Hak dan Kewajiban Suami Istri dalam Pola Pengasuhan Anak

Agama. Selain itu juga tidak ada ketegasan yang menjelaskan tentang pelaraangan beda agama. . Wawancara pada tanggal 4 Juli 2013 Pukul 11.00

4.1.4 Hak dan Kewajiban Suami Istri dalam Pola Pengasuhan Anak

Berdasarkan hasil wawancara dengan Krisyanti nama disamarkan atas permintaan responden yang melangsungkan perkawinan beda agama diperoleh informasi bahwa pasangan beda agama antara Krisyanti dan suaminya melangsungkan perkawinan beda agama pada tahun 1985. Pada saat itu pasangan tersebut tidak mendapatkan masalah tentang perkawinan beda agama tersebut karena kedua orang tua dari masing-masing telah menyetujui dan sepakat untuk menerima anggota baru yang berlainan agama. Untuk masalah anak Krisyanti dan suami tidak mempermasalahkan ikut agama siapa anak mereka kelak kalau sudah dewasa nanti. Krisyanti percaya kepada anak-anaknya bahwa saat dewasa nanti anak-anak tersebut bebas untuk memilih agama mana yang akan mereka anut. Itu merupakan salah satu solusi bagi keluarga mereka yang mempunyai agama yang berbeda agar dapat secara adil menyelesaikan masalah yang dihadapi mereka di dalam persoalan perbedaan agama. Selama ini Krisyanti dan suami saling menghargai agama masing- masing dan saling mendukung apabila ada acara keagamaan masing-masing untuk bisa tercapai harmonisasi dan kesejahteraan keluarga walaupun agama yang berbeda tidak menjadikan masalah untuk dapat membina keluarga sampai sekarang ini. Pola pengasuhan yang dilakukan oleh pasangan Krisyanti dan suami merupakan bentuk dari sebuah komitmen mereka di dalam menjalin sebuah perkawinan yang berbeda agama. Mereka tidak mempersoalkan masalah agama yang dianut, karena menurut mereka semua agama itu sama baiknya dan bagaimana selanjutnya menyikapinya. Apakah menyikapi secara bijaksana atau sebaliknya. Sehingga di dalam pola pengasuhan anak yang bersifat adil musyawarah dan tidak mendiskriminasi anak tentang pemilihan agama maka akan timbul keluarga yang harmonis dan sejahtera. Hasil wawancara menunjukkan bahwa secara sosiologis perbedaan agama tidak menghambat Krisyanti dan suami melakukan peran dan fungsinya sebagai keluarga dalam proses pengasuhan anak dan sebagian besar pelaku melakukan pola asuh secara demokratis. Secara umum, hal ini tidak terlepas dari sikap keluarga beda agama yang cenderung tidak mengindahkan regulasi maupun doktrin agama dan lambannya aturan hukum yang berlaku. Wawancara pada tanggal 27 Juli 2013

4.1.5 Pertimbangan Hakim dalam menetapkan permohonan Perkawinan