Citra Tubuh Body Image

12

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Citra Tubuh Body Image

2.1.1 Pengertian Citra Tubuh Body Image Citra tubuh body image merupakan evaluasi dari pengalaman subjektif individu tentang persepsi, pikiran dan perasaan serta sikap terhadap penampilan tubuhnya. Pengertian tersebut di perkuat oleh pendapat Fallon Ackard dalam Cash Pruzinsky, 2002: 117 yang menyatakan bahwa “citra tubuh merupakan representasi mental dari tubuh yang meliputi persepsi dari penampilan, perasaan dan pikiran tentang tubuh, bagaimana rasanya berada di dalam tubuh, dan fungsi tubuh dan kemampuannya. ” Citra tubuh body image adalah ide seseorang mengenai betapa penampilan badannya menarik di hadapan orang lain Chaplin, 2011: 63. Senada dengan pendapat Papalia, Olds, dan Feldman 2008: 546 yang mendefinisikan citra tubuh body image sebagai keyakinan deskriptif dan evaluasi mengenai penampilan seseorang. Citra tubuh body image adalah konsepsi dan sikap terhadap penampilan fisik seseorang Berk, 2012: 508. Rosen dalam Cash Pruzinsky, 2002: 405 menggambarkan citra tubuh sebagai citra mental dan evaluasi seseorang terhadap penampilan dan mempengaruhi persepsi dan sikap dari perilaku. Tovian dalam Cash Pruzinsky, 2002: 362 menggambarkan citra tubuh sebagai citra mental individu atau representasi kognitif dari tubuhnya sendiri, termasuk penampilan luar, organ internal, dan proses fisiologis. Citra tubuh digambarkan oleh Schilder dalam Cash Pruzinsky, 2002: 22 sebagai citra tridimensional yang dimiliki sekitar dirinya sendiri: seseorang dapat memvisualisasikan tubuhnya dari sisi depan, samping, dan bahkan belakang, meskipun tidak semua dapat dilihat pada saat yang sama. Atau seseorang dapat merasakan tubuhnya sebagai persepsi terpadu, tanpa mengalami perpecahan antara kontribusi dari sentuhan, posisi, dan keseimbangan. Honigman Castle dalam Rini, 2004 diunduh dari www.e- psikologi.comepsisearch.asp , body image adalah gambaran mental seseorang terhadap bentuk dan ukuran tubuhnya; bagaimana seseorang mempersepsi dan memberikan penilaian atas apa yang dia pikirkan dan rasakan terhadap ukuran dan bentuk tubuhnya, dan atas bagaimana kira-kira penilaian orang lain terhadap dirinya. Sebenarnya, apa yang dia pikirkan dan rasakan, belum tentu benar-benar merepresentasikan keadaan yang aktual, namun lebih merupakan hasil penilaian diri yang subyektif. 2.1.2 Aspek-Aspek Citra Tubuh Body Image Banyak orang menganggap diri mereka telah menyelesaikan perkembangan fisik di masa remaja, akan tetapi pada kenyataannya bahwa tubuh terus menerus berubah sampai mati. Mengevaluasi bagaimana orang bereaksi terhadap perubahan bentuk tubuh, penampilan, dan fungsi merupakan pusat untuk sepenuhnya memahami adaptasi psikologis sepanjang masa dewasa. Whitbourne Skultety dalam Cash Pruzinsky, 2002: 83-84 membagi aspek citra tubuh body image di masa dewasa tengah menjadi tiga, yaitu sebagai berikut: 1. Penampilan fisik, mengungkapkan informasi tentang evaluasi dari penampilan keseluruhan tubuh, perhatian individu terhadap penampilan dirinya, serta usaha yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan penampilan fisiknya. 2. Perasaan mengenai kemampuan tubuh, didasarkan pada sensasi fisik yang terkait dengan penuaan, seperti perasaan tentang ketangkasan berolahraga, daya tahan tubuh, dan kekuatan fisik. Hal ini terlihat pada evaluasi derajat kebugaran yang dirasakan individu terhadap tubuhnya, perhatian individu terhadap kebugaran fisiknya, serta usaha yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan kebugaran fisiknya. 3. Pengalaman tentang kesehatan dan penyakit, yang berimplikasi mengenai kualitas hidup yaitu evaluasi penilaian individu mengenai kesehatan tubuhnya; mengukur derajat pengetahuan dan kesadaran individu terhadap pentingnya kesehatan fisik dan memiliki pengetahuan yang cukup tentang kesehatan sehingga selalu berusaha untuk mengembangkan gaya hidup sehat; serta mengukur kesadaran individu terhadap penyakit dan derajat reaksi terhadap masalah penyakit yang dialami tubuh. 2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Citra Tubuh Body Image Beberapa ahli menyatakan bahwa citra tubuh body image dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi citra tubuh body image antara lain: usia, jenis kelamin, media massa, hubungan interpersonal, dan kepribadian seseorang. a. Usia Usia mempengaruhi citra tubuh-ketidakpuasan tubuh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa wanita usia 17 sampai 25 tahun memiliki katidakpuasan terhadap citra tubuh lebih tinggi dibandingkan wanita usia 40 tahun sampai 60 tahun Sivert Sinanovic, 2008. Meskipun wanita dewasa madya memiliki hasil yang lebih rendah, usia memiliki kaitan dengan dengan citra tubuh. Whitbourne Skultety dalam Cash Pruzinsky, 2002: 84 menambahkan bahwa tahap perkembangan dewasa madya terjadi proses penuaan seperti kerutan dan kendur dari kulit, hilangnya tinggi badan, dan redistribusi lemak tubuh dari kaki dan tangan ke seluruh tubuh, bersifat universal. Kekuatan fisik dipengaruhi oleh hilangnya kekuatan otot dan elastisitas otot pada tingkat 1 per tahun. Tulang menjadi lemah dan lebih rapuh, dan sendi menjadi terasa menyakitkan dan kaku. Selain itu, sistem pernapasan menjadi kurang efisien, dan ketahanan kandung kemih berkurang. Ada perubahan dalam fungsi hormonal terutama jelas dalam perempuan, pola tidur, dan penurunan kemampuan untuk menyesuaikan perubahan suhu yang ekstrim. Fungsi mental, termasuk memori kerja, perhatian, dan pengambilan keputusan, dipengaruhi oleh perubahan di otak. Beberapa penyakit mulai tampak, seperti gangguan pencernaan, yang lebih terkait dengan praktek diet yang berkaitan dengan perubahan usia. Jadi masih terdapat bukti bahwa orang setengah baya lebih sensitif terhadap kekhawatiran penuaan daripada orang dewasa yang lebih tua yang benar-benar mengalami efek dari proses penuaan. b. Jenis kelamin Jenis kelamin adalah faktor paling penting dalam perkembangan citra tubuh seseorang Chase, 2001. Wanita dewasa memandang citra tubuh lebih negatif jika dibandingkan lak-laki dewasa karena mereka cenderung memelihara dan merawat penampilan Hubley Quinlan, 2003. Franzoi dan Koehler dalam Cash Pruzinsky, 2002: 87 menemukan bahwa wanita memiliki citra tubuh negatif daripada pria. Moore Franko dalam Cash Pruzinsky, 2002: 183 menjelaskan bahwa wanita-semua usia-lebih mempermasalahkan citra tubuh bila dibandingkan dengan laki-laki. Kekhawatiran terhadap citra tubuh begitu luas jika dilihat sebagai masalah perempuan dimana banyak studi yang meneliti tentang wanita, dengan asumsi implisit atau eksplisit menyatakan bahwa masalah tersebut tidak relevan untuk laki-laki. c. Media Massa Tiggemann dalam Cash Pruzinsky, 2002: 91-92 menyatakan bahwa media yang muncul dimana-mana memberikan gambaran ideal mengenai fitur perempuan yang dapat mempengaruhi gambaran tubuh seseorang. Media massa menjadi pengaruh yang paling kuat dalam budaya sosial. Kebanyakan orang dewasa membaca surat kabar harian dan majalah. Survei di media menunjukkan bahwa majalah fashion, khususnya, dibaca oleh mayoritas wanita dan perempuan diperkirakan hingga 83. Isi media tersebut sering menggambarkan standar kecantikan wanita adalah memiliki tubuh yang kurus dan langsing. Media massa mempengaruhi body image seseorang melalui tiga proses yaitu persepsi, kognitif dan tingkah laku yang dikaitkan dengan social comparison, dimana wanita cenderung membandingkan diri dengan model-model kurus yang dikategorikan menarik. Akibat social comparison, terjadi distorsi persepsi pada wanita dimana mereka merasa tubuh mereka gemuk padahal sebenarnya mereka tidak gemuk. Secara kognitif mereka telah tergambar bagaimana wanita yang dianggap menarik sehingga menjadikannya landasan untuk melakukan evaluasi diri terhadap penampilan. Dari segi tingkah laku dimana wanita ingin memiliki tubuh yang kurus seperti para model di media, mereka rela melakukan diet atau cara lain yang dapat mengurangi berat tubuh. d. Hubungan interpersonal Hubungan interpersonal membuat seseorang cenderung membandingkan diri dengan orang lain dan feedback yang diterimanya mempengaruhi konsep diri termasuk mempengaruhi bagaimana perasaan terhadap penampilan fisik. Hal inilah yang sering membuat orang merasa cemas dengan penampilannya dan gugup ketika orang lain melakukan evaluasi terhadap dirinya. Rosen dan koleganya dalam Cash Purzinsky, 2002: 108 menyatakan bahwa feedback terhadap penampilan dalam hubungan interpersonal dapat mempengaruhi bagaimana pandangan dan perasaan mengenai tubuh. Menurut Dunn Gokee dalam Cash Pruzinsky, 2002: 109 menerima feedback mengenai penampilan fisik berarti seseorang mengembangkan persepsi tentang bagaimana orang lain memandang dirinya. Keadaan tersebut dapat membuat mereka melakukan perbandingan sosial yang merupakan salah satu proses pembentukan dalam penilaian diri mengenai daya tarik fisik. Pikiran dan perasaan mengenai tubuh bermula dari adanya reaksi orang lain. Dalam konteks perkembangan, gambaran tubuh berasal dari hubungan interpersonal. Perkembangan emosional dan pikiran individu juga berkontribusi pada bagaimana seseorang melihat dirinya. Maka, bagaimana seseorang berfikir dan merasa tubuhnya dapat mempengaruhi hubungan dan karakteristik psikologis Chase, 2001. e. Kepribadian Cash dalam Cash Pruzinsky, 2002: 41 mengatakan bahwa kepribadian individu juga mempengaruhi pembentukan terhadap citra tubuh. Harga diri tinggi dapat meningkatkan evaluasi tubuh seseorang ke arah positif dan berfungsi sebagai pelindung terhadap peristiwa yang mengancam citra tubuh seseorang. Sebaliknya, harga diri rendah dapat menurunkan citra tubuh seseorang. Paham perfeksionis merupakan faktor lain yang berpengaruh pada kepribadian individu untuk memiliki fisik yang ideal . Seseorang yang memiliki kedekatan tidak aman, dimana individu mencari cinta dan penerimaan namun merasa tidak layak, dapat menumbuhkan sikap citra tubuh yang negatif. Di sisi lain, kedekatan yang aman dapat memumbuhkan citra tubuh yang lebih menguntungkan.

2.2 Pegawai Negeri Sipil