Konsep Dasar Etos Kerja

pengalaman mengajar menurut Handoko 2003:241 yaitu 1 latar belakang pribadi; 2 bakat dan minat; 3 sikap dan kebutuhan; 4 kemampuan analisis dan manipulative; 5 keterampilan dan kemampuan teknik dan 6 kesehatan, tenaga dan stamina. Berdasarkan uraian diatas peneliti menggunkan indikator berikut ini untuk mengukur variabel pengalaman mengajar yaitu 1 latar belakang pribadi 2 kemampuan analitis dan manipulatif; 3 keterampilan yang dimiliki.

2.3. Konsep Dasar Etos Kerja

Etos berasal dari bahasa Yunani ethos yang memberikan arti sikap, watak, karakter serta keyakinan atas sesuatu. Sedangkan dalam istilah Inggris ethos diartikan sebagai watak atau semangat fundamental suatu budaya, berbagai ungkapan yang menunjukkan kepercayaan, kebiasaan, atau perilaku suatu kelompok masyarakat. Tasmara 2002:15 memaparkan bahwa dalam etos ada semacam semangat untuk menyempurnakan segala sesuatu dan menghindari segala kerusakan sehingga setiap pekerjaannya diarahkan untuk mengurangi bahkan menghilangkan sama sekali cacat dari hasil kerjanya. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Ndara 2002:91 bahwa etos kerja berkaitan erat dengan budaya kerja, sehingga akan menghasilkan produktivitas dan kualitas kerja. Suatu pekerjaan akan lebih terasa ringan apabila dikerjakan dengan semangat yang kuat demi memehuhi tanggung jawab kerja yang diemban. Begitu pula dengan guru, apabila hanya berorientasi pada suatu bentuk usaha komersial maka meraka akan cenderung mengajar dengan seenaknya tanpa memperhatikan apa yang diperoleh peserta didiknya dari pembelajaran yang berlangsung. Maka Etos kerja perlu dimiliki seorang guru agar dapat mencapai standar yang telah ditetapkan. Etos kerja ini bisa bersifat positif atau negatif sehingga dapat mempengaruhi organisasi Barkah, 2002. Sejalan dengan yang dipaparkan oleh Ndara, menurut Djohar MS 2006:125 etos kerja guru sebagai perwujudan memanage diri sendiri yang kreatif terukur dari kinerja guru, tahu apa yang dikerjakan, mampu menciptakan kerja tanpa perintah orang lain, segera beralih kepekerjaan lain bila telah selesai, mampu mengatur waktu dan menikmati pekerjaan. Melalui etos kerja guru semakin memiliki rasa tanggung jawab terhadap profesinya, sehingga guru akan mengoptimakan pencapaian standar kerja guru salah satunya satndar kompetensi professional guru. Menurut Anoraga 2006:29 Etos Kerja merupakan suatu pandangan dan sikap suatu bangsa atau umat terhadap kerja. Bila individu-individu dalam komunitas memandang kerja sebagai suatu hal yang luhur bagi eksistensi manusia, maka etos kerjanya akan cenderung tinggi. Sebaliknya sikap dan pandangan terhadap kerja sebagai sesuatu yang bernilai rendah bagi kehidupan, maka Etos Kerja dengan sendirinya akan rendah. Sejalan dengan Mulyana 2010:23 bahwa sebagai guru etos kerja itu sangat penting, karena sebesar apapun etos kerja sangat menentukan produktivitas yang akan dihasilkan. Kompetensi profesional mengharuskan guru untuk terus mengembangkan pengetahuannya serta mampu mengelola pembelajaran oleh karena itu etos kerja diperlukan agar guru lebih produktif dalam menjalankan tugasnya. Etos kerja merupakan kondisi internal yang mendorong dan mengendalikan perilaku kearah terwujudnya kualitas kerja yang ideal Kartini:2011. Dalam rumusan Sinamo 2005:26, Etos Kerja profesional adalah seperangkat perilaku positif yang berakar pada keyakinan fundamental yang disertai komitmen total pada paradigma kerja yang integral. Menurutnya, jika seseorang, suatu organisasi, atau suatu komunitas menganut paradigma kerja, mempercayai, dan berkomitmen pada paradigma kerja tersebut, semua itu akan melahirkan sikap dan perilaku kerja mereka yang khas. Dari uraian diatas jelaslah bahwa etos kerja adalah hal yang penting dimiliki oleh setiap guru yang pada akhirnya berujung pada budaya kerja yang dimiliki guru. Apabila guru memiliki etos kerja yang baik maka guru akan senantiasa melakukan tugasnya secara optimal. Melalui berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Etos Kerja merupakan seperangkat sikap atau pandangan mendasar yang dipegang seseorang agar dapat meningkatan kualitas kehidupan sehingga mempengaruhi perilaku kerjanya. Berdasarkan uraian tersebut, maka suatu individu atau kelompok masyarakat dapat dikatakan memiliki etos kerja yang tinggi atau positif, apabila menunjukkan tanda-tanda sebagai berikut: 1 Menempatkan pandangan tentang kerja, sebagai suatu hal yang amat luhur bagi eksistensi manusia; 2 Kerja yang dirasakan sebagai aktivitas yang bermakna bagi kehidupan manusia; 3 Kerja dihayati sebagai suatu proses yang membutuhkan ketekunan dan sekaligus sarana pengembangan diri Sedangkan bagi individu atau kelompok masyarakat yang memiliki etos kerja yang rendah atau negatif, maka akan menunjukkan ciri-ciri yang sebaliknya, yaitu: 1 Kerja dirasakan sebagai suatu hal yang membebani diri; 2 kerja dilakukan sebagai bentuk keterpaksaan; 3 Kerja dihayati hanya sebagai bentuk rutinitas hidup. Etos kerja yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok masyarakat, akan menjadi sumber motivasi bagi perbuatannya. Dengan etos kerja, guru memiliki dorongan agar selalu melakukan yang terbaik sesuai profesinya. Apabila dikaitkan dengan situasi kehidupan manusia yang sedang “membangun”, maka etos kerja yang tinggi akan dijadikan sebagai prasyarat yang mutlak, yang harus ditumbuhkan dalam kehidupan itu. Karena hal itu akan membuka pandangan dan sikap kepada manusianya untuk mengikis sikap kerja yang asal-asalan, tidak berorientasi terhadap mutu atau kualitas yang semestinya. Sehingga melalui etos kerja guru diharapkan mampu mencapai mutu pendidikan yang lebih baik melalui penguasaan kompetensi guru yang lebih baik pula.

2.3.1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Etos Kerja

Menurut Anoraga 1992:52 yang dikutip oleh Novliadi 2009 faktor- faktor yang mempengaruhi etos kerja sebagai berikut: 1 Agama,Etos kerja yang rendah secara tidak langsung dipengaruhi oleh rendahnya kualitas keagamaan dan orientasi nilai budaya yang konservatif turut menambah kokohnya tingkat etos kerja yang rendah; 2 Budaya, Masyarakat yang memiliki sistem nilai budaya maju akan memiliki etos kerja yang tinggi dan sebaliknya, masyarakat yang memiliki sistem nilai budaya yang konservatif akan memiliki etos kerja yang rendah, bahkan bisa sama sekali tidak memiliki etos kerja; 3 Sosial Politik, Tinggi rendahnya etos kerja suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya struktur politik yang mendorong masyarakat untuk bekerja keras dan dapat menikmati hasil kerja keras dengan penuh. Etos kerja harus dimulai dengan kesadaran akan pentingnya arti tanggung jawab kepada masa depan bangsa dan Negara; 4 Kondisi LingkunganGeografis Etos kerja dapat muncul dikarenakann faktor kondisi geografis.; 5 Etos kerja tidak dapat dipisahkan dengan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan sumber daya manusia akan membuat seseorang mempunyai etos kerja keras; 6 Struktur Ekonomi, Tinggi rendahnya etos kerja suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya struktur ekonomi, yang mampu memberikan insentif bagi anggota masyarakat untuk bekerja keras dan menikmati hasil kerja keras mereka dengan penuh; 7 Motivasi Intrinsik Individu, Individu yang akan memiliki etos kerja yang tinggi adalah individu yang bermotivasi tinggi. Maka etos kerja juga dipengaruhi oleh motivasi seseorang yang bukan bersumber dari luar diri, tetapi yang tertanam dalam diri sendiri, yang sering disebut dengan motivasi intrinsik.

2.3.2. Aspek-Aspek Etos Kerja

Sebagai jabatan profesional guru harus selalu mengembangkan ilmu yang dimiliki serta memiliki dorongan yang kaut agar menjadi lebih kreatif dan produktif. Dari ratusan teori sukses yang beredar di masyarakat sekarang ini, Sinamo 2008:17 menyederhanakannya menjadi empat pilar teori utama. Keempat pilar inilah yang sesungguhnya bertanggung jawab menopang semua jenis dan sistem keberhasilan yang berkelanjutan sustainable success system pada semua tingkatan. Keempat elemen itu lalu dia konstruksikan dalam sebuah konsep besar yang disebutnya sebagai Catur Dharma Mahardika bahasa Sanskerta yang berarti Empat Darma Keberhasilan Utama, yaitu: 1 mencetak prestasi dengan motivasi superior; 2 membangun masa depan dengan kepemimpinan visioner; 3 menciptakan nilai baru dengan inovasi kreatif; 4 meningkatkan mutu dengan keunggulan insan. Keempat darma ini kemudian dirumuskan pada delapan aspek Etos Kerja Sinamo,2008:20 sebagai berikut: 1 Kerja adalah rahmat; karena kerja merupakan pemberian dari Yang Maha Kuasa, maka individu harus dapat bekerja dengan tulus dan penuh syukur; 2 Kerja adalah amanah; kerja merupakan titipan berharga yang dipercayakan pada kita sehingga secara moral kita harus bekerja dengan benar dan penuh tanggung jawab; 3 Kerja adalah panggilan; kerja merupakan suatu dharma yang sesuai dengan panggilan jiwa kita sehingga kita mampu bekerja dengan penuh integritas; 4 Kerja adalah aktualisasi; pekerjaan adalah sarana bagi kita untuk mencapai hakikat manusia yang tertinggi sehingga kita akan bekerja keras dengan penuh semangat; 5 Kerja adalah ibadah; bekerja merupakan bentuk bakti dan ketaqwaan kepada Sang Khalik, sehingga melalui pekerjaan individu mengarahkan dirinya pada tujuan agung Sang Pencipta dalam pengabdian; 6 Kerja adalah seni; kerja dapat mendatangkan kesenangan dan kegairahan kerja sehingga lahirlah daya cipta, kreasi baru, dan gagasan inovatif; 7 Kerja adalah kehormatan; pekerjaan dapat membangkitkan harga diri sehingga harus dilakukan dengan tekun dan penuh keunggulan; 8 Kerja adalah Pelayanan; manusia bekerja bukan hanya untuk memenuhi kebutuhannya sendiri saja tetapi untuk melayani sehingga harus bekerja dengan sempurna dan penuh kerendahan hati. Berdasarkan pemamaran diatas maka peneliti menggunakan indikator dari teori Sinamo. Akan tetapi karena keterbatasan, peneliti menggunakan lima dari delapan aspek etos kerja menurut sebagai indikator dalam penelitian ini yaitu : 1 menjadi guru adalah amanah; 2 menjadi guru adalah aktualisasi; 3 menjadi guru adalah seni; 4 menjadi guru adalah kehormatan; dan 5 menjadi guru adalah pelayanan.

2.4. Penelitian Terdahulu Yang Relevan

Dokumen yang terkait

PENGARUH KOMPETENSI PROFESIONAL DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA GURU EKONOMI SMA KOTA SEMARANG

1 11 29

PENGARUH PENGALAMAN MENGAJAR DAN ETOS KERJA TERHADAP KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PRODUKTIF PEMASARAN SMK BISNIS DAN MANAJEMEN DI KOTA SEMARANG

0 4 8

PENGARUH LATAR BELAKANG PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN MENGAJAR TERHADAP KOMPETENSI PROFESIONAL GURU Pengaruh Latar Belakang Pendidikan Dan Pengalaman Mengajar Terhadap Kompetensi Profesional Guru MA Negeri 1 Surakarta Tahun Ajaran 2013/2014.

0 1 17

PENGARUH LATAR BELAKANG PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN MENGAJAR TERHADAP KOMPETENSI PROFESIONAL GURU Pengaruh Latar Belakang Pendidikan Dan Pengalaman Mengajar Terhadap Kompetensi Profesional Guru MA Negeri 1 Surakarta Tahun Ajaran 2013/2014.

0 1 15

PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK, DAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TERHADAP KINERJA GURU DI SMK.

0 5 55

PENGARUH PENGALAMAN MENGAJAR DAN ETOS KERJA TERHADAP KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PRODUKTIF PEMASARAN SMK BISNIS DAN MANAJEMEN DI KOTA SEMARANG.

0 1 9

Pengaruh Kompetensi Profesional Dan Produktivitas Guru Terhadap Prestasi Belajar Siswa SMK di Kota Semarang.

0 0 1

PENGARUH PENGAN MENGAJAR DAN ETOS KERJA TERHADAP KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PRODUKTIF PEMASARAN SMK BISNIS DAN MANAJEMEN DI KOTA SEMARANG -

0 0 1

PENGARUH PENDIDIKAN DAN PELATIHAN, PENGALAMAN MENGAJAR, DAN SIKAP PROFESIONAL GURU TERHADAP KOMPETENSI GURU EKONOMI SMA SEKOTA TEGAL

0 2 83

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TERHADAP KINERJA GURU SMK BISNIS MANAJEMEN DI KABUPATEN KLATEN

1 15 18