DRAINASE TINJAUAN PUSTAKA A. BUDIDAYA TEBU

jarak tanam pusat ke pusat PKP sebesar 130 cm di tanah datar dan 110 cm di tanah yang miring. Kartohadikusumo 1975 menyatakan bahwa masalah drainase lebih penting daripada irigasi karena selama tanah masih dalam keadaan basah maka selama itu pula tanah belum bisa dikerjakan dengan traktor. Menurut Wardojo 1996 pembuatan saluran drainase dimulai dari pembuatan got keliling berukuran 60 – 90 cm dengan kedalaman 100 – 120 cm. Kemudian got mujur yang berukuran 60 – 80 cm dengan kedalaman 50 – 75 cm. Jarak antar got mujur ini 50 – 125 m. Tegak lurus dengan got mujur dibuat got malang dengan ukuran 40 – 50 cm dengan kedalaman 30 – 40 cm. Jarak antar got malang ini adalah 10 m. Menurut Kartohadikusumo 1975 di dalam budidaya tebu dikenal dua macam pengolahan tanah yaitu sistem reynoso dan sistem mekanisasi. Untuk pengolahan tanah secara reynoso diperlukan air yang cukup sedangkan pada sistem mekanisasi tidak memerlukan air yang banyak karena diterapkan pada lahan kering. Penanaman bibit dilakukan setelah pengolahan tanah selesai, dan dilanjutkan dengan pengadaan pompa kebun. Kemudian dilanjutkan kegiatan menempatkan bagal bibit di kairan yang dilakukan secara manual. Kegiatan selanjutnya yaitu menutup bibit dengan tanah setebal 5-10 cm. Kegiatan terakhir penanaman yaitu penyiraman segera setelah tanam dengan metode gelontor menggunakan pipa agar hasil siraman lebih merata Mushoffa, 2005.

B. DRAINASE

Drainase merupakan usaha membuang kelebihan air yang tidak diperlukan lagi oleh tanaman untuk meningkatkan hasil atau produktifitas pertanian. Sumber kelebihan air dapat berasal dari air hujan, air susupan, irigasi yang kurang efisien, pengaruh artesis, dan banjir. Faktor-faktor yang mempengaruhi drainase meliputi faktor tanah, jenis tanaman, iklim, topografi dan kedalaman muka air tanah Oktoyournal, 1988. Air yang berlebihan akan mengakibatkan tanah tanaman dan tanah yang diolah akan tergenang, yang dapat menyebabkan kerusakan. Jadi di daerah-daerah yang demikian, air berlebih harus dibuang ke daerah-daerah yang lebih rendah yang memerlukan pengairan Sosrodarsono, 1980. Menurut Schwab et al. 1981 metode yang dipakai untuk mengeringkan lahan dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu: drainase permukaan surface drainage dan drainase bawah permukaan sub-surface drainage. Drainase permukaan surface drainage mengalirkan kelebihan air yang tergenang di atas permukaan tanah. Sistem drainase permukaan terdiri dari: 1. Sistem acak Sistem acak cocok diterapkan pada lahan yang bertopografi tidak beraturan tetapi cukup datar atau mempunyai lekukan-lekukan tanah yang berisi genangan air yang tersebar di beberapa tempat. Saluran drainase ditempatkan memotong lekukan-lekukan tadi sepanjang yang memungkinkan untuk diteruskan ke bagian lahan yang lebih rendah untuk mencapai pengeluaran yang tersedia. Penggunaan sistem acak ini kurang sesuai untuk lahan pertanian yang menggunakan alat-alat mekanis. 2. Sistem alur Sistem alur merupakan sistem yang terdapat pada lahan yang diolah dengan plow secara menyempit tetapi dalam di mana batas alur dead- furrower memanjang mengikuti kemiringan lahan. Sistem ini hanya cocok untuk kemiringan yang kurang dari 1.5 dengan kondisi permeabilitas tanah yang lambat. Dalam perancangan tata letak saluran sistem alur ini yang perlu diperhatikan adalah lebar alur juga merupakan jarak antar saluran. Penentuan lebar alur dan kedalaman saluran tergantung dari kemiringan lahan, karakteristik drainase tanah dan teknik penanaman yang dilakukan. 3. Sistem pararel Pada prinsipnya sistem pararel ini sejenis dengan sistem alur hanya saja jarak antar saluran dan kapasitas saluran pada sistem pararel lebih besar dan dengan jarak antar saluran yang tidak seragam. Sistem ni diterapkan pada tanah yang relatif datar kemiringan kurang dari 2. Keberhasilan sistem ini tergantung pada kemiringan lahan dan saluran drainase pada masing-masing lahan pararel. 4. Sistem paralel lateral Perbedaan sistem ini dengan sistem paralel hanyalah pada kedalaman salurannya. Untuk sistem ini pada lahan yang datar kedalaman minimum yang ditetapkan adalah 60 cm dengan kemiringan dinding saluran kurang dari 4 : 1 Schwab et al., 1981. Dengan saluran yang dalam maka pada sistem paralel lateral ini kelebihan air pada daerah perakaran dapat diikutsertakan, ketinggian muka air tanah yang dapat dibuang bisa mencapai kedalaman 120 cm. 5. Sistem memotong kemiringan Untuk lahan yang kemiringannya besar dapat ditempatkan satu atau lebih saluran yang memotong kemiringan. Kemiringan dasar saluran yang paling baik disarankan tidak lebih dari 2. Saluran dibuat menyimpang sedikit dari garis kontur. Pada sistem ini semua pengoperasian alat-alat mekanis dilakukan secara paralel dengan saluran. Schwab et al. 1981 mengatakan bahwa pemilihan sistem didasarkan pada keadaan topografi lahan dan jenis pengolahannya, di mana sistem yang digunakan tersebut harus: 1 layak untuk suatu sistem pertanian, 2 mempunyai kapasitas pengaliran yang cukup, 3 arah aliran kelebihan air mulai dari lahan menuju saluran tanpa bahaya erosi dan pengendapan, dan 4 tidak menggangu operasi peralatan. Penggunaan drainase permukaan tanah sebagai sistem drainase memberikan keuntungan sebagai berikut : 1. Mempunyai kapasitas menyalurkan air yang cukup 2. Mudah dikerjakan dengan biaya yang relatif murah 3. Dapat dibuat dengan cara mekanis atau tenaga manusia Di samping memberikan keuntungan, drainase permukaan juga memberikan beberapa kerugian antara lain: luas pertanian akan berkurang, operasi traktor dan alat-alat pertanaian akan terganggu serta diperlukan pemeliharaan yang teratur. Untuk merancang bentuk saluran dikenal ada beberapa jenis yang umum yaitu bentuk trapezoidal, segi empat, segitiga dan parabola Gambar 3. Gambar 3. Bentuk-bentuk saluran drainase Oktoyournal, 1988. Tanaman tebu menghendaki drainase yang baik. Bagi daerah-daerah yang bertanah porus dan mempunyai muka air tanah dalam ≥ 1 m, biasanya tidak dijumpai masalah drainase. Masalah ini timbul terutama di daerah tanah berat, muka air tanah yang dangkal dan daerah yang datar di mana pembuangan air selalu jadi masalah.

C. DITCHER FURROWER