DITCHER FURROWER TINJAUAN PUSTAKA A. BUDIDAYA TEBU

Untuk merancang bentuk saluran dikenal ada beberapa jenis yang umum yaitu bentuk trapezoidal, segi empat, segitiga dan parabola Gambar 3. Gambar 3. Bentuk-bentuk saluran drainase Oktoyournal, 1988. Tanaman tebu menghendaki drainase yang baik. Bagi daerah-daerah yang bertanah porus dan mempunyai muka air tanah dalam ≥ 1 m, biasanya tidak dijumpai masalah drainase. Masalah ini timbul terutama di daerah tanah berat, muka air tanah yang dangkal dan daerah yang datar di mana pembuangan air selalu jadi masalah.

C. DITCHER FURROWER

Menurut Boers 2003 fungsi furrower antara lain membuat alur, menutup benih dan membuat alur untuk irigasi. Furrower terutama digunakan di daerah tropis dan subtropis karena banyak tanaman yang tumbuh di daerah tersebut, seperti kapas, jagung, kentang, tebu dan sayuran, dibudidayakan dalam suatu alur baris tanaman. Kelebihan furrower antara lain : a dapat digunakan untuk satu atau lebih alur baris, b dapat menggunakan hewan maupun traktor sebagai tenaga penarik, c dapat dikombinasikan dengan implemen yang lain, dan d dapat digunakan sebagai alat penyiang. Bagian-bagian furrower adalah sebagai berikut: mata bajak yang berfungsi sebagai ujung bajak yang memulai menembus tanah, pisau bajak yang berungsi untuk membelah, sayap majemuk yang berfungsi untuk mengangkat dan membalik tanah ke kanan dan ke kiri, rangka batang penarik yang berfungsi sebagai tempat menempelnya bajak dan berhubungan dengan kerangka utama. Gambar penampang furrower dalam bentuk gambar teknik disajikan pada Gambar 4. trapezoidal Gambar 4. Gambar penampang furrower Wijanto, 1988. Gill dan Berg 1968 menyatakan bahwa mekanisme pengolahan tanah merupakan sebab dan akibat dari aksi dan reaksi antara alat dan tanah yang diolah. Pada dasarnya mekanisme pengolahan tanah adalah memotong, mengangkat, menggeser, membalik dan menghancurkan tanah. Sedangkan akibat yang timbul sebagai reaksi dari tanah berupa gerakan meluncur, menggeser, memberi beban, terbalik, pecah dan hancur serta dalam kondisi tertentu terjadi kelengketan antara tanah dan bajaknya. Daywin et al. 1985 menyatakan bahwa terdapat empat perilaku yang menggambarkan proses pengolahan tanah yaitu gesekan antara tanah dan metal, keruntuhan geser tanah, gaya percepatan gerak tanah dan tahanan pemotongan tanah. Hasil akhir dari pengolahan tanah berupa kondisi tanah dan tenaga untuk menggerakkan alatnya. Secara keseluruhan tenaga yang diperlukan dalam pengolahan tanah meliputi tenaga untuk pemotongan tanah, tenaga untuk mengatasi gaya kohesi dan gaya geser termasuk dalamnya pemampatan, penggeseran, pembalikan dan penghancuran tanah, dan tenaga untuk mengatasi gaya gesek antara tanah dan bajak, tanah dan land side Baver et al., 1972. Gil dan Berg 1968 menyatakan bahwa faktor-faktor yang sangat berpengaruh terhadap tenaga dalam pengolahan tanah adalah tegangan normal pada permukaan bajak, luas permukaan bajak, sudut kemiringan bajak dengan permukaan horizontal, serta sudut geser tanah di permukan bajak. Menurut McKyes 1985 konstruksi alat pemindah tanah dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: 1 blade, 2 ripper dan 3 shovel. Blade digunakan seperti pada alat road grader, hauling scraper, snowplow dan semua alat yang mempunyai bidang pisau yang lurus. Tipe blade memotong dan mendorong tanah atau material lain yang berbentuk granular pada suatu kedalaman yang secara umum lebih pendek dari lebarnya. Tipe ripper biasanya lebih digunakan untuk operasi yang berhubungan dengan kedalaman, dan kadang ditambahkan pada alat grader dan bulldozer untuk tujuan memotong dan memecah tanah keras, membuka lapisan soft rock bila diperlukan. Tipe shovel dilengkapi dengan bidang samping yang membentuk wadah di mana tanah atau bahan yang lain dapat dipotong dan diangkat. Bentuk dari ketiga tipe alat pemindah tanah disajikan pada Gambar 5. Gambar 5. Tipe-tipe alat pemindah tanah McKyes, 1985. Parameter geometri dari furrower dapat didekati berdasarkan parameter geometri pada bajak singkal Gambar 6. Soehne 1959 dalam McKyes 1985 memberikan sudut pertemuan mata bajak 1 = 15°-17° pada titik pertemuan dan 8°-10° pada ujung mata bajak, sudut potong mata bajak Ø 1 = 35°-38°. Gambar 6. Parameter-parameter geometri disain bajak singkal McKyes, 1985.

D. SIFAT-SIFAT TANAH