Mekanisme Pemungutan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Permukaan Pada Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara
LAPORAN TUGAS AKHIR
LAPORAN PRAKTIK KERJA MANDIRI (PKLM) MEKANISME PEMUNGUTAN PAJAK PENGAMBILAN DAN
PEMANFAATAN AIR PERMUKAAN PADA DINAS PENDAPATAN PROVINSI
SUMATERA UTARA O
L E H
Nama : AMIR HAMZAH NIM : 102600072
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2013
(2)
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr.wb
Bismillahirrohmanirrohim
Alhamdulillah tak berhenti-hentinya penulis memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan karunia dan rahmatnya berupa kemudahan-kemudahan dalam penulisan laporan ini. Dan tak lupa pula penulis mengucapkan shalawat beriring salam kepada Nabi Besar Muhammad SAW.
Pada kesempatan ini penulis akan membahas suatu topik dengan judul “Mekanisme Pemungutan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Permukaan Pada Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara”. Adapun penulisan Laporan Tugas Akhir ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat untuk dapat mencapai kelulusan bagi mahasiswa program studi diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
Pada penulisan Laporan PKLM ini penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak terlepas dari bantuan pihak-pihak yang telah memberi motivasi dan dukungan yang sangat besar dalam penyelesaian tulisan ini, dan dengan itu sepantasnya penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak tersebut, terutama sekali kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
(3)
2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si selaku Ketua Jurusan Program Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Robinson Sembiring, M.Si selaku pembimbing penulis
yang telah banyak memberikan perhatian, petunjuk, dan pengarahan serta meluangkan waktunya kepada penulis dalam menyelesaikan Laporan PKLM ini.
4. Ibu arlina, SH, M.Hum selaku sekretari Program Studi Diploma III
Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara, khusunya Jurusan Program Diploma III Administrasi Perpajakan, yang telah memberikan berbagai ilmu mulai dari tingkat pertama hingga penulisan laporan ini.
6. Staf Jurusan Program Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang selalu membantu penulis.
7. Bapak Adriansyah P. Siregar, SE selaku Kasi Pajak Air dan Pajak
Lainnya sekaligus sebagai Supervisor lapangan yang telah banyak membantu serta meluangkan waktunya dalam memberikan informasi juga memberikan jawaban atas pertanyaan mengenai penulisan Laporan PKLM ini.
(4)
8. Terima Kasih seluruh Staf pegawai Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara khususnya staf seksi ABT/APU.
9. Terima Kaih seluruh staf pegawai di kantor BALITBANG Provinsi
Sumatera Utara.
10.Terima Kaih kepada Bapak Ridwan Manurung, SH selaku Kabid.
Pembinaan Kewaspadaan Nasional serta seluruh staf pegawai Badan Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat.
11.Penghargaan teristimewa dan yang paling utama penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Keluarga Besar penulis, teruma kepada Ayahanda dan ibunda tercinta telah menjadi orang tua yang telah membimbing dan mengasuh penulis dari kecil hingga dewasa serta selalu membantu penulis dalam doa dan dukungan moral serta material yang tidak ternilai harganya.
12.Terima Kasih kepada Kakak, Abang yang tersayang atas dukungan
yang tak terhingga sampai saat ini, juga kepada semua keponakan penulis yang selalu membuat hati penulis menjadi senang, semoga menjadi anak-anak yang soleh dan soleha juga berbakti kepada orang tua.
13.Terima Kasih Untuk Kekasihku Anita Fitria Nasution, yang selalu
mendukung dan memberi motivasi bagi penulis. Mudah-mudahan kita terus berjuang mencapai cita-cita kita masing-masing, dan bias melanjutkan hubungan ke jenjang Pelaminan. Amiin
(5)
14.Terima Kasih untuk seluruh teman-teman seperjuangan TAX B ’10, semoga kita semua menjadi orang-orang yang sukses dan berguna dikemudian hari.
15.Terima Kasih untuk semua teman-teman stambuk ’10, abang-abang
dan kakak-kakak Alumni Program Diploma III Administrasi Perpajakan
16.Terima Kasih untuk teman-teman Tim Futsal Bintang Batrei atas
dukungan dan inspirasi yang telah kalian berikan pada penulis.
17.Terimakasih untuk teman-teman terdekat penulis, waliyul, hasbi,
pandi, ari sanjaya, ardian dan teman-teman lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, motivasi dan dukungan dari teman-teman sangat berharga bagi penulis.
Dalam penulisan Laporan Tugas Akhir ini penulis menyadari sepenuhnya,dimana masih banyak kekurangan dan kelemahan yang harus dibenahi. Dan dalam hal ini disebabkan keterbatasan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh penulis dalam memperoleh dan mengumpulkan dan mengolah data. Meskipun demikian penulis berusaha semaksimal mungkin agar tulisan ini dapat tersusun dengan baik dan selesai sebagaimana mestinya. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati dan sikap terbuka penulis menerima segala saran dan kritik semua pihak yang bersifat membangun kearah perbaikan demi kesempurnaan penulisan dan dapat memberikan manfaat dimasa yang akan datang.
(6)
Akhirnya kepada Allah SWT jugalah Penulis kembali berserah diri,Mudah-mudahan penulis mendapatkan berkat dari Allah SWT karena tiada kata satu pun yang dapat terwujud jika tidak atas kehendak dan seizinnya.
Medan, 11 September 2013 Penulis
102600072 AMIR HAMZAH
(7)
DAFTAR ISI
Halaman
KATAPENGANTAR... i
DAFTAR ISI... iii
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang PKLM... 1
B. Tujuan dan Manfaat ... 4
C. Uraian Teoritis ... 7
D. Ruang Lingkup PKLM... 8
E. Metode PKLM... 9
F. Metode Pengumpulan Data... 10
G. Sistematika Penulisan Laporan PKLM... 11
BAB II : GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN PROVINSI SUMATERA UTARA A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara 14 B. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara... 18
C. Uraian Tugas Pokok Dan Fungsi Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara... 18
D. Tata Kerja Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara 22
E. Gambaran Umum Pegawai Pada Dispenda Provinsi Sumatera Utara... 34
(8)
BAB III : GAMBARAN DATA PAJAK PENGAMBILAN DAN PEMANFAATAN AIR PERMUKAAN
A. Defenisi Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan
Air Permukaan... 38
B. Ketentuan Umum pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Permukaan... 40
C. Dasar Hukum Pemungutan Pajak Air Permukaan... 42
D. Objek Pajak Air Permukaan... 43
E. Subjek Pajak dan Wajib Pajak Air Permukaan... 44
F. Dasar Pengenaan, Tarif dan Cara Perhitungan Pajak Air Permukaan... 45
G. Masa Pajak , Surat Pemberitahuan Pajak, Ketetapan Pajak dan Saat Pajak Terutang Pajak Air Permukaan... 48
H. Tata Cara Pembayaran Pajak... 51
BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI A. Mekanisme Pemungutan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Permukaan... 55
1. Pendataan Potensi... 55
2. Penetapan Pajak... 56
3. Penagihan Pajak... 58
4. Penyetoran Pajak... 59
B. Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Air Permukaan Tahun Anggaran 2012 s/d 2013... ... 62
(9)
C. Hambatan-hambatan Utama yang menyebabkan Masih Banyaknya Wajib Pajak tidak membayar
Pajak Air Permukaan... 64
D. Upaya – upaya yang Dilakukan untuk Meningkatkan
Penerimaan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan
Air Permukaan... 64
E. Faktor- faktor yang Mendukung dan Menghambat
Pemungutan Pajak Air Permukaan... 65
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan... 68 B. Saran – Saran... 70
(10)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Seiring dengan perkembangan perekonomian Indonesia akan diikuti pula dengan kebijakan-kebijakan dibidang pajak. Oleh karena itu, pajak merupakan fenomena yang selalu berkembang di masyarakat.
Bila kita berbicara mengenai pajak maka ada terdapat dua pihak yang selalu bersinggungan yaitu pemerintah di satu pihak dan masyarakat di pihak lain, dalam rangka mendukung perkembangan otonomi daerah yang nyata dan dinamis serasi dan bertanggung jawab, dengan adanya otonomi daerah dipacu untuk dapat mendukung pembiayaan pengeluaran daerah. Undang-undang tentang Pemerintah Daerah menetapkan pajak daerah dan retribusi daerah menjadi salah satu sumber penerimaan yang berasal dari dalam daerah dan diperkembangkan sesuai dengan kondisi masing-masing daerah.
Dengan dilakukannya system otonomi daerah berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Pertimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, maka pemerintahan daerah akan lebih giat dalam membangun rumah tangga daerahnya sendiri melalui pengenaan pajak daerah yang menjadi pendapatan asli daerah.
Untuk membiayai rumah tangga daerah tersebut,pemerintah sendiri menetapkan undang-undanag mengenai pemungutan pajak yang dilakukan berdasarkan ketetapan yang berlaku. Terdapat pada Undang-undang Nomor 28
(11)
Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, dimana pajak daerah tersebut terbagi menjadi dua jenis yaitu: Pajak provinsi dan pajak kabupaten/kota.
1. Pajak Provinsi tersebut terdiri dari:
1.1Pajak Kenderaan Bermotor dan Kenderaan di Atas Air.
1.2Pajak Bea Balik Nama Kenderaan Bermotor dan Kenderaan di Atas
Air.
1.3Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
1.4Pajak Air Permukaan. 1.5Pajak Rokok
2. Pajak Kabupaten/Kota terdiri dari: 2.1Pajak Hotel
2.2Pajak Restoran 2.3Pajak Hiburan
2.4Pajak Reklame
2.5Pajak Penerangan Jalan
2.6Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
2.7Pajak Parkir 2.8Pajak Air Tanah
2.9 Pajak Sarang Burung Walet
2.10 Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
(12)
Melalui pengenaan pajak terhadap fasilitas yang di sebutkan di atas, salah satunya Pajak pengambilan dan pemanfaatan air permukaan sangat menunjang pemasukan anggaran rumah tangga daerah.
Pengenaan pajak terhadap Pajak pengambilan dan pemanfaatan air permukaan merupakam fasilitas potensial bagi pendapatan asli daerah (PAD). Untuk menopang pendapatan anggaran rumah tangga daerah sendiri, sesuai dengan ketetapan yang berlaku dan sesuai dengan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Pertimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Dengan adanya kepastian hukum, pemerintah memiliki dasar hukum yang kuat dalam menentukan dan memungut pajak. Di lain pihak masyarakat lebih memahami akan pentingnya pajak bagi pembangunan.
Praktik kerja lapangan mandiri (PKLM) merupakan suatu kegiatan bagi mahasiswa untuk mengaplikasikan teori maupun ilmu yang sudah di peroleh dan menuangkannya didalam PKLM dalam rangka menyelesaikan program studi dibangku perkuliahan.
Dengan demikian penulis mencoba ingin mengetahui lebih jauh mengenai kebijakan yang berlaku oleh Pemerintah Daerah dalam menerapkan peraturan khususnya Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Permukaan terhadap wajib pajak, oleh karena itu penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Mekanisme Pemungutan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Permukaan Pada Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara ”.
(13)
B. Tujuan dan Manfaat PKLM
Praktik kerja lapangan mandiri (PKLM) salah satu wajib yang dilakukan oleh mahasiswa untuk menyelesaikan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. 1. Tujuan penulis melakukan Praktik kerja lapangan mandiri (PKLM) adalah:
1.1Untuk mengetahui Mekanisme Pemungutan Pajak Pengambilan dan
Pemanfaatan Air Permukaan Pada Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara.
1.2Untuk mengetahui tata cara perhitungan Pajak Pengambilan dan
Pemanfaatan Air Permukaan Pada Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara.
1.3Untuk mengetahui realisasi dan penetapan target Pajak Pengambilan
dan Pemanfaatan Air Permukaan Pada Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara pada tahun anggaran 2012-2013.
1.4Untuk mengetahui hambatan-hambatan utama dalam pelaksanaan
kewajiban pada Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara.
1.5Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan Dinas Pendapatan
Provinsi Sumatera Utara dalam meningkatkan pemungutan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Permukaan.
2. Manfaat yang ingin di capai dalam praktik kerja lapangan mandiri (PKLM) adalah:
(14)
a. Mengaplikasikan teori maupun ilmu yang sudah diperoleh dan menuangkannya dalam permasalahan yang timbul selama praktik kerja lapangan mandiri kantor Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera utara.
b. Meningkatkan komunikasi dan pendekatan sosial terhadap dunia kerja
nyata.
c. Menumbuhkan dan menciptakan semangat profesional dalam
melaksanakan pekerjaan, serta membangun rasa tanggung jawab dan kedisiplinan.
d. Untuk mengetahui lebih dalam pajak pengambilan dan pemanfaatan
Air Permukaan.
2.2Bagi Dinas Pendatatan Provinsi Sumatera Utara
a. Untuk meningkatkan kualitas generasi muda dengan praktik kerja
lapangan jangka pendek.
b. Sebagai sarana untuk mempromosikan sumber manusia yang ahli dan
sesuai dengan keahliannya.
c. Meningkatkan hubungan kerja sama baik antara pihak Universitas
Sumatera Utara dengan kantor Dispenda Provinsi Sumatera Utara.
d. Membuat masukan bagi kantor dalam rangka peningkatan,
perencanaan dan pembangunan.
e. Memperoleh ide-ide baru dengan dilaksanakannya praktik kerja
(15)
2.3Bagi Lembaga Pendidikan (Universitas Sumatra Utara)
a. Sebagai sarana untuk mempromosikan sumber daya manusia yang ahli
dan sesuai dengan keahliannya.
b. Meningkatkan kerja sama antara Universitas Sumatera Utara dengan
Kantor Dispenda Provinsi Sumatera Utara.
c. Membangun dunia kerja untuk diuji secara nyata melalui praktik kerja lapangan pada mahasiswa.
d. Meningkatkan pandangan masyarakat terhadap sumber daya manusia
yang dihasilkan Lembaga Pendidikan Nasional khususnya Universitas Sumatera Utara.
C. Uraian Teoritis
1. Pengertian Pajak Daerah
Menurut undang-undang No.28 Tahun 2009 Pasal 1 ayat (10) tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan untuk Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
2. Fungsi Pajak
2.1Fungsi penerimaan (Budgeter)
Pajak Berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah.
(16)
2.2Fungsi Mengatur (Reguler)
Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan dibidang sosial dan ekonomi ( Waluyo, 2009:6)
3. Pengertian Pajak Air Permukaan
3.1Air Permukaan adalah air yang berada diatas permukaan bumi tidak termasuk air laut. Berdasarkan Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 Pasal 21 tentang Pajak Air Permukaan yang berisi bahwa pajak pengambilan dan pemanfaatan air permukaan adalah Pajak
Pengambilan dan Pemanfaatan Air Permukaan digunakan untuk orang pribadi atau badan, kecuali untuk keperluan dasar rumah tangga dan pertanian rakyat.
3.2Objek pajak penagmbilan dan pemanfaatan air permukaan, adalah pengambilan air permukaan, pemanfaatan air permukaan dan/atau pengambilan dan pemanfaatan air permukaan.
3.3Subjek Pajak Air Permukaan adalah Orang Pribadi atau Badan yang dapat melakukan pengambilan dan/atau Pemanfaatan air Permukaan. 3.4Tarif Pajak Air Permukaan ditetapkan paling tinggi 10% (sepuluh
persen). Tarif Pajak Air Permukaan ditetapkan dengan peraturan daerah.
D. Ruang Lingkup PKLM
Adapun yang menjadi ruang lingkup yang paling dasar dalam melakukan kegiatan PKLM ini sehingga dapat terealisasi dan mudah dimengerti, maka
(17)
penulis terlebih dahulu membatasi kegiatan dengan masalah-masalah pokok yang akan diteliti dan akan di bahas:
a. Mekanisme pemungutan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air
Permukaan.
b. Cara menghitung Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Permukaan.
c. Saat terjadinya Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Permukaan.
d. Penetapan target dan realisasi Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air
Permukaan pada tahun anggaran 2012-2013.
e. Hambatan yang ditemui dan upaya yang dapat dilakukan oleh Dinas
Pendapatan Provinsi Sumatera Utara dalam memungut Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Permukaan.
E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Adapun yang menjadi metode praktik kerja lapangan mandiri antara lain: 1. Tahapan Persiapan
Pada tahapan ini penulis melakukan berbagai persiapan, dimulai dari mempersiapkan judul PKLM, lokasi PKLM, mengajukan proposal hingga diseminarkan dan berkonsultasi dengan dosen pembimbing.
2. Studi Literatur
Penulis mencari sumber-sumber bacaan, seperti buku-buku, surat keputusan menteri keuangan dan dirjen pajak serta undang-undang dan segala sesuatu yang berhubungan dan bisa dijadikan sumber oleh penulis dalam melakukan praktik kerja ini.
(18)
3. Observasi Lapangan
Penulis melakukan Observasi atau pengamatan lapangan di kantor Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara mengenai Objek PKLM.
4. Pengumpulan Data
Pengumpulan data-data yang berhubungan dengan Mekanisme Pemungutan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Permukaan melalui penelitian pustaka dan penelitian lapangan.
5. Analisa Data Dan Evaluasi
Penulis ingin menganalisa data, mengevaluasi data tentang target penerimaan dan realisasi penerimaan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Permukaan.
F. METODE PENGUMPULAN DATA
1. Wawancara (Interview)
Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan melakukan wawancara dan mengajukan pertanyaan kepada pegawai instansi yang berkompeten dan menambah objektif yang berkaitan dengan kebutuhan untuk melengkapi.
2. Observasi
Yaitu kegiatan yang mengumpulkan data dan mencari data dengan cara langsung maupun tidak langsung terjun kelapangan untuk melakukan peninjauan dengan mengamati, mendengar, dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh pihak
(19)
instansi dengan berpedoman pada ketentuan yang berlaku pada instansi dan tidak boleh melakukan pekerjaan yang menjadi rahasia dan memilki resiko tinggi.
3. Dokumentasi
Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan membuat daftar dokumentasi yang telah diperoleh dari instansi dalam hal ini Dispenda Provinsi Sumatera Utara.
G. SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN PKLM
Adapun yang menjadi sistematika dalam penulisan laporan ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam hal ini di uraikan mengenai latar belakang PKLM tentang Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Permukaan, pembahasan dan penjelasan tujuan, penjelsan serta bentuk sistematika penulisan laporan PKLM.
BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM
Dalam hal ini penulis menguraikan gambaran umum dari Kantor Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara tentang sejarah singkat, struktur organisasi, uraian tugas pokok dan fungsi serta gambaran pegawai.
BAB III GAMBARAN DATA PRAKTIK
Dalam hal ini penulis menguraikan secara sistematis mengenai gambaran umum pajak pengambilan dan
(20)
pemanfaatan air permukaan, pengertian, ketentuan umum, nama objek dan subjek, tarif pajak pengambilan dan pemanfaatan air permukaan dan cara perhitungan pajak pengambilan dan pemanfaatan air permukaan, proses pemungutan pajak pengambilan dan pemanfaatan air permukaan, dasar pajak pengambilan dan pemanfaatan air permukaan dan saat terjadinya pajak pengambilan dan pemanfaatan air permukaan.
BAB IV ANALISIS EVALUASI
Dalam bab ini diuraikan penganalisaan terhadap data yang didapat serta mengavaluasi tersebut.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini berisikan kesimpulan dan saran-saran yang dianggap perlu yang diperoleh dari totalitas penelitian.
(21)
BAB II
GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN PROVINSI SUMATERA UTARA
A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara
Pada mulanya urusan Pengelolaan Pendapatan Daerah berada dalam koordinasi Biro Keuangan (Sekretariat) sebagai Bagian Pajak dan Pendapatan. Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 102/II/GSU tanggal 6 maret 1973 tentang Susunan Organisasi Tata Kerja Setwilda Tingkat I Sumatera Utara, sejak 16 Mei 1973 Biro Keuangan berubah nomenklatur menjadi Direktorat Keuangan. Sebagai konsekuensi perubahan tersebut maka Bagian Pajak dan Pendapatan mengalami perubahan menjadi Sub Direktorat Pendapatan Daerah pada Direktorat Keuangan. Perubahan terus dilakukan dengan diterbitkannya SK Gubernur Sumatera Utara tanggal 21 Maret 1975 Nomor 137/II/GSU (sebagai tindaklanjut Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri R.I. tanggal 7 Nopember 1974 Nomor Finmat 7 / 15 / 3 / 74),sehingga sejak tanggal 1 April 1975, Sub Direktorat Pendapatan Daerah ditingkatkan statusnya menjadi Direktorat Pendapatan Daerah.
Selanjutnya, melaluu SK Mendagri No. KUPD 3 / 12 / 43 / tertanggal 1 September 1975 tentang “Pembentukan Dinas Pendapatan Daerah Tingkat II Seluruh Indonesia”, Direktorat Pendapatan Daerah berubah menjadi Dinas Pendapatan Daerah. Semula pembentukannya di lakukan berdasarkan SK gubernur Sumatera Utara Nomor 143 / II / GSU, yang lebih lanjut
(22)
keberadaanya di perkuat dengan perdan provinsi sumatera utara nomor 4 tahun 1976 (mulai berlaku tanggal 31 maret 1976 ).
Sebagai tindaklanjut dari UU RI Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah. Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 84 Tahun 2000 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara mengeluarkan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 3 Juli 2001 tentang Dinas-Dinas sebagai Institusi teknis, yang membantu Pemerintah Provinsi (Gubernur) dalam melaksanakan tugas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan (medebewind). Salah satu Dinas tersebut adalah DINAS PENDAPATAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA (DISPENDAPROVSU).
Mengingat luasnya wilayah kerja dari Dinas Pendapatan yang meliputi seluruh wilayah Sumatera Utara maka untuk efesiensi dan efektifitas pelaksanaan tupoksinya maka dibentuklah UPTD/Unit Pelaksana Teknis Dinas (sebelumnya disebut cabang dinas).Sebagai penyelenggara sebagian kewenangan pemerintahan maupun tugas dekonsentrasi di bidang pendapatan daerah, Dinas Pendapatan Daerah Sumatera Utara memiliki peranan yang sangat strategis yakni : “sebagai pengelola utama sumkber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang digunakan mendanai belanja Provinsi Sumatera Utara, dengan berpedoman pada prinsip akuntabilitas, transparansi, efisien, dan efektif”. Dengan peran yang strategis ini, Dinas Pendapatan Daerah dituntut untuk :
(23)
1. Mampu meningkatkan PAD secara terus menerus khusunya penerimaan dari Pajak Daerah dan Retribusi Jasa Ketatausahaan.
2. Mampu mewujudkan pelayanan prima (exelent service) dalam
pelaksanaan administrasi Pajak Daerah dan Retribusi
3. Mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia pengelola
pajak.
4. Mampu mengoptimalkan kewenangan di bidang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah yang telah diberikan.
Mengingat luasnya wilayah pengelolaan pajak Provinsi Sumatera Utara, maka sejak dibentuk tanggal 1 September 1975 dalam rangka efisiensi dan efektivitas pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya, secara bertahap dilakukan pembentukan/pengembangan Unit Pelaksana Tugas Dinas. Dalam perkembangannya, pada beberapa Unit Pelaksana Tugas Dinas Sampai tahun 2004, telah dibentuk sebanyak 14 Unit Pelaksana Tugas Dinas, yang sekaligus terkait, yakni :
1. UPTD MEDAN UTARA ; wilayah kerja sebagian kota Medan dan
kabupaten Deli serdang;
2. UPTD MEDAN SELATAN; wilayah kerja sebagian kota Medan
dan kabupaten Deli Serdang.
3. UPTD BINJAI; wilayah kerja kota Binjai dan Kabupaten Langkat
4. UPTD TEBING TINGGI; wilayah kerja kota Tebing Tinggi dan
(24)
5. UPTD SIBOLGA; wilayah kerja kota Sibolga dan kabupaten Tapanuli Tengah
6. UPTD PEMATANG SIANTAR; wilayah kerja kota Pematang
Siantar dan kabupaten Simalungun
7. UPTD KISARAN; wilayah kerja Kabupaten Asahan dan kota
Tanjung Balai
8. UPTD GUNUNG SITOLI; wilayah kerja Kabupaten Nias
9. UPTD SIDIKALANG; wilayah kerja Kabupaten Dairi
10. UPTD PADANG SIDEMPUAN; wilayah kerja Kabupaten
Tapanuli Selatan dan Padang Sidimpuan
11. UPTD RANTAU PRAPAT; wilayah kerja Kabupaten Labuhan
Batu
12. UPTD BALIGE; wilayah kerja Tapanuli Utara dan Kabupaten
Toba Samosir
13. UPTD KABANJAHE; wilayah kerja Kabupaten Tanah Karo
14. UPTD PANYABUNGAN; wilayah kerja Kabupaten Mandailing
Natal
B. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara Berdasarkan Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 19 Tahun 2010 pasal 2 ayat 4 tentang susunan organisasi Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara yang terdiri dari :
(25)
1. Kepala Dinas Pendapatan 2. Sekretariat
3. Bidang Pengembangan dan Pengendalian
4. Bidang Pajak Kenderaan Bermotor dan Kenderaan di Atas Air
5. Bidang Pajak Air dan Pajak Lainnya
6. Bidang Retribusi dan Pendapatan Lainnya
7. Unit Pelaksana Teknis Dinas
C. Uraian Tugas Pokok Dan Fungsi Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara
Sesuai dengan Peraturan Gubernur Nomor 19 Tahun 2010 Tentang Uraian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara:
a. Daerah adalah Provinsi Sumatera Utara
b. Pemerintah Daerah adalah Gubernur dan Perangkat Daerah sebagai
unsur Penyelenggara Pemerintah Provinsi Sumatera Utara
c. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan
Pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, menurut azas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945
(26)
d. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Utara sebagai Unsur Penyelenggaraan Daerah yang selanjutnya disebut DPRD
e. Perangkat Daaerah Provinsi adalah Unsur Pembantu Gubernur
dalam Penyelenggaraan Pemerintah Daerah terdiri dari Sekretariat Daerah, Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Dinas Lembaga dan Teknis Daerah dalam Bentuk Badan, Satuan, Kantor dan Rumah Sakit Daerah
f. Gubernur adalah Gubernur Sumatera Utara, yang selanjutnya
disebut dengan Gubsu
g. Wakil Gubernur adalah Wakil Gubernur Sumatera Utara, yang
disebut dengan Wagubsu
h. Sekretariat Daerah adalah Sekretarian Daerah Provinsi Sumatera
Utara, yang selanjutnya disebut Setdaprovsu
i. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Provinsi Sumatera
Utara, yang selanjutnya disebut dengan Sekdaprovsu j. Staff Ahli adalah Staff Ahli Gubernur Sumatera Utara
k. Dinas-Dinas Daerah Provinsi Sumatera Utara adalah yang
selanjutnya disebut dengan Dinas-Dinas Daerah
l. Otonomi Daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban derah
otonomi untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan dan kepentingan masyarakat setempat, sesuai dengan peraturan perundanga-undangan
(27)
m. Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintah oleh pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonomi untuk mengatur dan mengrus urusan pemerintahan dalam sistem negara kesatua republik indonesia
n. Dekonsentrasia adalah pelimpahan wewenang pemerintahan oleh
perintah kepada gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal di wilayah tertentu
o. Kabupaten dan kota adalah kabupaten dan kota dilingkungan
pemerintah provinsi sumatera utara
p. Tugas pembantu adalah penugasan dari pemerintah kepada daerah
dan/atau desa serta dari pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu
q. Dinas adalah Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara
r. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera
Utara
s. Unit Pelaksana Teknis adalah Unit Pelaksana Dinas Pendapatan
yang selanjutnya disebut dengan UPT
t. Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas adalah Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas Pendapatan Uang Selanjutnya disebut dengan Kepala UPT
(28)
Kepala Dinas Pendapatan Mempunyai Tugas melaksanakan Urusan Pemerintahan daerah/kewenangan provinsi, dibidang pengembangan dan pengendalian, pajak kenderaan bermotor, dan kenderaan di atas air, pajak Air dan pajak lainnya, retrebusi dan pendapatanlainnya serta tugas pembantuan.
Untuk melaksanakan tugas tersebut, Kepala Dinas Pendapatan menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
1. Perumusan kebijakan teknis dibidang pengembangan dan
pengendalian, pajak kenderaan bermotor, dan kenderaan di atas air, pajak Air dan pajak lainnya, retrebusi dan pendapatanlainnya.
2. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di
bidang pengembangan dan pengendalian, pajak kenderaan bermotor, dan kenderaan di atas air, pajak Air dan pajak lainnya, retrebusi dan pendapatanlainnya.
3. Pelaksanaan Koordinasi dibidang Pendapatanj Daerah.
4. Pembinaan dan Pelaksanaan Tugas dibidang Pendapatan Daerah
5. Pelaksana Tugas Pembantuan dibidang Pendapatan Daerah.
6. Pelaksanaan Pelayanan Administrasi Internal dan eksternal
7. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur, sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
Untuk memlaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud, Kepala Dinas Pendapatan dibantu oleh:
a. Sekretariat
(29)
c. Bidang Pajak Kenderaan Bermotor dan Kenderaan di Atas Air
d. Bidang Pajak Air dan Pajak Lainnya
e. Bidang Retribusi dan Pendapatan Lainnya
f. Unit Pelaksana Teknis Dinas
D. Tata Kerja Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara 1. Sekretariat
Sekretariat mempunyai tugas membantu kepala dinas dibidang urusan umum, keuangan dan program, Sekretaris dinas mempunyai uraian Tugas sebagai berikut:
a. Memyelenggarakan pengkoordinasian rencana programer kerja
sekretariat, bidang-bidang dan pembinaan Unit pelaksanaan teknis dinas.
b. Menyelenggarakan pengkajian dan koordinasi perencanaan dan
program dinas.
c. Menyelenggarakan pengkajian dan perencanaan proram
kesektariatan.
d. Menyelenggarakan pengelolaan dan pembinaan administrasi
keuangan.
e. Menyelenggarakan pengkajian Anggaran Belanja.
f. Menyelenggarakan Pengendalian Administrasi Anggaran Belanja.
(30)
h. Menyelenggarakan Pembinaan Sumber daya manusia dan pengembangan Kapasitas.
i. Menyelenggarakan pengkoordinasian penyusunan rencana
strategis, laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.
j. Menyelenggarakan penatausahaan, kelembagaan dan
ketatalaksanaan.
k. Menyelenggarakan pengelolaan dan pembinaan naskah dinas,
kearsiapan, pentelekomukasian dan persandian.
l. Menyelenggarakan fasilitas pelayanan administrasi umum dan
pelayanan minmal, serta memproses Pengadministrasian penerbitan izin.
m. Menyelenggarakan pengadaan, dan pemeliharaan, penataan,
pembinaan dan pengelolaan unsur rumah tangga dan perlengkapan/peralatan kantor.
n. Menyelenggarakan penyusunan bahan rancangan
pendokumentasian peraturan perundan-undangan, pengelolaan perpustakaan, keprotokolan dan hubungan masyarakat.
o. Menyelenggarakan pendistribusian peraturan perundang-undangan
keungan/moneter dan program pembangunan berkelanjutan melalui kegiatan penyuluhanseminar, lokakarya, workshop dan diseminasi.
(31)
q. Menyelenggarakan pengkoordinasian pelaporan, evaluasi, monitoring, atas kegiatan bidang-bidang dilingkungan dinas dan Unit pelaksana teknis dinas.
r. Menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan
pengembalian kebijakan.
s. Menyelenggarakan pengkoordinasian dengan unit kerja terkait. t. Menyelenggarakan dan mengatur rapat-rapat internal dinas. u. Menyelenggarakan tugas lain, sesuai dengan tugas dan fungsinya.
v. Menyelenggarakan pelaporan dan pertanggung jawaban atas
pelaksanaan tuagasnya, sesuai standart yang ditetapkan. Untuk melaksanakan uraian tugas sekretarian di bantu oleh :
a. Kepala Sub Bagian Umum
b. Kepala Sub Bagian Keunagan
c. Kepala Sub Bagian Program
2. Bidang Pengembangan dan Pengendalian
Bidang pengembangan dan pengendalian mempunyai tugas membatu kepala dinas dalam menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang penyusunan perencannaan dan pengembanganpendapatan daerah, evaluasi dan pengendalian pendapatan daerah serta hukum dan publikasi, Bidang pengembangan dan pengendalian mempunyai Uraian Tugas sebagai berikut:
(32)
a. Menyelenggarakan pembinaan, bimbingan dan arahan kepada pegawai pada lingkungan bidang pengembangan dan pengendalian.
b. Menyelenggarakan Penyusunan perencanaan/program kerja bidang
pengembangan dan pengendalian.
c. Menyelenggarakan penyusuanan bahan telaahan staf sebagai bahan
pertimbangan pengembalian kebijakan/keputusan.
d. Menyelenggarakan pengkajian dan analisis dalam penggalian dan
pengembangan sumber-sumber pendapatan daerah.
e. Menyelenggarakan koordinasi dalam penggalian dan
pengembangan sumber-sumber Pendapatan daerah.
f. Menyelenggarakan penyusunan kebijakan perencana
pengembangan dan pengolahan sumber-sumber pendapatan daerah.
g. Menyelenggarakan Evaluasi dan pengembangan pendapatan
daerah.
h. Menyelenggarakan penyusunan produk-produk hukum pendapatan
daerah.
i. Menyelenggarakan sosialisasi dan publikasi produk-produk hukum
dan kebijakan pendapatan daerah.
j. Menyelenggarakan monitoring, evaluasi, dan pengendalian
kebijakan-kebijakan pendapatan daerah.
k. Menyelenggarakan pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh
(33)
l. Menyelenggarakan pemberian masukan yang perlu kepada kepala dinas, sesuai bidang dan fungsinya.
m. Menyelenggarakan pelaporan dan pertanggung jawaban
pelaksanaan tugasnya kepada kepala dinas.
Untuk melaksanakan uraian tugas kepala Bidang pengembangan dan pengendalian di bantu oleh:
a. Kepala Seksi pengembangan dan pengendalian pendaptan
daerah
b. Kepala seksi evaluasi dan pengendalian pendapatan daerah c. Kepala seksi hukum dan publikasi
3. Bidang Pajak kenderaan bermotor dan Kenderaan di Atas Air Bidang Pajak kenderaan bermotor dan Kenderaan di Atas Air mempunyai tugas membantu kepala dinas dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang teknis pajak kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air, keberatan dan sengketa pajak kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air, Bidang Pajak kendaraan bermotor dan Kendaraan di Atas Air mempunyai Uraian Tugas sebagai berikut:
a. Menyelenggarakan pembinaan pegawai pada linkungan bidang
PKB dan PKAA
b. Menyelenggarakan penyusunan perencanaan/program kerja bidang
(34)
c. Menyelenggarakan penyusuanan bahan telaahan staff sebagai bahan pertimbangan pengembalian kebijakan/keputusan.
d. Menyelenggarakan pengkajian, analisis, dan penyempurnaan
prosedur pelayanan perpajakan.
e. Menyelenggarakan koordinasi dalam penyempurnaan prosedur
pelayanan perpajakan.
f. Menyelenggarakan pengembangan dan peningkatan teknis
perpajakan.
g. Menyelenggarakan koordinasi penyelesaian keberatan dan
sengketa PKB dan PKAA.
h. Menyelenggarakan penyusuanan kebijakan teknis perpajakan,
penyelesaian keberatan dan sengketa pajak serta pembukuan dan pelaporan.
i. Menyelenggarakan pembinaan intenfikasi dan ekstensifikasi
pungutan pajak.
j. Menyelenggarakan pembinaan penyelesaian keberatan dan
sengketa perpajakan.
k. Menyelenggarakan pembinaan pembukuan dan pelaporan
perpajakan.
l. Menyelenggarakan pelaporan hasil pungutan pajak.
m. Menyelenggarakan pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh
(35)
n. Menyelenggarakan pemberian masukan yang perlu kepada kepala dinas, sesuai bidan tugas dan fungsinya.
o. Menyelenggarakan pelaporan dan pertanggungjwaban pelaksana
tugasnya kepada kepala dinas.
Untuk melaksanakan uraian tugas kepala Bidang Pajak kendaraan bermotor dan Kenderaan di Atas Air di bantu oleh:
a. Kepala seksi teknis perpajakan PKB dan PKAA
b. Kepala seksi keberatan dan sengketa PKB dan PKAA
c. Kepala seksi Pembukuan dan pelaporan
4. Bidang Pajak Air dan Pajak Lainnya
Bidang pajak Air dan Pajak Lainnya mempunyai tugas membantu kepala dinas dalm menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang teknis perpajakan, keberatan sengketa pajak, pembukuan dan pelaporan, Bidang pajak Air dan Pajak Lainnya mempunyai Uraian Tugas sebagai berikut:
a. Menyelenggarakan pembinaan pegawai pada linkungan bidang
pajak Air dan Pajak Lainnya.
b. Menyelenggarakan penyusunan perencanaan/program kerja bidang
pajak Air dan Pajak Lainnya.
c. Menyelenggarakan penyusuanan bahan telaahan staff sebagai
(36)
d. Menyelenggarakan pengkajian, analisis, dan penyempurnaan prosedur pelayanan perpajakan.
e. Menyelenggarakan koordinasi dalam penyempurnaan prosedur
pelayanan perpajakan.
f. Menyelenggarakan pengembangan dan peningkatan teknis
perpajakan.
g. Menyelenggarakan koordinasi penyelesaian keberatan dan
sengketa pajak Air dan Pajak Lainnya.
h. Menyelenggarakan penyusuanan kebijakan teknis perpajakan,
penyelesaian keberatan dan sengketa pajak serta pembukuan dan pelaporan.
i. Menyelenggarakan pembinaan intenfikasi dan ekstensifikasi
pemungutan pajak.
j. Menyelenggarakan pembinaan penyelesaian keberatan dan
sengketa perpajakan.
k. Menyelenggarakan pembinaan pembukuan dan pelaporan
perpajakan.
l. Menyelenggarakan pelaporan hasil pungutan pajak.
m. Menyelenggarakan pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh
kepala dinas, sesuaing bidang tugas dan fungsinya.
n. Menyelenggarakan pemberian masukan yang perlu kepada kepala
(37)
o. Menyelenggarakan pelaporan dan pertanggungjwaban pelaksana tugasnya kepada kepala dinas.
Untuk melaksanaan Urian Tugas Kepala Bidang pajak Air dan Pajak Lainnya di bantu oleh:
a. Kepala seksi teknis perpajakan
b. Kepala seksi keberatan sengketa perpajakan
c. Kepala seksi pembukuan dan pelaporan
5. Bidang Retribusi dan Pendapatan Lainnya
Bidang Retribusi dan Pendaptan Lainnya mempunyai tugas membantu kepala dinas dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pungutan retribusi, pendapatan lainnya dan pembukuan dan pelaporan, Bidang Retribusi dan Pendaptan Lainnya mempunyai uraian tugas sebagai berikut:
a. Menyelenggarakan pembinaan, bimbingan, arahan dan penegakan
disiplin pegawai pada linkungan bidang Bidang Retribusi dan Pendaptan Lainnya.
b. Menyelenggarakan penyusunan perencanaan/program kerja bidang
Bidang Retribusi dan Pendaptan Lainnya.
c. Menyelenggarakan penyusunan bahan telaahan staff sebagai bahan
pertimbangan pengembalian kebijakan/keputusan.
d. Menyelenggarakan pengkajian, analisis, dan pemungutan Retribusi dan Pendaptan Lainnya.
(38)
e. Menyelenggarakan koordinasi dalam pemungutan Retribusi dan Pendaptan Lainnya.
f. Menyelenggarakan pengembangan dan peningkatan pemungutan
Retribusi dan Pendaptan Lainnya.
g. Menyelenggarakan penyusuanan kebijakan pemungutan Retribusi
dan Pendaptan Lainnya serta pembukuan dan pelaporan.
h. Menyelenggarakan pembinaan intenfikasi dan ekstensifikasi
pemungutan Retribusi dan Pendaptan Lainnya.
i. Menyelenggarakan pembinaan pembukuan, pelaporan Retribusi
dan Pendaptan Lainnya.
j. Menyelenggarakan pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh
kepala dinas, sesuaing bidang tugas dan fungsinya.
k. Menyelenggarakan pemberian masukan yang perlu kepada kepala
dinas, sesuai bidan tugas dan fungsinya.
l. Menyelenggarakan pelaporan dan pertanggungjwaban pelaksana
tugasnya kepada kepala dinas.
Untuk Melaksanakan Uraian tugas Bidang Retribusi dan Pendaptan Lainnya di bantu oleh:
a. Kepala seksi retribusi
b. Kepala seksi pendapatan lainnya
(39)
6. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)
Unit pelaksana teknis dinas mempunyai tugas membantu kepala dinas dalam pengadministrasian, ketatausahaan penagihan pajak, retribusi pendapatan lain-lain, Kepala Unit Pelaksana teknis dinas mempunyai Uraian tugas sebagai berikut:
a. Menyelenggarakan pembinaan,bimbingan, arahan dan penegakan
disiplin pegawai pada linkungan UPTD.
b. Menyelenggarakan pemberian arahan dan bimbingan kepada
pegawai dilingkungan UPTD.
c. Menyelenggarakan Keamanan dan Kenyamanan tugas pada
lingkungan kantor.
d. Menyelenggarakan penyusunan perencanaan dan program kegiatan
UPTD.
e. Menyelenggarakan penyusuanan pelaksana konsep standar,
norma-norma, kriteria-kriteria dibidang tugas administrasi keuangan, kepegawaian dan urusan umum dan pelayanan pada UPTD.
f. Menyelenggarakan Pendataan potensi pajak, retribusi dan
pendapatan lain-lain.
g. Menyelenggarakan penyuluhan dan sosialisasi di bidang
perpajakan, dan retribusi.
h. Menyelenggarakan penagihan dan pengutipan pajak dan retribusi,
(40)
i. Menyelenggarakan penyetoran dan pelaporan ke kas daerah atas penagihan dan pengutipan yang dilakukan.
j. Menyelenggarakan pelayanan administrasi pajak dan non pajak.
k. Menyelenggarakan pengawasan dan pengendalian tugas-tugas dan
kegiatan yang dilaksanakan,sesuai tugas dan fungsinya.
l. Menyelenggarakan pengamatan dan kajian atas potensi pendapatan
baru.
m. Menyelenggarakan kordinasi terhadap kabupaten/kota dan instansi
vertikal di daerah.
n. Menyelenggarakan laporan-laporan tahunan kepada kepala dinas.
o. Menyelenggarakan evaluasi atas pelaksanaan tugas dan kegiatan
yang dilaksanakan.
p. Menyelenggarakan pembinaan dam memelihara data bahan di
bidang pajak-pajak, retribusi dan pendapatan lain-lain.
q. Menyelenggarakan pemberian masukan kepada kepala dinas untuk
pengambilan kebijakan.
r. Menyelenggarakan tugas lain yang diberikan kepala dinas, sesuai
tugas dan fungsinya.
s. Menyelenggarakan pelaporan dan pertanggungjawaban atas
pelaksanaan tugas, sesuai dengan standar yang ditetapkan.
Untuk membantu melaksanakan Uraian Tugas Unit Pelaksana Teknis Dinas di bantu oleh:
(41)
a. Sub Bagian Tata Usaha b. Seksi penagiahan Pajak
c. Seksi Retribusi dan pendapatan lain-lain
E. Gambaran Umum Pegawai Pada Dispenda Provinsi Sumatera Utara
Sebagai gambaran umum pegawai yang ada pada Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara dapat di lihat pada tabel berikut:
Tabel I
Gambaran Umum Pegawai pada Dispenda Provinsi Sumatera Utara TAHUN 2013
No Bagian / Bidang Jumlah
1. Kepala dinas 1 Orang
2. Sekretaris, Kasub, Staff 96 Orang
3. Bidang pengembangan dan pengendalian, Kasi, Staff 16 Orang
4. Bidang PKB dan PKAA,Kasi, Staff 22 Orang
5. Bidang pajak air dan pajak lainnya,Kasi, Staff 19 Orang
6. Bidang retribusi dan pendapatan lainnya,Kasi, Staff 18 Orang
7. Unit pelaksanaan Teknis Dinas 689 Orang
Jumlah pegawai 861 Orang
Sumber : Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara
Jumlah Pegawai Negri Sipil di Dispenda Provinsi Sumatera Utara: 861 orang Dari Tabel diatas dapat di uraikan bahwa kantor dinas pendapatan provinsi sumatera utara mempunyai komposisi pegawai sebagai berikut:
(42)
Satu orang Kepala Dinas, 96 orang di Sekretariat, 16 orang dibidang pengembangan dan pengendalian, 22 orang dibidang pajak kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air, 19 orang dibidang pajak air dan pajak lainnya, 18 orang dibidang retribusi dan pendapatan lainnya, 689 orang di Unit Pelaksanaan Teknis Dinas.
Tabel II
Jumlah Pegawai Dispenda Provinsi sumatera Utara Berdasarkan TAHUN 2013
Golongan Jumlah
Golonagan IV/b 12 Orang
Golonagan IV/a 27 Orang
Golonagan III/d 111 Orang
Golonagan III/c 112 Orang
Golonagan III/b 195 Orang
Golonagan III/a 155 Orang
Golonagan II/d 25 Orang
Golonagan II/c 19 Orang
Golonagan II/b 118 Orang
Golonagan II/a 87 Orang
Jumalah 861 Orang
(43)
Dari Tabel di atas dapat di uraikan bahwa Kantor Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara mempunyai jumlah Pegawai berdasarkan golongan sebagai berikut:
Golongan IV/b berjumlah 12 orang, Golongan IV/a berjumlah 27 orang, Golongan III/d berjumlah 111 orang, Golongan III/c berjumlah 112 orang, Golongan III/b berjumlah 195 orang, Golongan III/a berjumlah 155 orang, Golongan II/d berjumlah 25 orang, Golongan II/c berjumlah 19 orang, Golongan II/b berjumlah 118 orang,Golongan II/a berjumlah 87 orang.
(44)
BAB III
Gambaran Data Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Permukaan A. Defenisi Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Permukaan
Pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Pembiayaan pemerintah daerah dalam melaksanakan tugas pemerintah dan pembangunan senantiasa melakukan sumber penerimaan yang dapat di andalkan. Kebutuhan ini semakin di rasakan oleh daerah terutama sejak di berlakukannya otonomi daerah di indonesia, yaitu mulai tanggal 1 januari 2001. Dengan adanya otonomi daerah dipacu untuk dapat berkreasi mencari sumber penerimaan negara yang dapat mendukung pembiayaan pengeluaran daerah. Dari berbagai alternatif sumber penerimaan yang di pungut oleh daerah, Undang-undang tentang Pemerintahan Daerah menetapkan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah menjadi salah satu sumber penerimaan yang berasal dari dalam daerah dan dapat di kembangkan sesuai dengan kondisi masing-masing.
Di Indonesia Pemungutan pajak yang dilakukan oleh pemerintah daerah bersumber hukum pada Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 yang sebagaimana telah diubah menjadi Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000. Untuk penyempurnaan Pajak daerah dan retribusi daerah yang sebagaimana telah diubah menjadi Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah.
(45)
Dalam Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 dijelaskan bahwa pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan untuk Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur-unsur:
1. Kontribusi dari rakyat kepada negara, bahwa yang berhak memungut
pajak hanyalah negara dan kontribusi tersebut berupa uang (bukan barang)
2. Berdasarkan Undang-undang, pajak di pungut berdasarkan atau dengan
ketentuan Undang-undang serta aturan pelaksanaanya.
3. Tanpa jasa timbal balik atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung dapat di pungut.
4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, untuk pengeluaran
yang bermanfaat.
Menurut Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 1 Tahun 2011 Pasal (37,38) tentang Pajak Daerah di jelaskan bahwa Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Permukaan yang berisi dipungut pajak atas setiap pengambilan/pemanfaatan air permukaan di daerah, Objek Pajak adalah Pengambilan dan/atau Pemanfaatan Air Permukaan digunakan untuk orang pribadi atau badan, Kecuali untuk keperluan dasar rumah tangga dan pertanian
(46)
rakyat. Air Permukaan adalah air yang berada diatas permukaan bumi tidak termasuk air laut.
B. Ketentuan Umum pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Permukaan
Adapun Ketentuan Umum Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Permukaan berdasarkan Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 23 Tahun 2011 Pasal 1 adalah sebagai berikut:
1. Gubernur adalah Gubernur Sumatera Utara
2. Dinas Pendapatan adalah Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara
3. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera
Utara
4. Pejabat adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu dibidang perpajakan daerah sesuai peraturan perundang-undangan
5. Pajak Air Permukaan yang selanjutnya disebut PAP adalah pajak atas
pengambilan dan/ atau pemanfaatan air permukaan
6. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan meliputi membayar
pajak, pemotonng pajak dan pemungut pajak yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan daerah
7. Masa Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) bulan kalende atau jangka
waktu lain yang di atur dengan Peraturan Gubernur, paling lama 3 (tiga) bulan kalender yang menjadi dasar bagi wajib pajak untuk menghitung, menyetor dan melaporkan pajak yang terutang
(47)
8. Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam masa pajak, dalam tahun pajak atau dalam bagian tahun pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah
9. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah yang selanjutnya disebut SPTPD
adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak dan/atau harta dan kewajiban sesuai peraturan perundang-undangan perpajakan daerah
10.Surat Ketetapan Pajak Daerah yang selanjutnya disebut SKPD adalah
surat ketetapan yang menentukan jumlah pokok pajak terutang
11.Surat Setoran Pajak Daerah yang selanjutnya disebut SSPD adalah
bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau dilakukan dengan cara lain ke kas daerah melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Gubernur
12.Surat Tagihan Pajak Daerah yang selanjutnya disebut STPD adalah
surat untuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi admnistrasi berupa bunga dan/atau denda
C. Dasar Hukum Pemungutan Pajak Air Permukaan
Pemungutan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Permukaan di Indonesia saat ini didasarkan pada dasar hukum yang jelas dan kuat sehingga
(48)
harus di patuhi oleh masyarakat dan pihak yang terkait. Dasar-dasar hukum tersebut adalah sebagai berikut :
1. undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas
Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak daerah dan Retribusi Daerah
2. Peraturan Pemerintah tentang Pajak Daerah Nomor 65 Tahun 2001
3. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Peraturan Daerah dan
Retribusi Daerah
4. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 1 tahun 2011 tentang
Pajak Daerah Provinsi Sumatera Utara
5. Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 23 Tahun 2011 tentang
Petunjuk Pelaksana Pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Sumatera Utara
D. Objek Pajak Air Permukaan
Objek Pajak Air Permukaan Adalah Pengambilan dan /atau Pemanfaatan Air Permukaan, tidak termasuk Air Laut baik yang berada di Laut ataupun di Darat. Klasifikasi Objek Pajak air Permukaan dibagi atas Faktor Pengambilan dan Faktor Pemanfaatan. Adapun klasifikasi Objek Pajak Air Permukaan dari Faktor Pengambilan terdiri dari 2 golongan yakni :
a. Air Permukaan Tergenang (K-1)
(49)
Dan klasifikasi Objek Pajak Air Permukaan dari Faktor Pemanfaatan juga di bagi 2 golongan yang terdiri dari :
a. Air Permukaan untuk Industri (I)
b. Air Permukaan untuk Non Industrin (Non-I)
Adapun hal-hal yang tidak termasuk dari Objek Pajak Air Permukaan
Adalah:
a. Pengambilan dan/atau Pemnafaatan Air Permukaan untuk keperluan
dasar Rumah Tangga, Pengairan, Pertanian dan Perikanan Rakyat, dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan dan ketentuan Peraturan Perundang-undangan;
b. Pengambilan dan/atau Pemanfaatan air Permukaan untuk keperluan
lainnya yang ditetapkan dengan Peraturan Gubernur.
E. Subjek Pajak dan Wajib Pajak Air Permukaan
Dalam Perpajakan Subjek Pajak Air Permukaan adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan Pengambilan dan/atau Pemanfaatan Air Permukaan. Sedangkan Wajib Pajak Air Permukaan adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan Pengambilan dan/atau Pemanfaatan Air Permukaan.
Dalam subjek dan wajib Pajak Air Permukaan, Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana
(50)
pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap. Orang pribadi adalah mereka yang telah mempunyai penghasilan diatas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) dimana batasannya telah ditentukan oleh Undang-undang Perpajakan.
F. Dasar Pengenaan, Tarif dan Cara Perhitungan Pajak Air Permukaan
a. Dasar Pengenaan Pajak Air Permukaan
1. Dasar Pengenaan Pajak Air Permukaan adalah Nilai Perolehan Air
(NPA);
2. Nilai Perolehan Air (NPA) adalah Suatu Perkalian Harga Dasar Air
(HDA) dengan Volume Air;
3. Harga Dasar Air (HDA) adalah suatu Perkalian Faktor Nilai Air
(FNA) dengan Harga Air Baku (HAB);
4. Faktor Nilai Air (FNA) ditetapkan secara progresif sesuai jumlah
Volume air di pakai, sedangkan Harga Air Baku (HAB) bersifat tetap dinilai dengan Rupiah;
5. Perhitungan Penentuan besarnya Harga Air Baku (HAB) dan Harga
Dasar Air (HDA) ditetapkan lebih lanjut dalam Peraturan Gubernur, dan ketetapan dimaksud dapat ditinjau secara priodik sesuai keadaan dan kebutuhannya;
6. Pengambilan dan/atau Pemanfaatan Air Permukaan oleh PDAM, PT.
(51)
penetapan Harga Dasar Air (HDA) nya diataur dalam Peraturan Gubernur;
7. Setiap pengambilan dan/atau Pemanfaatan Air Permukaan wajib
menyediakan dan memasang alat meter atau alat pengukur debit air sesuai spesifikasi yang ditentukan oleh Pejabat berwenang;
8. Penggunaan alat meter atau alat pengukur debit air sah apabila telah di segel oleh Pejabat berwenang;
9. Terhadap Wajib Pajak yang belum mempunyai meteran air,
penentuan kubikasi pemakaian air dilakukan dengan penaksiran, Tata cara perhitungan penaksiran kubikasi Pemakaian atau Pemanfaatan Air Permukaan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Gubernur.
b. Tarif Pajak Air Permukaan
Tarif Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Permukaan yang telah ditetapkan oleh Peraturan Gubernur adalah sebesar 10% (sepuluh persen).
a. Cara Perhitungan Pajak Air Permukaan
Peruntukan perhitungan ini di golongkan pada beberapa jenis perhitungan, yaitu :
1. Perhitungan Faktor Nilai Air Permukaan Cara menghitung Faktor Nilai Air Permukaan :
a. Faktor Nilai air Permukaan (air tergenang) untuk wajib Pajak
(52)
huruf A yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini;
b. Faktor Nilai air Permukaan (air mengalir) untuk wajib Pajak
Golongan Industri K-II sebagaimana tercantum dalam Lampiran I huruf B yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini;
c. Faktor Nilai air Permukaan (air tergenang) untuk wajib Pajak
Golongan Industri K-I sebagaimana tercantum dalam Lampiran I huruf C yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini;
d. Faktor Nilai air Permukaan (air mengalir) untuk wajib Pajak
Golongan Industri K-II sebagaimana tercantum dalam Lampiran I huruf B yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini;
2. Perhitungan Nilai Perolehan Air Permukaan
Cara perhitungan Harga Air Baku untuk Air Permukaan adalah :
a. Biaya investasi mulai dari standar minimal disusun secara
proporsional ketingkat Investasi Rp. 150.000.000,-;
b. Biaya operasional dan biaya investasi ditetapkan dengan
(53)
c. Umur teknis dan umur ekonomis mesin dan instalasi ditetapkan sepuluh tahuh
d. Volume air yang dihasilkan rata-rata setiap hari 50 M3 atau
182.500 M3 selama umur teknis dan ekonomis mesin dan instalasi
Cara menghitung Nilai Perolehan Air adalah :
a. Mengalikan Faktor Nilai Air dengan Harga Air Baku menjadi
harga Dasar Air menurut bagian volume (segmen kubikasi)
b. Harga dasar air dikalikan dengan besar volume menjadi Nilai
Perolehan Air.
G. Masa Pajak , Surat Pemberitahuan Pajak, Ketetapan Pajak dan Saat Pajak Terutang Pajak Air Permukaan
1. Masa Pajak dan Surat Pemberitahuan Pajak
Masa Pajak adalah jangka waktu yang menjadi dasar bagi Wajib Pajak untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang dalam suatu jangka waktu tertentu sebagaimana ditentukan. Pada Pengambilan dan Pemanfaatan Pajak Air Permukaan, Masa Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) bulan kalender.
Setiap Wajib Pajak harus melaporkan data volume Pengambilan dan/atau Pemanfaatan air dengan mengisi Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) yang diisi dengan benar, jelas dan lengkap serta ditanda
(54)
tangani oleh Wajib Pajak atau Kuasanya setiap bulannya. SPTPD tersebut disampaikan ke Dinas selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari setelah berakhirnya Masa Pajak dan Apabila Wajib Pajak tidak menyampaikan SPTPD lewat 15 (lima belas) hari setelah berakhir Masa Pajaknya maka pajak yang terutang dihitung dan ditetapkan berdasarkan data hasil pemeriksaan dilapangan dan atau data yang ada.
Surat Pemberitahuan Pajak adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
2. Ketetapan Pajak
Ketetapan Pajak didasarkan pada jumlah kubikasi pemakaian air yang dilaporkan Wajib Pajak dalam SPTPD atau didasarkan kepada hasil pendataan dan atau hasil pemeriksaan dilapangan oleh pejabat yang berwenang. Berdasarkan data tersebutlah ditetapkan besarnya Pajak terutang dengan menerbitkan SKPD yang harus disampaikan kepada Wajib Pajak selambat-lambatnya 1 (satu) minggu sejak tanggal penerbitannya.
Surat ketetapan pajak adalah surat ketetapan yang meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Nihil, atau Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar.
(55)
a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah pajak yang masih harus dibayar.
b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan adalah surat
ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan.
c. Surat Ketetapan Pajak Nihil adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.
d. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih
3. Pajak Terutang
Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam Masa Pajak, dalam Tahun Pajak, atau dalam Bagian Tahun Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi Sumatera Utara, Pajak terutang terhitung sejak diterbitkannya SKPD.
(56)
H. Tata Cara Pembayaran Pajak
Pajak yang terutang dilunasi selambat-lambatnya 30 (tiga Puluh) hari sejak terbitnya SKPD, STPD atau Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan/banding. Pembayaran Pajak harus lunas atau sekaligus ke Kas Daerah Provinsi Sumatera Utara atau PT. Bank Sumut AC 623 atau tempat lain yang ditunjuk oleh Gubernur. Pembayaran Pajak dilakukan oleh Wajib Pajak dengan menggunakann SSPD, sesuai data yang ada pada SKPD, STPD atau Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan/banding.
(57)
(58)
(59)
(60)
BAB IV
ANALISIS DAN EVALUASI
A. Mekanisme Pemungutan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Permukaan
Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan yang dimulai dari perhimpunan data objek dan subjek pajak, penentuan pajak yang terutang sampai pada kegiatan Penagihan Pajak kepada Wajib Pajak serta Pengawasan dan Penyetorannya.
Kegiatan ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Pendataan Potensi
2. Penetapan Pajak
3. Penagihan Pajak
4. Penyetoran Pajak
1. Pendataan Potensi
Pendataan objek/subjek dilakukan langsung kelapangan dengan mempersiapkan data-data awal, petugas turun kelapangan juga harus mempunyai surat tugas yang ditanda tangani oleh Ka.UPT
Kegiatan-kegiatan pendataan tersebut meliputi :
a. Jenis Sumber Air Permukaan
(61)
c. Apakah Air Permukaan tersebut berasal dari air yang mengalir (sungai) dan air yang tergenang (danau)
d. Ada tidaknya izin atau data perizinan dari Pihak yang berwenang e. Ada tidaknya alat meter air, jika ada supaya dicatat angka terakhir
yang tertera di alat meter pada tanggal dimulainya kewenangan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara memungut Pajak Air Permukaan.
Dan hasil pelaksanaan kegiatan pendatan tersebut dilaporkan kepada Kadispendasum untuk bahan masukan dan untuk menetapkan kebijakan selanjutnya.
2. Penetapan Pajak
Proses Penetapan Pajak dimulai dari penyampaian Blanko Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) kepada Wajib Pajak yaitu sebelum berakhir masa pajak (1) minggu sebelum akhir bulan berjalan. Apabila tenggangan waktu 15 hari dilewati dan wajib pajak tidak/belum menyampaikan SPTPD ke Kantor UPTD, maka petugas harus mendatangi alamat wajib pajak untuk:
a. Mempertanyakan, meminta SPTPD yang telah diisi dan ditanda
tangani oleh wajib pajak.
b. Melakukan pemeriksaan data SPTPD dengan data alamat air.
(62)
d. Apabila meteran rusak peetugas UPTD membuat panaksiran air sesuai dengan penetapan bulan lalu.
Setelah memproleh data lapangan berdasarkan SPTPD atau data alat meteran air atau penaksiran kubikasi, Maka langkah kedua adalah sebagai berikut:
1. Menghitung besarnya pajak trutang dengan teliti dan tepat.
2. Menuangkan hasil perhitungan pajak terutang ke blanko Surat
Ketatapan Pajak Daerah.
3. SKPD yang telah ditanda tangani oleh Ka.UPTD
dikirimkan/disampaikan kepada Wajib Pajak (lembar asli) dengan memakai ekspedisi dengan tanda terima.
4. Apabila tenggang waktu 30 hari dilewati dan wajib pajak belum
melunasi kewajibannya, maka akan dikenakan sanksi administrasi sebesar 2% dalam sebulan.
5. Data SPTPD, SKPD, STPD, dicatat dalam Buku Induk Potensi Pajak
Air Permukaan, Kartu Kendali, Buku Penetapan Pembayaran.
6. Apabila 7 hari setelah tanggal jatuh tempo wajib pajak belum melunasi kewajibannya, maka petugas harus menerbitkan surat teguran, 7 hari kemudian belum juga dibayar akan diberikan surat peringatan, 7 hari selanjutnya tetap belum dibayar maka akan diberi surat perintah penagihan seketika dan sekaligus (Surat Paksa).
(63)
berwenang akan mngeluarkan surat perintah pelaksanaan penyitaan. Hal ini disebut sebagai tindakan represif, diaman tindakan ini merupakan tindakan terakhir untuk menegakkan wibawa Peraturan Daerah.
3. Penagihan Pajak
Penagihan Pajak dilakukan apabila batas waktu 30 (tiga puluh) hari sudah dilewati dan wajib pajak belum juga melunasi kewajibannya, Blanko yang dipakai adalah Blanko STPD yang ditanda tangani oleh Ka.UPTD.
Penggunaan SPTPD dapat dihindari apabila sebelum 30 hari, wajib pajak yang bersangkutan datang membayar dan melunasi kewajibannya. Sejalan dengan tugas pokok Dispenda perlu dilakukan upaya-upaya agar wajib pajak segera melunasi kewajibannya sebelum jatuh tempo, antara lain sebagai berikut :
a. Sosialisasi oleh petugas lapangan dengan wajib pajak pada saat
menyampaikan SPTPD maupun SKPD.
b. Melakukan pendekatan secara informal dengan wajib pajak dalam
arti positif
c. Memberi penjelasan kepada wajib pajak bahwa pajak Air
Permukaan dipungut berdasarkan penetapan pajak yang sudah dihitung sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
d. Kegiatan yang proaktif, yaitu dengan datangnya petugas ke tempat wajib pajak sebelum jatuh tempo masa pajaknya.
(64)
e. Dalam laporan bulanan harus disampaikan data penetapan, realisasi dan penagihan.
4. Penyetoran Pajak
Berdasarkan SKPD, wajib pajak datang membayar dan melunasi hutang pajaknya. Pembayaran dari wajib pajak diterima oleh Pemegang Kas Pembantu (PKP) dengan menerbitkan SSPD sebagai bukti pembayaran dan harus divalidasi register Ka.SSPD yang asli diserahkan kepada wajib Pajak.
Pemegang Kas Pembantu (PKP) wajib menyetor secara bruto ke AC 623 pada PT. Bank Sumut yang ada diwilayah kerja UPTD. Penerimaan Hasil pemungutan Pajak Air Permukaan selain dibukukan dalam Buku Kas Umum juga harus dibukukan dalam Buku Kas Pembantu.
Tindakan SPTPD, SKPD, STPD atau SSPD disusun berurutan dan pendistribusian lembaran SPTPD, SKPD, STPD atau SSPD sesuai petunjuk dalam blanko.
(65)
(66)
B. Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Air Permukaan Tahun Anggaran 2012 S/D 2013
Provinsi Sumatera Utara adalah salah satu Daerah otonomi yang memiliki hak Ekonomi yang luas. Sesuai dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, Pemerintah Sumatera Utara dituntut untuk dapat mengisi keuangan daerah sendiri, baik melalui Pajak ataupun sumber-sumber kekayaan Daerah lainnya. Untuk membiayai keuangan daerah tersebut, pemerintah menetapkan Undang-undang mengenai Pemungutan Pajak yaitu Undang-undnag Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Dengan adanya Peraturan Daerah tersebut, maka ditindak lanjuti dengan Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 23 Tahun 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemungutan Air Pajak Permukaan di Provinsi Sumatera Utara, dimana nantinya kontribusi dan Pajak ini diharapkan dapat membantu dan mengisi Keuangan Daerah.
(67)
Untuk mengetahui Penerimaan Pajak Air Permukaan tahun 2012/2013 dapat dilihat pada tabel berikut :
Tahun Target Realisasi Petambahan %
2009 12.000.000.000 10.930.411.537 -
2010 13.500.000.000 12.319.784.446 138.937.290.900
2011 12.600.000.000 19.310.323.273 699.053.882.700
2012 50.000.000.000 28.171.850.002 886.152.672.900
2013*) 40.000.000.000 16.721.826.195 1.145.002.380.700
2013*) Keadaan s/d Juni 2013
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa realisasi dari target Penerimaan Pajak Air Permukaan untuk Tahun 2009 yang telah di tetapkan DISPENDA Provinsi Sumatera Utara adalah Rp. 10.930.411.537, penerimaan Pajak Air Permukaan pada Tahun 2010 adalah Rp. 12.319.784.446, kemudian penerimaan Pajak Air Permukaan pada Tahun 2011 adalah Rp. 19.310.323.273, sedangkan penerimaan Pajak Air Permukaan pada Tahun 2012 adalah Rp. 28.171.850.002, dan pada tahun 2013 ini penerimaan Pajak Air Permukaan adalah sebesar Rp. 16.721.826.195. Maka dapat disimpulkan bahwa penerimaan Pajak Air Permukaan dari Tahun 2009 sampai 2013 mengalami peningkatan sebesar Rp. 6.470.926.195.
(68)
C. Hambatan-hambatan Utama yang menyebabkan Masih Banyaknya Wajib Pajak tidak membayar Pajak Air Permukaan
1. Kurangnya kesadaran wajib pajak untuk membayar pajak air
permukaan khususnya yang bergerak di bidang door smeer / cuci mobil Sekala Kecil
2. Masih enggannya perusahaan untuk memberikan data yang akurat
seperti data ubikasi pemakaian dan jumlah titik pengambilan 3. Jauhnya lokasi objek pajak
4. Wajib Pajak tidak mampu membayar Pajak
5. Penunggakan Pajak oleh Wajib Pajak
D. Upaya – upaya yang Dilakukan Oleh Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara untuk Meningkatkan Penerimaan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Permukaan :
1. Melakukan Koordinasi dengan Kabupaten/kota.
2. Pengadakan Koordinasi dengan di Badan Perizinan Pelayanan terpadu
Provinsi sumatera utara dalam memperolaeh data izin pemakaian Air permukaan Baru.
3. Melakukam Up-Date potensi guna memperoleh data potensi air
permukaan yang akurat setiap tahunnya
(69)
5. Melakukan Koordinasi dengan PLN Kitlur Sumbagut untuk memperoleh data perusahaan swasta yang bergerak di bidang ketenagaan listrik.
E. Faktor- faktor yang Mendukung dan Menghambat Pemungutan Pajak Air Permukaan
Melalui prosedur wawancara yang dilakukan kepada salah satu Pegawai Dispenda Provinsi Sumatera Utara, yaitu dengan Bapak Ardiansyah P. Siregar, SE. mengenai faktor-faktor pendukung dan pengahambat diperoleh data sebagai berikut ini :
1. Faktor yang Mendukung Pemungutan Pajak Air Permukaan
Berdasarkan hasil wawancara terhadap informan dalam penelitian ini, ditemukan hal-hal yang menjadikan Prosuder Pemungutan Pajak Air Permukaan menjadi lebih mudah ataupun mendukung pelaksanaan pemungutannya, seperti tersedianya sarana prasarana dalam pelaksanaan pemungutan. Kemudian adanya aparat yang tersedia yaitu pegawai-pegawai yang bertanggungjawab dalam pelaksanaan pemungutan, juga Kemudahan mengakses dan memperoleh data Wajib Pajak melalui Badan Pelayanan Perizinan Terpadu.
Hal-hal lainnya yang termasuk dalam faktor pendukung Pemungutan Pajak Air Permukaan adalah dengan tersebarnya UPT Dispenda di beberapa Kota untuk melaksanakan Pembayaran Pajak Air Permukaan, hal ini dimungkinkan akan sangat mempermudah proses pemungutan Pajak Air
(70)
Permukaan diseluruh wilayah Sumatera Utara. Kemudian dengan diberlakukannya Harga Dasar Air yang sama di Kabupaten Kota baik di Industri maupun Non Industri sebagai langkah yang dianggap akan mempermudah proses Pemungutan pajak Air Permukaan.
2. Faktor yang Menghambat Pemungutan Pajak Air Permukaan
Lalu faktor-faktor penghambat, berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh dari informan, bahwa beberapa hal yang menjadikan pemungutan Pajak Air Permukaan menjadi susah, adanya kendala dan hambatan yang dialami. Yaitu karena belum diperolehnya data tentang pemakaian Air Permukaan dikarenakan masih banyak potensi yang tidak memiliki izin. Dan dalam pelaksanakaan pemungutannya sendiri masih mengalami kekurangan petugas lapangannya sendiri, sehingga membuat hasil menjadi tidak efektif dalam pelaksanaan dilapangan. Bukan hanya kekurangan petugas lapangan namun juga belum tersedianya transportasi petugas baik dalam hal penyampaian SPTPD maupun pemungutannya. Contohnya seperti pegawai yang ditugaskan untuk terjun kelapangan belum diberikan transportasi yang cukup dalam melaksanakan pemungutan Pajak Air Permukaan.
Dalam pelaksanaan Pemungutan Pajak Air Permukaan juga dibutuhkan kerja sama yang baik dengan Kabupaten Kota, namun pihak Kabupaten Kota enggan untuk menyampaikan potensi Air Permukaan dikarenakan Pengelolaan izinnya dikelola oleh Provsu. Selain itu dari Pihak pelaksana Pemungutan sendiri, hambatan ini juga terjadi diakibatkan dari
(71)
pihak Wajib pajak itu sendiri. Maksudnya wajib pajak melakukan hal-hal yang mengakibatkan pemungutan pajak tidak berjalan dengan baik, seperti Wajib Pajak tidak menyampaikan data pemakaian Air Permukaan secara terbuka. Juga banyak Wajib Pajak yang tidak menggunakan meteran sehingga penetapan menggunakan sistem penafsiran. Penetapan dengan sistem penafsiran ini juga akan memberikan kendala dengan tidak sesuainya data sebenanrnya. Lalu masih banyak perusahaan yang melaksanakan pembayaran dengan sistem periodik 3 (tiga) bulan sekali.
(72)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari uraian masalah yang dikemukakan oleh penulis dari hasil wawancara dan data yang diperoleh dari Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Mekanisme Pemungutan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air
Permukaan diklasifikasikan sebagai berikut : a. Pendataan Potensi
b. Penetapan Pajak
c. Penagihan Pajak
d. Penyetoran Pajak
2. Mekanisme pemungutannya mempercayakan sepenuhnya kepada
wajib pajak untuk melaporkan hasil penjualan kotornya dan kemudian petugas Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara mengadakan pengawasan atas kebenaran pelaporan wajib pajak, menghitung, mengkaji, dan menyetor ke kas daerah. Dalam hal ini dilakukan menjadi terjadinya penyimpangan
3. Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara merupakan unsur
pelaksana pemerintah daerah dalam melaksanakan kewenangan Gubernur Sumatera Utara dibidang Pengelolaan dan Pendapatan daerah.
(73)
4. Masa Pajak adalah jangka waktu yang menjadi dasar bagi Wajib Pajak untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang dalam suatu jangka waktu 1 (satu) bulan kalender. Wajib Pajak melaporkan ke Dinas selambatnya 15 hari setelah berakhir masa pajak dengan mengisi SPTPD.
5. Saat pajak terutang adalah saat pengambilan dan atau pemanfaatan air permukaan atau saat terbitnya SKPD yang ditanda tangani oleh kepala UPTD DISPENDAPSU.
6. Tarif pajak pengambilan dan pemanfaatan air permukaan ditetapkan
oleh Peraturan Gubernur adalah sebesar 10% (sepuluh persen)
7. Faktor-faktor yang mendukung proses pemungutan Pajak Air
Permukaan adalah sebagai berikut : a. Tersedianya sarana dan prasarana b. Aparat yang tersedia
c. Mudahnya data Wajib Pajak diperoleh melalui Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu.
d. Tersebarnya UPT Dinas Pendapatan Daerah dibeberapa kota untuk
melaksanakan pembayaran Pajak Air Permukaan.
e. Diberlakukannnya Harga Dasar Air yang sama di Kabupaten kota
baik di industri maupun non industri.
8. Faktor-faktor yang menghambat proses pemungutan Pajak Air
(74)
a. Masih belum diperolehnya data tentang pemakaian Air Pajak Permukaan dikarenakan banyak potensi yang tidak memiliki izin.
b. Masih belum tersedianya transportasi petugas baik dalam hal
penyampaian STPD maupun pemungutannya.
c. Masih kurangnya pegawai di lapangan untuk pemungutan Pajak
Air Permukaan.
d. Kabupaten Kota enggan menyampaikan potensi Air Permukaan
dikarenakan pengelolaan izinnya dikelola oleh Provsu.
e. Masih enggannya Wajib Pajak menyampaikan data pemakaian Air
Permukaan secara terbuka.
f. Masih banyak Wajib Pajak yang belum menggunakan meteran
sehingga penetapan dilakukan menggunakan penafsiran.
g. Masih banyak perusahaan melaksanakan pembayaran dengan
sistem periodik yaitu tiga bulan sekali.
B. Saran – Saran
Untuk mengakhiri penulisan dari laporan PKLM ini, maka penulis memberikan saran-saran terkaitg dengan pelaksanaan mekanisme pemungutan Pajak Air Permukaan. Adapun beberapa sarannya sebagai berikut :
1. Diharapkan pemerintah harus menjunjung tinggi azas keadilan dalam
bertindak dan dalam pembuatan peraturan, agar peraturan daerah bisa terhindar dan bebas dari KKN.
(75)
2. Bagi wajib pajak dan seluruh lapisan masyarakat diharapkan memiliki kesadaran yang besar akan pembangunan daerah dan peduli pajak agar terus berkembang dan memiliki kualitas yang tinggi bagi masyarakat.
3. Pelaksana Pajak sebagaiknya melakukan sosialisasi dengn masyarakat dan
wajib pajak mengenai Pajak Air Permukaan, baik dari penetapan pajak, tarif pajak juga tatacara perhitungan Pajak.
4. Dilakukan peningkatan terhadap pemungutan pajak dengan memriksa,
mengawasi, dan mengadakan razia secara berkala terhadap wajib pajak maupun potensi yang ada.
5. Untuk peningkatan penerimaan Pajak Air Permukaan di Kantor
DISPENDAPSU harus dilakukan evaluasi terhadap potensi-potensi yang ada untuk memaksimalkan penerimaan pajak air permukaan.
(76)
2. Bagi wajib pajak dan seluruh lapisan masyarakat diharapkan memiliki kesadaran yang besar akan pembangunan daerah dan peduli pajak agar terus berkembang dan memiliki kualitas yang tinggi bagi masyarakat.
3. Pelaksana Pajak sebagaiknya melakukan sosialisasi dengn masyarakat dan
wajib pajak mengenai Pajak Air Permukaan, baik dari penetapan pajak, tarif pajak juga tatacara perhitungan Pajak.
4. Dilakukan peningkatan terhadap pemungutan pajak dengan memriksa,
mengawasi, dan mengadakan razia secara berkala terhadap wajib pajak maupun potensi yang ada.
5. Untuk peningkatan penerimaan Pajak Air Permukaan di Kantor
DISPENDAPSU harus dilakukan evaluasi terhadap potensi-potensi yang ada untuk memaksimalkan penerimaan pajak air permukaan.
(1)
pihak Wajib pajak itu sendiri. Maksudnya wajib pajak melakukan hal-hal yang mengakibatkan pemungutan pajak tidak berjalan dengan baik, seperti Wajib Pajak tidak menyampaikan data pemakaian Air Permukaan secara terbuka. Juga banyak Wajib Pajak yang tidak menggunakan meteran sehingga penetapan menggunakan sistem penafsiran. Penetapan dengan sistem penafsiran ini juga akan memberikan kendala dengan tidak sesuainya data sebenanrnya. Lalu masih banyak perusahaan yang melaksanakan pembayaran dengan sistem periodik 3 (tiga) bulan sekali.
(2)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari uraian masalah yang dikemukakan oleh penulis dari hasil wawancara dan data yang diperoleh dari Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Mekanisme Pemungutan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Permukaan diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Pendataan Potensi b. Penetapan Pajak c. Penagihan Pajak d. Penyetoran Pajak
2. Mekanisme pemungutannya mempercayakan sepenuhnya kepada wajib pajak untuk melaporkan hasil penjualan kotornya dan kemudian petugas Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara mengadakan pengawasan atas kebenaran pelaporan wajib pajak, menghitung, mengkaji, dan menyetor ke kas daerah. Dalam hal ini dilakukan menjadi terjadinya penyimpangan
3. Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara merupakan unsur pelaksana pemerintah daerah dalam melaksanakan kewenangan Gubernur Sumatera Utara dibidang Pengelolaan dan Pendapatan daerah.
(3)
4. Masa Pajak adalah jangka waktu yang menjadi dasar bagi Wajib Pajak untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang dalam suatu jangka waktu 1 (satu) bulan kalender. Wajib Pajak melaporkan ke Dinas selambatnya 15 hari setelah berakhir masa pajak dengan mengisi SPTPD.
5. Saat pajak terutang adalah saat pengambilan dan atau pemanfaatan air permukaan atau saat terbitnya SKPD yang ditanda tangani oleh kepala UPTD DISPENDAPSU.
6. Tarif pajak pengambilan dan pemanfaatan air permukaan ditetapkan oleh Peraturan Gubernur adalah sebesar 10% (sepuluh persen)
7. Faktor-faktor yang mendukung proses pemungutan Pajak Air Permukaan adalah sebagai berikut :
a. Tersedianya sarana dan prasarana b. Aparat yang tersedia
c. Mudahnya data Wajib Pajak diperoleh melalui Badan Pelayanan Perizinan Terpadu.
d. Tersebarnya UPT Dinas Pendapatan Daerah dibeberapa kota untuk melaksanakan pembayaran Pajak Air Permukaan.
e. Diberlakukannnya Harga Dasar Air yang sama di Kabupaten kota baik di industri maupun non industri.
8. Faktor-faktor yang menghambat proses pemungutan Pajak Air Permukaan adalah sebagai berikut :
(4)
a. Masih belum diperolehnya data tentang pemakaian Air Pajak Permukaan dikarenakan banyak potensi yang tidak memiliki izin. b. Masih belum tersedianya transportasi petugas baik dalam hal
penyampaian STPD maupun pemungutannya.
c. Masih kurangnya pegawai di lapangan untuk pemungutan Pajak Air Permukaan.
d. Kabupaten Kota enggan menyampaikan potensi Air Permukaan dikarenakan pengelolaan izinnya dikelola oleh Provsu.
e. Masih enggannya Wajib Pajak menyampaikan data pemakaian Air Permukaan secara terbuka.
f. Masih banyak Wajib Pajak yang belum menggunakan meteran sehingga penetapan dilakukan menggunakan penafsiran.
g. Masih banyak perusahaan melaksanakan pembayaran dengan sistem periodik yaitu tiga bulan sekali.
B. Saran – Saran
Untuk mengakhiri penulisan dari laporan PKLM ini, maka penulis memberikan saran-saran terkaitg dengan pelaksanaan mekanisme pemungutan Pajak Air Permukaan. Adapun beberapa sarannya sebagai berikut :
1. Diharapkan pemerintah harus menjunjung tinggi azas keadilan dalam bertindak dan dalam pembuatan peraturan, agar peraturan daerah bisa terhindar dan bebas dari KKN.
(5)
2. Bagi wajib pajak dan seluruh lapisan masyarakat diharapkan memiliki kesadaran yang besar akan pembangunan daerah dan peduli pajak agar terus berkembang dan memiliki kualitas yang tinggi bagi masyarakat. 3. Pelaksana Pajak sebagaiknya melakukan sosialisasi dengn masyarakat dan
wajib pajak mengenai Pajak Air Permukaan, baik dari penetapan pajak, tarif pajak juga tatacara perhitungan Pajak.
4. Dilakukan peningkatan terhadap pemungutan pajak dengan memriksa, mengawasi, dan mengadakan razia secara berkala terhadap wajib pajak maupun potensi yang ada.
5. Untuk peningkatan penerimaan Pajak Air Permukaan di Kantor DISPENDAPSU harus dilakukan evaluasi terhadap potensi-potensi yang ada untuk memaksimalkan penerimaan pajak air permukaan.
(6)
2. Bagi wajib pajak dan seluruh lapisan masyarakat diharapkan memiliki kesadaran yang besar akan pembangunan daerah dan peduli pajak agar terus berkembang dan memiliki kualitas yang tinggi bagi masyarakat. 3. Pelaksana Pajak sebagaiknya melakukan sosialisasi dengn masyarakat dan
wajib pajak mengenai Pajak Air Permukaan, baik dari penetapan pajak, tarif pajak juga tatacara perhitungan Pajak.
4. Dilakukan peningkatan terhadap pemungutan pajak dengan memriksa, mengawasi, dan mengadakan razia secara berkala terhadap wajib pajak maupun potensi yang ada.
5. Untuk peningkatan penerimaan Pajak Air Permukaan di Kantor DISPENDAPSU harus dilakukan evaluasi terhadap potensi-potensi yang ada untuk memaksimalkan penerimaan pajak air permukaan.