Teknologi Instanisasi Pembuatan Produk Nasi Singkong Instan Berbasis Fermented Cassava Flour Sebagai Bahan Pangan Pokok Alternatif
Tabel 4. Data produksi dan konsumsi beras tahun 2001-2004 dalam ton Tahun
Kebutuhan Produksi tersedia
Defisit impor
2001 32.771.264
30.283.326 2.487.920
2002 33.073.152
30.586.159 2.486.993
2003 33.372.463
30.892.021 2.480.442
2004 33.669.384
31.200.941 2.468.443
Sumber : Departemen Pertanian, 2005
Menurut Soenardi 2002, penganekaragaman pangan dalam rangka memantapkan ketahanan pangan mempunyai konsekuensi tersedianya
beragam pangan secara cukup, baik dari segi jumlah maupun mutu. Selain itu, harus merata dalam pendistribusian, harga terjangkau, dan aman dikonsumsi
oleh masyarakat. Adanya penganekaragaman pangan ini memunculkan pemikiran untuk mengganti makanan pokok nasi dengan bahan pangan
lainnya yang juga berfungsi sebagai sumber karbohidrat. Beberapa produk makanan yang mungkin dapat menggantikan beras
antara lain singkong, ubi jalar, talas, dan umbi-umbian lain. Bahan pangan ini masih belum dimanfaatkan sepenuhnya untuk konsumsi masyarakat. Kendala
yang dihadapi antara lain tidak tahan lama sehingga harus diolah terlebih dahulu untuk memperpanjang umur simpannya. Selain itu, adanya persepsi
masyarakat yang menyebutkan bila mengkonsumsi bahan pangan lain selain beras dianggap belum makan dan kurang bergengsi.
Mengubah kebiasaan mengonsumsi nasi dengan makanan lain tidaklah mudah bila hanya mengganti nasi diganti dengan bahan lain sementara lauk
pauknya tetap seperti untuk menemani nasi Soenardi, 2002. Hal tersebut tentunya akan ditolak masyarakat karena berdasarkan kebiasaan, lauk pauk
tersebut lebih terasa enak bila dikonsumsi bersama dengan nasi. namun bila bahan pangan tersebut diolah menjadi bentuk lain meskipun campurannya
menggunakan selera tradisional atau yang telah mengena di lidah akan mudah diterima karena merupakan resep baru dengan selera baru.
Untuk mengukur keberhasilan upaya diversifikasi pangan di bidang penyediaan dan konsumsi pangan diperlukan suatu parameter. Pada dasarnya,
tingkat keanekaragaman pangan mencerminkan perimbangan komposisi antar jenis dan kelompok pangan. Oleh karena itu, salah satu parameter yang dapat
dipakai untuk menilai tingkat keanekaragaman pangan adalah Pola Pangan Harapan PPH. Pola Pangan harapan PPH atau Desirable Dietary Pattern
adalah susunan beragam pangan yang didasarkan pada sumbangan energikelompok pangan baik secara absolut maupun relatif dari suatu pola
ketersediaan dan atau konsumsi pangan. PPH merupakan jenis dan jumlah kelompok pangan utama yang dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan energi
dan zat gizi Hardinsyah et. al.,, 2001.