dan kepercayaan yang dianut oleh para pihak yang akan melangsungkan perkawinan. M. Idris Ramulyo, 2004:86
2.4 Asas Lex Specialis Derogat Legi Generali
2.4.1 Pengertian Asas Lex Specialis Derogat Legi Generali
Asas Lex Specialis Derogat Legi Generali adalah asas hukum yang menyatakan
peraturan atau
Undang-Undang yang
bersifat khusus
mengenyampingkan peraturan atau Undang-Undang yang umum. Kalau terjadi konflik atau pertentangan maka yang khusus dengan yang umum maka yang
diutamakan adalah yang khusus.
2.4.2 Tinjauan terhadap putusan Hakim terkait dengan penetapan Perkawinan Beda Agama
Sebagai salah satu pelaku dalam sistem peradilan, hakim memiliki posisi dan peran yang penting, terlebih dengan segala kewenangan yang
dimilikinya. Melalui putusannya,seorang hakim dapat mengalihkan hak kepemilikan seseorang, mencabut kebebasan warga negara menyatakan tidak sah
tindakan sewenang-wenang pemerintah terhadap masyarakat, sampai dengan memerintahkan penghilangan hak hidup seseorang, dan lain-lain. Oleh
karena itu, tugas dan wewenang yang dimiliki oleh hakim harus dilaksanakan dalam kerangka penegakkan hukum, kebenaran, dan keadilan
sesuai peraturan perundang-undangan, kode etik dengan tetap memperhatikan prinsip equality before the law. Kewenangan hakim yang sangat besar itu
menuntut tanggung jawab yang tinggi, sehingga putusan pengadilan yang diucapkan
“Demi Keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” mengandung arti bahwa kewajiban menegakkan kebenaran dan keadilan itu wajib
dipertanggungjawabkan secara horizontal kepada semua manusia, dan secara vertikal dipertanggungjawabkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
Hakim dalam semua tingkatan menduduki posisi sentral dalam proses peradilan. Dalam posisi sentral itulah diharapkan dapat menegakkan
hukum dan keadilan. Hanya hakim yang baik yang diharapkan dapat menghasilkan putusan yang mencerminkan rasa keadilan, yang sesuai dengan
hukum yang berlaku. Terdapat banyak pandangan tentang kriteria hakim baik antara lain, memiliki kemampuan hukum legal skill, berpengalaman yang
memadai, memiliki integritas, memiliki kesehatan yang baik, mencerminkan keterwakilan masyarakat, memiliki nalar yang baik, memiliki visi yang luas,
memiliki kemampuan berbahasa dan menulis, mampu menegakkan hukum negara dan bertindak independen dan imparsial, dan memiliki kemampuan administratif
dan efisien. Beranjak dari peran dan posisi hakim sebagaimana dikemukakan di
atas, profesionalisme merupakan salah satu aspek yang harus dimiliki, agar seorang hakim dapat menjalankan tugas, fungsi dan wewenangnya dengan
baik. Profesionalisme hakim, antara lain dapat dilihat dari aspek : penguasaan atas ilmu hukum, kemampuan berpikir yuridik, kemahiran yuridik, kesadaran serta
komitmen profesional.
Dari sudut kompetensi Penulis berpendapat bahwa profesionalisme hakim diukur antara lain dari mutu putusannya. Dengan mendasarkan
pendapat tersebut maka dipandang perlu untuk memahami lebih lanjut bagaimana profesionalisme hakim dilihat sudut keputusan yang dibuat khususnya dalam
menetapkan suatu permohonan yang secara nyata diatur di dalam Peraturan perundang-undangan.
Kerangka Pemikiran
Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yaitu Perkawinan yang sah dilakukan menurut
hukum masing-masing agama dan kepercayaannya.
Seagama Beda Agama
Sesuai
Dikabulkan Tidak
Dikabulkan
Eksistensi Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1974 tentang Perkawinan
Keterangan : Berdasarkan kerangka pemikiran di atas menyebutkan bahwa Pasal 2
ayat 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan menjelaskan bahwa perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing
agama dan kepercayaannya itu. Tetapi dengan kondisi yang ada saat ini, banyak ditemukan permasalahan mengenai perkawinan khususnya perkawinan beda
agama. Itu disebabkan karena masyarakat sekarang ini cenderung untuk tidak mempermasalahkan agama dana pernikahan tersebut hanya didasari rasa cinta
tetap dan tetap pada pendiriaannya untuk menganut agama dan kepercayaan masing-masing. Menurut Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
tentang Perkawinan menjelaskan bahwa perkawinan yang sah adalah perkawinan yang dilakukan menurut hukum agama dan kpercayaaan masing-masing. Di
dalam Undang-Undang sudah jelas bahwa perkawinan beda agama tidak sah di mata hukum maupun di dalam agama. Tetapi pada kenyataan sekarang ini banyak
pelanggaran-pelanggaran yang timbul akibat perkawinan beda agama tersebut. Menurut permasalahan yang diungkapkan, bagaimanakah dengan eksisitensi Pasal
2 ayat 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan? Tujuan perkawinan menurut agama adalah untuk menegakkan agama
Allah dalam arti mentaati perintah dan larangan Allah. Selain itu, tujuan perkawinan adalah untuk membentuk suatu rumah tangga yang harmonis
berdasarkan ajaran agama sebagai pondasi utama untuk menjalankan perintah Allah agar kehidupannya berjalan dengan baik. Berdasarkan pemahaman di atas,
penulis berpegang dapat bahwa perkawinan beda agama adalah hal yang sangat
rentan untuk terjadi pro dan kontra tentang pemahaman. Menurut hukum agama manapun perkawinan beda agama tidak sahdilarang. Namun dalam Undang-
Undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan memang terdapat celah yang dapat menimbulkan kerancuan akan sahtidaknya perkawinan beda agama karena
kurang tegasnya pengaturan tentang hal ini.
51
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metode Pendekatan
Penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam pengembangan ilmu pengetahuan maupun teknologi. Hal ini disebabkan karena penelitian bertujuan
mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodologi dan konsisten. Melalui proses penelitian tersebut diadakan analisis dan konstruksi terhadap data yang
telah dikumpulkan dan diolah Soekanto, 2001 : 1. Metode penelitian berasal dari kata “metode” yang berarti cara yang tepat
untuk melakukan sesuatu dan “logos” yang berarti ilmu atau pengetahuan. Jadi,
metodologi artinya cara melakukan sesuatu dengan menggunakan pemikiran secara seksama untuk mencapai tujuan. Sedangkan penelitian adalah sesuatu
kegiatan untuk mencari, mencatat, merumuskan dan menganalisis sampai menyusun laporannya Narbuko dan Ahmad, 2004 : 1.
Dalam penulisan skripsi ini,metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah sebagai berikut:
Metode pendekatan merupakan suatu pola pemikiran secara ilmiah dalam suatu penelitian. Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan yuridis empiris. Yuridis adalah meninjau dan melihat serta menganalisa suatu masalah menggunakan prinsip-prinsip dan asas-asas hukum.
Dalam penelitian ini, yuridisnya mengenai Perkawinan Beda Agama menurut