1. Harga Ekspor
Perbedaan relatif harga – harga atas berbagai komoditas antara dua negara pada dasarnya mencerminkan keunggulan komparatif bagi masing – masing negara
yang mencerminkan pijakan setiap negara dalam melangsungkan hubungan dagang yang saling menguntungkan. Negara yang harga relatifnya lebih besar atas
suatu komoditas yang bersangkutan menjadi keuntungan bagi negara tersebut. Namun dilain pihak negara itu pun memiliki kerugian komparatif atas komoditas –
komoditas lainnya yang selanjutnya menjadi andalan mata dagangan negara lain.
2.
Nilai
Tukar
Nilai tukar exchange Rate diantara dua negara adalah harga dimana penduduk kedua negara saling melakukan perdagangan. Menurut Mankiw 2000
para ekonom membedakan nilai tukar dalam dua bentuk, yaitu nominal dan riil. Nilai tukar nominal adalah harga relatif dari mata uang dua negara, sedangkan nilai
tukar riil adalah harga relatif dari barang – barang kedua negara. Peningkatan atau perbaikan nilai tukar perdagangan di suatu negara
biasanya dianggap menguntungkan bagi negara tersebut. Hal ini karena harga yang diperolehnya dari ekspor akan meningkat secara relatif bila dibandingkan
dengan harga – harga yang harus dibayarnya untuk memperoleh produk – produk impor. Menurut Mankiw 2000 biasanya ketika nilai tukar riil mengalami penurunan
maka ekspor akan mengalami peningkatan dan impor akan mengalami penurunan. Kondisi ini terjadi karena ketika nilai tukar mengalami penurunan maka eksportir
akan memperoleh keuntungan cukup besar dalam bentuk rupiah, sedangkan harga barang impor akan menjadi lebih mahal bila dibandingkan dengan harga barang di
dalam negeri.
3. Produk Domestik Bruto PDB
Menurut Mankiw 2000 Produk Domestik Bruto adalah pendapatan dan pengeluaran nasional untuk output barang dan jasa. PDB biasanya dianggap
sebagai ukuran terbaik dari kinerja perekonomian suatu negara. PDB suatu negara merupakan ukuran kapasitas untuk memproduksi
komoditas ekspor negara tersebut. Kapasitas kemampuan suatu negara untuk memproduksi komoditasnya dapat diketahui berdasarkan kurva batas kemungkinan
produksinya. Menurut Lipsey 1995 batas kemungkinan produksi adalah sebuah kurva yang memperlihatkan berbagai alternatif kombinasi dua komoditas yang dapat
diproduksi oleh sebuah negara dengan menggunakan semua sumberdayanya melalui teknologi terbaik yang dimilikinya. Adapun bentuk dari Kurva Kemungkinan
Produksi dapat dilihat pada Gambar 2.
Y K
1
KKP 2 KKP 1
E’ E
x
x
1
x
2
x
3
Gambar 2. Kurva Kemungkinan Produksi Sumber : Salvatore, 1997
Pada Gambar 2 terlihat bahwa terdapat dua kurva kemungkinan produksi KKP
1
dan KKP
2
. Kedua negara tersebut diasumsikan memproduksi komoditas X sehingga apabila terjadi kenaikan PDB maka negara akan menambah kapasitas
untuk memproduksi komoditas ekspor tersebut dan menggeser kurva KKP
1
menjadi KKP
2
. Besar perubahan KKP tergantung pada besar perubahan PDB yang terjadi dan pergeseran ini menggambarkan pertumbuhan produksi domestik suatu negara.
Setelah terjadi pergeseran dengan asumsi konsumsi masyarakat sama dengan
negara pengekspor komoditas X maka ekspor akan meningkat dari sebesar X
1
X
2
menjadi X
1
X
3
. PDB ini dapat mewakili ukuran ekonomi negara eksportir. Ukuran ini
didasarkan kepada besarnya jumlah produksi komoditas ekspor yang dapat dijual oleh negara eksportir. Ukuran ekonomi adalah kemampuan potensial negara untuk
melakukan perdagangan luar negeri dalam hal menjual atau membeli komoditas
ekspor.
Hal-hal lain yang penting dalam mempelajari penawaran komoditas pertanian adalah konsep elastisitas penawaran yang dapat diartikan sebagai
persentase perubahan dalam jumlah komoditas yang ditawarkan akibat adanya persentase perubahan harga, sementara faktor lainnya diangap konstan Lipsey,
1995. Pada konsep elatisitas ini, lamanya waktu respon merupakan hal yang kritis. Penawaran dalam waktu yang sangat pendek, akan sulit untuk mengubah
jumlah yang ditawarkan. Namun apabila waktu penawaran tersebut cukup lama maka untuk mengubah jumlah penawaran tersebut akan lebih mudah.
Kriteria uji yang digunakan dalam pendugaan nilai elastisitas ini, baik jangka pendek maupun jangka panjang adalah sebagai berikut :
1. Jika nilai elastisitas lebih besar dari satu E 1, maka penawaran tersebut dapat dikatakan elastis responsif.
2. Jika nilai elastisitas antara nol dan satu 0 E 1 dikatakan inelastis tidak responsif.
3. Jika nilai elastisitas sama dengan no E = 0, dikatakan inelastis sempurna. 4. Jika nilai elastisitasnya sama dengan satu E = 1, dikatakan unitary elastis.
Untuk jangka panjang elastisitas penawaran biasanya diharapkan lebih besar dari elastisitas jangka pendek. Oleh karena itu produsen dapat merubah atau
mengurangi produksinya.
3.2. Kerangka Pemikiran Konseptual