

IPSS = International Prostatic Symptom Score ISK = Infeksi Saluran Kemih

IV = Intra Vena

KRS = Keluar Rumah Sakit LED = Laju Endap Darah

LUTS = Lower Urinary Tract Syndrome MCH = Mean Corpuscular Hemoglobin MCV = Mean Corpuscular volume

MCHC = Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration MIC = Minimum Inhibitory Concentration

MPV = Mean Platelet Volume MRS = Masuk Rumah Sakit PCT = Procalcitonin

PDW = Platelet Distribution Width PLT = Platelet

p.o = Peroral

PPT = Plasma Protein Time PSA = Prostate Spesific Antigen RBC = Red Blood Cell

RDW = Red Distribution Width RMK = Rekam Medik Kesehatan RR = Respiration Rate

RSSA = Rumah Sakit Saiful Anwar RSU = Rumah Sakit Umum

SGOT = Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase SGPT = Serum Glutamic Piruvic Transaminase


(23)

xviii TD = Tekanan Darah

TUIP = Transurethral Incision of the Prostate TUMT = Transurethral Microwave Thermal Therapy TUNA = Transurethral Resection of the Prostate TURP = Transurethral Resection of the Prostate TUVP = Transurethralof the Prostate


(24)

xix

DAFTAR PUSTAKA

Amalia, Rizki., Hadisaputro, Suharyo., Muslim, Rifki. 2010. Faktor-faktor Resiko Terjadinya Pembesaran Prostat Jinak (Studi kasus di RS Dr. Kariadi, RSI Sultan Agung, Rs Roemani Semarang). Artikel Publikasi UNDIP: Semarang.

Anonim, 2011. Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik. PERATURAN KEMENTRIAN INDONESIA NOMOR 2406/ MENKES/ PER/ XII/ 2011. Jakarta.

Anonim, 2009. ISO INFORMASI SPESIALITE OBAT INDONESIA, Vol 44 -2009 s/d 2010. Jakarta: PT. ISFI Penerbitan, pp.109-122

Bairy, Prabhav T, L., 2009. Pharmacotherapy of Benign Prostatic Hyperplasia. JPBS 2009, Vol. 22, pp. 6-11

Chambers HF. Antimirobial agents. In : Hardman JG, et al (eds). Goodman and

Gilman’s the pharmacological basis of theurapeutics. 10th ed. New

York: McGraw Hills; 2001. P.70-1143

Charalabopoulos, Konstantin., et al. 2003. Penetration of Antimicrobial Agents into the Prostate. Chemotherapy. 49: 269-279. Athena.

Dana E. King, M.D., Robb Malone, Pharm.D., and Sandra H. Lilley, Pharm.D., 2000. New Classification and Update on the Quinolone Antibiotics. Am Fam Physician. 61(9):2741-2748.

Dhingra, Neelima., Bhagwat, Deepak. 2011. Benign Prostatic Hyperlasia: an Overview of Existing Threatment. Indian J Pharmacol. 43 (1): 6-12. Drlica Karl S., dan David S. Perlin. 2011. Growing Resistance with Antibiotics.

New Jersey : Pearson Education

Frieden, Thomas.2010. Antibiotic Resistance and the Threat to Public Health. Centers for Disease Control and Prevention U.S. Department of Health and Human Services.

Istikomah, Nurul., 2010. Perbedaan Perawatan Luka dengan Menggunakan Povodine Iodine 10% dan NaCl 0,9% terhadap Proses Penyembuhan Luka pada Pasien Post Operasi Prostatektomi di Ruang Anggrek RSUD Tugurejo Semarang. Artikel Riset Keperawatan.

Jordan, Gerald H, MD, FACS, FAAP (Hon), FRCS (Hon)., Kurt A. McCammon, MD, FACS. Sugery of the Penis and Urethra. CAMPBELL-WALSH UROLOGY TENTH EDITION. Philadelpia : Saunders, an imprint of Elsevier Inc, pp.956-1000.

Kara, Cengis., et al. 2010. Analgesic Efficacy and Safety of Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drugs after Transurethral Resection of Prostate. International Braz J Urol. Vol 36 (1): 49-54.

Katzung, Bertram G. MD, Basic & Clinical Pharmacology, Tenth Edition, 2007: 1037-1088

Kirby, Roger S., Gilling Peter J., 2010. Fast Facts: Benign Prostatic Hyperlasia. Ed 6th. Health Press. London.


(25)

xx

Lawson, Keith A., Jan K, Rudzinki., Vicas, Ingrid., Carlson, Kevin V. 2013. Assesment of Antibiotic Prphylaxis Prescribing Patterns for TURP: A need for Canadian Guidelines?. Can Urol Assoc J. 7 (7-8): E530-E536. Lee, Mary., 2008. Management of Benign Prostatic Hyperplasia, In : Dipro, J. T.,

et al (Eds). Pharmacotherapy, A Pathophysiologic Approach, Seventh Edition, New York: McGraw-Hill Medical Publishing Division, pp. 1387-1397.

Lee, Seung W., Choi, Jong B., Kim, Tae Hyoung., et al. 2013. Transurethral Procedures for Lower Urinary Tract Symptoms Resulting from Benign Prostatic Enlargement: A Quality an Meta-Analysis. Int Neurourol Journal. 17: 59-66. Seoul.

Lights, Verneda., Solan, Matthew. (August 7, 2012). BPH (Enlarged Prostate). http://www.healthline.com/health/enlarged-prostate. Diakses pada 31 Desember 2013 pukul 14:45.

McVary, Kevin T. MD., Claus G. Roehrborn, MD., 2010. American Urological Association Guideline: Management of Benign Prostatic Huperplasia (BPH).

Monoarfa, Richard Arie. 2011. Diagnosis Kanker Prostat dalam Perspektif Spesialis Urologi di Indonesia: Suatu Survei Kuesioneer. Tesis Universitas Indonesia: Jakarta.

Nicolle, L.E, 2000. Use of Quinolones in Urinary Tract Infection and Prostatitis. In: Andriole, V.T., The Quinolones, Ed. 3th, San Diego: Academic Press., pp. 203

Pakasi, Ruland DN., Total Prostate Specific Antigen, Prostate Specific Antigen Density and Histophatologic Analysis on Benign Enlargement of Prostate. The Indonesian Journal of Medical Science. 1 (5):263-274.

Petri WA. 2001. SULFONAMIDES, TRIMETHOPRIM–

SULFAMETHOXAZOLE, QUINOLONES, AND AGENTS FOR URINARY TRACT INFECTIONS. In: Brunton LL, Lazo JS, Parker

KL [editor]. Goodman & Gilman’s the pharmacological basis of therapeutics, edisi ke-10. NewYork: McGraw Hill; pp 1154-1159

Pearle, M.S., McConnel, K.D., Peters, P.C and Frank, I.N., 1999. Benign Prostatic Hyperplasia, In : Schwartz, S.I., et al (Eds). Prisciple of Sugery, Seventh Edition, Volume 2, New York: McGraw-Hill, 38 : 1784-1788

Pourmand, Gholamreza., et al. 2010. Urinary Infection Before and After Prostatectomy. Saudi Journal of Kidney Diseases and Transplantation. 21 (2): 290-294. Teheran.

Prajapati, Akhiles., Gupta, Sharad., et al. 2013. Stem Cells in the Development of Benign Prostate Hyperlasia and Prostate Cancer: Emerging Role an Concepts. Biomed Research International. Gujarat.

Purnomo, B.P, 2008. Dasar-Dasar Urologi, Ed 2nd, Jakarta: CV. Sagung Seto, pp. 74-85.

Roehrborn, Claus G, MD., 2012. Benign Prostatic Hyperplasia: Etiology, Pathophysiology, Epidemiology, and Natural History. CAMPBELL-WALSH UROLOGY TENTH EDITION. Philadelpia : Saunders, an imprint of Elsevier Inc, pp.2570-2610


(26)

xxi

Rosette, J. De la., Alivizatos, G., Madersbacher, S., Sanz, C. Rioja., Nordling, J., Emberton, M., et al., 2006. Guidelines on Benign Prostatic Hyperlasia. European Association of Urology.

Sarma, Aruna V., Wei, John T., 2012. Benign Prostatic Hyperlasia and Lower Urinary Tract Symptoms. The New England Journal of Medicine. 367 (3): 248-257. Plymouth.

Setiabudy, R., Gan, V. H. 2007. Pengantar Antimikroba. Dalam: Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Gaya Baru, Jakarta. Halaman 571-578.

Shigemura, Katsumi., Tanaka, Kazushi., Haraguchi, Takahiro., et al. 2013. Postoperative Infectious Complications in Our Early Experience with Holmium Laser Enucleation of the Prostate for Benign Prostatic Hyperlasia. Korean Journal of Urology. 54 (3): 189-193. Kobe.

Shrivastava, Alankar., Vipin B. Gupta., 2012. Various Treatment options for benign prostatic hyperplasia: A current update.

Sofyan, Marwazi., Alvarino, Erkadius., 2014. Perbandingan Levofloxacin dengan Ciprofloxacin Peroral dalam Menurunkan Leukosituria Sebagai Profilaksis ISK pada Katerisasi di RSUP. Dr. M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 3 (1)

Snydman D.R., 1999. Nosocomial and Iatrogenic Infection. In : Schaechter, Moselio., Ph.D., et al (Eds). Microbial Disease, Third Edition, Philadelphia: Lippincott Williams&Wilkins, pp.656-657

Tjay, Hoan Tan., Rahardja, kirana., 2010. Obat-obat Penting edisi keenam. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Hal 569-584, 738-762

Unal, Dogan., et al. 2012. Ciprofloxacin Versus Levofloxacin in Avoidance of Prostate Biopsy in Patients with Isolated PSA Elevation: a Prospective Randomized Study. Turk J Med Sci. 42 (5): 778-786. Ankara.


(1)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Daftar Riwayat Hidup ... 59

2. Surat Pernyataan ... 60

3. Jadwal Penelitian ... 61

4. Keterangan Kelaikan Etik ... 62

5. Daftar Nilai Normal Data Klinik dan Data Laboraturium ... 63

6. Lembar Pengumpulan Data Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Saiful Anwar Malang ... 66


(2)

xvii

DAFTAR SINGKATAN

APPT = Activated Partial Throboplastin Time AUA = American Urological Association BAK = Buang Air Kecil

BB = Berat badan

BPH = Benign Prostatic Hyperplasia BUN = Blood Urea Nitrogen

Chol. HDL = Cholesterol High Density Lipoprotein Chol.LDL = Cholesterol Low Density Lipoprotein CRP = C-Reactive Protein

DHT = Dihydrotestosterone

DRE = Digital Rectal Examination GCS = Glasgow Coma Scale

GDA = Gula Darah Acak

GDP = gula Darah Puasa

GD2PP = Gula Darah 2 Jam Post Prandial

Hb = Hemoglobin

Hct = Hematokrit

ILO = Infeksi Luka Operasi IM = Intra Muskular

IPSS = International Prostatic Symptom Score ISK = Infeksi Saluran Kemih

IV = Intra Vena

KRS = Keluar Rumah Sakit LED = Laju Endap Darah

LUTS = Lower Urinary Tract Syndrome MCH = Mean Corpuscular Hemoglobin MCV = Mean Corpuscular volume

MCHC = Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration MIC = Minimum Inhibitory Concentration

MPV = Mean Platelet Volume MRS = Masuk Rumah Sakit PCT = Procalcitonin

PDW = Platelet Distribution Width PLT = Platelet

p.o = Peroral

PPT = Plasma Protein Time PSA = Prostate Spesific Antigen RBC = Red Blood Cell

RDW = Red Distribution Width RMK = Rekam Medik Kesehatan RR = Respiration Rate

RSSA = Rumah Sakit Saiful Anwar

RSU = Rumah Sakit Umum

SGOT = Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase SGPT = Serum Glutamic Piruvic Transaminase


(3)

xviii

TD = Tekanan Darah

TUIP = Transurethral Incision of the Prostate TUMT = Transurethral Microwave Thermal Therapy TUNA = Transurethral Resection of the Prostate TURP = Transurethral Resection of the Prostate TUVP = Transurethralof the Prostate


(4)

xix

DAFTAR PUSTAKA

Amalia, Rizki., Hadisaputro, Suharyo., Muslim, Rifki. 2010. Faktor-faktor Resiko Terjadinya Pembesaran Prostat Jinak (Studi kasus di RS Dr. Kariadi, RSI Sultan Agung, Rs Roemani Semarang). Artikel Publikasi UNDIP: Semarang.

Anonim, 2011. Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik. PERATURAN KEMENTRIAN INDONESIA NOMOR 2406/ MENKES/ PER/ XII/ 2011. Jakarta.

Anonim, 2009. ISO INFORMASI SPESIALITE OBAT INDONESIA, Vol 44 -2009 s/d 2010. Jakarta: PT. ISFI Penerbitan, pp.109-122

Bairy, Prabhav T, L., 2009. Pharmacotherapy of Benign Prostatic Hyperplasia. JPBS 2009, Vol. 22, pp. 6-11

Chambers HF. Antimirobial agents. In : Hardman JG, et al (eds). Goodman and

Gilman’s the pharmacological basis of theurapeutics. 10th ed. New York: McGraw Hills; 2001. P.70-1143

Charalabopoulos, Konstantin., et al. 2003. Penetration of Antimicrobial Agents into the Prostate. Chemotherapy. 49: 269-279. Athena.

Dana E. King, M.D., Robb Malone, Pharm.D., and Sandra H. Lilley, Pharm.D., 2000. New Classification and Update on the Quinolone Antibiotics. Am Fam Physician. 61(9):2741-2748.

Dhingra, Neelima., Bhagwat, Deepak. 2011. Benign Prostatic Hyperlasia: an Overview of Existing Threatment. Indian J Pharmacol. 43 (1): 6-12. Drlica Karl S., dan David S. Perlin. 2011. Growing Resistance with Antibiotics.

New Jersey : Pearson Education

Frieden, Thomas.2010. Antibiotic Resistance and the Threat to Public Health. Centers for Disease Control and Prevention U.S. Department of Health and Human Services.

Istikomah, Nurul., 2010. Perbedaan Perawatan Luka dengan Menggunakan Povodine Iodine 10% dan NaCl 0,9% terhadap Proses Penyembuhan Luka pada Pasien Post Operasi Prostatektomi di Ruang Anggrek RSUD Tugurejo Semarang. Artikel Riset Keperawatan.

Jordan, Gerald H, MD, FACS, FAAP (Hon), FRCS (Hon)., Kurt A. McCammon, MD, FACS. Sugery of the Penis and Urethra. CAMPBELL-WALSH UROLOGY TENTH EDITION. Philadelpia : Saunders, an imprint of Elsevier Inc, pp.956-1000.

Kara, Cengis., et al. 2010. Analgesic Efficacy and Safety of Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drugs after Transurethral Resection of Prostate. International Braz J Urol. Vol 36 (1): 49-54.

Katzung, Bertram G. MD, Basic & Clinical Pharmacology, Tenth Edition, 2007: 1037-1088

Kirby, Roger S., Gilling Peter J., 2010. Fast Facts: Benign Prostatic Hyperlasia. Ed 6th. Health Press. London.


(5)

xx

Lawson, Keith A., Jan K, Rudzinki., Vicas, Ingrid., Carlson, Kevin V. 2013. Assesment of Antibiotic Prphylaxis Prescribing Patterns for TURP: A need for Canadian Guidelines?. Can Urol Assoc J. 7 (7-8): E530-E536. Lee, Mary., 2008. Management of Benign Prostatic Hyperplasia, In : Dipro, J. T.,

et al (Eds). Pharmacotherapy, A Pathophysiologic Approach, Seventh Edition, New York: McGraw-Hill Medical Publishing Division, pp. 1387-1397.

Lee, Seung W., Choi, Jong B., Kim, Tae Hyoung., et al. 2013. Transurethral Procedures for Lower Urinary Tract Symptoms Resulting from Benign Prostatic Enlargement: A Quality an Meta-Analysis. Int Neurourol Journal. 17: 59-66. Seoul.

Lights, Verneda., Solan, Matthew. (August 7, 2012). BPH (Enlarged Prostate). http://www.healthline.com/health/enlarged-prostate. Diakses pada 31 Desember 2013 pukul 14:45.

McVary, Kevin T. MD., Claus G. Roehrborn, MD., 2010. American Urological Association Guideline: Management of Benign Prostatic Huperplasia (BPH).

Monoarfa, Richard Arie. 2011. Diagnosis Kanker Prostat dalam Perspektif Spesialis Urologi di Indonesia: Suatu Survei Kuesioneer. Tesis Universitas Indonesia: Jakarta.

Nicolle, L.E, 2000. Use of Quinolones in Urinary Tract Infection and Prostatitis. In: Andriole, V.T., The Quinolones, Ed. 3th, San Diego: Academic Press., pp. 203

Pakasi, Ruland DN., Total Prostate Specific Antigen, Prostate Specific Antigen Density and Histophatologic Analysis on Benign Enlargement of Prostate. The Indonesian Journal of Medical Science. 1 (5):263-274.

Petri WA. 2001. SULFONAMIDES, TRIMETHOPRIM–

SULFAMETHOXAZOLE, QUINOLONES, AND AGENTS FOR URINARY TRACT INFECTIONS. In: Brunton LL, Lazo JS, Parker KL [editor]. Goodman & Gilman’s the pharmacological basis of therapeutics, edisi ke-10. New York: McGraw Hill; pp 1154-1159

Pearle, M.S., McConnel, K.D., Peters, P.C and Frank, I.N., 1999. Benign Prostatic Hyperplasia, In : Schwartz, S.I., et al (Eds). Prisciple of Sugery, Seventh Edition, Volume 2, New York: McGraw-Hill, 38 : 1784-1788

Pourmand, Gholamreza., et al. 2010. Urinary Infection Before and After Prostatectomy. Saudi Journal of Kidney Diseases and Transplantation. 21 (2): 290-294. Teheran.

Prajapati, Akhiles., Gupta, Sharad., et al. 2013. Stem Cells in the Development of Benign Prostate Hyperlasia and Prostate Cancer: Emerging Role an Concepts. Biomed Research International. Gujarat.

Purnomo, B.P, 2008. Dasar-Dasar Urologi, Ed 2nd, Jakarta: CV. Sagung Seto, pp. 74-85.

Roehrborn, Claus G, MD., 2012. Benign Prostatic Hyperplasia: Etiology, Pathophysiology, Epidemiology, and Natural History. CAMPBELL-WALSH UROLOGY TENTH EDITION. Philadelpia : Saunders, an imprint of Elsevier Inc, pp.2570-2610


(6)

xxi

Rosette, J. De la., Alivizatos, G., Madersbacher, S., Sanz, C. Rioja., Nordling, J., Emberton, M., et al., 2006. Guidelines on Benign Prostatic Hyperlasia. European Association of Urology.

Sarma, Aruna V., Wei, John T., 2012. Benign Prostatic Hyperlasia and Lower Urinary Tract Symptoms. The New England Journal of Medicine. 367 (3): 248-257. Plymouth.

Setiabudy, R., Gan, V. H. 2007. Pengantar Antimikroba. Dalam: Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Gaya Baru, Jakarta. Halaman 571-578.

Shigemura, Katsumi., Tanaka, Kazushi., Haraguchi, Takahiro., et al. 2013. Postoperative Infectious Complications in Our Early Experience with Holmium Laser Enucleation of the Prostate for Benign Prostatic Hyperlasia. Korean Journal of Urology. 54 (3): 189-193. Kobe.

Shrivastava, Alankar., Vipin B. Gupta., 2012. Various Treatment options for benign prostatic hyperplasia: A current update.

Sofyan, Marwazi., Alvarino, Erkadius., 2014. Perbandingan Levofloxacin dengan Ciprofloxacin Peroral dalam Menurunkan Leukosituria Sebagai Profilaksis ISK pada Katerisasi di RSUP. Dr. M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 3 (1)

Snydman D.R., 1999. Nosocomial and Iatrogenic Infection. In : Schaechter, Moselio., Ph.D., et al (Eds). Microbial Disease, Third Edition, Philadelphia: Lippincott Williams&Wilkins, pp.656-657

Tjay, Hoan Tan., Rahardja, kirana., 2010. Obat-obat Penting edisi keenam. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Hal 569-584, 738-762

Unal, Dogan., et al. 2012. Ciprofloxacin Versus Levofloxacin in Avoidance of Prostate Biopsy in Patients with Isolated PSA Elevation: a Prospective Randomized Study. Turk J Med Sci. 42 (5): 778-786. Ankara.


Dokumen yang terkait

Profil Pasien Benign Prostate Hyperplasia yang Dilakukan Ultrasonografi di Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi Periode Bulan Juli 2012 Hingga Desember 2012

4 48 49

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA GOLONGAN KUINOLON PADA PASIEN INFEKSI SALURAH KEMIH (Penelitian Dilakukan di Instalasi Rawat Inap RSU Dr. Saiful Anwar Malang)

0 4 32

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA GOLONGAN AMINOGLIKOSIDA PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH (Penelitian Dilakukan di Instalasi Rawat Inap RSU Dr. Saiful Anwar Malang)

3 34 29

STUDI PENGGUNAAN STATIN PADA PASIEN STROKE HEMORAGIK (Penelitian di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Saiful Anwar Malang)

4 37 32

STUDI PENGGUNAAN OBAT GOLONGAN DIURETIK PADA PASIEN STROKE ISKEMIK (Penelitian Dilakukan di Instalasi Rawat Inap RSU Dr. Saiful Anwar Malang)

2 20 26

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK GOLONGAN SEFALOSPORIN PADA PASIEN BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA (Penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

0 6 26

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK GOLONGAN AMINOGLIKOSIDA PADA PASIEN BPH (BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA) (Penelitian Di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

4 81 27

STUDI PENGGUNAAN FENITOIN PADA PASIEN EPILEPSI (Penelitian Dilakukan di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Saiful Anwar Malang)

1 20 19

STUDI PENGGUNAAN ASAM VALPROAT PADA PASIEN EPILEPSI (Penelitian di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Saiful Anwar Malang)

4 64 18

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA GOLONGAN SEFALOSPORIN PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH (Penelitian Dilakukan di Instalasi Rawat Inap RSU Dr.Saiful Anwar Malang

1 9 54