Mekanisme Pemungutan Pajak Air Permukaan Pada Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara

(1)

LAPORAN TUGAS AKHIR

PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

MEKANISME PEMUNGUTAN PAJAK AIR PERMUKAAN PADA DINAS PENDAPATAN PROVINSI SUMATERA

UTARA

O L E H

NAMA : BELLA SISKA NIM : 122600137

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkatan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan proposal Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Diploma III Administrasi Perpajakan Sumatera Utara.

Adapun judul yang penulis angkat adalah Mekanisme Pemungutan Pajak Air Permukaan Pada Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara.

Harapan saya semoga proposal ini dapat memberikan pengetahuan bagi pembaca mengenai mekanismeair permukaan, serta penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kesalahan. Oleh karena itu kritik saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan-perbaikan kedepannya.

Medan, 8 Juli 2015 Penulis, Bella Siska


(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……… i

DAFTAR ISI………... ii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang……….1

B. Tujuan Dan Metode PKLM………3

C. Uraian Teoritis……….5

D. Ruang Lingkup………6

E. Metode PKLM……….6

F. Metode Pengumpulan Data………7

G. Sistematika Penulisan Laporan PKLM……….8

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN PROVINSI SUMATERA UTARA A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara...10

B. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara……..14

C. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara………...14

D. Tata Kerja Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara ……….31 E. Gambaran Umum Pegawai pada Dispenda Provinsi Sumatera Utara…32


(4)

BAB III UARAIAN TEORITIS PAJAK AIR PERMUKAAN DAN DATA TARGET SERTA REALISASI PAJAK

A. Uraian Teoritis

1. Definisi Pajak Air Permukaan……….33

2. Ketentuan Umum Pajak Air Permukaan………34

3. Dasar Hukum Pemunutan Pajak Air Permukaan ……….35

4. Objek Pajak Air Permukaan………...36

5. Subjek Pajak dan Wajib Pajak Air Permukaan………....37

6. Dasar Pengenaan, Traif dan Cara Perhitungan Pajak Air Permukaan……….38

7. Masa Pajak, Surat Pemberitahuan Pajak, Ketetapan Pajak dan Saat Pajak Terutang Pajak Air Permukaan……….40

8. Tata Cara Pembayaran Pajak………..43

9. Mekanisme Pemungutan Pajak ………..43

B. Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Air Permukaan Tahun Anggaran 2011/2015 ………47

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI A. Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Air Permukaan Tahun Anggaran 2011/2015 ………48

B. Masalah-masalah yang Dihadapi dalam Pemungutan Pajak Air Permukaan ………...49


(5)

C. Upaya-upaya yang Dilakukan untuk Meningkatkan Penerimaan Pajak Air Permukaan……….50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN………51 B. SARAN ………53


(6)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Menurut Pasal 1 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retibusi Daerah pengertian Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut pajak, adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Bila berbicara mengenai pajak maka kita akan bersinggungan dengan pemerintah dan masyarakat, untuk melaksanakan otonomi daerah secara nyata dan bertanggung jawab tolak ukur yang paling penting untuk meningkatkan tingkat kemampuan daerah adalah pendapatan asli daerah. Undang-undang tentang Pemerintah Dearah menetapkan pajak daerah dan retribusi daerah menjadi salah satu sumber penerimaan yang berasal dari dalam daerah dan diperkembangkan sesuai dengan kondisi masing-masing daerah.

Dengan dilakukannya otonomi daerah maka pemerintah daerah akan lebih giat dalam membangun rumah tangga daerahnya sendiri melalui pengenaan pajak daerah yang menjadi pendapatan asli daerah. Untuk membiayai rumah tangga daerah tersebut, pemerintah sendiri menetapkan undang-undang mengenai pemungutan pajak yang dilakukan berdasarkan ketetapan yang berlaku. Terdapat pada Undang-undang


(7)

Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, dimana pajak daerah tersebut terbagi menjadi dua jenis yaitu :

1. Pajak Provinsi terdiri atas: a. Pajak Kendaraan Bermotor;

b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor; c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor; d. Pajak Air Permukaan; dan

e. Pajak Rokok.

2. Pajak Kabupaten/Kota terdirin atas: a. Pajak Hotel;

b. Pajak Restoran; c. Pajak Hiburan; d. Pajak Reklame;

e. Pajak Penerangan Jalan;

f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan; g. Pajak Parkir;

h. Pajak Air Tanah;

i. Pajak Sarang Burung Walet;

j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan; dan k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

Melalui pengenaan pajak terhadap fasilitas yang disebutkan diatas, salah satunya pajak air permukaan sangat menunjang pemasukan anggaran rumah tangga daerah.


(8)

Pengenaan pajak terhadap pajak air permukaan merupakan fasilitas potensial bagi pendapatan asli daerah. Untuk menopang pendapatan anggaran rumah tangga daerah sendiri, sesuai dengan ketetapan yang berlaku dan sesuai dengan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Dengan adanya kepastian hukum, pemerintah memiliki dasar hukum yang kuat dalam menentukan dan memungut pajak. Di lain pihak masyarakat lebih memahami akan pentingnya pajak bagi pembangunan.

Dengan demikian penulis ingin mengetahui lebih jauh mengenai kebijakan yang berlaku oleh Pemerintah Daerah dalam menetapkan peraturan khususnya Pajak Air Permukaan terhadap wajib pajak, oleh karena itu penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Mekanisme Pemungutan Pajak Air Permukaan Pada Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara “.

B. Tujuan dan Manfaat PKLM

1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri

1.1 Untuk Mengetahui Mekanisme Pemungutan Pajak Air Permukaan Pada Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara.

1.2 Untuk mengetahui tata cara perhitungan Pajak Air Permukaan Pada Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara.

1.3 Untuk mengetahui target dan realisasi Pajak Air Permukaan Pada Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara.

1.4 Untuk mengetahui masalah-masalah yang dihadapi dalam memunugut pajak air permukaan.


(9)

1.5 Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara dalam meningkatkan pajak air permukaan. 2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri

2.1 Bagi Mahasiswa:

a. Mengaplikasikan teori maupun ilmu yang sudah diperoleh dan

menuangkannya dalam permasalahan yang timbul selama praktik kerja lapangan mandiri kantor Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara. b. Meningkatkan komunikasi dan pendekatan sosial terhadap dunia kerja

nyata.

c. Untuk mengetahui lebih dalam pajak air permukaan. 2.2 Bagi Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara

a. Untuk meningkatkan kualitas generasi muda dengan praktik kerja lapangan jangka pendek.

b. Meningkatkan hubungan kerja sama baik antara pihak Universitas Sumatera Utara dengan kantor Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara.

c. Membuat masukan bagi kantor dalam rangka peningkatan, perencanaan dan pembangunan.

2.3 Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

a. Sebagai srana untuk mempromosikan sumber daya manusia yang ahli dan sesuai dengan keahliannya.

b. Membangun dunia kerja untuk diuji secara nyata melauli praktik kerja pada mahasiswa.


(10)

c. Meningkatkan pandangan masyarakat terhadap sumber daya manusia yang dihasilkan Lembaga Pendidikan Nasional khususnya Universitas Sumatera Utara.

C. Uraian Teoritis

1. Pengertian Pajak Daerah

Menurut undang-undang No.28 Tahun 2009 Pasal 1 ayat (10) tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut pajak, adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan untuk Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

2. Fungsi pajak

2.1 Fungsi Penerimaan (budgeter)

Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah.

2.2 Fungsi Mengatur (regular)

Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan dibidang social dan ekonomi (Resmi, 2011:3).

3. Pengertian Pajak Air Permukaan

3.1 Air Permukaan adalah air yang berada diatas permukaan bumi tidak termasuk air laut. Berdasarkan Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 Pasal 21 tentang Pajak Air Permukaan yang berisi bahwa pjak


(11)

pengambilan dan pemanfaatan air permukaan adalah Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Permukaan digunakan untuk orang pribadi atau badan, kecuali untuk keperluan dasar rumah tangga dan pertanian rakyat. 3.2 Objek pajak pengambilan dan pemanfaatan air permukaan, adalah

pengambilan air permukaan, pemanfaatan air permukaan dan/atau pengambilan atau pemanfaatan air permukaan.

3.3 Subjek Pajak Air Permukaan adalah Orang Pribadi atau Badan yang dapat melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan air permukaan.

3.4 Tarif Pajak Air Permukaan ditetapkan paling tinggi 10% (sepuluh persen). Tarif Pajak Air Permukaan ditetapkan dengan peraturan dareah.

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan

a. Mekanisme pemungutan Pajak Air Permukaan. b. Cara menghitung Pajak Air Permukaan.

c. Saat terjadinya Pajak Air Permukaan.

d. Penetapan target dan realisasi Pajak Air Permukaan

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri 1. Tahapan Persiapan

Pada tahapan ini penulis melakukan berbagai persiapan, dimulai dari mempersiapkan judul Praktik Kerja Lapangan Mandiri, mengajukan proposal hingga diseminarkan dan berkonsultasi dengan dosen pembimbing.


(12)

2. Studi Literatur

Penulis mencari sumber-sumber bacaan, seperti buku-buku, surat keputusan menteri keuangan dan dirjen pajak serta undang-undang dan segala sesuatu yang berhubungan dan bisa dijadikan sumber oleh penulis dalam melakukan praktik kerja ini.

3. Obeservasi Lapangan

Penulis melakukan Observasi atau pengamatan lapangan di kantor Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara mengenai Objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

4. Analisis Data dan Evaluasi

Penulis ingin menganalisis data, mengevaluasi data tentang target penerimaan dan realisasi penerimaan Pajak Air Permukaan.

F. Metode Pengumpulan Data 1. Wawancara

Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan melakukan wawancara dan mengajukan pertanyaan kepada pegawai instansi yang berkompeten dan menambah informasi yang berhubungan dengan penelitian ini.

2. Observasi

Yaitu kegitan yang mengumpulkan data dan mencari data dengan cara langsung maupun tidak langsung terjun kelapangan untuk melakukan peninjauan dengan mengamati,mendengar, dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh pihak


(13)

instansi dengan berpedoman pada ketentuan yang berlaku pada instansi dan tidak boleh melakukan pekerjaan yang menjadi rahasia dan memiliki resiko tinggi.

3. Dokumentasi

Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan membuat daftar dokumentasi yang telah diperoleh dariinstansi dalam hal ini Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara.

G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri BAB I PENDAHULUAN

Dalam hal ini diuraikan mengenai latar belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri tentang Pajak Air Permukaan, pembahasan dan penjelasan tujuan, penjelasan serta bentuk sistematika penulisan laporan.

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI

Dalam hal ini penulis menguraikan gambaran umum dari Kantor Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara tentang sejarah singkat, struktur organisasi, uraian tugas pokok dan fungsi serta gambaran pegawai.

BAB III GAMBARAN DATA PRAKTIK

Dalam hal ini penulis menguraikan secara sistematis mengenai gambaran umum pajak air permukaan, pengertian, ketentuan umum, nama objek dan subjek, tarif pajak air permukaan dan cara perhitungan pajak air permukaan, proses


(14)

pemungutan pajak air permukaan, dasar pajak air permukaan, dan saat terjadinya pajak air permukaan.

BAB IV ANALISI EVALUASI

Dalam hal ini diuraikan penganalisaan terhadap data yang didapat serta mengavalusinya.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini berisikan kesimpulan dan saran-saran yang diangap perlu yang diperoleh dari penelitian.


(15)

BAB II

GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN PROVINSI

SUMATERA UTARA

A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara

Pada mulanya urusan Pengelolaan Pendapatan Daerah berada dalam koordinasi Biro Keuangan (Sekretariat) sebagai Bagian Pajak dan Pendapatan. Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 102/II/GSU tanggal 6 Maret 1973 tentang Susunan Organisasi Tata Kerja Setwilda Tingkat I Sumatera Utara, sejak 16 Mei 1973 Biro Keuangan berubah nomenkltur menjadi Direktorat Keuangan. Sebagai konsekuensi perubahan tersebut maka Bagian Pajak dan Pendapatan mengalami perubahan menjadi Sub Direktorat Pendapatan Daerah pada Direktoriat Keuangan. Perubahan terus dilakukan dengan diterbitkannya SK Gubernur Sumatera Utara tanggal 21 Maret 1975 Nomor 137/II/GSU (sebagai tindaklanjut Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri R.I. tanggal 7 november 1974 Nomor Finmat 7/15/3/74), sehingga sejak tanggal 1 April 1975, Sub Direktorat Pendapatan Daerah ditingkatkan statusnya menjadi Direktorat Pendapatan Daerah.

Selanjutnya, melalui SK Mendagri No. KUPD 3/12/43 tertanggal 1 September 1975 tentang “Pembentukan Dinas Pendapatan Daerah Tingkat II Seluruh Indonesia”, Direktorat Pendapatan Daerah berubah menjadi Dinas Pendapatan Daerah. Semula Pembentukannya dilakukan berdasarkan SK Gubernur Sumatera Utara Nomor 143/II/GSU, yang lebih lanjut keberadaannya diperkuat dengan Perda Provinsi


(16)

Sumatera Utara Nomor 4 Tahun 1976 (mulai berlaku tanggal 31 Maret 1976). Sebagai tindak lanjut dari UU RI Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia (PP R.I) Nomor 84 Tahun 2000 tentang Pedoman Orgnisasi Perangkat Daerah, Pemerintahan Provinsi Sumater Utara mengeluarkan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 3 tanggal 31 juli 2001 tentang Dinas-Dinas sebagai Institusi teknis, yang membantu Pemerintah Provinsi (Gubernur) dalam melaksanakan tugas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantu (medebewind). Salah satu dinas tersebut adalah DINAS PENDAPATAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA (DISPENDAPROVSU).

Mengingat luasnya wilayah kerja dari Dinas Pendapatan yang meliputi seluruh wilayah Sumatera Utara maka untuk efisiensi dan efektifitas pelaksanaan tupoksinya maka dibentuk UPTD/Unit Pelaksana Teknis Dinas (sebelumnya disebut cabang dinas). Sebagai penyelenggara sebagian kewenangan pemerintahan maupun tugas dekonsentrasi di bidang pendapatan daerah, Dinas Pendapatan Daerah Sumatera Utara memiliki peranan yang sangat strategis yakni sebagai pengelola utama sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang digunakan mendanai belanja Provinsi Sumatera Utara, dengan berpedoman pada prinsip akuntabilitas, transparansi, efisien, dan efektif. Dengan peran yang strategis ini, Dinas Pendapatan Daerah dituntut untuk :

1. Mampu meningkatkan PAD secara terus menerus khususnya

penerimaan dari Pajak Daerah dan Retribusi Jasa Ketatausahaan.

2. Mampu mewujudkan pelayanan prima (exelent service) dalam

pelaksanaan administrasi Pajak Daerah dan Retribusi.


(17)

4. Mampu mengoptimalkan kewenangan di bidang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang telah diberikan.

Sebagai upaya mengantisipasi luasnya wilayah pengelolaan, Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara telah membentuk UPTD-UPTD yang kemudian ditindaklanjuti melalui kebijakan pemekaran, sehingga sampai saat ini telah dibentuk 32 (tiga puluh dua) Unit Pelaksanaan Tugas Dinas, yakni :

1. UPTD MEDAN UTARA : wilayah kerja Kota Medan

2. UPTD MEDAN SELATAN : wilayah kerja sebagian Kabupaten Deli

Serdang

3. UPTD BINJAI : wilayah kerja Kota Binjai dan sebagian Kabupaten Deli Serdang, Hamparan Perak, dan Sunggal

4. UPTD PANGKALAN BRANDAN : wilayah kerja sebagian Kabupaten

Langkat

5. UPTD STABAT : wilayah kerja sebagian Kabupaten Langkat

6. UPTD LUBUK PAKAM : wilayah kerja sebagian Kabupaten Deli

Serdang

7. UPTD SEI REMPAH : wilayah kerja sebagian Serdang Bedagai

8. UPTD TEBING TINGGI : wilayah kerja Kota Tebing Tinggi dan

sebagian Kabupaten Serdang Bedagai

9. UPTD PEMATANG SIANTAR : wilayah kerja Kota Pematang Siantar

dan sebagian Kabupaten Simalungun

10. UPTD PERDAGANGAN : wilayah kerja sebagian Kabupaten


(18)

11. UPTD LIMA PULUH : wilayah kerja Kabupaten Batubara 12. UPTD KISARAN : wilayah kerja Kabupaten Asahan

13. UPTD TANJUNG BALAI : wilayah kerja Kota Tanjung Balai

14. UPTD AEK KANOPAN: wilayah kerja Kabupaten Labuhan Batu

Utara

15. UPTD RANTAU PRAPAT : wilayah kerja Kabupaten Labuhan Batu 16. UPTD KOTA PINANG : wilayah kerja Kabupaten Labuhan Selatan 17. UPTD GUNUNG TUA : wilayah kerja Kabupaten Padang Lawas Utara 18. UPTD SIBUHUAN : wilayah kerja Kabupaten Padang Lawas

19. UPTD PADANG SIDEMPUAN : wilayah kerja Kabupaten Tapanuli

Selatan dan Kota Padang Sidempuan

20. UPTD PENYABUNGAN : wilayah kerja sebagian Kabupaten

Mandailing Natal

21. UPTD NATAL : wilayah kerja sebagian Kabupaten Mandailing Natal

22. UPTD SIBOLGA : wilayah kerja Kota Sibolga dan sebagian

Kabupaten Tapanuli Tengah

23. UPTD BARUS : wialyah kerja sebaian Kbupaten Tapanuli Tengah 24. UPTD TARURUTUNG : wilayah kerja Kabupaten Tapanuli Utara

25. UPTD DOLOK SANGGUL : wilayah kerja Kabupaten Humbang

Hasundutan

26. UPTD BALIGE : wilayah kerja Kabupaten Toba Samosir

27. UPTD PANGURURAN : wilayah kerja Kabupaten Samosir


(19)

29. UPTD SALAK : wilayah kerja Kbupaten Pakpak Barat 30. UPTD KABANJAHE : wilayah kerja Kabupaten Karo

31. UPTD GUNUNG SITOLI : wilayah kerja Kota Gunung Sitoli,

Kabupaten Nias Barat, Nias Utara dan Nias

32. UPTD TELUK DALAM : wilayah kerja Kabupaten Nias Dalam

B. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara

Susunan organisasi Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara terdiri dari : 1. Kepala Dinas Pendapatan

2. Sekretariat

3. Bidang Pengembangan dan Pengendalian

4. Bidang Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air 5. Bidang Pajak Air dan Pajak Lainnya

6. Bidang Retribusi dan Pendapatan Lainnya 7. Unit Pelaksana Teknis Dinas

C. Uraian Tugas Pokok Dan Fungsi Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara Sesuai dengan Peraturan Gubernur Nomor 19 Tahun 2010 Tentang Uraian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan daerah/kewenangan Provinsi, dibidang pengembangan dan pengendalian, pajak kendaraan bermotor, dan kendaraan di atas air, pajak air dan pajak lainnya, retribusidan pendapatan lainnya serta tugas pembantuan.


(20)

1. Kepala Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara Adapun fungsi dari kepala dinas adalah :

a. Perumusan kebijakan teknis dibidang pengembangan dan pengendalian,pajak kendaraaan bermotor, kendaraan diatas air, pajak air dan pajak lainnya serta retribusidan pendapatan lainnya

b. Penyelengggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum dibidang pengembangan dan pengendalian, pajak kendaraan bermotor, dan kendaraan di atas air, pajak air dan pajak lainnya, retribusi dan pendapatan lainnya c. Pelaksanaan koordinasi dibidang pendapatan daerah

d. Pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang pendapatan daerah e. Pelaksanaan tugas pembantuan dibidang pendapatan daerah

f. Pelaksanaan pelayanan administrasi internal dan eksternal

g. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur, sesuai dengan tugas dan fungsinya

Tugas Kepala Dinas Pendapatan Sumatera Utara :

a. Menyelanggarakan pembinaan pegawai dilingkungan dinas

b. Menyelenggarakan pengkajian dan penetapan pemberian dukungan tugas atas penyelenggaraan pemerintah daerah dibidang pendapatan

c. Menyelenggarakan fasilitas yang berkaitan dengan penyelenggaraan program pengembangan dan pengendalian, pajak kendaraan bermotor, dan kendaraan di atas air, pajak air dan pajak lainnya, retribusi dan pendapata lainnya


(21)

d. Menyelenggarakan pemberian saran pertimbangan dan rekomendasi mengenai pendapatan sebagai bahan pendapatan kebijakan umum pemerintah daerah

e. Menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan

f. Menyelenggarakan koordinasi dan kerjasama dengan instansi/lembaga terkait lainnya untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan dinas

g. Menyelenggarakan pengkoordinasian pelaksanaan tugas-tugasteknis serta evaluasi dan pelaporan yang meliputi kesekretariatan, pengembangan dan pengendalian, pajak kendaraan bermotor, dan kendaraan di atas air, pajak air dan pajak lainnya, retribusi dan pendapatan lainnya

h. Menyelenggarakan koordinasi kegiatasn teknis dalam rangka

penyelenggaraan pelayanan dibidang pendapatan

i. Menyelenggarakan koordinasi dengan dinas/lembaga pengolahan pendapatan di lintas kabupaten/kota

j. Menyelenggarakan pengkoordinasian dan pembinaan unit pelaksana teknis dinas

k. Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja lain

l. Menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan tugas dan funsinya

Untuk melaksanakan tugas, fungsi dan uraian tugas seperti pada uraian diatas Kepala Dinas Pendapatan dibantu oleh ;

a. Sekretariat


(22)

c. Bidang pajak kendaraan bermotor dan kendaraan diatas air d. Bidang pajak air dan pajak lainnya

e. Bidng retribusi dan pendapatan lainnya f. Unit pelaksana teknis dinas

2. Sekretariat

Sekretariat mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dibidang urusan umum, keuangan dan program kegiatan bidang-bidang

Adapun fungsi sekretariat adalah :

a. Penyelenggaraan pembinaan pegawai pada lingkup sekretariat

b. Penyelenggaraan arahan, bimbingan kepada pejabat struktural pada lingkup sekretariat meliputi umum, kepegawaian, keuangan, program, serta pelayanan umum

c. Penyelenggaraan penyusunan program kegiatan lingkup sekretariat

d. Penyelenggaraan administrasi perencanaan, keuangan, umum, kepegawaian dan pelayanan umum, sesuai ketentuan dan standar yang ditetapkan

e. Penyelenggaraan koordinasi penyusunan rencana pembangunan jangka menengah dan tahunan dinas, sesuai ketentuan dan standar yang berlaku f. Penyelenggaraan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas, sesuai bidang

tugas dan fungsinya

g. Penyelenggaraan pemberian masukan yang perlu kepada Kepala Dinas sesuai bidang tugas dan fungsinya

h. Penyelenggaraan lapora dan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas dan fungsinya kepada Kepala Dinas sesuai standar yan ditetapkan


(23)

Tugas sekretariat adalah :

a. Menyelenggarakan pengkoordinasian rencana program kerja sekretariat, bidang-bidang dan pembinaan Unit Pelaksana Teknis Dinas

b. Mennyelenggarakan pengkajian dan koordinasi perencanaan dan program dinas.

c. Menyelenggarakan pengkajian dan perencanaan proram kesektariatan. d. Menyelenggarakan pengelolaan dan pembinaan administrasi keuangan. e. Menyelenggarakan pengkajian Anggaran Belanja.

f. Menyelenggarakan Pengendalian Administrasi Anggaran Belanja. g. Menyelenggarakan Pengelolaan Administrasi Kepegawaian.

h. Menyelenggarakan Pembinaan Sumber daya manusia dan pengembangan Kapasitas.

i. Menyelenggarakan pengkoordinasian penyusunan rencana strategis, laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.

j. Menyelenggarakan penatausahaan, kelembagaan dan ketatalaksanaan.

k. Menyelenggarakan pengelolaan dan pembinaan naskah dinas, kearsiapan, pentelekomukasian dan persandian.

l. Menyelenggarakan fasilitas pelayanan administrasi umum dan pelayanan minimal, serta memproses Pengadministrasian penerbitan izin.

m. Menyelenggarakan pengadaan, pemeliharaan, penataan, pembinaan dan pengelolaan unsur rumah tangga dan perlengkapan/peralatan kantor.


(24)

n. Menyelenggarakan penyusunan bahan rancangan pendokumentasian peraturan perundan-undangan, pengelolaan perpustakaan, keprotokolan dan hubungan masyarakat.

o. Menyelenggarakan pendistribusian peraturan perundang-undangan

keungan/moneter dan program pembangunan berkelanjutan melalui kegiatan penyuluhan seminar, lokakarya, workshop dan diseminasi.

p. Menyelenggarakan fasilitas dan pengaturan keamanan kantor.

q. Menyelenggarakan pengkoordinasian pelaporan, evaluasi, monitoring, atas kegiatan bidang-bidang dilingkungan dinas dan Unit pelaksana teknis dinas. r. Menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengembalian

kebijakan.

s. Menyelenggarakan pengkoordinasian dengan unit kerja terkait. t. Menyelenggarakan dan mengatur rapat-rapat internal dinas. u. Menyelenggarakan tugas lain, sesuai dengan tugas dan fungsinya.

v. Menyelenggarakan pelaporan dan pertanggung jawaban atas pelaksanaan tuagasnya, sesuai standart yang ditetapkan.

Untuk melaksanakan uraian tugas sekretarian di bantu oleh : a. Kepala Sub Bagian Umum

b. Kepala Sub Bagian Keuangan c. Kepala Sub Bagian Program

3. Bidang Pengembangan dan Pengendalian

Bidang pengembangan dan pengendalian mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang penyusunan


(25)

perencannaan dan pengembangan pendapatan daerah, evaluasi dan pengendalian pendapatan daerah serta hukum dan publikasi.

Adapun fungsi Bidang Pengembangan dan Pengendalian adalah :

a. Penyelenggaraan pembinaan pegawai pada lingkup bidang pengembangan dan pengendalian

b. Penyelenggaraan arahan, bimbingan kepada pejabat struktural pada lingkup bidang pengembangan dan pengendalian

c. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum dibidang

evaluasi dan pengendalian pendapatan daerah serta hukum dan publikasi d. Penyelenggaraan perumusan kebijakan teknis dibidang perencanaan dan

pengembangan, evaluasi dan pengendalian pendapatan daerah serta hukum dan publikasi

e. Penyelenggaraan koordinasi dibidang perencanaan dan pengembangan, evaluasi dan pengendalian pendapatan daerah serta hukum dan publikasi f. Penyelenggaraan pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang perencanaan

dan pengembangan, evaluasi dan pengendalian pendapatan serta hukm dan publikasi

g. Penyelenggaraan pelaksanaan tugas pembantuan dibidang perencanaan dan pengembangan evaluasi dan pengendalian pendapatan serta hukum dan publikasi

h. Penyelenggaraan pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas, sesuai tugasdan fungsinya


(26)

a. Menyelenggarakan pembinaan, bimbingan dan arahan kepada pegawai pada lingkungan bidang pengembangan dan pengendalian.

b. Menyelenggarakan Penyusunan perencanaan/program kerja bidang

pengembangan dan pengendalian.

c. Menyelenggarakan penyusuanan bahan telaahan staf sebagai bahan

pertimbangan pengembalian kebijakan/keputusan.

d. Menyelenggarakan pengkajian dan analisis dalam penggalian dan

pengembangan sumber-sumber pendapatan daerah.

e. Menyelenggarakan koordinasi dalam penggalian dan pengembangan sumber-sumber Pendapatan daerah.

f. Menyelenggarakan penyusunan kebijakan perencana pengembangan dan pengolahan sumber-sumber pendapatan daerah.

g. Menyelenggarakan evaluasi dan pengendalian pendapatan daerah.

h. Menyelenggarakan penyusunan produk-produk hukum pendapatan daerah. i. Menyelenggarakan sosialisasi dan publikasi produk-produk hukum dan

kebijakan pendapatan daerah.

j. Menyelenggarakan monitoring, evaluasi, dan pengendalian kebijakan-kebijakan pendapatan daerah.

k. Menyelenggarakan pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala dinas sesuai bidang dan fungsinya.

l. Menyelenggarakan pemberian masukan yang perlu kepada kepala dinas, sesuai bidang tugas dan fungsinya.


(27)

m. Menyelenggarakan pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugasnya kepada kepala dinas.

Untuk melaksanakan uraian tugas kepala Bidang pengembangan dan pengendalian di bantu oleh:

a. Kepala Seksi pengembangan dan pengendalian pendapatan daerah b. Kepala seksi evaluasi dan pengendalian pendapatan daerah

c. Kepala seksi hukum dan publikasi

4. Bidang Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air

Bidang Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air mempunyai tugas membantu kepala dinas dalam menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang teknis pajak kendaraan bermotor dan kendaraan dia atas air, keberatan dan sengketa pajak kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air.

Adapun fungsi dari Bidang PKB dan KAA adalah :

a. Penyelenggaraan pembinaan pegawai pada lingkup Bidang Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air

b. Penyelenggaraan arahan, bimbingan kepada pejabat struktural pada lingkup Bidang Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air

c. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di Bidang Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air

d. Penyelenggaraan perumusan kebijakan teknis dibidang teknis, keberatan dan sengketa Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air serta pembukuan dan pelaporan


(28)

e. Penyelenggaran koordinasi dibidang teknis, keberatan dan sengketa Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air serta pembukuan dan pelaporan

f. Penyelenggaraan pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang teknis, keberatan dan sengketa Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air serta pembukuan dan pelaporan

g. Penyelenggaraan pelaksanaan tugas pembantuan dibidang teknis, keberatan dan sengketa Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas serta pembukuan dan pelaporan

h. Penyelenggaraan pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas, sesuai tugas dan fungsinya

Tugas Bidang Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air

a. Menyelenggarakan pembinaan pegawai pada linkungan bidang PKB dan PKAA

b. Menyelenggarakan penyusunan perencanaan/program kerja bidang PKB dan PKAA

c. Menyelenggarakan penyusuanan bahan telaahan staff sebagai bahan pertimbangan pengembalian kebijakan/keputusan.

d. Menyelenggarakan pengkajian, analisis, dan penyempurnaan prosedur pelayanan perpajakan.

e. Menyelenggarakan koordinasi dalam penyempurnaan prosedur pelayanan perpajakan.


(29)

g. Menyelenggarakan koordinasi penyelesaian keberatan dan sengketa PKB dan PKAA.

h. Menyelenggarakan penyusuanan kebijakan teknis perpajakan, penyelesaian keberatan dan sengketa pajak serta pembukuan dan pelaporan.

i. Menyelenggarakan pembinaan intenfikasi dan ekstensifikasi pungutan pajak.

j. Menyelenggarakan pembinaan penyelesaian keberatan dan sengketa

perpajakan.

k. Menyelenggarakan pembinaan pembukuan dan pelaporan perpajakan. l. Menyelenggarakan pelaporan hasil pungutan pajak.

m. Menyelenggarakan pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala dinas, sesuaing bidang tugas dan fungsinya.

n. Menyelenggarakan pemberian masukan yang perlu kepada kepala dinas, sesuai bidan tugas dan fungsinya.

o. Menyelenggarakan pelaporan dan pertanggungjwaban pelaksanaan tugasnya kepada kepala dinas.

Untuk melaksanakan tugas, fungsi dan uraian tugas Kepala Bidang Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraana di Atas Air di bantu oleh :

a. Kepala seksi teknis perpajakan PKB dan PKAA b. Kepala seksi keberatan dan sengketa PKB dan PKAA c. Kepala seksi pembukuan dan pelaporan


(30)

5. Bidang Pajak Air dan Pajak Lainnya

Bidang Pajak Air dan Pajak Lainnya mempunyai tugas membantu kepala dinas dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang teknis perpajakan, keberatan sengketa pajak, pembukuan dan pelaporan.

Adapun fungsi dari Bidang Pajak Air dan Pajak Lainnya adalah :

a. Penyelenggaraan pembinaan pegawai pada lingkup pajak air dan pajak lainnya

b. Penyelenggaraan arahan dan bimbingan kepada pejabat struktural pada lingkup bidang pajak air dan pajak lainnya

c. Penyelenggaraanurusan pemerintahan dan pelayanan umum dibidang pajak air dan pajak lainnya

d. Penyelenggaraan perumusan kebijakan teknis dibidang pajak air dan pajak lainnya serta pembukuan dan pelaporan perpajakan

e. Penyelenggaraan koordinasi dibidang teknis keberatan, sengketa pajak air dan pajak lainnya serta pembukuan dan pelaporan

f. Penyelenggaraan pembinaan pelaksanaan tugas dibidang teknis, keberatan dan sengketa pajak air dan pajak lainnya serta pembukuan dan pelaporan g. Penyelenggaraan tugas pembantuan dibidang teknis, keberatan dan sengketa

pajak air dan pajak lainnya serta pembukan dan pelaporan

h. Penyelenggaraan pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas, sesuai tugas dan fungsinya


(31)

Tugas Bidang Pajak Air dan Pajak Lainnya :

a. Menyelenggarakan pembinaan pegawai pada linkungan bidang pajak Air dan Pajak Lainnya.

b. Menyelenggarakan penyusunan perencanaan/program kerja bidang pajak Air dan Pajak Lainnya.

c. Menyelenggarakan penyusuanan bahan telaahan staff sebagai bahan

pertimbangan pengembalian kebijakan/keputusan.

d. Menyelenggarakan pengkajian, analisis, dan penyempurnaan prosedur pelayanan perpajakan.

e. Menyelenggarakan koordinasi dalam penyempurnaan prosedur pelayanan perpajakan.

f. Menyelenggarakan pengembangan dan peningkatan teknis perpajakan. g. Menyelenggarakan koordinasi penyelesaian keberatan dan sengketa pajak

Air dan Pajak Lainnya.

h. Menyelenggarakan penyusuanan kebijakan teknis perpajakan, penyelesaian keberatan dan sengketa pajak serta pembukuan dan pelaporan.

i. Menyelenggarakan pembinaan intenfikasi dan ekstensifikasi pemungutan pajak.

j. Menyelenggarakan pembinaan penyelesaian keberatan dan sengketa

perpajakan.

k. Menyelenggarakan pembinaan pembukuan dan pelaporan perpajakan. l. Menyelenggarakan pelaporan hasil pungutan pajak.


(32)

m. Menyelenggarakan pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala dinas, sesuaing bidang tugas dan fungsinya.

n. Menyelenggarakan pemberian masukan yang perlu kepada kepala dinas, sesuai bidan tugas dan fungsinya.

o. Menyelenggarakan pelaporan dan pertanggungjwaban pelaksana tugasnya kepada kepala dinas.

Untuk melaksanaan Urian Tugas Kepala Bidang pajak Air dan Pajak Lainnya di bantu oleh:

a. Kepala seksi teknis perpajakan

b. Kepala seksi keberatan sengketa perpajakan c. Kepala seksi pembukuan dan pelaporan 6. Bidang Retribusi dan Pendapatan Lainnya

Bidang Retribusi dan Pendapatan Lainnya mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang pemungutan retribusi , pendapatan lainnya dan pembukuan dan pelaporan

Adapun fungdi Bidang Retribusi dan Pendapatan Lainnya adalah :

a. Penyelenggaraan pembinaan pegawai pada lingkup bidang retribusi dan pendapatan lainnya

b. Penyelenggaraan arahan dan bimbingan kepada pejabat struktural pada lingkup bidang retribusi dan pendapatan lainnya

c. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum dibidang

pemungutan retribusi dan pendapatan lainnya serta pembukuan dan pelaporan


(33)

d. Penyelenggaraan peumusan kebijakan teknis dibidang pemungutan retribusi dan pendapatan lainnya serta pembukuan dan pelaporan

e. Penyelenggaraan koordinasi dibidang pemungutan retribusi dan pendapatan lainnya serta pembukuan dan pelaporan

f. Penyelenggaraan pembinaan pelaksanaan tugas dibidang pemungutan

retribusi dan pemungutan lainnya serta pembukuan dan pelaporan

g. Penyelenggaraan tugas pembantuan dibidang retribusi dan pendapatan lainnya serta pembekuan dan pelaporan

h. Penyelenggaraan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai bidang, tugas dan fungsinya

Tugas Bidang Retribusi dan Pendapatan Lainnya :

a. Menyelenggarakan pembinaan, bimbingan, arahan dan penegakan disiplin pegawai pada lingkup Bidang Retribusi dan Pendaptan Lainnya.

b. Menyelenggarakan penyusunan perencanaan/program kerja Bidang Retribusi dan Pendaptan Lainnya.

c. Menyelenggarakan penyusunan bahan telaahan staff sebagai bahan

pertimbangan pengembalian kebijakan/keputusan.

d. Menyelenggarakan pengkajian, analisis, dan penyempurnaan pemungutan Retribusi dan Pendapatan Lainnya.

e. Menyelenggarakan koordinasi dalam penyempurnaan pemungutan Retribusi dan Pendapatan Lainnya.

f. Menyelenggarakan pengembangan dan peningkatan pemungutan Retribusi dan Pendapatan Lainnya.


(34)

g. Menyelenggarakan penyusuanan kebijakan pemungutan Retribusi dan Pendapatan Lainnya serta pembukuan dan pelaporan.

h. Menyelenggarakan pembinaan intenfikasi dan ekstensifikasi pemungutan Retribusi dan Pendapatan Lainnya.

i. Menyelenggarakan pembinaan pembukuan, pelaporan Retribusi dan

Pendapatan Lainnya.

j. Menyelenggarakan pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala dinas, sesuai bidang tugas dan fungsinya.

k. Menyelenggarakan pemberian masukan yang perlu kepada kepala dinas, sesuai bidan tugas dan fungsinya.

l. Menyelenggarakan pelaporan dan pertanggungjwaban pelaksanaan tugasnya kepada kepala dinas,sesuai standar yang ditentukan

Untuk Melaksanakan Uraian tugas Bidang Retribusi dan Pendaptan Lainnya di bantu oleh:

a. Kepala seksi retribusi

b. Kepala seksi pendapatan lainnya

c. Kepala seksi pembukuan dan pelaporan 7. Unit Pelaksana Teknis Dinas

Unit pelaksana teknis dinas mempunyai tugas membantu kepala dinas dalam pengadministrasian, ketatausahaan penagihan pajak, retribusi pendapatan lain-lain, Tugas Unit Pelaksana Teknis Dinas :

a. Menyelenggarakan pembinaan,bimbingan, arahan dan penegakan disiplin pegawai pada linkungan UPTD.


(35)

b. Menyelenggarakan pemberian arahan dan bimbingan kepada pegawai dilingkungan UPTD.

c. Menyelenggarakan Keamanan dan Kenyamanan tugas pada lingkungan

kantor.

d. Menyelenggarakan penyusunan perencanaan dan program kegiatan UPTD. e. Menyelenggarakan penyusuanan pelaksana konsep standar, normanorma,

kriteria-kriteria dibidang tugas administrasi keuangan, kepegawaian dan urusan umum dan pelayanan pada UPTD.

f. Menyelenggarakan Pendataan potensi pajak, retribusi dan pendapatan lain-lain.

g. Menyelenggarakan penyuluhan dan sosialisasi di bidang perpajakan, dan retribusi.

h. Menyelenggarakan penagihan dan pengutipan pajak dan retribusi, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

i. Menyelenggarakan penyetoran dan pelaporan ke kas daerah atas penagihan dan pengutipan yang dilakukan.

j. Menyelenggarakan pelayanan administrasi pajak dan non pajak.

k. Menyelenggarakan pengawasan dan pengendalian tugas-tugas dan kegiatan yang dilaksanakan,sesuai tugas dan fungsinya.

l. Menyelenggarakan pengamatan dan kajian atas potensi pendapatan baru. m. Menyelenggarakan kordinasi terhadap kabupaten/kota dan instansi vertikal di

daerah.


(36)

o. Menyelenggarakan evaluasi atas pelaksanaan tugas dan kegiatan yang dilaksanakan.

p. Menyelenggarakan pembinaan dam memelihara data bahan di bidang pajak-pajak, retribusi dan pendapatan lain-lain.

q. Menyelenggarakan pemberian masukan kepada kepala dinas untuk

pengambilan kebijakan.

r. Menyelenggarakan tugas lain yang diberikan kepala dinas, sesuai tugas dan fungsinya.

s. Menyelenggarakan pelaporan dan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas, sesuai dengan standar yang ditetapkan.

Untuk membantu melaksanakan Uraian Tugas Unit Pelaksana Teknis Dinas di bantu oleh:

a. Sub Bagian Tata Usaha b. Seksi penagiahan Pajak

c. Seksi Retribusi dan pendapatan lain-lain

D. Tata Kerja Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara

Untuk mewujudkan integrasi, sinkronisasi dan harmonisasi kerja dilingkungan Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara, semua pejabat struktural pada dinas wajib membangun, memelihara, dan membina komunikasi vertical dan komunikasi horizontal serta koordinasi dan kerjasama yang baik dengan perangkat daerah lainnya dan pihak terkait, serta menerapkan prinsip partisipasi, transparansi dan akuntabilita baik internal maupun eksternal.


(37)

Kepala Dinas wajib melaksanakan pengawasan dan pembinaan terhadap bawahannya masing-masing. Dalam hal Kepala Dinas berhalangan dalam melaksanakan tugas karena sesuatu hal, sekretaris melaksanakan tugas-tugas Kepala Dinas sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Apabila sekretaris berhalangan melaksanakan tugasnya karena sesuatu hal, maka Kepala Dinas menghunjuk pejabat yang telah memenuhi persyaratan untuk melaksanakan tugas sekretaris. Apabila Kepala Bidang dan Kepala UPTD berhalangan dalam menjalankan tugasnya karena sesuatu hal, Kepala Dinas menghunjuk pejabat yang telah memenuhi persyaratan untuk melaksanakan tugas Kepala Bidang dan/atau Kepala UPTD, dengan dilengkapi administrasi pelaksanaan tugas, sesuai ketentuain dan standar yang berlaku. Atas dasar pertimbangan dayaguna dan hasilguna,dalam hal berhalangan melaksanakam tugasnya, masing-masingpejabat dapat menghunjuk dan mendelegasikan tugasnya kepada pejabat setingkat dibawahnya yang dapat bertanggungjawab, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

E. Gambaran Umum Pegawai Pada Dispenda Provinsi Sumatera Utara

No Bagian / Bidang Jumlah

1 Kepala Dinas 1 Orang

2 Sekretariat 101 Orang

3 Bidang Pengembangan dan Pengendalian 16 Orang

4 Bidang PKB dan PKAA 21 Orang

5 Bidang Pajak Air dan Pajak Lainnya 22 Orang

6 Bidang Retribusi dan Pendapatan Lainnya 22 Orang

7 Unit Pelaksanaan Teknis Dinas 97 Orang

Jumlah Pegawai 280 Orang


(38)

BAB III

URAIAN TEORI PAJAK AIR PERMUKAAN DAN DATA TARGET SERTA

REALISASI PAJAK

A. Uraian Teori

1. Definisi Pajak Air Permukaan

Menurut Undang-undang No.28 Tahun 2007. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Menurut Undang-undang No.28 Tahun 2009. Pajak Daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur-unsur: 1. Kontribusi dari rakyat kepada negara, bahwa yang berhak memungut pajak

hanyalah negara dan kontribusi tersebut berupa uang (bukan barang)

2. Berdasarkan Undang-undang, pajak di pungut berdasarkan atau dengan ketentuan Undang-undang serta aturan pelaksanaanya.

3. Tanpa jasa timbal balik atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung dapat di pungut.


(39)

4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, untuk pengeluaran yang bermanfaat.

Menurut Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 1 Tahun 2011 Pajak Air Permukaan yang selanjutnya disebut PAP adalah pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air permukaan. Air permukaan adalah semua air ynag terdapat pada permukaan tanah, tidak termasuk air laut, baik yang berada di laut maupun didarat.

2. Ketentuan Umum Pajak Air Permukaan

Adapun Ketentuan Umum Pajak Air Permukaan berdasarkan Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 23 Tahun 2011 Pasal 1 adalah sebagai berikut:

1. Gubernur adalah Gubernur Sumatera Utara

2. Dinas Pendapatan adalah Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara 3. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara 4. Pejabat adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu dibidang perpajakan daerah

sesuai peraturan perundang-undangan

5. Pajak Air Permukaan yang selanjutnya disebut PAP adalah pajak atas pengambilan dan/ atau pemanfaatan air permukaan

6. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan meliputi membayar pajak, pemotonng pajak dan pemungut pajak yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan perundangundangan perpajakan daerah 7. Masa Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) bulan kalende atau jangka waktu


(40)

kalender yang menjadi dasar bagi wajib pajak untuk menghitung, menyetor dan melaporkan pajak yang terutang

8. Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam masa pajak, dalam tahun pajak atau dalam bagian tahun pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah

9. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah yang selanjutnya disebut SPTPD adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak dan/atau harta dan kewajiban sesuai peraturan perundangundangan perpajakan daerah 10. Surat Ketetapan Pajak Daerah yang selanjutnya disebut SKPD adalah surat

ketetapan yang menentukan jumlah pokok pajak terutang

11. Surat Setoran Pajak Daerah yang selanjutnya disebut SSPD adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau dilakukan dengan cara lain ke kas daerah melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Gubernur

12. Surat Tagihan Pajak Daerah yang selanjutnya disebut STPD adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi admnistrasi berupa bunga dan/atau denda

3. Dasar Hukum Pemungutan Pajak Air Permukaan

Pemungutan Pajak Air Permukaan di Indonesia saat ini didasarkan pada dasar hukum yang jelas dan kuat sehingga harus dipatuhi oleh masyarakat dan pihak yang terkait. Dasar-dasar hukum tersebut adalah sebagai berikut :


(41)

1. Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintah Daerah

2. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

3. Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas-dinas Daerah

4. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah Provinsi

5. Peraturan Gubernur Nomor 19 Tahun 2010 tentang Struktur Organisasi Dispenda Provinsi Sumatera Utara

6. Peraturan Gubernur Nomor 23 Tahun 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Sumatera Utara

4. Objek Pajak Air Permukaan

Objek Pajak Air Permukaan Adalah Pengambilan dan /atau Pemanfaatan Air Permukaan, tidak termasuk Air Laut baik yang berada di Laut ataupun di Darat. Klasifikasi Objek Pajak air Permukaan dibagi atas Faktor Pengambilan dan Faktor Pemanfaatan. Adapun klasifikasi Objek Pajak Air Permukaan dari Faktor Pengambilan terdiri dari 2 golongan yakni :

a. Air Permukaan Tergenang (K-1) b. Air Permukaan Mengalir (K-II)

Dan klasifikasi Objek Pajak Air Permukaan dari Faktor Pemanfaatan juga di bagi 2 golongan yang terdiri dari :

a. Air Permukaan untuk Industri (I)


(42)

Adapun hal-hal yang tidak termasuk dari Objek Pajak Air Permukaan Adalah:

a. Pengambilan dan/atau Pemnafaatan Air Permukaan untuk keperluan dasar Rumah Tangga, Pengairan, Pertanian dan Perikanan Rakyat, dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan dan ketentuan Peraturan Perundang-undangan

b. Pengambilan dan/atau Pemanfaatan air Permukaan untuk keperluan lainnya yang ditetapkan dengan Peraturan Gubernur.

5. Subjek Pajak dan Wajib Pajak Air Permukaan

Dalam Perpajakan Subjek Pajak Air Permukaan adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan Pengambilan dan/atau Pemanfaatan Air Permukaan. Sedangkan Wajib Pajak Air Permukaan adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan Pengambilan dan/atau Pemanfaatan Air Permukaan.

Dalam subjek dan wajib Pajak Air Permukaan, Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi social politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap. Orang pribadi adalah mereka yang telah mempunyai penghasilan diatas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) dimana batasannya telah ditentukan oleh Undang-undang Perpajakan


(43)

6. Dasar Pengenaan, Tarif dan Cara Perhitungan Pajak Air Permukaan a. Dasar Pengenaan Pajak Air Permukaan

1. Dasar Pengenaan Pajak Air Permukaan adalah Nilai Perolehan Air (NPA) 2. Nilai Perolehan Air (NPA) adalah Suatu Perkalian Harga Dasar Air

(HDA) dengan Volume Air

3. Harga Dasar Air (HDA) adalah suatu Perkalian Faktor Nilai Air (FNA) dengan Harga Air Baku (HAB)

4. Faktor Nilai Air (FNA) ditetapkan secara progresif sesuai jumlah Volume air di pakai, sedangkan Harga Air Baku (HAB) bersifat tetap dinilai dengan Rupiah

5. Perhitungan Penentuan besarnya Harga Air Baku (HAB) dan Harga Dasar Air (HDA) ditetapkan lebih lanjut dalam Peraturan Gubernur, dan ketetapan dimaksud dapat ditinjau secara priodik sesuai keadaan dan kebutuhannya

6. Pengambilan dan/atau Pemanfaatan Air Permukaan oleh PDAM, PT. PERTAMINA dan PT. PLN (PERSERO) untuk Pembangkit Listrik penetapan Harga Dasar Air (HDA) nya diataur dalam Peraturan Gubernur

7. Setiap pengambilan dan/atau Pemanfaatan Air Permukaan wajib

menyediakan dan memasang alat meter atau alat pengukur debit air sesuai spesifikasi yang ditentukan oleh Pejabat berwenang

8. Penggunaan alat meter atau alat pengukur debit air sah apabila telah di segel oleh Pejabat berwenang


(44)

9. Terhadap Wajib Pajak yang belum mempunyai meteran air, penentuan kubikasi pemakaian air dilakukan dengan penaksiran, Tata cara perhitungan penaksiran kubikasi Pemakaian atau Pemanfaatan Air Permukaan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Gubernur.

b. Tarif Pajak Air Permukaan

Tarif Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Permukaan yang telah ditetapkan oleh Peraturan Gubernur adalah sebesar 10% (sepuluh persen).

c. Cara Perhitungan Pajak Air Permukaan

Peruntukan perhitungan ini di golongkan pada beberapa jenis perhitungan, yaitu :

1. Perhitungan Faktor Nilai Air Permukaan Cara menghitung Faktor Nilai Air Permukaan :

a. Faktor Nilai air Permukaan (air tergenang) untuk wajib Pajak Golongan Industri K-I sebagaimana tercantum dalam Lampiran I huruf A yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini

b. Faktor Nilai air Permukaan (air mengalir) untuk wajib Pajak Golongan Industri K-II sebagaimana tercantum dalam Lampiran I huruf B yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini

c. Faktor Nilai air Permukaan (air tergenang) untuk wajib Pajak Golongan Industri K-I sebagaimana tercantum dalam Lampiran I huruf C yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini


(45)

d. Faktor Nilai air Permukaan (air mengalir) untuk wajib Pajak Golongan Industri K-II sebagaimana tercantum dalam Lampiran I huruf B yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini;

2. Perhitungan Nilai Perolehan Air Permukaan

Cara perhitungan Harga Air Baku untuk Air Permukaan adalah :

a. Biaya investasi mulai dari standar minimal disusun secara proporsional ketingkat Investasi Rp. 150.000.000

b. Biaya operasional dan biaya investasi ditetapkan dengan perbandingan 1:2,5 (satu berbanding dua koma lima)

c. Umur teknis dan umur ekonomis mesin dan instalasi ditetapkansepuluh tahuh d. Volume air yang dihasilkan rata-rata setiap hari 50 M3 atau 182.500 M3

selama umur teknis dan ekonomis mesin dan instalasi Cara menghitung Nilai Perolehan Air adalah :

a. Mengalikan Faktor Nilai Air dengan Harga Air Baku menjadi harga Dasar Air menurut bagian volume (segmen kubikasi)

b. Harga dasar air dikalikan dengan besar volume menjadi Nilai Perolehan Air.

7. Masa Pajak , Surat Pemberitahuan Pajak, Ketetapan Pajak dan Saat Pajak Terutang Pajak Air Permukaan

1. Masa Pajak dan Surat Pemberitahuan Pajak

Masa Pajak adalah jangka waktu yang menjadi dasar bagi Wajib Pajak untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang dalam suatu jangka


(46)

waktu tertentu sebagaimana ditentukan. Pada Pengambilan dan Pemanfaatan Pajak Air Permukaan, Masa Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) bulan kalender.

Setiap Wajib Pajak harus melaporkan data volume Pengambilan dan/atau Pemanfaatan air dengan mengisi Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) yang diisi dengan benar, jelas dan lengkap serta ditanda tangani oleh Wajib Pajak atau Kuasanya setiap bulannya. SPTPD tersebut disampaikan ke Dinas selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari setelah berakhirnya Masa Pajak dan Apabila Wajib Pajak tidak menyampaikan SPTPD lewat 15 (lima belas) hari setelah berakhir Masa Pajaknya maka pajak yang terutang dihitung dan ditetapkan berdasarkan data hasil pemeriksaan dilapangan dan atau data yang ada.

Surat Pemberitahuan Pajak adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

2. Ketetapan Pajak

Ketetapan Pajak didasarkan pada jumlah kubikasi pemakaian air yang dilaporkan Wajib Pajak dalam SPTPD atau didasarkan kepada hasil pendataan dan atau hasil pemeriksaan dilapangan oleh pejabat yang berwenang. Berdasarkan data tersebutlah ditetapkan besarnya Pajak terutang dengan menerbitkan SKPD yang harus disampaikan kepada Wajib Pajak selambat-lambatnya 1 (satu) minggu sejak tanggal penerbitannya.


(47)

Surat ketetapan pajak adalah surat ketetapan yang meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Nihil, atau Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar.

a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah pajak yang masih harus dibayar.

b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan adalah surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan

c. Surat Ketetapan Pajak Nihil adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.

d. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih

3. Pajak Terutang

Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam Masa Pajak, dalam Tahun, atau dalam Bagian Tahun Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan

Berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi Sumatera Utara, pajak terutang terhitung sejak diterbitkannya SKPD.


(48)

8. Tata Cara Pembayaran Pajak

Pajak yang terutang dilunasi selambat-lambatnya 30 (tiga Puluh) hari sejak terbitnya SKPD, STPD atau Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan/banding. Pembayaran Pajak harus lunas atau sekaligus ke Kas Daerah Provinsi Sumatera Utara atau PT. Bank Sumut AC 623 atau tempat lain yang ditunjuk oleh Gubernur. Pembayaran Pajak dilakukan oleh Wajib Pajak dengan menggunakann SSPD, sesuai data yang ada pada SKPD, STPD atau Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan/banding.

9. Mekanisme Pemungutan Pajak

Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan yang dimulai dari perhimpunan data objek dan subjek pajak, penentuan pajak yang terutang sampai pada kegiatan Penagihan Pajak kepada Wajib Pajak serta Pengawasan dan Penyetorannya. Kegiatan ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Pendataan Potens b. Penetapan Pajak c. Penyoran Pajak d. Pennagihan Pajak 1. Pendataan Potensi

Pendataan objek/subjek dilakukan langsung kelapangan dengan mempersiapkan data-data awal, petugas turun kelapangan juga harus mempunyai surat tugas yang ditanda tangani oleh Ka.UPT Kegiatan-kegiatan pendataan tersebut meliputi :


(49)

a. Jenis Sumber Air Permukaan

b. Lokasi Pemanfaatan Air (dekat atau jauh dari PDAM, Danau, Sungai, Waduk dan Rawa)

c. Apakah Air Permukaan tersebut berasal dari air yang mengalir (sungai) dan air yang tergenang (danau)

d. Ada tidaknya izin atau data perizinan dari Pihak yang berwenang

e. Ada tidaknya alat meter air, jika ada supaya dicatat angka terakhir yang tertera di alat meter pada tanggal dimulainya kewenangan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara memungut Pajak Air Permukaan.

Dan hasil pelaksanaan kegiatan pendaatan tersebut dilaporkan kepada Kadispendasum untuk bahan masukan dan untuk menetapkan kebijakan selanjutnya. 2. Penetapan Pajak

Proses Penetapan Pajak dimulai dari penyampaian Blanko Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) kepada Wajib Pajak yaitu sebelum berakhir masa pajak (1) minggu sebelum akhir bulan berjalan. Apabila tenggangan waktu 15 hari dilewati dan wajib pajak tidak/belum menyampaikan SPTPD ke Kantor UPTD, maka petugas harus mendatangi alamat wajib pajak untuk:

a. Mempertanyakan, meminta SPTPD yang telah diisi dan ditanda tangani oleh wajib pajak.

b. Melakukan pemeriksaan data SPTPD dengan data alamat air. c. Mencatat Kubikasi air yang diambil dan di manfaatkan.

d. Apabila meteran rusak peetugas UPTD membuat panaksiran air sesuai dengan penetapan bulan lalu.


(50)

Setelah memproleh data lapangan berdasarkan SPTPD atau data alat meteran air atau penaksiran kubikasi, Maka langkah kedua adalah sebagai berikut:

1. Menghitung besarnya pajak trutang dengan teliti dan tepat.

2. Menuangkan hasil perhitungan pajak terutang ke blanko Surat Ketatapan Pajak Daerah.

3. SKPD yang telah ditanda tangani oleh Ka.UPTD dikirimkan/disampaikan kepada Wajib Pajak (lembar asli) dengan memakai ekspedisi dengan tanda terima.

4. Apabila tenggang waktu 30 hari dilewati dan wajib pajak belum melunasi kewajibannya, maka akan dikenakan sanksi administrasi sebesar 2% dalam sebulan.

5. Data SPTPD, SKPD, STPD, dicatat dalam Buku Induk Potensi Pajak Air Permukaan, Kartu Kendali, Buku Penetapan Pembayaran.

6. Apabila 7 hari setelah tanggal jatuh tempo wajib pajak belum melunasi kewajibannya, maka petugas harus menerbitkan surat teguran, 7 hari kemudian belum juga dibayar akan diberikan surat peringatan, 7 hari selanjutnya tetap belum dibayar maka akan diberi surat perintah penagihan seketika dan sekaligus (Surat Paksa).

Apabila dengan adanya surat paksa ini wajib pajak belum juga melunasi kewajibannya, maka 3 hari setelah keluarnya surat paksa pejabat yang berwenang akan mngeluarkan surat perintah pelaksanaan penyitaan. Hal ini disebut sebagai tindakan represif, diaman tindakan ini merupakan tindakan terakhir untuk menegakkan wibawa Peraturan Daerah.


(51)

3. Penyetoran Pajak

Berdasarkan SKPD, wajib pajak datang membayar dan melunasi hutang pajaknya. Pembayaran dari wajib pajak diterima oleh Pemegang Kas Pembantu (PKP) dengan menerbitkan SSPD sebagai bukti pembayaran dan harus divalidasi register Ka.SSPD yang asli diserahkan kepada wajib Pajak. Pemegang Kas Pembantu (PKP) wajib menyetor secara bruto ke AC 623 pada PT. Bank Sumut yang ada diwilayah kerja UPTD. Penerimaan Hasil pemungutan Pajak Air Permukaan selain dibukukan dalam Buku Kas Umum juga harus dibukukan dalam Buku Kas Pembantu. Tindakan SPTPD, SKPD, STPD atau SSPD disusun berurutan dan pendistribusian lembaran SPTPD, SKPD, STPD atau SSPD sesuai petunjuk dalam blanko.

4. Penagihan Pajak

Penagihan Pajak dilakukan apabila batas waktu 30 (tiga puluh) hari sudah dilewati dan wajib pajak belum juga melunasi kewajibannya, Blanko yang dipakai adalah Blanko STPD yang ditanda tangani oleh Ka.UPTD. Penggunaan SPTPD dapat dihindari apabila sebelum 30 hari, wajib pajak yang bersangkutan datang membayar dan melunasi kewajibannya. Sejalan dengan tugas pokok Dispenda perlu dilakukan upaya-upaya agar wajib pajak segera melunasi kewajibannya sebelum jatuh tempo, antara lain sebagai berikut :

a. Sosialisasi oleh petugas lapangan dengan wajib pajak pada saat

menyampaikan SPTPD maupun SKPD.


(52)

c. Memberi penjelasan kepada wajib pajak bahwa pajak Air Permukaan dipungut berdasarkan penetapan pajak yang sudah dihitung sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

d. Kegiatan yang proaktif, yaitu dengan datangnya petugas ke tempat wajib pajak sebelum jatuh tempo masa pajaknya.

e. Dalam laporan bulanan harus disampaikan data penetapan, realisasi dan penagihan.

B. Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Air Permukaan Tahun Anggaran 2011 S/D 2015

Tahun Target Realisasi Persentase (%)

2011 12.600.000.000 19.310.323.274 153,26

2012 12.600.000.000 28.170.835.002 223,58

2013 40.000.000.000 38.309.207.802 95,77

2014 60.000.000.000 68.524.532.854 114,21

2015*) 60.000.000.000 10.859.787.259


(53)

BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI

A. Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Air Permukaan Tahun Anggaransss 2011 S/D 2015

Provinsi Sumatera Utara adalah salah satu Daerah otonomi yang memiliki hak Ekonomi yang luas. Sesuai dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, Pemerintah Sumatera Utara dituntut untuk dapat mengisi keuangan daerah sendiri, baik melalui Pajak ataupun sumber-sumber kekayaan Daerah lainnya. Untuk membiayai keuangan daerah tersebut, pemerintah menetapkan Undang-undang mengenai Pemungutan Pajak yaitu Undang-undnag Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Dengan adanya Peraturan Daerah tersebut, maka ditindak lanjuti dengan Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 23 Tahun 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemungutan Air Pajak Permukaan di Provinsi Sumatera Utara, dimana nantinya kontribusi dan Pajak ini diharapkan dapat membantu dan mengisi Keuangan Daerah.

Berdasarkan target yang telah didapat oleh Dinas Pendapatan Sumatera Utara pada tahun 2011, 2012, dan 2014 mengalami peningkatan dan memenuhi target yang sudah ditentukan dan dilihat pada tahun 2012 hampir dua kali lipat dari target yang ditentukan hanya saja pada tahun 2013 mengalami sedikit penurunan dan tidak memenuhi target sedangkan pada tahun 2015 belum bisa terlihat apakah mengalami kenaikan ataupun penurunan.


(54)

Pencapaian target penerimaan pajak air permukaan dapat di pengaruhi oleh beberapa upaya-upaya yang telah dilakukan oleh petuhas yaitu dengan kinerja dari aparat atau petugas pajak yang sangat mendukung pencapaian target yang telah di tetapkani. Oleh karena itu, diperlukan adanya kerjasama antara petugas dan masyarkat yang menjadi wajib pajak agar tujuan yang dicapai dapat terlaksana sesuai dengan yang telah direncanakan.

B. Masalah-masalah yang dihadapi dalam Pemungutan Pajak Air Permukaan Berdasarkan dari data target dan realisasi yang sudah dicapai bisa kita lihat sesuai dengan target hanya saja ada realisasi yang tidak sesuai dengan target yang ditentukan, itu terjadi karena beberapa masalah-masalah yang dihadapi oleh petugas. Dari hasil wawancara saya dengan Bapak Ardiansyah P. Siregar, SE. adapun maslah-malasah yang dihadapi adalah :

1. Masih banyaknya wajib pajak yang belum memiliki meteran air, sehingga penetapan besaran air menggunakan sistem penaksiran

2. Banyaknya potensi yang ada dipedalaman sehingga menyulitkan petugas untuk menjangkau ke lokasi

3. Masih kurangnya personel petugas


(55)

C. Upaya-upaya yang dilakukan Untuk Meningkatkan Penerimaan Pajak Air Permukaan

Pencapaian Target dan Realisasi yang sudah dicapai oleh petugas tak lepas dari upaya-upaya yangdilakukan petugas dilapangan ,diantaranya adalah :

1. Dalam hal ijin pengambilan air, diwajibkan wajib pajak menggunakan meteran, agar penetapan besaran air ditetapkan secara transparan.

2. Ditingkatkannya koordinasi baik dengan BPPT (Badan Pelayanan Perijinan Terpadu) dalam hal memperoleh potensi baru, sehingga menambah potensi penggunaan Air Permukaan.

3. Dimasing-masing UPT (Unit Pelaksana Teknis) di pekerjakan Out Sourcing (OS) yang mana salah satu tugasnya menyampaikan SKPD ( Surat Kettetapan Pajak Daerah) ke masing-masing wajib pajak

4. Ditingkatkannya baik sarana maupun prasarana penunjang setiap petugas guna meningkatkan pendapatan daerah khususnya dari sektor Pajak Air.


(56)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari uraian masalah yang dikemukakan oleh penulis dari hasil wawancara dan data yang diperoleh dari Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Mekanisme Pemungutan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Permukaan diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Pendataan Potensi b. Penetapan Pajak c. Penyetoran Pajak d. Penagihan Pajak

2. Mekanisme pemungutannya mempercayakan sepenuhnya kepada wajib pajak untuk melaporkan kepetugas Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara mengadakan pengawasan atas kebenaran pelaporan wajib pajak, menghitung, mengkaji, dan menyetor ke kas daerah. Dalam hal ini dilakukan agar tidak terjadinya penyimpangan

3. Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara merupakan unsure pelaksana pemerintah daerah dalam melaksanakan kewenangan Gubernur Sumatera Utara dibidang Pengelolaan dan Pendapatan daerah.

4. Masa Pajak adalah jangka waktu yang menjadi dasar bagi Wajib Pajak untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang dalam suatu jangka


(57)

waktu 1 (satu) bulan kalender. Wajib Pajak melaporkan ke Dinas selambatnya 15 hari setelah berakhir masa pajak dengan mengisi SPTPD.

5. Saat pajak terutang adalah saat pengambilan dan atau pemanfaatan air permukaan atau saat terbitnya SKPD yang ditanda tangani oleh kepala UPTD DISPENDAPSU.

6. Tarif pajak pengambilan dan pemanfaatan air permukaan ditetapkan oleh Peraturan Gubernur adalah sebesar 10% (sepuluh persen)

7. Masalah-masalah yang dihadapi dalam Pemungutan Pajak Air Permukaan adalah :

a. Masih banyaknya wajib pajak yang belum memiliki meteran air, sehingga penetapan besaran air menggunakan sistem penaksiran

b. Banyaknya potensi yang ada dipedalaman sehingga menyulitkan

petugas untuk menjangkau ke lokasi c. Masih kurangnya personel petugas

d. Masih minimnya sarana dan prasarana pegawai

8. Upaya-upaya yang dilakukan Untuk Meningkatkan Penerimaan Pajak Air Permukaan adalah

a. Dalam hal ijin pengambilan air, diwajibkan wajib pajak menggunakan meteran, agar penetapan besaran air ditetapkan secara transparan. b. Ditingkatkannya koordinasi baik dengan BPPT (Badan Pelayanan

Perijinan Terpadu) dalam hal memperoleh potensi baru, sehingga menambah potensi penggunaan Air Permukaan.


(58)

c. Dimasing-masing UPT (Unit Pelaksana Teknis) di pekerjakan Out Sourcing (OS) yang mana salah satu tugasnya menyampaikan SKPD ( Surat Kettetapan Pajak Daerah) ke masing-masing wajib pajak

d. Ditingkatkannya baik sarana maupun prasarana penunjang setiap petugas guna meningkatkan pendapatan daerah khususnya dari sektor Pajak Air.

B. Saran

Untuk mengakhiri penulisan dari laporan PKLM ini, maka penulis memberikan saran-saran terkait dengan pelaksanaan mekanisme pemungutan Pajak Air Permukaan. Adapun beberapa sarannya sebagai berikut :

1. Diharapkan pemerintah harus menjunjung tinggi azas keadilan dalam bertindak dan dalam pembuatan peraturan, agar peraturan daerah bisa terhindar dan bebas dari KKN.

2. Bagi wajib pajak dan seluruh lapisan masyarakat diharapkan memiliki kesadaran yang besar akan pembangunan daerah dan peduli pajak agar terus berkembang dan memiliki kualitas yang tinggi bagi masyarakat.

3. Pelaksana Pajak sebagaiknya melakukan sosialisasi dengan masyarakat dan wajib pajak mengenai Pajak Air Permukaan, baik dari penetapan pajak, tarif pajak juga tatacara perhitungan Pajak.

4. Dilakukan peningkatan terhadap pemungutan pajak dengan memeriksa, mengawasi, dan mengadakan razia secara berkala terhadap wajib pajak maupun potensi yang ada.


(59)

5. Untuk peningkatan penerimaan Pajak Air Permukaan di Kantor DISPENDAPSU harus dilakukan evaluasi terhadap potensi-potensi yang ada untuk memaksimalkan penerimaan pajak air permukaan

6. Perlu ditingkatkannya sarana dan prasarana bagi petugas khususnya untuk menjangkau daerah-daerah yang ada di pedalaman .


(60)

DAFTAR PUSTAKA

Resmi, Siti. 2011. Perpajakan Teori dan Kasus. Jakarta Selatan: Penerbit Salemba Empat.

Peraturan Perundangan:

Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retibusi Daerah.

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

Undang-undang Nomor 28 tahun 2007 tentang perubahan ketiga atas undang-undang nomor 6 tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan

Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 23 Tahun 2011 tentang Petunujuk Pelaksanaan Pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Sumatera Utara

Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 1 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah Provinsi Sumatera Utara

Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 19 Tahun 2010 tentang Uraian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara


(1)

C. Upaya-upaya yang dilakukan Untuk Meningkatkan Penerimaan Pajak Air Permukaan

Pencapaian Target dan Realisasi yang sudah dicapai oleh petugas tak lepas dari upaya-upaya yangdilakukan petugas dilapangan ,diantaranya adalah :

1. Dalam hal ijin pengambilan air, diwajibkan wajib pajak menggunakan

meteran, agar penetapan besaran air ditetapkan secara transparan.

2. Ditingkatkannya koordinasi baik dengan BPPT (Badan Pelayanan Perijinan

Terpadu) dalam hal memperoleh potensi baru, sehingga menambah potensi penggunaan Air Permukaan.

3. Dimasing-masing UPT (Unit Pelaksana Teknis) di pekerjakan Out Sourcing

(OS) yang mana salah satu tugasnya menyampaikan SKPD ( Surat Kettetapan Pajak Daerah) ke masing-masing wajib pajak

4. Ditingkatkannya baik sarana maupun prasarana penunjang setiap petugas


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari uraian masalah yang dikemukakan oleh penulis dari hasil wawancara dan data yang diperoleh dari Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Mekanisme Pemungutan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Permukaan

diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Pendataan Potensi

b. Penetapan Pajak

c. Penyetoran Pajak

d. Penagihan Pajak

2. Mekanisme pemungutannya mempercayakan sepenuhnya kepada wajib pajak

untuk melaporkan kepetugas Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara mengadakan pengawasan atas kebenaran pelaporan wajib pajak, menghitung, mengkaji, dan menyetor ke kas daerah. Dalam hal ini dilakukan agar tidak terjadinya penyimpangan

3. Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara merupakan unsure pelaksana

pemerintah daerah dalam melaksanakan kewenangan Gubernur Sumatera Utara dibidang Pengelolaan dan Pendapatan daerah.

4. Masa Pajak adalah jangka waktu yang menjadi dasar bagi Wajib Pajak untuk


(3)

waktu 1 (satu) bulan kalender. Wajib Pajak melaporkan ke Dinas selambatnya 15 hari setelah berakhir masa pajak dengan mengisi SPTPD.

5. Saat pajak terutang adalah saat pengambilan dan atau pemanfaatan air

permukaan atau saat terbitnya SKPD yang ditanda tangani oleh kepala UPTD DISPENDAPSU.

6. Tarif pajak pengambilan dan pemanfaatan air permukaan ditetapkan oleh

Peraturan Gubernur adalah sebesar 10% (sepuluh persen)

7. Masalah-masalah yang dihadapi dalam Pemungutan Pajak Air Permukaan

adalah :

a. Masih banyaknya wajib pajak yang belum memiliki meteran air,

sehingga penetapan besaran air menggunakan sistem penaksiran

b. Banyaknya potensi yang ada dipedalaman sehingga menyulitkan

petugas untuk menjangkau ke lokasi

c. Masih kurangnya personel petugas

d. Masih minimnya sarana dan prasarana pegawai

8. Upaya-upaya yang dilakukan Untuk Meningkatkan Penerimaan Pajak Air

Permukaan adalah

a. Dalam hal ijin pengambilan air, diwajibkan wajib pajak menggunakan

meteran, agar penetapan besaran air ditetapkan secara transparan.

b. Ditingkatkannya koordinasi baik dengan BPPT (Badan Pelayanan

Perijinan Terpadu) dalam hal memperoleh potensi baru, sehingga menambah potensi penggunaan Air Permukaan.


(4)

c. Dimasing-masing UPT (Unit Pelaksana Teknis) di pekerjakan Out Sourcing (OS) yang mana salah satu tugasnya menyampaikan SKPD ( Surat Kettetapan Pajak Daerah) ke masing-masing wajib pajak

d. Ditingkatkannya baik sarana maupun prasarana penunjang setiap

petugas guna meningkatkan pendapatan daerah khususnya dari sektor Pajak Air.

B. Saran

Untuk mengakhiri penulisan dari laporan PKLM ini, maka penulis memberikan saran-saran terkait dengan pelaksanaan mekanisme pemungutan Pajak Air Permukaan. Adapun beberapa sarannya sebagai berikut :

1. Diharapkan pemerintah harus menjunjung tinggi azas keadilan dalam

bertindak dan dalam pembuatan peraturan, agar peraturan daerah bisa terhindar dan bebas dari KKN.

2. Bagi wajib pajak dan seluruh lapisan masyarakat diharapkan memiliki

kesadaran yang besar akan pembangunan daerah dan peduli pajak agar terus berkembang dan memiliki kualitas yang tinggi bagi masyarakat.

3. Pelaksana Pajak sebagaiknya melakukan sosialisasi dengan masyarakat dan

wajib pajak mengenai Pajak Air Permukaan, baik dari penetapan pajak, tarif pajak juga tatacara perhitungan Pajak.

4. Dilakukan peningkatan terhadap pemungutan pajak dengan memeriksa,

mengawasi, dan mengadakan razia secara berkala terhadap wajib pajak maupun potensi yang ada.


(5)

5. Untuk peningkatan penerimaan Pajak Air Permukaan di Kantor DISPENDAPSU harus dilakukan evaluasi terhadap potensi-potensi yang ada untuk memaksimalkan penerimaan pajak air permukaan

6. Perlu ditingkatkannya sarana dan prasarana bagi petugas khususnya untuk


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Resmi, Siti. 2011. Perpajakan Teori dan Kasus. Jakarta Selatan: Penerbit Salemba Empat.

Peraturan Perundangan:

Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retibusi Daerah.

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

Undang-undang Nomor 28 tahun 2007 tentang perubahan ketiga atas undang-undang nomor 6 tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan

Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 23 Tahun 2011 tentang Petunujuk Pelaksanaan Pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Sumatera Utara

Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 1 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah Provinsi Sumatera Utara

Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 19 Tahun 2010 tentang Uraian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara