Penelitian mengenai sabut kelapa yang pernah dilakukan tersebut memiliki kesamaan dengan penelitian yang akan dilakukan, yaitu dari bentuk komoditasnya.
Adapun bentuk komoditas yang akan diteliti pada tahun ini adalah serat sabut kelapa.
Sementara perbedaannya terletak pada topik penelitian dan alat analisis yang digunakan. Topik penelitian terdahulu adalah mengenai strategi pemasaran
sabut kelapa, sementara topik penelitian yang dilakukan tahun ini adalah mengenai respon penawaran ekspor.
Alat analisis yang digunakan pada penelitian terdahulu adalah SWOT Strength, Weakness, Opportunity, Threats. Alat ini digunakan karena sesuai
dengan topik yang diteliti, yaitu strategi pemasaran. Sementara alat analisis yang digunakan untuk penelitian mengenai respon penawaran serat sabut kelapa adalah
ekonometrika.
2.2.2. Penelitian mengenai Respon Penawaran
Turnip 2002 dalam penelitiannya yang berjudul analisis faktor – faktor yang mempengaruhi penawaran ekspor dan aliran perdagangan kopi Indonesia
menyatakan bahwa faktor – faktor yang berpengaruh terhadap penawaran ekspor kopi adalah produksi kopi, harga domestik, harga ekspor, nilai tukar rupiah terhadap
dollar Amerika Serikat dan jumlah ekspor kopi Indonesia tahun sebelumnya lag. Adapun model pendugaan yang digunakan untuk menganalisis faktor – faktor yang
berpengaruh terhadap penawaran ekspor kopi Indonesia adalah model regresi linier berganda.
Berdasarkan model tersebut maka diketahui bahwa dari lima faktor yang diidentifikasi berpengaruh terhadap penawaran ekspor hanya empat faktor yang
positif berpengaruh nyata terhadap penawaran ekspor. Adapun faktor – faktor tersebut adalah produksi, harga ekspor, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika
Serikat, dan ekspor kopi Indonesia pada tahun sebelumnya lag. Sementara harga domestik berpengaruh negatif.
Nilai koefisien determinasi R
2
yang dihasilkan dari model tersebut adalah sebesar 85,70 persen. Hal ini berarti bahwa 85,70 persen dari keragaan volume
ekspor kopi Indonesia dapat dijelaskan oleh keragaman variabel bebas di dalam model, sedangkan sisanya diterangkan oleh variabel lain.
Model yang digunakan pada penelitian ekspor kopi Indonesia tersebut sama dengan yang digunakan pada penelitian respon penawaran ekspor serat sabut
kelapa Indonesia. Hal ini terjadi karena kategori komoditas yang diteliti adalah sama, yaitu komoditas ekspor. Perbedaannya terletak pada bentuk komoditas yang
diteliti, yaitu kopi dan kelapa. Manfaat dari studi hasil penelitian terdahulu terhadap penelitian ini adalah
informasi mengenai serat sabut kelapa menjadi bertambah. Selain itu dapat diketahui pula faktor – faktor yang berpengaruh terhadap penawaran ekspor pada
komoditas hasil penelitian terdahulu yang dapat dijadikan sebagai acuan untuk mencari faktor – faktor yang berpengaruh terhadap respon penawaran ekspor serat
sabut kelapa Indonesia.
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Perdagangan Internasional
Pola perdagangan antar negara disebabkan oleh perbedaan bawaan faktor Factor Endowment, dimana suatu negara akan mengekspor komoditas yang
produksinya memerlukan faktor produksi yang relatif berlimpah. Dengan demikian perdagangan mendorong sumberdaya ke dalam sektor-sektor yang mempunyai
keunggulan komparatif. Di samping itu perdagangan juga didorong oleh adanya penawaran dan permintaan antar negara Salvatore, 1997.
Menurut Salvatore 1997, bagi dua negara yang menjalin hubungan dagang dapat memperoleh keuntungan dari perdagangan dengan melakukan spesialisasi
produksi dan mengekspor komoditas yang memiliki keunggulan komparatif. Hukum keunggulan komparatif menyatakan bahwa meskipun sebuah negara kurang efisien
dibanding atau memiliki kerugian absolut terhadap negara lain dalam memproduksi kedua komoditas, namun masih tetap terdapat dasar untuk
melakukan perdagangan yang menguntungkan kedua belah pihak. Negara pertama harus melakukan spesialisasi dalam memproduksi dan mengekspor komoditas yang
memiliki kerugian absolut lebih kecil komoditas dengan keunggulan komparatif dan mengimpor komoditas yang memiliki kerugian absolut lebih besar komoditas yang
memiliki kerugian komparatif. Dalam konteks dua negara dan dua komoditas, jika salah satu negara telah ditetapkan memiliki keunggulan komparatif dalam satu
komoditas, maka negara satunya harus dianggap memiliki keunggulan komparatif dalam komoditas lainnya.