o. Menyelenggarakan evaluasi atas pelaksanaan tugas dan kegiatan yang
dilaksanakan. p.
Menyelenggarakan pembinaan dam memelihara data bahan di bidang pajak- pajak, retribusi dan pendapatan lain-lain.
q. Menyelenggarakan pemberian masukan kepada kepala dinas untuk
pengambilan kebijakan. r.
Menyelenggarakan tugas lain yang diberikan kepala dinas, sesuai tugas dan fungsinya.
s. Menyelenggarakan pelaporan dan pertanggungjawaban atas pelaksanaan
tugas, sesuai dengan standar yang ditetapkan. Untuk membantu melaksanakan Uraian Tugas Unit Pelaksana Teknis Dinas di bantu
oleh: a.
Sub Bagian Tata Usaha b.
Seksi penagiahan Pajak c.
Seksi Retribusi dan pendapatan lain-lain
D. Tata Kerja Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara
Untuk mewujudkan integrasi, sinkronisasi dan harmonisasi kerja dilingkungan Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara, semua pejabat struktural pada dinas
wajib membangun, memelihara, dan membina komunikasi vertical dan komunikasi horizontal serta koordinasi dan kerjasama yang baik dengan perangkat daerah lainnya
dan pihak terkait, serta menerapkan prinsip partisipasi, transparansi dan akuntabilita baik internal maupun eksternal.
Kepala Dinas wajib melaksanakan pengawasan dan pembinaan terhadap bawahannya masing-masing. Dalam hal Kepala Dinas berhalangan dalam
melaksanakan tugas karena sesuatu hal, sekretaris melaksanakan tugas-tugas Kepala Dinas sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Apabila sekretaris
berhalangan melaksanakan tugasnya karena sesuatu hal, maka Kepala Dinas menghunjuk pejabat yang telah memenuhi persyaratan untuk melaksanakan tugas
sekretaris. Apabila Kepala Bidang dan Kepala UPTD berhalangan dalam menjalankan tugasnya karena sesuatu hal, Kepala Dinas menghunjuk pejabat yang
telah memenuhi persyaratan untuk melaksanakan tugas Kepala Bidang danatau Kepala UPTD, dengan dilengkapi administrasi pelaksanaan tugas, sesuai ketentuain
dan standar yang berlaku. Atas dasar pertimbangan dayaguna dan hasilguna,dalam hal berhalangan melaksanakam tugasnya, masing-masingpejabat dapat menghunjuk
dan mendelegasikan tugasnya kepada pejabat setingkat dibawahnya yang dapat bertanggungjawab, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
E. Gambaran Umum Pegawai Pada Dispenda Provinsi Sumatera Utara
No Bagian Bidang Jumlah
1 Kepala Dinas
1 Orang 2
Sekretariat 101 Orang
3 Bidang Pengembangan dan Pengendalian
16 Orang 4
Bidang PKB dan PKAA 21 Orang
5 Bidang Pajak Air dan Pajak Lainnya
22 Orang 6
Bidang Retribusi dan Pendapatan Lainnya 22 Orang
7 Unit Pelaksanaan Teknis Dinas
97 Orang
Jumlah Pegawai 280 Orang
Sumber : Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara
BAB III URAIAN TEORI PAJAK AIR PERMUKAAN DAN DATA TARGET SERTA
REALISASI PAJAK A. Uraian Teori
1. Definisi Pajak Air Permukaan
Menurut Undang-undang No.28 Tahun 2007. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Menurut Undang-undang No.28 Tahun 2009. Pajak Daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur-unsur:
1. Kontribusi dari rakyat kepada negara, bahwa yang berhak memungut pajak
hanyalah negara dan kontribusi tersebut berupa uang bukan barang 2.
Berdasarkan Undang-undang, pajak di pungut berdasarkan atau dengan ketentuan Undang-undang serta aturan pelaksanaanya.
3. Tanpa jasa timbal balik atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung
dapat di pungut.
4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, untuk pengeluaran yang
bermanfaat. Menurut Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 1 Tahun 2011 Pajak Air
Permukaan yang selanjutnya disebut PAP adalah pajak atas pengambilan danatau pemanfaatan air permukaan. Air permukaan adalah semua air ynag terdapat pada
permukaan tanah, tidak termasuk air laut, baik yang berada di laut maupun didarat.
2. Ketentuan Umum Pajak Air Permukaan
Adapun Ketentuan Umum Pajak Air Permukaan berdasarkan Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 23 Tahun 2011 Pasal 1 adalah sebagai berikut:
1. Gubernur adalah Gubernur Sumatera Utara
2. Dinas Pendapatan adalah Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara
3. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara
4. Pejabat adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu dibidang perpajakan daerah
sesuai peraturan perundang-undangan
5. Pajak Air Permukaan yang selanjutnya disebut PAP adalah pajak atas
pengambilan dan atau pemanfaatan air permukaan
6. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan meliputi membayar pajak,
pemotonng pajak dan pemungut pajak yang mempunyai hak dan kewajiban
perpajakan sesuai dengan ketentuan perundangundangan perpajakan daerah
7. Masa Pajak adalah jangka waktu 1 satu bulan kalende atau jangka waktu
lain yang di atur dengan Peraturan Gubernur, paling lama 3 tiga bulan
kalender yang menjadi dasar bagi wajib pajak untuk menghitung, menyetor
dan melaporkan pajak yang terutang
8. Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam
masa pajak, dalam tahun pajak atau dalam bagian tahun pajak sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah
9. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah yang selanjutnya disebut SPTPD adalah
surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan danatau pembayaran pajak, objek pajak danatau bukan objek pajak danatau
harta dan kewajiban sesuai peraturan perundangundangan perpajakan daerah
10. Surat Ketetapan Pajak Daerah yang selanjutnya disebut SKPD adalah surat
ketetapan yang menentukan jumlah pokok pajak terutang
11. Surat Setoran Pajak Daerah yang selanjutnya disebut SSPD adalah bukti
pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau dilakukan dengan cara lain ke kas daerah melalui
tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Gubernur
12. Surat Tagihan Pajak Daerah yang selanjutnya disebut STPD adalah surat
untuk melakukan tagihan pajak danatau sanksi admnistrasi berupa bunga
danatau denda
3. Dasar Hukum Pemungutan Pajak Air Permukaan
Pemungutan Pajak Air Permukaan di Indonesia saat ini didasarkan pada dasar hukum yang jelas dan kuat sehingga harus dipatuhi oleh masyarakat dan pihak yang
terkait. Dasar-dasar hukum tersebut adalah sebagai berikut :
1. Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintah Daerah
2. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah 3.
Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas-dinas Daerah
4. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah Provinsi
5. Peraturan Gubernur Nomor 19 Tahun 2010 tentang Struktur Organisasi
Dispenda Provinsi Sumatera Utara 6.
Peraturan Gubernur Nomor 23 Tahun 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Sumatera Utara
4. Objek Pajak Air Permukaan
Objek Pajak Air Permukaan Adalah Pengambilan dan atau Pemanfaatan Air Permukaan, tidak termasuk Air Laut baik yang berada di Laut ataupun di Darat.
Klasifikasi Objek Pajak air Permukaan dibagi atas Faktor Pengambilan dan Faktor Pemanfaatan. Adapun klasifikasi Objek Pajak Air Permukaan dari Faktor
Pengambilan terdiri dari 2 golongan yakni : a.
Air Permukaan Tergenang K-1 b.
Air Permukaan Mengalir K-II Dan klasifikasi Objek Pajak Air Permukaan dari Faktor Pemanfaatan juga di bagi 2
golongan yang terdiri dari : a.
Air Permukaan untuk Industri I b.
Air Permukaan untuk Non Industrin Non-I
Adapun hal-hal yang tidak termasuk dari Objek Pajak Air Permukaan Adalah: a.
Pengambilan danatau Pemnafaatan Air Permukaan untuk keperluan dasar Rumah Tangga, Pengairan, Pertanian dan Perikanan Rakyat, dengan tetap
memperhatikan kelestarian lingkungan dan ketentuan Peraturan Perundang- undangan
b. Pengambilan danatau Pemanfaatan air Permukaan untuk keperluan lainnya
yang ditetapkan dengan Peraturan Gubernur.
5. Subjek Pajak dan Wajib Pajak Air Permukaan
Dalam Perpajakan Subjek Pajak Air Permukaan adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan Pengambilan danatau Pemanfaatan Air Permukaan.
Sedangkan Wajib Pajak Air Permukaan adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan Pengambilan danatau Pemanfaatan Air Permukaan.
Dalam subjek dan wajib Pajak Air Permukaan, Badan adalah sekumpulan orang danatau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun
yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan
nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi social politik, atau organisasi
lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap. Orang pribadi adalah mereka yang telah mempunyai penghasilan
diatas Penghasilan Tidak Kena Pajak PTKP dimana batasannya telah ditentukan oleh Undang-undang Perpajakan
6. Dasar Pengenaan, Tarif dan Cara Perhitungan Pajak Air Permukaan
a. Dasar Pengenaan Pajak Air Permukaan
1. Dasar Pengenaan Pajak Air Permukaan adalah Nilai Perolehan Air NPA
2. Nilai Perolehan Air NPA adalah Suatu Perkalian Harga Dasar Air
HDA dengan Volume Air 3.
Harga Dasar Air HDA adalah suatu Perkalian Faktor Nilai Air FNA dengan Harga Air Baku HAB
4. Faktor Nilai Air FNA ditetapkan secara progresif sesuai jumlah Volume
air di pakai, sedangkan Harga Air Baku HAB bersifat tetap dinilai dengan Rupiah
5. Perhitungan Penentuan besarnya Harga Air Baku HAB dan Harga Dasar
Air HDA ditetapkan lebih lanjut dalam Peraturan Gubernur, dan ketetapan dimaksud dapat ditinjau secara priodik sesuai keadaan dan
kebutuhannya 6.
Pengambilan danatau Pemanfaatan Air Permukaan oleh PDAM, PT. PERTAMINA dan PT. PLN PERSERO untuk Pembangkit Listrik
penetapan Harga Dasar Air HDA nya diataur dalam Peraturan Gubernur 7.
Setiap pengambilan danatau Pemanfaatan Air Permukaan wajib menyediakan dan memasang alat meter atau alat pengukur debit air sesuai
spesifikasi yang ditentukan oleh Pejabat berwenang 8.
Penggunaan alat meter atau alat pengukur debit air sah apabila telah di segel oleh Pejabat berwenang
9. Terhadap Wajib Pajak yang belum mempunyai meteran air, penentuan
kubikasi pemakaian air dilakukan dengan penaksiran, Tata cara perhitungan penaksiran kubikasi Pemakaian atau Pemanfaatan Air
Permukaan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Gubernur. b.
Tarif Pajak Air Permukaan Tarif Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Permukaan yang telah
ditetapkan oleh Peraturan Gubernur adalah sebesar 10 sepuluh persen. c.
Cara Perhitungan Pajak Air Permukaan Peruntukan perhitungan ini di golongkan pada beberapa jenis perhitungan,
yaitu : 1. Perhitungan Faktor Nilai Air Permukaan
Cara menghitung Faktor Nilai Air Permukaan : a.
Faktor Nilai air Permukaan air tergenang untuk wajib Pajak Golongan Industri K-I sebagaimana tercantum dalam Lampiran I huruf A yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini b.
Faktor Nilai air Permukaan air mengalir untuk wajib Pajak Golongan Industri K-II sebagaimana tercantum dalam Lampiran I huruf B yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini c.
Faktor Nilai air Permukaan air tergenang untuk wajib Pajak Golongan Industri K-I sebagaimana tercantum dalam Lampiran I huruf C yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini
d. Faktor Nilai air Permukaan air mengalir untuk wajib Pajak Golongan
Industri K-II sebagaimana tercantum dalam Lampiran I huruf B yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini;
2. Perhitungan Nilai Perolehan Air Permukaan Cara perhitungan Harga Air Baku untuk Air Permukaan adalah :
a. Biaya investasi mulai dari standar minimal disusun secara proporsional
ketingkat Investasi Rp. 150.000.000 b.
Biaya operasional dan biaya investasi ditetapkan dengan perbandingan 1:2,5 satu berbanding dua koma lima
c. Umur teknis dan umur ekonomis mesin dan instalasi ditetapkansepuluh tahuh
d. Volume air yang dihasilkan rata-rata setiap hari 50 M3 atau 182.500 M3
selama umur teknis dan ekonomis mesin dan instalasi Cara menghitung Nilai Perolehan Air adalah :
a. Mengalikan Faktor Nilai Air dengan Harga Air Baku menjadi harga Dasar Air
menurut bagian volume segmen kubikasi b.
Harga dasar air dikalikan dengan besar volume menjadi Nilai Perolehan Air.
7. Masa Pajak , Surat Pemberitahuan Pajak, Ketetapan Pajak dan Saat Pajak Terutang Pajak Air Permukaan
1. Masa Pajak dan Surat Pemberitahuan Pajak
Masa Pajak adalah jangka waktu yang menjadi dasar bagi Wajib Pajak untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang dalam suatu jangka
waktu tertentu sebagaimana ditentukan. Pada Pengambilan dan Pemanfaatan Pajak Air Permukaan, Masa Pajak adalah jangka waktu 1 satu bulan kalender.
Setiap Wajib Pajak harus melaporkan data volume Pengambilan danatau Pemanfaatan air dengan mengisi Surat Pemberitahuan Pajak Daerah SPTPD yang
diisi dengan benar, jelas dan lengkap serta ditanda tangani oleh Wajib Pajak atau Kuasanya setiap bulannya. SPTPD tersebut disampaikan ke Dinas selambat-
lambatnya 15 lima belas hari setelah berakhirnya Masa Pajak dan Apabila Wajib Pajak tidak menyampaikan SPTPD lewat 15 lima belas hari setelah berakhir Masa
Pajaknya maka pajak yang terutang dihitung dan ditetapkan berdasarkan data hasil pemeriksaan dilapangan dan atau data yang ada.
Surat Pemberitahuan Pajak adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan danatau pembayaran pajak, objek pajak danatau
bukan objek pajak, danatau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
2. Ketetapan Pajak
Ketetapan Pajak didasarkan pada jumlah kubikasi pemakaian air yang dilaporkan Wajib Pajak dalam SPTPD atau didasarkan kepada hasil pendataan dan
atau hasil pemeriksaan dilapangan oleh pejabat yang berwenang. Berdasarkan data tersebutlah ditetapkan besarnya Pajak terutang dengan menerbitkan SKPD yang harus
disampaikan kepada Wajib Pajak selambat-lambatnya 1 satu minggu sejak tanggal penerbitannya.
Surat ketetapan pajak adalah surat ketetapan yang meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat
Ketetapan Pajak Nihil, atau Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar. a.
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah
kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah pajak yang masih harus dibayar.
b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan adalah surat ketetapan pajak
yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan c.
Surat Ketetapan Pajak Nihil adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak
tidak terutang dan tidak ada kredit pajak. d.
Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak
lebih 3. Pajak Terutang
Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam Masa Pajak, dalam Tahun, atau dalam Bagian Tahun Pajak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan Berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi Sumatera Utara, pajak terutang
terhitung sejak diterbitkannya SKPD.
8. Tata Cara Pembayaran Pajak
Pajak yang terutang dilunasi selambat-lambatnya 30 tiga Puluh hari sejak terbitnya SKPD, STPD atau Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan
Keberatanbanding. Pembayaran Pajak harus lunas atau sekaligus ke Kas Daerah Provinsi Sumatera Utara atau PT. Bank Sumut AC 623 atau tempat lain yang ditunjuk
oleh Gubernur. Pembayaran Pajak dilakukan oleh Wajib Pajak dengan menggunakann SSPD, sesuai data yang ada pada SKPD, STPD atau Surat Keputusan
Pembetulan, Surat Keputusan Keberatanbanding.
9. Mekanisme Pemungutan Pajak
Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan yang dimulai dari perhimpunan data objek dan subjek pajak, penentuan pajak yang terutang sampai
pada kegiatan Penagihan Pajak kepada Wajib Pajak serta Pengawasan dan Penyetorannya. Kegiatan ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Pendataan Potens
b. Penetapan Pajak
c. Penyoran Pajak
d. Pennagihan Pajak
1. Pendataan Potensi Pendataan objeksubjek dilakukan langsung kelapangan dengan
mempersiapkan data-data awal, petugas turun kelapangan juga harus mempunyai surat tugas yang ditanda tangani oleh Ka.UPT Kegiatan-kegiatan pendataan tersebut
meliputi :
a. Jenis Sumber Air Permukaan
b. Lokasi Pemanfaatan Air dekat atau jauh dari PDAM, Danau, Sungai, Waduk
dan Rawa c.
Apakah Air Permukaan tersebut berasal dari air yang mengalir sungai dan air yang tergenang danau
d. Ada tidaknya izin atau data perizinan dari Pihak yang berwenang
e. Ada tidaknya alat meter air, jika ada supaya dicatat angka terakhir yang tertera
di alat meter pada tanggal dimulainya kewenangan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara memungut Pajak Air Permukaan.
Dan hasil pelaksanaan kegiatan pendaatan tersebut dilaporkan kepada Kadispendasum untuk bahan masukan dan untuk menetapkan kebijakan selanjutnya.
2. Penetapan Pajak Proses Penetapan Pajak dimulai dari penyampaian Blanko Surat
Pemberitahuan Pajak Daerah SPTPD kepada Wajib Pajak yaitu sebelum berakhir masa pajak 1 minggu sebelum akhir bulan berjalan. Apabila tenggangan waktu 15
hari dilewati dan wajib pajak tidakbelum menyampaikan SPTPD ke Kantor UPTD, maka petugas harus mendatangi alamat wajib pajak untuk:
a. Mempertanyakan, meminta SPTPD yang telah diisi dan ditanda tangani oleh
wajib pajak. b.
Melakukan pemeriksaan data SPTPD dengan data alamat air. c.
Mencatat Kubikasi air yang diambil dan di manfaatkan. d.
Apabila meteran rusak peetugas UPTD membuat panaksiran air sesuai dengan penetapan bulan lalu.
Setelah memproleh data lapangan berdasarkan SPTPD atau data alat meteran air atau penaksiran kubikasi, Maka langkah kedua adalah sebagai berikut:
1. Menghitung besarnya pajak trutang dengan teliti dan tepat.
2. Menuangkan hasil perhitungan pajak terutang ke blanko Surat Ketatapan
Pajak Daerah. 3.
SKPD yang telah ditanda tangani oleh Ka.UPTD dikirimkandisampaikan kepada Wajib Pajak lembar asli dengan memakai ekspedisi dengan tanda
terima. 4.
Apabila tenggang waktu 30 hari dilewati dan wajib pajak belum melunasi kewajibannya, maka akan dikenakan sanksi administrasi sebesar 2 dalam
sebulan. 5.
Data SPTPD, SKPD, STPD, dicatat dalam Buku Induk Potensi Pajak Air Permukaan, Kartu Kendali, Buku Penetapan Pembayaran.
6. Apabila 7 hari setelah tanggal jatuh tempo wajib pajak belum melunasi
kewajibannya, maka petugas harus menerbitkan surat teguran, 7 hari kemudian belum juga dibayar akan diberikan surat peringatan, 7 hari
selanjutnya tetap belum dibayar maka akan diberi surat perintah penagihan seketika dan sekaligus Surat Paksa.
Apabila dengan adanya surat paksa ini wajib pajak belum juga melunasi kewajibannya, maka 3 hari setelah keluarnya surat paksa pejabat yang berwenang
akan mngeluarkan surat perintah pelaksanaan penyitaan. Hal ini disebut sebagai tindakan represif, diaman tindakan ini merupakan tindakan terakhir untuk
menegakkan wibawa Peraturan Daerah.
3. Penyetoran Pajak Berdasarkan SKPD, wajib pajak datang membayar dan melunasi hutang
pajaknya. Pembayaran dari wajib pajak diterima oleh Pemegang Kas Pembantu PKP dengan menerbitkan SSPD sebagai bukti pembayaran dan harus divalidasi
register Ka.SSPD yang asli diserahkan kepada wajib Pajak. Pemegang Kas Pembantu PKP wajib menyetor secara bruto ke AC 623 pada PT. Bank Sumut yang ada
diwilayah kerja UPTD. Penerimaan Hasil pemungutan Pajak Air Permukaan selain dibukukan dalam Buku Kas Umum juga harus dibukukan dalam Buku Kas Pembantu.
Tindakan SPTPD, SKPD, STPD atau SSPD disusun berurutan dan pendistribusian lembaran SPTPD, SKPD, STPD atau SSPD sesuai petunjuk dalam blanko.
4. Penagihan Pajak Penagihan Pajak dilakukan apabila batas waktu 30 tiga puluh hari sudah
dilewati dan wajib pajak belum juga melunasi kewajibannya, Blanko yang dipakai adalah Blanko STPD yang ditanda tangani oleh Ka.UPTD. Penggunaan SPTPD dapat
dihindari apabila sebelum 30 hari, wajib pajak yang bersangkutan datang membayar dan melunasi kewajibannya. Sejalan dengan tugas pokok Dispenda perlu dilakukan
upaya-upaya agar wajib pajak segera melunasi kewajibannya sebelum jatuh tempo, antara lain sebagai berikut :
a. Sosialisasi oleh petugas lapangan dengan wajib pajak pada saat
menyampaikan SPTPD maupun SKPD. b.
Melakukan pendekatan secara informal dengan wajib pajak dalam arti positif
c. Memberi penjelasan kepada wajib pajak bahwa pajak Air Permukaan
dipungut berdasarkan penetapan pajak yang sudah dihitung sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
d. Kegiatan yang proaktif, yaitu dengan datangnya petugas ke tempat wajib
pajak sebelum jatuh tempo masa pajaknya. e.
Dalam laporan bulanan harus disampaikan data penetapan, realisasi dan penagihan.
B. Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Air Permukaan Tahun Anggaran 2011 SD 2015
Tahun Target
Realisasi Persentase
2011 12.600.000.000
19.310.323.274 153,26
2012 12.600.000.000
28.170.835.002 223,58
2013 40.000.000.000
38.309.207.802 95,77
2014 60.000.000.000
68.524.532.854 114,21
2015 60.000.000.000
10.859.787.259 2015 Keadaan sd Mei 2015
BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI
A. Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Air Permukaan Tahun Anggaransss 2011 SD 2015