PENGARUH PENGALAMAN MENGAJAR DAN ETOS KERJA TERHADAP KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PRODUKTIF PEMASARAN SMK BISNIS DAN MANAJEMEN DI KOTA SEMARANG

(1)

PENGARUH PENGALAMAN MENGAJAR DAN

ETOS KERJA TERHADAP KOMPETENSI

PROFESIONAL GURU PRODUKTIF

PEMASARAN SMK BISNIS DAN MANAJEMEN

DI KOTA SEMARANG

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Universitas Negeri Semarang

Oleh Nida Aulia NIM 7101411297

FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


(2)

(3)

(4)

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan karya tulis orang lain, baik sebagian atau keseluruhan. Pendapat serta temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip dan dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini merupakan hasil jiplakan dari karya tulis orang lain, maka saya bersedia untuk menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Semarang, Oktober 2015

Nida Aulia NIM.7101411297


(5)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto

Wahai orang- orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar (Q.S Al- Baqarah:153)

“Tugas kita bukanlah untuk berhasil.

Tugas kita adalah untuk mencoba, karena didalam mencoba itulah kita menemukan dan belajar membangunn kesempatan untuk berhasil ”(Mario Teguh)

Persembahan

Skripsi ini kupersembahkan untuk: 1. Kedua orang tuaku Bapak Priyono Basuki dan Ibu Sulasih serta keluarga besarku yang selalu mendoakanku yang memberikanku semangat

2. Almamaterku Universitas Negeri Semarang (UNNES)


(6)

vi

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan segala rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Pengalaman Mengajar Dan Etos Kerja Terhadap Kompetensi Profesional Guru Produktif Pemasaran

Smk Bisnis Dan Manajemen Di Kota Semarang”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh Studi Strata I (satu) gelar Sarjana Pendidikan Koperasi pada Fakultas Ekonomi di Universitas Negeri Semarang.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada penyusun untuk menuntut ilmu di Universitas Negeri Semarang.

2. Dr. Wahyono, M.M., Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada penyusun dalam menyelesaikan skripsi dan studi dengan baik.

3. Dr. Ade Rustiana, M.Si., Ketua Jurusan Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan izin kepada penyusun untuk melakukan penelitian.

4. Prof. Dr. Joko Widodo, M.Pd, Dosen Pembimbing yang memberikan masukan, bimbingan, dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.


(7)

5.

Dr. Widiyanto, MBA.,M.M selaku penguji 1 yang telah memberikan masukan dan bimbingan dalam menyempurnakan skripsi ini.

6.

Drs.Syamsu Hadi,M.Si selaku penguji 2 yang telah memberikan masukan dan bimbingan dalam menyempurnakan skripsi ini.

7. Seluruh Kepala SMK Bisnis dan Manajemen di Kota Semarang yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut

8. Seluruh guru produktif pemasaran Semarang yang telah telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

9. Adekku Dani Priyo Hutomo dan Doni Lantip Wibowo yang selalu menyemangatiku.

10. Sahabat-sahabatku NALMY dan Ika Yulianti serta seluruh teman-teman rombel Pendidikan Koperasi B 2011 yang telah memberikan dukungan dalam penyelesaian penelitian ini.

11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dan dukungan dalam rangka penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya kemampuan yang ada dalam diri penulis terbatas, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Besar harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan perkembangan pendidikan selanjutnya

Semarang, 2015


(8)

viii

SARI

Aulia, Nida.2015. Pengaruh Pengalaman Mengajar Dan Etos Kerja terhadap Kompetensi Profesional Guru Produktif Pemasaran Smk Bisnis Dan Manajemen Di Kota Semarang. Skripsi. Jurusan Pendidikan Ekonomi. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: Prof. Dr. Joko Widodo, M.Pd,

Kata kunci: Kompetensi Profesional, Pengalaman Mengajar, Etos Kerja

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu lembaga pendidikan formal bertujuan mempersiapkan lulusan untuk masuk ke dunia kerja. Guru harus mampu menguasai materi sesuai bidang studi yang diajarkan dengan baik. Disinilah arti pentingnya kompetensi profesional guru produktif pemasaran agar para lulusan kelak dapat bekerja dan berinteraksi dengan baik dalam dunia usaha maupun dunia industri. Berdasarkan hasil observasi awal menunjukkan bahwa tingkat kompetensi guru produktif pemasaran masih kurang baik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pengalaman mengajar dan etos kerja terhadap kompetensi profesional guru produktif pemasaran SMK Binis dan Manajemen di Kota Semarang baik secara parsial maupun simultan.

Penelitian ini merupakan penelitian populasi dengan jumlah populasi sebanyak 50 guru produktif pemasaran SMK Binis dan Manajemen di Kota Semarang. Variabel penelitian ini adalah pengalaman mengajar (X1), etos kerja (X2) dan kompetensi profesional (Y). Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi dan kuesioner (angket). Sedangkan metode analisis data menggunakan analisis regresi berganda.

Hasil penelitian ini adalah (1) ada pengaruh pengalaman mengajar terhadap kompetensi profesional sebesar 17,47%, (2) ada pengaruh etos kerja terhadap kompetensi profesional sebesar 18,31% dan (3) ada pengaruh antara pengalaman mengajar dan etos kerja terhadap kompetensi profesional guru produktif pemasaran SMK Binis dan Manajemen di Kota Semarang secara simultan sebesar 59,5%. Hasil persamaan regresi diperoleh = 4,823 + 0,277X1+ 0,660X2.

Simpulan penelitian ini adalah ada pengaruh pengalaman mengajar dan etos kerja terhadap kompetensi profesional guru produktif pemasaran SMK Binis dan Manajemen di Kota Semarang baik secara parsial maupun simultan. Saran yang berkaitan dengan penelitian ini antara lain: guru produktif pemasaran hendaknya terus meningkatkan pengalaman dalam mengajar dan etos kerja untuk meningkatakan kompetensi profesional sebagai salah satu standar kerja profesi guru yang harus dipenuhi.


(9)

ABSTRACT

Aulia, Nida. 2015. The Influence of Teaching Experience And Work Ethics to Professional Competence Teachers of Productive Marketing Vocational High School Business and Management in Semarang. A Final Project. Economic Education Department. Faculty of Economics. Semarang State University. Advisor: Prof. Dr. Joko Widodo, M. Pd,

Keywords: Professional Competence, Teaching Experience, Work Ethics

Vocational High School (SMK) is one of the formal educational institutions aimed at preparing graduates to enter the workforce. Teachers should be able to master the material according to subject areas taught well. This is where the importance of professional competence of teachers of productive marketing that future graduates can work and interact well in the business world and the industrial world. Based on the results of preliminary observations indicate that the level of competence of teachers of productive marketing is still not good. This study aimed to analyze the influence of teaching experience and work ethic to the professional competence of teachers of productive marketing vocational high school Binis and management in Semarang. either partially or simultaneously.

This study is a population with a total population of 50 teachers of productive marketing vocational high school Binis and management in Semarang. The variables of this study is the teaching experience (X1), work ethic (X2) and professional competence (Y). The data collection method used is the method of documentation and questionnaires (questionnaire). While the method of data analysis using multiple regression analysis.

Results of this study were (1) the influence of teaching experience on the professional competence of 17.47%, (2) the influence on the work ethic of professional competence by 18.31% and (3) the influence between teaching experience and work ethic to professional competence Binis vocational teacher productive marketing and management in Semarang simultaneously of 59.5%. Results of regression equation obtained = 4,823 + 0,277X1 + 0,660X2.

The conclusions of this study was the influence of teaching experience and work ethic to the professional competence of teachers of vocational high school Business productive marketing and management in Semarang either partially or simultaneously. Suggestions related to this study include: teachers should continue to improve the productive marketing experience in teaching and work ethic to improve their professional competence as one of the teaching profession working standards that must be receive.


(10)

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

SARI ... viii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang Masalah ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 6

1.3.Tujuan Penelitian ... 7

1.4.Kegunaan Penelitian... 7

BAB II LANDASAN TEORI ... 9

2.1.Konsep Dasar Kompetensi Profesional Guru ... 9

2.2.Konsep Dasar Pengalaman Mengajar ... 22


(11)

2.3.Konsep Dasar Etos Kerja ... 28

2.3.1. Faktor Yang Mempengaruhi Etos Kerja ... 31

2.3.2. Aspek-Aspek Etos Kerja ... 32

2.4.Penelitian Terdahulu Yang relevan ... 34

2.5.Kerangka Berfikir ... 35

2.6.Hipotesis Penelitian ... 38

BAB III METODE PENELITIAN ... 39

3.1.Jenis Dan Desain Penelitian ... 39

3.2.Populasi Penelitian ... 39

3.3.Variabel Penelitian ... 41

3.3.1. Pengalaman Mengajar (X1) ... 41

3.3.2. Etos Kerja (X2) ... 41

3.3.3. Kompetensi Profesional Guru (Y) ... 42

3.4.Teknik Pengumpulan Data ... 42

3.4.1. Teknik Dokumentasi ... 42

3.4.2. Teknik Kuesioner Atau Angket ... 43

3.5.Validitas dan Realibilitas Instrumen Penelitian ... 43

3.5.1. Validitas Instrumen Penelitian ... 43

3.5.2. Reliabilitas Instrumen ... 46

3.6.Teknik Analisis Data ... 48

3.7.Uji Asumsi Klasik ... 51

3.7.1. Uji Normalitas ... 51


(12)

xii

3.7.3. Uji Heteroskedastisitas ... 52

3.8.Analisis Regresi Linear Berganda... 52

3.9.Uji Hipotesis Penelitian ... 53

3.9.1. Uji Koefisien Regresi secara Simultan (Uji F) ... 53

3.9.2. Uji Koefisien Regresi secara Parsisal (Uji t) ... 53

3.9.3. Koefisien Determinasi ... 53

BABIV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 55

4.1. Gambaran Umum ... 55

4.2. Analisis Deskriptif Variabel ... 55

4.2.1. Deskripsi Variabel Kompetensi Profesional Guru ... 56

4.2.2. Deskripsi Variabel Pengalaman Mengajar ... 61

4.2.3. Deskripsi Variabel Etos Kerja ... 65

4.3. Uji Asumsi Klasik ... 70

4.3.1. Uji Normalitas ... 70

4.3.2. Uji Multikolinieritas ... 71

4.3.3. Uji Heteroskedastisitas ... 72

4.4. Analisis Regresi Berganda ... 73

4.5. Uji Hipotesis ... 75

4.5.1. Uji Koefisien Regresi Secara Simultan (Uji F) ... 75

4.5.2. Uji Kofisien Regresi Secara Parsial (Uji t) ... 76

4.5.3. Koefisien Determinasi Simultan (R2) ... 77

4.5.4. Koefisien Determinasi Parsial (r2) ... 77


(13)

4.6.1. Pengaruh Pengalaman Mengajar Terhadap Kompetensi

Profesional Guru ... 79

4.6.2. Pengaruh Etos Kerja Terhadap Kompetensi Profesional Guru ... 85

4.6.3. Pengaruh Pengalaman Mengajar dan Etos Kerja Secara Simultan Terhadap Kompetensi Profesional Guru ... 87

BAB V PENUTUP ... 90

5.1. Kesimpulan ... 90

5.2. Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 92


(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Populasi Penelitian ... 40

3.2 Hasil Uji Validitas Instrumen Kompetensi Profesional ... 44

3.3 Hasil Uji Validitas Instrumen Pengalaman Mengajar ... 45

3.4 Hasil Uji Validitas Instrumen Etos Kerja ... 46

3.5 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 47

3.6 Kategori Variabel Pengalaman Mengajar ... 49

3.7 Kategori Variabel Kategori Variabel Etos Kerja (X2) ... 50

3.8 Kategori Variabel Kompetensi Profesional (Y) ... 50

4.1 Distribusi Variabel Kompetensi Profesional Guru Produktif Pemasaran ... 56

4.2 Hasil Analisis Indikator Mampu Menangani dan Mengembangkan Bidang Studi yang Menjadi Tanggung Jawabnya ... 58

4.3 Hasil Analisis Indikator Mengerti dan Dapat Menerapkan Metode Pembelajaran yang Bervariasi... 59

4.4 Hasil Analisis Indikator Mampu Mengembangkan Berbagai Alat, Media, Maupun Sumber Belajar yang Relevan ... 60

4.5 Hasil Analisis Indikator Mampu Mengorganisasi dan melaksanakan Program Pembelajaran... 60

4.6 Hasil Analisis Indikator Mampu Melaksanakan Evaluasi Hasil Belajar Peserta Didik ... 61

4.7 Distribusi Variabel Pemgalaman Mengajar... 62

4.8 Hasil Analisis Indikator Latar Belakang Pribadi ... 63

4.9 Hasil Analisis Indikator Kemampuan Analisis dan Manipulatif ... 64

4.10 Hasil Analisis Indikator Keterampilan yang Dimiliki ... 64

4.11 Distribusi Variabel Etos Kerja... 65

4.12 Hasil Analisis Indikator Menjadi Guru Adalah Amanah ... 67

4.13 Hasil Analisis Indikator Menjadi Guru Adalah Aktualisasi ... 67


(15)

4.15 Hasil Analisis Indikator Menjadi Guru Adalah Kehormatan ... 69

4.16 Hasil Analisis Indikator Menjadi Guru Adalah Pelayanan ... 69

4.17 Hasil Uji Multikolinieritas ... 72

4.18 Hasil Analisis Regresi Berganda ... 74

4.19 Uji Koefisien Regresi Secara Simultan (Uji F) ... 76

4.20 Analisis Uji Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji t) ... 77

4.21 Koefisien Determinasi Simultan (R2) ... 78


(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1. Hasil Observasi Awal Kompetensi Profesional ... 3 2.1 Karakteristik Dasar Kompetensi ... 13 2.2 Kerangka Berfikir ... 37 4.1 Diagram Batang Deskripsi Variabel Kompetensi Profesional

Guru Produktif Pemasaran ... 57 4.2 Diagram Batang Deskripsi Variabel Pengalaman Mengajar .... 62 4.3 Diagram Batang Deskripsi Variabel Etos Kerja ... 66 4.4 Grafik Normal P-Plot ... 71 4.5 Uji Heteroskedastisitas ... 73


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Daftar Guru Produktif SMK Bisnis dan Manajemen Kota Semarang ... 95 2 Pedoman Wawancara Mengenai Kompetensi Profesional

Guru Produktif Pemasaran ... 98 3 Hasil Wawancara Guru Produktif Pemasaran di SMK Pelita

Nusantara 1... 99 4 Hasil Wawancara Guru Produktif Pemasaran di SMK

Negeri 2 Semarang ... 100 5 Hasil Wawancara Guru Produktif Pemasaran di SMK

Purnama Semarang... 102 6 Hasil Wawancara Guru Produktif Pemasaran di SMK

Ignatius Semarang ... 103 7 Hasil Wawancara Guru Produktif Pemasaran di SMK

Swadaya Semarang ... 104 8 Hasil Wawancara Guru Produktif Pemasaran di SMK

Palebon Semarang ... 105 9 Hasil Wawancara Guru Produktif Pemasaran di SMK

Muhammadiyah 1... 102 10 Hasil Wawancara Guru Produktif Pemasaran di SMK Nusa

Bhakti ... 107 11 Hasil Wawancara Guru Produktif Pemasaran di SMK YPE

Semarang ... 108 12 Hasil Wawancara Guru Produktif Pemasaran di SMK

Antonius Semarang ... 109 13 Hasil Wawancara Guru Produktif Pemasaran di SMK Cut

Nya’ Dien Semarang ... 110 14 Hasil Wawancara Guru Produktif Pemasaran di SMK

Negeri 9 Semarang ... 111 15 Hasil Wawancara Guru Produktif Pemasaran di SMK

Yayasan Pharmasi Semarang ... 112 16 Hasil Wawancara Guru Produktif Pemasaran di SMK

Taman Siswa Semarang ... 113 17 Kisi-Kisi Angket Uji Coba Penelitian ... 114


(18)

xviii

18 Surat Permohonan Pengisian Angket Uji Coba Penelitian .... 116

19 Angket Uji Coba Penelitian ... 117

20 Tabulasi Data Hasil Uji Coba Instrumen Variabel Kompetensi Profesional ... 125

21 Tabulasi Data Hasil Uji Coba Instrumen Variabel Pengalaman Mengajar ... 123

22 Tabulasi Data Hasil Uji Coba Instrumen Variabel Etos Kerja 127 23 Hasil Uji Coba Instrumen Variabel Kompetensi Profesional 128 24 Hasil Uji Coba Instrumen Variabel Pengalaman Mengajar ... 133

25 Hasil Uji Coba Instrumen Variabel Etos Kerja ... 135

26 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Variabel Kompetensi Profesional ... 139

27 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Variabel Pengalaman Mengajar dan Etos Kerja ... 140

28 Hasil Perhitungan Reliabilitas Instrumen Variabel Kompetensi Profesional Guru ... 141

29 Hasil Perhitungan Reliabilitas Instrumen Variabel Pengalaman Mengajar ... 142

30 Hasil Perhitungan Reliabilitas Instrumen Variabel Eto Kerja 143 31 Surat Permohonan Pengisian Angket Penelitian ... 144

32 Angket Penelitian ... 145

33 Tabulasi Data Hasil Penelitian Variabel Kompetensi Profesional Guru ... 152

34 Tabulasi Data Hasil Penelitian Variabel Pengalaman Mengajar ... 156

35 Tabulasi Data Hasil Penelitian Variabel Etos Kerja ... 158

36 Hasil Analisis Deskriptif Kompetensi Profesional ... 162

37 Hasil Analisis Deskriptif Pengalaman Mengajar ... 164

38 Hasil Analisis Deskriptif Etos Kerja ... 165

39 Hasil Perhitungan SPSS ... 167

40 Daftar Nama Responden Uji Coba Penelitian ... 170

41 Daftar Nama Responden Penelitian ... 171

42 Surat Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing Skripsi ... 173


(19)

44 Surat Pengantar Ijin Penelitian dari Dinas Pendidikan Kota Semarang ... 175 45 Surat Keterangan Melakukan Penelitian di SMK Negeri 2

Semarang ... 176 46 Surat Keterangan Melakukan Penelitian di SMK Antonius

Semarang ... 177 47 Surat Keterangan Melakukan Penelitian di SMK Pelita

Nusantara 1 Semarang... 178 48 Surat Keterangan Melakukan Penelitian di SMK Palebon ... 179 49 Surat Keterangan Melakukan Penelitian di SMK Swadaya

Semarang ... 180 50 Surat Keterangan Melakukan Penelitian di SMK Ignatius

Semarang ... 181 51 Surat Keterangan Melakukan Penelitian di SMK

Muhammadiyah 1 Semarang... 182 52 Surat Keterangan Melakukan Penelitian di SMK Nusa

Bhakti ... 183 53 Surat Keterangan Melakukan Penelitian di SMK Cut Nya’

Dien ... 184 54 Surat Keterangan Melakukan Penelitian di SMK Yayasan

Pharmasi Semarang ... 185 55 Surat Keterangan Melakukan Penelitian di SMK YPE... 186 56 Surat Keterangan Melakukan Penelitian di SMK Negeri 9

Semarang ... 187 57 Surat Keterangan Melakukan Penelitian di SMK Purnama

1 Semarang ... 188 58 Surat Keterangan Melakukan Penelitian di SMK Taman

Siswa Cabang Semarang ... 189 59 Dokumentasi Penelitian ... …… 190


(20)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah (Undang-undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003). Pendidikan menengah kejuruan mengutamakan penyiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional. Sesuai dengan bentuknya, sekolah menengah kejuruan menyelenggarakan program-program pendidikan yang disesuaikan dengan jenis-jenis lapangan kerja (Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990). Berdasarkan definisi diatas, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang bertujuan mempersiapkan para lulusan untuk masuk ke dunia kerja.

Peran guru dalam memberikan bekal ilmu kepada siswa sebelum mereka bekerja di dunia usaha atau industri sangat penting. Guru harus mampu menguasai materi sesuai bidang studi yang diajarkan dengan baik. Disinilah arti pentingnya kompetensi profesional guru produktif pemasaran agar para lulusan kelak dapat bekerja dan berinteraksi dengan baik dalam dunia usaha maupun dunia industri.

Setiap guru dituntut untuk memiliki standar profesi yang telah ditetapkan, agar guru mampu berperan secara optimal dalam mencapai tujuan pendidikan, Standar guru profesional merupakan sebuah kebutuhan mendasar yang sudah tidak bisa ditawar-tawar lagi (Majid,2005:5). Diperlukan dukungan dan upaya dari


(21)

pemerintah untuk meningkatkan kompetensi guru. Salah satu terobosan yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan kualitas guru antara lain melalui standar kompetensi dan sertifikasi guru (Mulyasa,2013:14). Ada empat standar kompetensi yang harus dikuasai guru salah satunya adalah memenuhi standar kompetensi profesional. Kompetensi profesional guru yaitu kemampuan untuk menguasai materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan guru mampu membimbing peserta didik dapat memenuhi standar kompetensi minimal yang seharusnya dikuasai peserta didik (Sujanto,2007:33).

Guru memiliki peran penting dalam menentukan hasil belajar siswa. Guru yang profesional mampu menguasai dan mengelola pembelajaran sesuai mata pelajaran yang diampunya. Guru juga perlu mengembangkan penguasaan materi agar informasi yang disampaikan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Peserta didik dapat lebih fokus dan tertarik dengan materi yang disampaikan jika guru dapat menjelaskan materi dengan cara yang tidak monoton dengan menggunakan media ataupun teknologi pembelajaran yang sesuai. Melalui penggunaan teknologi pembelajaran dan penerapan metode pembelajaran yang relevan dengan materi yang disampaikan akan mempermudah peserta didik dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru. Seperti yang dipaparkan oleh Agung (2012:107) penguasaan materi cenderung kurang memberikan dampak positif terhadap hasil belajar siswa apabila guru kurang mampu mengembangkan bahan ajar dalam pengelolaan pembelajaran, melainkan diduga hanya akan menghasilkan pembelajaran dan hasil belajar yang tidak mengalami perubahan dari waktu ke waktu.


(22)

3

Namun pada kenyataanya setelah dilakukan observasi awal mengenai kompetensi profesional kepada guru produktif pemasaran SMK Bisnis dan Manajemen di Kota Semarang, menunjukkan bahwa guru produktif pemasaran belum maksimal memenuhi semua indikator standar kompetensi profesionalnya. Hasil observasi mengenai komptensi profesional dapat dilihat melalui gambar berikut:

Gambar 1.1 Hasil Observasi Awal Kompetensi Profesional Guru Produktif Pemasaran SMK Bisnis dan Manajemen di Kota Semarang Tahun 2015

Sumber : Data penelitian yang diolah tahun 2015

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti di SMK Bisnis dan Manajemen Kota Semarang 11 guru dari 14 guru produktif pemasaran menyatakan bahwa guru tersebut sudah kompeten dalam mengembangkan materi yang diajarkan atau sebesar 78,58 %. Sedangkan 3 guru kurang kompeten dalam mengembangkan materi yang diajarkan atau sebesar 21,42% %. 10 dari 14 guru kurang kompeten dalam mengerti dan menerapkan berbagai metode pembelajaran


(23)

atau sebesar 71,43% guru sedangkan 28,57 % guru produktif pemasaran sudah kompeten.

Dalam mengembangkan media, alat, maupun sumber belajar yang sesuai dengan materi yang diajarkan sebesar 57,15 % atau delapan dari 14 dikatakan kurang kompeten dan 42,85% guru sudah kompeten. Sedangkan 11 guru dari 14 guru produktif pemasaran atau sebesar 78,58 % guru kurang kompeten dalam mengorganisasi dan melaksanakan program pembelajaran dan 21,42% guru sudah kompeten dalam mengorganisasi dan melaksanakan program pembelajaran. Sementara itu kemampuan guru dalam mengevaluasi hasil belajar sudah kompeten yaitu sebesar 85,72 % dan 14,28% kurang kompeten. Dari hasil observasi tersebut mengindikasikan bahwa secara menyeluruh guru dapat memenuhi kriteria kompeten akan tetapi kompetensi profesional guru produktif pemasaran belum secara maksimal terpenuhi. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator pengukuran kompetensi profesional, masih ditemukan beberapa guru yang kurang kompeten.

Pengalaman guru dalam mengajar dan melaksanakan tugas sebagai pendidik merupakan suatu hal yang berharga. Tingkat kompetensi profesional diduga dipengaruhi oleh pengalaman mengajar guru. Wibowo (2014:284) mengemukakan bahwa pengalaman merupakan elemen yang perlu, tetapi untuk menjadi ahli tidak cukup dengan pengalaman. Namun demikian, pengalaman merupakan aspek lain kompetensi yang dapat berubah dengan perjalanan waktu dan perubahan lingkungan. Menurut Uno (2007:17) pada dasarnya perubahan perilaku yang dapat ditunjukkan peserta didik dipengaruhi oleh latar belakang


(24)

5

pendidikan dan pengalaman yang dimiliki oleh seorang guru. Semakin berpengalaman guru dalam mengajar semakin luas materi pelajaran yang dikuasai sehingga memungkinkan guru untuk meningkatkan kompetensi profesionalnya. Widoyoko (2005) memaparkan bahwa pengalaman mengajar pada hakekatnya merupakan rangkuman dari pemahaman seseorang terhadap hal-hal yang dialami dalam mengajar, sehingga hal-hal yang dialami tersebut telah dikuasinya, baik tentang pengetahuan, ketrampilan maupun nilai-nilai yang menyatu padanya.

Hasil penelitian Widoyoko (2005) menunjukkan bahwa pengalaman mengajar memberikan sumbangan sebesar 6,35% terhadap kompetensi mengajar guru IPS SMA Kabupaten Purworejo. Sejalan dengan hasil hasil penelitian Widyaningsih (2014) menyatakan bahwa pengalaman mengajar memberikan sumbangan relatif sebesar 42% dan sumbangan efektif 5%. Hal ini menunjukkan pengalaman mengajar berpengaruh positif terhadap kompetensi profesional guru MA Negeri 1 Surakarta.

Sedangkan hasil penelitian Eliyanto dan Wibowo (2013) Pengalaman mengajar memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap profesionalisme guru SMK Muhammadiyah di Kabupaten Kebumen yaitu sebesar 12,2%.

Selain pengalaman mengajar, diduga etos kerja guru juga memepengaruhi tingkat kompetensi profesional guru. Etos kerja perlu dimiliki seorang guru agar dapat mencapai standar yang telah ditetapkan, karena dengan ini guru mempunyai semangat yang amat kuat untuk mengerjakan tugasnya secara optimal. Seperti yang dikemukakan Mohamad Surya (2004:38) salah satu ciri profil guru yang diperkirakan sesuai dengan tuntutan masa depan menghadapi abad 21 adalah guru yang memiliki etos kerja yang kuat. Etos kerja merupakan kondisi internal yang


(25)

mendorong dan mengendalikan perilaku kearah terwujudnya kualitas kerja yang ideal (Kartini:2011). Setiap organisasi yang selalu ingin maju akan melibatkan anggota untuk meningkatkan mutu kerjanya, diantaranya setiap organisasi harus memiliki etos kerja, begitupun dengan guru sebagai anggota organisasi sekolah. Seperti yang diungkapkan Sinamo (2005:249) etos kerja adalah syarat utama bagi semua upaya peningkatan kualitas tenaga kerja atau SDM, baik pada level individual, organisasional, maupun sosial. Hasil penelitian penelitian Widoyoko (2005) menunjukkan bahwa etos kerja memberikan sumbangan positif terhadap kompetensi mengajar guru sebesar 16,59%. Sejalan dengan hasil penelitian oleh Sudana (2012) etos kerja signifikan terhadap pengembangan kinerja guru dan memberikan sumbangan efektif sebesar 12,16 % terhadap kinerja guru SMP di Kecamatan Ubud. Sedangkan hasil penelitian Heryanto (2014) etos kerja guru berpengaruh secara signifikan terhadap efektivitas proses belajar mengajar sebesar 42,5%.

Berdasarkan permasalahan diatas peneliti tertarik untuk meneliti fenomena tersebut dengan mengadakan penelitian yang berjudul “Pengaruh Pengalaman Mengajar Dan Etos Kerja Terhadap Kompetensi Profesional Guru Produktif

Pemasaran Smk Bisnis Dan Manajemen Di Kota Semarang”. 1.2.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas maka masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah :


(26)

7

1. Seberapa besar pengaruh pengalaman mengajar terhadap kompetensi professional guru produktif pemasaran SMK Bisnis dan Manajemen di Kota Semarang?

2. Seberapa besar pengaruh etos kerja terhadap kompetensi profesional guru produktif pemasaran SMK Bisnis dan Manajemen di Kota Semarang?

3. Seberapa besar pengaruh pengalaman dan etos kerja secara bersama-sama terhadap kompetensi profesional guru produktif pemasaran SMK Bisnis dan Manajemen di Kota Semarang?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan penulis, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis besarnya pengaruh pengalaman mengajar terhadap kompetensi profesional guru produktif pemasaran SMK Bisnis dan Manajemen di Kota Semarang.

2. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis besarnya pengaruh etos kerja terhadap kompetensi profesional guru produktif pemasaran SMK Bisnis dan Manajemen di Kota Semarang.

3. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis besarnya pengaruh pengalaman mengajar dan etos kerja secara bersama-sama terhadap kompetensi profesional guru produktif pemasaran SMK Bisnis dan Manajemen di Kota Semarang.

1.4. Kegunaan Penelitian

Kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kegunaan Teoritis


(27)

a. Hasil penelitian nantinya diharapkan dapat memperkaya pengetahuan secara teoritis tentang pengaruh pengaruh pengalaman mengajar dan etos kerja terhadap kompetensi profesional guru.

b. Menjadi bahan referensi atau bacaan, khususnya bagi pihak yang mengadakan penelitian selanjutnya yang relevan.

2. Kegunaan Praktis a. Bagi Guru

Hasil penelitian dapat dijadikan masukan tentang pentingnya memumbuhkan etos kerja sehingga dapat meningkatkan kompetensi profesional guru.

b. Bagi Sekolah

Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam menentukan kebijakan yang relevan sebagai upaya untuk meningkatkan kompetensi profesional guru.

c. Bagi Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidikan

Hasil penelitian dapat memberi sumbangan pemikiran bagi lembaga perguruan tinggi untuk meningkatkan kualitas akademik mahasiswa program pendidikan sebagai calon guru yang profesional.


(28)

9

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Konsep Dasar Kompetensi Profesional Guru

Guru merupakan suatu profesi yang artinya suatu pekerjaan atau pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti menerusakan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan siswa (Usman,1990:4). Selain mendidik, mengajar dan melatih tugas utama guru sebagai pendidik profesional menurut Danim dan Khairil (2011:5) juga mengarahkan, membimbing, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal. Sedangkan Subini (2012:14) menyatakan bahwa tugas–tugas profesional guru adalah meneruskan atau menstransmisi ilmu pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai lain yang sejenis yang belum diketahui anak dan seharusnya diketahui anak. Maka dengan berbagai tugas yang dipersyaratkan, profesi guru bukanlah suatu pekerjaan yang mudah dan tidak sembarangan orang dapat melakukannya.

Pada hakikatnya guru sebagai suatu profesi memerlukan suatu kamampuan dan keahlian khusus agar mampu membimbing aktifitas belajar dan menilai peserta didiknya maupun melakukan refleksi diri sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang ditentukan. Guru memiliki pengetahuan yang luas yang dapat ditularkan kepada peserta didik melalui kegiatan pembelajaran. Hal ini berarti diperlukan penguasaan kompetensi oleh guru sebagai pengetahuan maupun


(29)

keahlian tertentu agar guru dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Seperti dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Pasal 8 menegaskan bahwa guru diharuskan memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Salah satu kompetensi yang harus dimiliki guru yaitu kompetensi profesional, sebagai standar yang mencerminkan penguasaan guru terhadap materi pembelajaran bidang studi yang diajarkan. Sepeti yang dipaparkan Uno (2008:20) bahwa pada dasarnya seperangkat tugas yang harus dilaksanakan oleh guru berhubungan dengan profesinya sebagai pengajar ini sangat berkaitan dengan kompetensi profesionalnya. Oleh karena itu kompetensi profesional guru penting dikuasai oleh guru.

Yamin dan Maisah (2010:1) menggambarkan istilah competencies, competence dan competent diterjemahkan sebagai kompetensi, kecakapan dan keberdayaan merujuk pada keadaan atau kualitas mampu dan sesuai. Kompetensi menurut Majid, (2005:5) adalah seperangkat tindakan intelegen penuh tanggung jawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu melaksanakan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan tertentu. Berdasarkan pandangan diatas seseorang dikatakan kompeten jika memiliki kecakapan dan kualitas yang sesuai dengan tugas pada bidang tertentu yang digeluti.

Sementara Len holmes (1992) mendefinisikan kompetensi sebagai berikut: “A competency is a description of something with a person who works in a given occupational area should be able to do. It is a description of an action, behavior or outcome which a person should be able to demonstrate” Suyanto dan Jihad (2013:41).


(30)

11

Kutipan diatas menjelaskan bahwa seseorang yang memiliki kompetensi berarti dapat bekerja sesuai dengan apa yang harusnya dikerjakan. Dengan kata lain seorang guru dikatakan memiliki kompetensi jika guru tersebut mampu mengajar dan memenuhi tugas dan tanggungjawabnya dengan baik. Tentu saja itu semua dapat dipenuhi oleh guru apabila guru tersebut mempunyai kemampuan yang relevan dalam bidangnya. Kompetensi ini yang digunakan dalam mengukur kualifikasi dan profesionalitas guru pada suatu jenjang dan jenis pendidikan (Depdiknas, 2004).

Dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen memaparkan pengertian kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Wibowo (2014:271) mendeskripsikan bahwa kompetensi adalah suatu kemampuan untuk melaksanakan atau melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi atas ketrampilan dan pengetahuan serta didukung oleh sikap kerja yang dituntut oleh pekerjaan tersebut. Dengan demikian, kompetensi menunjukkan keterampilan atau pengetahuan yang dicirikan oleh profesionalisme dalam suatu bidang tertentu sebagai sesuatu yang terpenting, sebagai unggulan bidang tersebut.

Sejalan dengan apa yang dipaparkan oleh Wibowo, kompetensi guru lebih bersifat personal dan kompleks serta merupakan satu kesatuan utuh yang menggambarkan potensi yang mencakup pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai yang dimiliki seseorang guru yang terkait dengan profesinya yang dapat


(31)

direpresentasikan dalam amalan dan kinerja guru dalam mengelola pembelajaran di sekolah (Mulyasa, 2013:32).

Berdasarkan pandangan dari beberapa ahli diatas menunjukkan bahwa kompetensi mencakup keterampilan, sikap yang harus dimiliki oleh guru atau pendidik untuk menjalankan tugas-tugas profesinya guna mencapai suatu standar yang telah ditentukan. Subini (2012:73) menjelasakan bahwa keberhasilan guru secara nyata dapat dilihat dari keberhasilan murid ketika mengikuti proses dan mencapai tujuan pembelajaran. Guru yang berkompeten akan menyelenggarakan pembelajaran secara efektif, sehingga dapat menjadi guru yang unggul dibidangnya. Sebaliknya dengan guru yang hanya sekedar melakukan pembelajaran secara formalitas sebagai penggugur kewajiban mengajar dikelas sulit mengantarkan peserta didiknya untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Kompetensi memiliki karakteristik tertentu, Spencer dan Spencer (1993) membagi lima karakteristik kompetensi yaitu sebagai berikut:

1)Motif adalah sesuatu yang secara konsisten dipikirkan atau diinginkan orang yang menyebabkan tindakan. Motif mendorong, mengarahkan dan memilih perilaku menuju tindakan atau tujuan tertentu.

2)Sifat adalah karakteritik fisik dan respon yang konsisten terhadap situasi atau informasi.

3)Konsep diri adalah sikap, nilai, atau citra diri sesorang. Percaya diri merupakan keyakinan orang bahwa mereka dapat efektif dalam hampir setiap situasi. 4)Pengetahuan adalah informasi yang dimiliki orang dalam bidang spesifik. 5)Ketrampilan adalah kemampuan mengerjakan tugas fisik atau mental tertentu

(Wibowo,2014: 272).

Sejalan dengan Yamin dan Maisah (2010:1) juga memaparkan lima jenis karakteristik kompetensi yaitu: (1) pengetahuan, merujuk pada informasi dan hasil pembelajaran; (2) keterampilan atau keahlian, merujuk pada kemampuan seseorang untuk melakukan kegiatan; (3) konsep diri dan nilai-nilai, merujuk pada


(32)

13

sikap, nilai-nilai dan citra diri seseorang; (4) karakteristik pribadi, merujuk pada karakteristik fisik dan konsistensi tanggapan terhadap situasi dan informasi; dan (5) motif, merupakan emosi, hasrat, kebutuhan psikologis atau dorongan-dorongan lain yang memicu tindakan.

Begitu pula menurut pendapat Judisseno (2008:49) ada lima karakteristik dasar yang mempengaruhi kompetensi seseorang meliputi: (1) motive adalah sesuatu yang selalu dipikirkan orang secara konsisten, yang melahirkan keinginan untuk melakukan suatu tindakan tertentu dengan baik; (2) trait merupakan naluri secara konsisten dapat memberikan respons yang cepat dan tepat terhadap suatu keadaan atau informasi yang diterima; (3) self-concept, konsep pribadi mengenai sikap perilaku, persepsi diri dan sistem nilai dengan yang kita harapkan; (4) knowledge adalah sekumpulan informasi dan pengetahuan yang dimiliki seseorang dalam bidang tertentu; (5) skill adalah kemampuan menyelesaikan tugas secara nyata. Satu dan lainnya saling berhubungan membentuk ketiga unsur yang digambarkan dalam gambar berikut:

Intent Action Outcome

Gambar 2.1. Karakteristik Dasar Kompetensi Ciri dan

karakter pribadi

Tindakan terampil

Unjuk kerja dan hasil

akhir

Motive, Trait, Self-concept,

knowlwdge

Job performanc

e Skill


(33)

Kompetensi inti merupakan prasyarat mutlak yang harus dimiliki seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan unggul. Pernyataan tersebut mengidentifikasikan bahwa dengan menguasai kompetensi inti wajib dikuasai guru agar bekerja secara profesional dalam organisasi sekolah dan juga dapat memahami visi-misi dan nilai sekolah yang bersangkutan. Ada empat kompetensi inti yang harus dikuasai guru, yaitu: (1) Kompetensi pedagogik; (2) Kompetensi kepribadian; (3) Kompetensi sosial; dan (4) Kompetensi profesional.

Penelitian ini memfokuskan pada kompetensi profesional guru. Dari uraian diatas telah dipaparkan mengenai definisi kompetensi, sebelum menelaah menganai definisi kompetensi profesional, maka perlu dipahami mengenai makna profesional terlebih dahulu. Pasal 1 angka 4 UUGD menjelaskan bahwa “profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang yang menjadi sumber penghasilan yang memerlukan keahlian serta memerlukan pendidikan profesi”. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa profesional merujuk pada pekerjaan yang membutuhkan keahlian yang dipersyaratkan. Seperti yang dikemukakan oleh Yamin dan Maisah (2010:30) bahwa profesional berarti jenis pekerjaan khas yang memerlukan pengetahuan, keahlian atau ilmu pengetahuan yang diaplikasikan untuk berhubungan dengan orang lain. instansi atau lembaga.

Mengacu pada definisi diatas, maka profesional dapat diartikan sebagai suatu pekerjaan atau aktivitas yang dikerjakan seseorang atas profesinya dengan bersungguh-sungguh dan memenuhi persyratan yang telah ditetapkan. Tentu saja sebutan profesional bukan untuk seseorang yang amatiran. Karena untuk menjadi


(34)

15

profesional, tentu saja dibutuhkan waktu yang relatif panjang dengan serangkaian proses.

Sujanto (2007:33) mendefinisikan guru profesional adalah guru yang menguasai mata pelajaran dengan baik dan mampu membelajarkan siswa secara optimal, menguasai semua kompetensi yang dipersyaratkan bagi seorang guru. Sedangkan Mulyasa (2013:6) juga mensyaratkan guru profesional memiliki standar kompetensi dan sertifikasi guru. Dengan kata lain sebutan “guru profesional” didasarkan pada pengakuan formal terhadap kualifikasi dan kompetensi guru tersebut atas profesinya.

Penguasaan guru terhadap mata pelajaran yang diajarkan pada akhirnya akan berdampak pada pencapaian hasil belajar siswa. Kemampuam dasar, materi pokok pembelajaran dan indikator yang telah dicantumkaan dalam silabus merupakan aspek yang harus dikuasai oleh siswa. Apabila guru mampu menerangkan materi dengan baik dan variatif, tentu saja peserta didik akan lebih fokus dan tertarik terhadap materi ajar yang disampaikan tersebut. Hal ini erat kaitannya dengan penguasaaan kompetensi profesional guru. Pada umumnya sekolah-sekolah yang memiliki guru dengan kompetensi profesional akan menerapkan “pembelajaran dengan melakukan untuk menggantikan cara mengajar dimana guru hanya berbicara dan peserta didik hanya mendengarkan” (Uno, 2008:18). Proses pembelajaran sebaiknya melibatkan siswa secara aktif berpartipasi tidak hnaya sekedar menjadi pendengar dan pemerhati. Maka dengan kemampuan profesional, guru dapat lebih mengembangkan materi ajar menjadi


(35)

sesuatu yang membuat siswa menjadi lebih menelisik lebih lanjut apa yang telah diajarkan hingga pada akhirnya mampu mencapai tujuan pembelajaran.

Kompetensi profesional menurut Agung (2012:101) adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik atau siswa memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan Standar Nasional Pendidikan. Sedangkan kompetensi profesional guru menurut Sujanto (2007:33) yaitu kemampuan untuk menguasai materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan guru mampu membimbing peserta didik dapat memenuhi standar kompetensi minimal yang seharusnya dikuasai peserta didik. Uno (2008:18) juga memaparkan kompetensi profesional seorang guru adalah seperangkat kemampuan yang harus dimiliki seorang guru agar ia dapat melaksanakan tugas mengajarnya dengan berhasil.

Setelah mengetahui definisi kompetensi profesional dari para ahli, dapat disimpulkan bahwa kompetensi profesional adalah seperangkat kemampuan guru dalam menguasai materi ajar sesuai bidang studi secara mendalam serta dapat mengarahkan peserta didik untuk memahami materi yang disampaikan sebagai tugas mengajarnya.

Hamalik (2004:39) juga mendeskripsikan guru yang dinilai kompeten secara profesional apabila: (1) guru tersebut mampu mengembangkan tanggung jawab dengan sebaik-baiknya; (2) guru tersebut mampu melaksankan perannya secara berhasil;(3) guru tersebut mampu bekerja dalam usaha mencapai tujuan pendidikan (tujuan instruksional) sekolah; dan (4) guru tersebut melaksanakan perannya dalam proses mengajar belajar dikelas. Sedangkan Agung (2012:101)


(36)

17

aspek yang perlu diperlu diperhatikan agar guru menguasai kompetensi professional yaitu: (1) kode etik profesi; (2) pengembangan penguasaan materi; (3) pengembangan penguasaan kompetensi mata pelajaran; (4) pengembangan materi atau bahan ajar; (5) pengembangan diri (profesi). Berdasarkan pemaparan tersebut Hamalik cenderung melihat profil guru yang kompeten secara umum sedangkan Agung menyebutkan secara lebih spesifik mengenai peran guru yang dianggap profesional.

Berikut ini ciri-ciri umum guru profesional menurut Danim dan Khairil (2011:23) adalah (1) melakukan profesionalisasi diri; (2) memotivasi diri; (3) memiliki disiplin diri tinggi; (4) mengevaluasi diri; (5) memiliki kesadaran diri; (6) melakukan pengembangan diri; (7) menjadi pembelajar; (8) melakukan hubungan efektif; (9) menempati tinggi dan (10) taat asas pada kode etik.

Ciri-ciri guru profesional yang disebutkan diatas lebih mengidentifikasi guru dari pengembangan diri dengan orientasi dirinya sendiri berbeda dengan yang dikemukakan oleh Subini (2012:58) yang lebih menekankan pada proses pengembangan diri seorang guru yang langsung bersangkutan kepada peserta didik yang dijabarkan berikut ini : (1) biasa mempersiapkan model dan instrumen bahan pembelajaran dengan kesadaran sendiri; (2) aktif mencari dan mengembangkan bahan pembelajaran; (3) aktif mencari cara agar anak didiknya berhasil; (4) sering menjadikan masalah pembelajaran dan siswa sebagai topik pembicaraan; (5) Aktif mengevaluasi kinerjanya sendiri; (6) berusaha menjadi contoh dan pembimbing terbaik bagi siswa; dan (7) keberhasilan mengajar yang tinggi.


(37)

Dari pemaparan ciri-ciri guru profesional tersebut, seorang guru yang profesional lebih baik apabila mampu menyeimbangkan potensi untuk mencapai kriteria guru profesional, tidak hanya melihat dari prespektif pengembangan diri sendiri terhadap pekerjaannya tetapi juga melihat terhadap apa yang dikerjakan. Maksudnya guru tidak hanya mengembangkan diri untuk lebih baik bagi dirinya sendiri akan tetapi menjadi lebih baik untuk peserta didik dalam membantu memcapai tujuan pembelajaran. .

Kecakapan kompetensi seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor, menurut Michael Zwell (2000:68) sebagai berikut: (1) keyakinan dan nilai-nilai, keyakinan yang dimiliki oleh seseorang akan mempengaruhi perilakunya. Oleh karena itu setiap orang harus berfikir positif terhadap dirinya ataupun orang lain; (2) keterampilan, pengembangan keterampilan yang secara spesifik berkaitan dnegan kompetensi dapat berdampak baik pada budaya organisasi dan kompetensi individual; (3) pengalaman, orang yang pekerjaannya memerlukan sedikit pemikiran strategis kurang mengembangkan kompetensiinya daripada mereka yang telah menggunakan pemikiran strategis bertahun-tahun; (4) karakteristik pribadi, dengan kepribadian orang merespon dan berinteraksi dengan kekuatan dan lingkungan sekitarnya; (5) motivasi, ini dapat memberikan dorongan agar seseorang tetap berorientasi pada pekerjaannya; (6) isu emosional; hambatan emosional dapat membatasi penguasaan kompetensi; (7) kemampuan intelektual, kompetensi tergantung pada pemikiran kognitif seperti pemikiran konseptual dan pemikiran analitis; (8) budaya organisasi, system dan kebiasaan dalam organisai juga dapat mempengaruhi kompetensi seseorang (Wibowo,2014:283).


(38)

19

Semantara itu, Kartini (2011) menyebutkan ada delapan faktor yang mempengaruhi kompetensi professional guru yaitu: (1) training atau diklat dan atau Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP); (2) kualifikasi akademik atau disebut juga dengan latar belakang pendidikan; (3) supervise akademik atau disebut dengan pengawasan secara berkelanjutan; (4) kepemimpinan kepala sekolah; (5) motivasi; (6) kesejahteraan atau kompensasi; (7) etos kerja; (8) kemampuan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (TIK).

Kompetensi guru sebagai salah satu aspek untuk mencapai tujuan pembelajaran disekolah dipengaruhi oleh faktor latar belakang pendidikan, pengalaman mengajar dan lama mengajar (Uno,2008:64). Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi kompetensi profesional guru baik faktor dari dalam diri guru sendiri atau intrinsik maupun faktor dari luar atau ekstrinsik.

Secara umum dapat diidentifikasi dan disarikan tentang ruang lingkup kompetensi profesional guru sebagai berikut (Mulyasa,2013:135):

1) Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik filosofi, psikologis, sosiologis dan sebagainya

2) Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai taraf perkembangan peserta didik

3) Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi tanggung jawabnya

4) Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi 5) Mampu mengembangkan dan mengembangkan berbagai alat, media

maupun sumber belajar yang relevan

6) Mampu mengorganisasi dan melaksanakan program pembelajaran 7) Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik


(39)

Sedangkan indikator kompetensi profesional yang dikutip dari Yamin dan Maisah (2010:11) yaitu:

1) Sub kompetensi menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi memiliki indikator esensial: memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah;memhami struktur, konsep dan metode keilmuan yang menaungi atau kohernen dengan materi ajar; memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait dan menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari. 2) Sub-kompetensi menguasai struktur dan metode keilmuan memiliki

standar esensial; menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan atau materi bidang studi secara profesional dalam konteks global.

Berdasarakan Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, komponen yang harus dikuasai guru mata pelajaran di SMK sebagai perwujudan kompetensi profesionalnya sebagai berikut:

1) Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

2) Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran atau bidang pengembangan yang diampu , yang dijabarkan sebagai berikut:

a. Memahami standar kompetensi mata pelajaran yang diampu. b. Memahami kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu. c. Memahami tujuan pembelajaran yang diampu

3) Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif. a. Memilih materi pembelajaran yang diampu sesuai dengan tingkat

perkembangan peserta didik.

b. Mengolah materi pelajaran yang diampu secara kreatif sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik

4) Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif, yang dijabarkan sebagai berikut:

a. Melakukan refleksi terhadap kinerja sendiri secara terus menerus. b. Memanfaatkan hasil refleksi dalam rangka peningkatan

keprofesionalan.

c. Melakukan penelitian tindakan kelas untuk peningkatan keprofesionalan.


(40)

21

5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri, yang dijabarkan sebagai berikut:

a. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam berkomunikasi.

b. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk pengembangan diri.

Sedangkan Wahyudi (2012:24) menjabarkan guru yang memiliki kompetensi profesional perlu menguasai antara lain: (1) Disiplin ilmu pengetahuan sebagai sumber bahan pelajaran; (2) bahan ajar yang disampaikan; (4) pengetahuan tentang karakteristik siswa; (5) pengetahuan tentang filsafat dan tujuan pendidikan; (6) pengetahuan serta penguasaan metode dan model mengajar; (7) penguasaan terhadap prinsip-prinsip teknologi pembelajaran; (8) pengetahuan terhadap penilaian dan mampu merencanakan, memimpin guna kelancaran proses pendidikan.

Dari berbagai uraian diatas maka peneliti menyimpulkan bahwa indikator variabel kompetensi profesional dalam penelitian ini mengacu pada teori Mulyasa yang disederhanakan dengan mengambil indikator yang mempunyai kesamaan makna dengan indikator yang ada pada teori milik Wahyudi dan Yamin. Pengambilan indikator didasarkan dari pertimbangan jumlah indikator yang disesuaikan dengan kemampuan peneliti dan waktu pelaksanaan penelitian. Indikator kompetensi pada penelitian ini yaitu: (1) Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi tanggung jawabnya; (2) Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi; (3) Mampu mengembangkan dan mengembangkan berbagai alat, media maupun sumber


(41)

belajar yang relevan; (4) Mampu mengorganisasi dan melaksanakan program pembelajaran; (5) Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik.

2.2.Konsep Dasar Pengalaman Mengajar

Kemampuan seorang guru dalam mengajar merupakan salah satu persyaratan utama agar mampu mengantarkan peserta didik mencapai hasil belajar yang baik. Sardiman (2014:47) mendefisinikan bahwa mengajar adalah menyampaikan pengetahuan pada anak didik. Menurut Sedarmayanti (2009: 75)

“Pengalaman merupakan faktor utama dalam perkembangan seseorang,

sedangkan pengalaman hanya mungkin diperoleh dalam hubungan lingkungannya”. Pengalaman merupakan faktor utama dalam perkembangan seseorang dalam hal ini berarti bahwa jiwa dan kemampuan seseorang akan lebih mapan jika orang tersebut telah merasakan keadaan yang sebenarnya.

Seorang guru yang profesional harus memiliki seperangkat pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan standar yang berlaku. Semakin banyak jam mengajar dan semakin lama guru mengajar maka semakin banyak pula pengalaman yang didapakan guru tersebut. Sehingga dengan pengalaman mengajar guru dapat meningkatkan pencapaian standar kompetensi profesional guru. Menurut Djamarah (1997:28), pengalaman mengajar adalah salah satu aspek yang mempengaruhi kompetensi seorang guru di bidang pendidikan dan pengajaran.

Kompetensi profesional menyangkut penguasan materi keilmuan yang sesuai dengan bidang studi yang diampu guru. Suharsimi (1998:17) menyatakan bahwa pengalaman maksudnya bukan hanya terbatas pada banyaknya tahun mengajar tetepi juga materi bidang studi yang diajarkan. Guru harus mampu


(42)

23

menyesuaikan materi pelajaran dengan kondisi siswa dan perkembangan jaman sehingga materi pelajaran tersebut benar-benar aktual dan dapat bermanfaat dikehidupan sehari-hari siswa. Semakin terbiasa guru menyampaikan materi yang diajarkan, maka bisa dikatakan guru akan semakin trampil dalam pembelajaran sehingga lebih efektif dalam menjalankan tugas mereka. Kebiasaan dalam mengajar yang kurang tepat serta penyampaian materi yang mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat meningkatkan kualitas pembelajaran didalam kelas.

Menurut Sumitro (2002:70) hal yang perlu diperhatikan guru adalah bahwa mereka harus senantiasa meningkatkan pengalamannya sehingga mempunyai pengalaman yang banyak dan berkualitas yang dapat menunjang keberhasilan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Bagi seorang guru pengalaman mengajar dapat memberikan pemahaman dalam melaksanakan tugas kerja untuk kedepannya, karena setidaknya guru sudah pernah melakukan pekerjaan itu sehingga ia akan tahu tentang pekerjaan yang akan dihadapi. Setiap pengalaman yang diperoleh seseorang akan membantunya memberikan keterampilan dan pengetahuan khusus sesuai dengan pekerjaan yang digelutinya. Seseorang yang melakukan jenis pekerjaan tertentu secara berulang-ulang dalam jangka waktu yang cukup lama akan menjadikan dirinya cukup terampil dalam pekerjaan tersebut.

Hamalik (1993:173) mendeskripsikan praktik kerja adalah serangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh tenaga kerja yang telah mengikuti program latihan sesuai dengan kategori latihannya yang dilaksanakan dilapangan dalam


(43)

bidang pembangunan dalam jangka waktu enam minggu kerja penuh yang bertujuan untuk memperoleh pengalaman kerja lapangan dengan bimbingan pelatih yang berpengalaman dan ahli sebelum mendapat tugas penuh sebagai tenaga diidaerah masing-masing. Berdasarkan uraian tersebut periode praktik kerja tentunya dapat disesuaikan kebutuhan dilapangan. Kurikulum yang berlaku di LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) mengharuskan mahasiswanya sebagai calon pendidik untuk menempuh praktik pengalaman lapangan sebagai bekal calon pendidik sebelum meraka terjun dalan dunia pendidikan. Kegiatan ini memberikan pengalaman kepada calon pendidik mengenai cara mengajar yang baik dan juga pengetahuan mengenai penerapan tugas dan tanggung jawab guru sebagai tenaga profesional. Diharapkan melalui praktik kerja yang disyaratkan kepada calon guru dapat memberikan pengalaman dan bekal sebelum calon guru tersebut masuk ke dunia pendidikan sebagai tenaga pendidik yang profesional.

Pemerintah menyebutkan pengalaman mengajar sebagai salah satu aspek penilaian guru yang profesional pada Pasal 2 Permendiknas No. 18 Tahun 2007 ayat 3 berbunyi: Penilaian portofolio sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan pengakuan atas pengalaman profesional guru dalam bentuk penilaian terhadap kumpulan dokumen yang mendeskripsikan: (1) kualifikasi akademik; (2) pendidikan dan pelatihan; (3 pengalaman mengajar; (4) perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran; (5) penilaian dari atasan dan pengawasan; (6) prestasi akademik; (7) karya pengembangan profesi; (8) keikutsertaan dalam forum


(44)

25

ilmiah; (9) pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial; dan (10) penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan.

Yang perlu dicermati dari ayat 3 butir c, yaitu: “Pengalaman mengajar adalah masa kerja guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik pada satuan pendidikan tertentu sesuai dengan surat tugas dari lembaga yang berwenang (dapat dari pemerintah, dan atau kelompok masyarakat penyelenggara

pendidikan)”. Belajar dari berbagai pengalaman dalam jabatan dan rentang waktu

panjangnya pengalaman mengajar akan semakin mempermantap kematangan pribadi seseorang dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang guru. Pengalaman yang dilalui guru akan membantunya untuk menentukan langkah-langkah tertentu yang dapat menunjang keberhasilan dalam pembelajaran maupun tanggung jawab guru lainnya. Demikian juga melalui pengalaman mengajar, guru menjadi lebih memahami hal-hal yang harus dihindari karena akan menjadi penghambat dan berujung pada kegagalan menjalankan profesinya.

Muslich (2007:13) mengemukakan bahwa pengalaman kerja guru itu sendiri adalah masa kerja guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik pada satuan pendidikan tertentu sesuai dengan surat tugas dari lembaga yang berwenang (dapat dari pemerintah atau kelompok masyarakat penyelenggara pendidikan). Masa mengajar merupakan faktor yang mendukung proses mengajar seorang guru, seorang guru akan dapat mengukur kemampuannya dalam mengajar secara lebih baik. Masa mengajar dihitung sejak yang bersangkutan pertama kali


(45)

diangkat dan bertugas menjadi guru pada suatu satuan pendidikan khususnya pada mata pelajar yang diampu guru tersebut.

Menurut Uno (2007:17) pada dasarnya perubahan perilaku yang dapat ditunjukkan peserta didik dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan dan pengalaman yang dimiliki oleh seorang guru. Maka pengalaman mengajar merupakan salah satu faktor yang mendukung pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Melalui pengalaman guru juga belajar mengembangkan dan memperbaiki diri menjadi lebih baik, karena sesuai dengan teori kontruktivisme belajar merupakan proses mengasimilasi dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajarinya dengan pengertian yang sudah dimiliki, sehingga pengertiannya menjadi berkembang.

Guru yang mempunyai pengalaman kerja yang cukup banyak cenderung mutu pembelajarannya menjadi baik, sebaliknya guru yang pengalaman kerjanya kurang, mutu pembelajannya pun menjadi rendah. Agar mutu pembelajaran dapat menjadi lebih tinggi tentu diperlukan adanya dukungan sarana prasarana yang memadai sesuai dengan standar, tanpa adanya sarana prasarana yang memadai mustahil mutu pembelajaran dapat menjadi baik. Dengan peningkatan mutu diharapkan para guru bisa menjadi lebih profesional.

Dalam International Journal of Instruction oleh Unal (2012), hasil peneltiannya sebagai berikut:

“Teachers with higher number of years of teaching experience are found to be favouring maximum teacher control (Interventionism) more than that of others”.


(46)

27

Pernyataan tersebut mengandung makna bahwa masa mengajar guru menyokong tingkat pengendalian guru tersebut, semakin tinggi masa mengajar guru maka guru lebih mampu mengendalikan kelas yang diajarnya. Semakin sering guru menghadapi siswa semakin mampu guru memahami karakteristik siswa sehingga mampu menyampaikan materi pelajaran.

Menurut Widoyoko (2005) “Pengalaman mengajar pada hakekatnya merupakan rangkuman dari pemahaman seseorang terhadap hal-hal yang dialami dalam mengajar, sehingga hal-hal yang dialami tersebut telah dikuasinya, baik tentang pengetahuan, ketrampilan maupun nilai-nilai yang menyatu padanya”. Jika dalam mengajar seorang guru menemukan hal-hal yang baru kemudian dipahaminya, maka guru tersebut akan memperoleh pengalaman kerja baru.

Berdasarkan pendapat di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pengertian pengalaman mengajar adalah serangkaian pelajaran yang diperoleh guru sehingga mengakibatkan perubahan kearah kematangan tingkah laku, pertambahan pengetahuan, informasi dan keterampilan yang didapat oleh guru selama mengampu bidang studi yang diajarkan. Melalui hal tersebut dimungkinkan semakin berpengalaman guru mengajar maka kompetensi guru dalam mengajar juga baik.

2.2.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengalaman Mengajar

Berikut ini adalah faltor yang dapat mempengaruhi pengalama mengajar seseorang. Beberapa faktor mungkin juga berpengaruh dalam kondisi tertentu tetapi tidak mungkin untuk menyatakan secara tepat semua faktor yang dicari dalam dari guru sebagai karyawan potensial. Faktor-faktor yang mempengaruhi


(47)

pengalaman mengajar menurut Handoko (2003:241) yaitu (1) latar belakang pribadi; (2) bakat dan minat; (3) sikap dan kebutuhan; (4) kemampuan analisis dan manipulative; (5) keterampilan dan kemampuan teknik dan (6) kesehatan, tenaga dan stamina.

Berdasarkan uraian diatas peneliti menggunkan indikator berikut ini untuk mengukur variabel pengalaman mengajar yaitu (1) latar belakang pribadi (2) kemampuan analitis dan manipulatif; (3) keterampilan yang dimiliki.

2.3. Konsep Dasar Etos Kerja

Etos berasal dari bahasa Yunani (ethos) yang memberikan arti sikap, watak, karakter serta keyakinan atas sesuatu. Sedangkan dalam istilah Inggris ethos diartikan sebagai watak atau semangat fundamental suatu budaya, berbagai ungkapan yang menunjukkan kepercayaan, kebiasaan, atau perilaku suatu kelompok masyarakat.

Tasmara (2002:15) memaparkan bahwa dalam etos ada semacam semangat untuk menyempurnakan segala sesuatu dan menghindari segala kerusakan sehingga setiap pekerjaannya diarahkan untuk mengurangi bahkan menghilangkan sama sekali cacat dari hasil kerjanya. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Ndara (2002:91) bahwa etos kerja berkaitan erat dengan budaya kerja, sehingga akan menghasilkan produktivitas dan kualitas kerja. Suatu pekerjaan akan lebih terasa ringan apabila dikerjakan dengan semangat yang kuat demi memehuhi tanggung jawab kerja yang diemban. Begitu pula dengan guru, apabila hanya berorientasi pada suatu bentuk usaha komersial maka meraka akan cenderung mengajar dengan seenaknya tanpa memperhatikan apa yang diperoleh


(48)

29

peserta didiknya dari pembelajaran yang berlangsung. Maka Etos kerja perlu dimiliki seorang guru agar dapat mencapai standar yang telah ditetapkan. Etos kerja ini bisa bersifat positif atau negatif sehingga dapat mempengaruhi organisasi (Barkah, 2002).

Sejalan dengan yang dipaparkan oleh Ndara, menurut Djohar MS (2006:125) etos kerja guru sebagai perwujudan memanage diri sendiri yang kreatif terukur dari kinerja guru, tahu apa yang dikerjakan, mampu menciptakan kerja tanpa perintah orang lain, segera beralih kepekerjaan lain bila telah selesai, mampu mengatur waktu dan menikmati pekerjaan. Melalui etos kerja guru semakin memiliki rasa tanggung jawab terhadap profesinya, sehingga guru akan mengoptimakan pencapaian standar kerja guru salah satunya satndar kompetensi professional guru.

Menurut Anoraga (2006:29) Etos Kerja merupakan suatu pandangan dan sikap suatu bangsa atau umat terhadap kerja. Bila individu-individu dalam komunitas memandang kerja sebagai suatu hal yang luhur bagi eksistensi manusia, maka etos kerjanya akan cenderung tinggi. Sebaliknya sikap dan pandangan terhadap kerja sebagai sesuatu yang bernilai rendah bagi kehidupan, maka Etos Kerja dengan sendirinya akan rendah. Sejalan dengan Mulyana (2010:23) bahwa sebagai guru etos kerja itu sangat penting, karena sebesar apapun etos kerja sangat menentukan produktivitas yang akan dihasilkan. Kompetensi profesional mengharuskan guru untuk terus mengembangkan pengetahuannya serta mampu mengelola pembelajaran oleh karena itu etos kerja diperlukan agar guru lebih produktif dalam menjalankan tugasnya.


(49)

Etos kerja merupakan kondisi internal yang mendorong dan mengendalikan perilaku kearah terwujudnya kualitas kerja yang ideal (Kartini:2011). Dalam rumusan Sinamo (2005:26), Etos Kerja profesional adalah seperangkat perilaku positif yang berakar pada keyakinan fundamental yang disertai komitmen total pada paradigma kerja yang integral. Menurutnya, jika seseorang, suatu organisasi, atau suatu komunitas menganut paradigma kerja, mempercayai, dan berkomitmen pada paradigma kerja tersebut, semua itu akan melahirkan sikap dan perilaku kerja mereka yang khas.

Dari uraian diatas jelaslah bahwa etos kerja adalah hal yang penting dimiliki oleh setiap guru yang pada akhirnya berujung pada budaya kerja yang dimiliki guru. Apabila guru memiliki etos kerja yang baik maka guru akan senantiasa melakukan tugasnya secara optimal. Melalui berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Etos Kerja merupakan seperangkat sikap atau pandangan mendasar yang dipegang seseorang agar dapat meningkatan kualitas kehidupan sehingga mempengaruhi perilaku kerjanya.

Berdasarkan uraian tersebut, maka suatu individu atau kelompok masyarakat dapat dikatakan memiliki etos kerja yang tinggi atau positif, apabila menunjukkan tanda-tanda sebagai berikut: (1) Menempatkan pandangan tentang kerja, sebagai suatu hal yang amat luhur bagi eksistensi manusia; (2) Kerja yang dirasakan sebagai aktivitas yang bermakna bagi kehidupan manusia; (3) Kerja dihayati sebagai suatu proses yang membutuhkan ketekunan dan sekaligus sarana pengembangan diri


(50)

31

Sedangkan bagi individu atau kelompok masyarakat yang memiliki etos kerja yang rendah atau negatif, maka akan menunjukkan ciri-ciri yang sebaliknya, yaitu: (1) Kerja dirasakan sebagai suatu hal yang membebani diri; (2) kerja dilakukan sebagai bentuk keterpaksaan; (3) Kerja dihayati hanya sebagai bentuk rutinitas hidup.

Etos kerja yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok masyarakat, akan menjadi sumber motivasi bagi perbuatannya. Dengan etos kerja, guru memiliki dorongan agar selalu melakukan yang terbaik sesuai profesinya. Apabila dikaitkan dengan situasi kehidupan manusia yang sedang “membangun”, maka etos kerja yang tinggi akan dijadikan sebagai prasyarat yang mutlak, yang harus ditumbuhkan dalam kehidupan itu. Karena hal itu akan membuka pandangan dan sikap kepada manusianya untuk mengikis sikap kerja yang asal-asalan, tidak berorientasi terhadap mutu atau kualitas yang semestinya. Sehingga melalui etos kerja guru diharapkan mampu mencapai mutu pendidikan yang lebih baik melalui penguasaan kompetensi guru yang lebih baik pula.

2.3.1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Etos Kerja

Menurut Anoraga (1992:52) yang dikutip oleh Novliadi (2009) faktor-faktor yang mempengaruhi etos kerja sebagai berikut: (1) Agama,Etos kerja yang rendah secara tidak langsung dipengaruhi oleh rendahnya kualitas keagamaan dan orientasi nilai budaya yang konservatif turut menambah kokohnya tingkat etos kerja yang rendah; (2) Budaya, Masyarakat yang memiliki sistem nilai budaya maju akan memiliki etos kerja yang tinggi dan sebaliknya, masyarakat yang memiliki sistem nilai budaya yang konservatif akan memiliki etos kerja yang


(51)

rendah, bahkan bisa sama sekali tidak memiliki etos kerja; (3) Sosial Politik, Tinggi rendahnya etos kerja suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya struktur politik yang mendorong masyarakat untuk bekerja keras dan dapat menikmati hasil kerja keras dengan penuh. Etos kerja harus dimulai dengan kesadaran akan pentingnya arti tanggung jawab kepada masa depan bangsa dan Negara; (4) Kondisi Lingkungan/Geografis Etos kerja dapat muncul dikarenakann faktor kondisi geografis.; (5) Etos kerja tidak dapat dipisahkan dengan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan sumber daya manusia akan membuat seseorang mempunyai etos kerja keras; (6) Struktur Ekonomi, Tinggi rendahnya etos kerja suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya struktur ekonomi, yang mampu memberikan insentif bagi anggota masyarakat untuk bekerja keras dan menikmati hasil kerja keras mereka dengan penuh; (7) Motivasi Intrinsik Individu, Individu yang akan memiliki etos kerja yang tinggi adalah individu yang bermotivasi tinggi. Maka etos kerja juga dipengaruhi oleh motivasi seseorang yang bukan bersumber dari luar diri, tetapi yang tertanam dalam diri sendiri, yang sering disebut dengan motivasi intrinsik.

2.3.2. Aspek-Aspek Etos Kerja

Sebagai jabatan profesional guru harus selalu mengembangkan ilmu yang dimiliki serta memiliki dorongan yang kaut agar menjadi lebih kreatif dan produktif. Dari ratusan teori sukses yang beredar di masyarakat sekarang ini, Sinamo (2008:17) menyederhanakannya menjadi empat pilar teori utama. Keempat pilar inilah yang sesungguhnya bertanggung jawab menopang semua jenis dan sistem keberhasilan yang berkelanjutan (sustainable success system)


(52)

33

pada semua tingkatan. Keempat elemen itu lalu dia konstruksikan dalam sebuah konsep besar yang disebutnya sebagai Catur Dharma Mahardika (bahasa Sanskerta) yang berarti Empat Darma Keberhasilan Utama, yaitu: (1) mencetak prestasi dengan motivasi superior; (2) membangun masa depan dengan kepemimpinan visioner; (3) menciptakan nilai baru dengan inovasi kreatif; (4) meningkatkan mutu dengan keunggulan insan. Keempat darma ini kemudian dirumuskan pada delapan aspek Etos Kerja (Sinamo,2008:20) sebagai berikut: (1) Kerja adalah rahmat; karena kerja merupakan pemberian dari Yang Maha Kuasa, maka individu harus dapat bekerja dengan tulus dan penuh syukur; (2) Kerja adalah amanah; kerja merupakan titipan berharga yang dipercayakan pada kita sehingga secara moral kita harus bekerja dengan benar dan penuh tanggung jawab; (3) Kerja adalah panggilan; kerja merupakan suatu dharma yang sesuai dengan panggilan jiwa kita sehingga kita mampu bekerja dengan penuh integritas; (4) Kerja adalah aktualisasi; pekerjaan adalah sarana bagi kita untuk mencapai hakikat manusia yang tertinggi sehingga kita akan bekerja keras dengan penuh semangat; (5) Kerja adalah ibadah; bekerja merupakan bentuk bakti dan ketaqwaan kepada Sang Khalik, sehingga melalui pekerjaan individu mengarahkan dirinya pada tujuan agung Sang Pencipta dalam pengabdian; (6) Kerja adalah seni; kerja dapat mendatangkan kesenangan dan kegairahan kerja sehingga lahirlah daya cipta, kreasi baru, dan gagasan inovatif; (7) Kerja adalah kehormatan; pekerjaan dapat membangkitkan harga diri sehingga harus dilakukan dengan tekun dan penuh keunggulan; (8) Kerja adalah Pelayanan; manusia


(53)

bekerja bukan hanya untuk memenuhi kebutuhannya sendiri saja tetapi untuk melayani sehingga harus bekerja dengan sempurna dan penuh kerendahan hati.

Berdasarkan pemamaran diatas maka peneliti menggunakan indikator dari teori Sinamo. Akan tetapi karena keterbatasan, peneliti menggunakan lima dari delapan aspek etos kerja menurut sebagai indikator dalam penelitian ini yaitu : (1) menjadi guru adalah amanah; (2) menjadi guru adalah aktualisasi; (3) menjadi guru adalah seni; (4) menjadi guru adalah kehormatan; dan (5) menjadi guru adalah pelayanan.

2.4. Penelitian Terdahulu Yang Relevan

Hasil penelitian terdahulu yang relevan terhadap topik penelitian yang berupa teori-teori hasil temuan penelitian sebelumnya merupakan hal yang sangat diperlukan peneliti sebagai data pendukung penelitian.

Dari hasil penelitian Widyaningsih yang berjudul “Pengaruh Latar Belakang Pendidikan Dan Penagalaman Mengajar Terhadap Kompetensi Profesional Guru MA Negeri 1 Surakarta Tahun Ajaran 2013/2014 menyimpulkan bahwa latar belakang pendidikan memberikan sumbangan relatif sebesar 58% dan sumbangan efektif sebesar 7% terhadap kompetensi profesional guru dan pengalaman mengajar memberikan sumbangan relatif sebesar 42% dan sumbangan efektif 5%. Hal ini menunjukkan pengalaman mengajar berpengaruh positif terhadap kompetensi profesional guru MA Negeri 1 Surakarta. Sedangkan hasil penelitian Hasil Penelitian oleh Yuliyani (2010) yang berjudul “ Hubungan Pengalaman Mengajar dan Motivasi Mengajar dengan Kompetensi Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Di Sekolah Menengah Pertama Di


(54)

35

Kabupaten Karangayar” bahwa bahwa pengalaman mengajar mempunyai hubungan yang positif dengan kompetensi guru Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Menengah Pertama Kabupaten Karanganyar.

Hasil penelitian Kartini (2011) yang berjudul “ Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kompetensi Profesional Guru Di SMK Negeri 1 Losarang Kabupaten Indramayu” menyimpulkan bahwa faktor yang signifikan mempengaruhi kompetensi guru yaitu faktor etos kerja sebesar 0,237. Sedangkan tujuh fakor lain yang tidak berpengaruh. Penelitian tersebut sejalan dengan hasil penelitian Widoyoko yang berjudul “Kompetensi Mengajar Guru IPS Kabupaten Purworejo” pada tahun 2005 menyimpulkan bahwa latar belakang pendidikan guru memberi sumbangan sebesar 11,11% terhadap kompetensi mengajar guru IPS SMA Kabupaten Purworejo, pengalaman mengajar guru memberikan sumbangan sebesar 6,35% dan etos kerja memberikan sumbangan positif sebesar 16,59%. Diungkapkan adanya sumbangan positif yang signifikan secara bersama-sama dari latar belakang pendidikan, pengalaman mengajar dan etos kerja sebesar 46,3% terhadap kompetensi mengajar guru IPS SMA Kabupaten Purworejo.

2.5. Kerangka Berfikir

Salah satu jurusan pada SMK Bisnis dan Manajemen adalah jurusan Pemasaran. Peserta didik diajarkan berbagai macam keahlian baik teori maupun praktik. Guru produktif pemasaran pada khususnya harus mampu menguasai materi sesuai bidang studi yang diajarkan dengan baik agar mampu membekali siswa dengan ilmu agar dapat bersaing dalam dunia usaha maupun dunia industri. Khususnya pada siswa SMK yang lebih disiapkan untuk bekerja. Firdausi dan


(55)

Barnawi (2012:20) memaparkan prinsip paling mendasar pendidikan kejuruan yaitu, pendidikan kejuruan harus dapat mengembangkan potensi individu peserta didik secara optimal sehingga memiliki kecakapan hidup agar mampu mempertahankan hidupnya. Firdausi dan Barnawi juga menyatakan bahwa pendidikan kejuruan memiliki karakteristik sendiri berbeda dengan pendidikan umum. Pendidikan kejuruan harus berorientasi pada kebutuhan pasar (dunia kerja) atau demand-driven, harus selalu mengikuti perkembangan teknologi terbaru, pembelajaran harus diarahkan pada peningkatan kualitas keterampilan (skill), dan penilaian kemampuan peserta didik harus mengacu pada standar dunia kerja atau industri. Jadi selain guru harus kompeten dibidang studi yang diajarkannya, guru juga harus mengikuti perkembangan jaman agar ilmu yang diberikan tidak sebatas teori saja namun lebih pada praktik yang relevan dilapangan. Inilah arti pentingnya kompetensi profesional guru, karena guru harus mampu menguasai materi secara luas dan mendalam agar mampu membimbing peserta didik pada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Menurut Uno (2007:17) pada dasarnya perubahan perilaku yang dapat ditunjukkan peserta didik dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan dan pengalaman yang dimiliki oleh seorang guru Di SMK Bisnis dan Manajemen Kota Semarang ditemukan berbagai variasi periode masa mengajar guru produktif pemasaran antara beberapa tahun hingga puluhan tahun. Semakin banyak jam mengajar dan semakin lama guru mengajar maka dimungkinkan semakin banyak pula pengalaman yang didapakan guru tersebut. Hal ini menunjukkan semakin mendalam pula kemampuan dan keterampilan teknis yang dimiliki oleh guru,


(56)

37

sehingga dengan pengalaman mengajar guru dapat meningkatkan pencapaian standar kompetensi profesional guru.

Selain pengalaman mengajar, etos kerja juga perlu dimiliki seorang guru agar sosok guru sebagai jabatan profesional senantiasa terdorong untuk mencapai standar yang telah ditetapkan, sehingga mampu mengerjakan tugasnya secara optimal. Seperti yang diungkapkan Sinamo (2005:249) etos kerja adalah syarat utama bagi semua upaya peningkatan kualitas tenaga kerja atau SDM, baik pada level individual, organisasional, maupun sosial.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat diterapkan juga kepada para guru produktif pemasaran di SMK Bisnis dan Manajemen Kota Semarang agar selalu menggali pemahaman baru yang didapatkan ketika mengajar sebagai pengalaman mengajar yang mampu meningkatkan standar kompetensi profesional. Disamping itu etos kerja guru perlu ditingkatkan agar pencapaian kompetensi profesional lebih optimal. Berdasarkan pemaparan diatas, maka kerangka berfikir penelitian ini dapat digambarkan pada bagan berikut:

Pengalaman Mengajar

Tindakan terampil

Pandangan dan keyakinan terhadap profesi

Unjuk kerja dan hasil akhir (job performance)

Kompetensi Profesional Guru Produktif Pemasaran Guru Produktif Pemasaran

Etos Kerja

Standar Kompetensi Guru SMK Bisnis dan Manajemen


(57)

2.6. Hipotesis

Hipotesis merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Suharsimi,2010:110). Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, hipotesis penelitian ini adalah:

H1 : Ada pengaruh pengalaman mengajar terhadap kompetensi profesional guru

produktif pemasaran SMK Bisnis dan Manajemen Di Kota Semarang

H2 : Ada pengaruh etos kerja terhadap kompetensi profesional guru produktif

pemasaran SMK Bisnis dan Manajemen Di Kota Semarang

H3 :Ada pengaruh pengalaman menagajar dan etos kerja dan secara

bersama-sama terhadap kompetensi profesional guru produktif pemasaran SMK Bisnis dan Manajemen Di Kota Semarang


(58)

39

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini mengkaji tentang pengaruh pengalaman mengajar dan etos kerja terhadap kompetensi profesional guru produktif pemasaran SMK Bisnis dan Manajemen di Kota Semarang. Jenis penelitian ini adalah penelitian sensus yaitu penelitian yang mengambil satu kelompok populasi sebagai sampel secara keseluruhan dan menggunakan kuesioner yang terstruktur sebagai alat pengumpulan data yang pokok untuk mendapatkan informasi yang spesifik. Sugiyono (2007:68) mengemukakan bahwa sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila anggota populasi digunakan sebagai sampel atau istilah lain dari sampel jenuh adalah sensus.

Desain penelitian yang akan digunakan yaitu penelitian korelasional atau penelitian hubungan. Penelitian korelasional adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih, tanpa melakukan perubahan, tambahan atau manipulasi terhadap data yang sudah ada (Suharsimi, 2010 : 4).

3.2 Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi (Suharsimi,2010:173). Sedangkan menurut Sugiyono (2007:61) populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri


(59)

atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh guru produktif pemasaran yang berjumlah 50 orang yang mengajar di 14 SMK Bisnis dan Manajemen di Kota Semarang. Adapun rinciannya sebagai berikut:

Tabel 3.1 Populasi Penelitian

Sumber: Data diolah tahun 2015

No. Sekolah Status Alamat Jumlah Guru

Pemasaran 1. SMK Negeri 2

Semarang Negeri

Jl.Dr.Cipto No.121 A,

Semarang Timur 6

2. SMK Negeri 9

Semarang Negeri

Jl. Peterongansari No.2,

Semarang Selatan 7

3. SMK Pelita Nusantara 1

Semarang Swasta

Jl. Slamet Riyadi No.40,

Gayamsari, Kota Semarang 2 4. SMK Purnama 1

Semarang Swasta

Jl. Jendaral Sudirman No.265,

Semarang Barat 3

5.

SMK Yayasan Pharmasi Swasta Jl.Satrio Wibowo Tlogosari,

Kota Semarang 3

6.

SMK Palebon Swasta Jl. Palebon Raya No.30,

KotaSemarang 6

7. SMK Swadaya

Semarang Swasta

Jl. Taman Progo No.13,

Semarang Timur 2

8. SMK Tamansiswa

Semarang Swasta

Jl.Tuntang No.3,Semarang

Timur 4

9.

SMK Antonius Swasta Jl.Teuku Umar No.16,

Jatingaleh, Kota Semarang 3 10.

SMK Ignatius Swasta Jl. Tegalsari VIII No.26,

Candisari, Kota Semarang 3 11. SMK Cut Nya’ Dien

Semarang Swasta

Jl.Wolter Monginsidi

No.99,Genuk,Kota Semarang 2 12.

SMK YPE Swasta Jl. Dewi Sartika, Sukorejo,

Kota Semarang 5

13.

SMK Nusa Bhakti Swasta Jl.Wologito Barat No.125,

Semarang Barat 2

14. SMK Muhammadiyah 1

Semarang Swasta

Jl. Indraprasta No.37,

Pendrikan Lor, Kota Semarang 2


(60)

41

3.3.Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Suharsimi, 2010:161). Sedangkan menurut Sugiyono (2007:2) variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini variabelnya terdiri dari pengalaman mengajar (X1), etos kerja (X2) dan komptensi profesional guru

Produktif Pemasaran SMK Bisnis dan Manajemen (Y).

3.3.1. Pengalaman Mengajar (X1)

Pengalaman mengajar adalah serangkaian pelajaran yang diperoleh guru sehingga mengakibatkan perubahan kearah kematangan tingkah laku, pertambahan pengetahuan, informasi dan keterampilan yang didapat oleh guru selama mengampu bidang studi yang diajarkan.

Indikator pengalaman mengajar guru menggunakan indikator sebagai berikut: (1) latar belakang pribadi (2) kemampuan analitis dan manipulatif; (3) keterampilan yang dimiliki;.

3.3.2.Etos Kerja (X2)

Etos Kerja merupakan seperangkat sikap atau pandangan mendasar yang dipegang seseorang agar dapat meningkatan kualitas kehidupan sehingga mempengaruhi perilaku kerjanya.

Indikator etos kerja pada penelitian ini sebagai berikut : (1) menjadi guru adalah amanah; (2) menjadi guru adalah aktualisasi; (3) menjadi guru adalah seni; (4) menjadi guru adalah kehormatan; dan (5) menjadi guru adalah pelayanan.


(1)

185


(2)

(3)

187


(4)

(5)

189


(6)

Dokumen yang terkait

PENGARUH KOMPETENSI PROFESIONAL DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA GURU EKONOMI SMA KOTA SEMARANG

1 11 29

PENGARUH PENGALAMAN MENGAJAR DAN ETOS KERJA TERHADAP KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PRODUKTIF PEMASARAN SMK BISNIS DAN MANAJEMEN DI KOTA SEMARANG

0 4 8

PENGARUH LATAR BELAKANG PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN MENGAJAR TERHADAP KOMPETENSI PROFESIONAL GURU Pengaruh Latar Belakang Pendidikan Dan Pengalaman Mengajar Terhadap Kompetensi Profesional Guru MA Negeri 1 Surakarta Tahun Ajaran 2013/2014.

0 1 17

PENGARUH LATAR BELAKANG PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN MENGAJAR TERHADAP KOMPETENSI PROFESIONAL GURU Pengaruh Latar Belakang Pendidikan Dan Pengalaman Mengajar Terhadap Kompetensi Profesional Guru MA Negeri 1 Surakarta Tahun Ajaran 2013/2014.

0 1 15

PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK, DAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TERHADAP KINERJA GURU DI SMK.

0 5 55

PENGARUH PENGALAMAN MENGAJAR DAN ETOS KERJA TERHADAP KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PRODUKTIF PEMASARAN SMK BISNIS DAN MANAJEMEN DI KOTA SEMARANG.

0 1 9

Pengaruh Kompetensi Profesional Dan Produktivitas Guru Terhadap Prestasi Belajar Siswa SMK di Kota Semarang.

0 0 1

PENGARUH PENGAN MENGAJAR DAN ETOS KERJA TERHADAP KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PRODUKTIF PEMASARAN SMK BISNIS DAN MANAJEMEN DI KOTA SEMARANG -

0 0 1

PENGARUH PENDIDIKAN DAN PELATIHAN, PENGALAMAN MENGAJAR, DAN SIKAP PROFESIONAL GURU TERHADAP KOMPETENSI GURU EKONOMI SMA SEKOTA TEGAL

0 2 83

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TERHADAP KINERJA GURU SMK BISNIS MANAJEMEN DI KABUPATEN KLATEN

1 15 18