Estimasi Hubungan antara TPW

4.3 Estimasi Hubungan antara TPW

dengan Curah Hujan Berdasarkan hasil perhitungan, didapatkan bahwa tidak setiap waktu nilai TPW dapat diturunkan sebagai hujan berapapun nilainya baik besar maupun kecil. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan pada daerah Padang, Gambar 19 TPW dan curah hujan bulan Juni 2007 di daerah Padang. Gambar 20 TPW dan curah hujan bulan Desember 2007 di daerah Padang. Secara umum, jumlah TPW baik pada bulan Desember maupun Juni relatif konstan yaitu sekitar 60 mm dengan nilai rata-rata tahunan sebesar 50.55 mm, namun nilai uap air yang diturunkan sebagai hujan lebih besar terjadi pada bulan Desember. Hal tersebut dipengaruhi faktor-faktor lain yang tergantung kondisi lokal. Sedangkan untuk daerah Biak, terjadi juga hal yang serupa yaitu nilai TPW yang relatif konstan pada periode yang sama. Namun nilainya lebih kecil 10 mm dibandingkan daerah Padang pada bulan Desember dan Juni dengan rata-rata tahunan sebesar 39.6 mm. Gambar 21 TPW dan curah hujan bulan Juni 2007 di daerah Biak. Gambar 22 TPW dan curah hujan bulan Desember 2007 di daerah Biak. Pada daerah Padang, hujan yang terjadi relatif tidak kontinu namun setiap kejadian hujan, intensitasnya dinilai cukup besar. Jumlah TPW kumulatif pada bulan Desember adalah 1478,79 mm dan yang diturunkan sebagai hujan adalah 461.4 mm. Sedangkan pada bulan Juni kumulatif nilai TPW adalah 1513,35 dengan jumlah hujan 283. Di daerah Biak jumlah kumulatif TPW lebih kecil dibandingkan dengan daerah Padang, yaitu 1075,73 mm di bulan Desember dan 1209,98 mm di bulan Juni. Jumlah kumulatif yang diturunkan sebagai hujan untuk bulan Juni dan Desember relatif sama dan kontinu yaitu 229.6 dan 229.95 mm. Analisis statistik dilakukan dengan tujuan untuk mengestimasi hubungan antara nilai TPW dan curah hujan. Metode yang digunakan adalah analisis cross-correlation korelasi silang. Keterkaitan diantara kedua variabel itu dapat terlihat pada grafik yang menggambarkan keduanya. Estimasi hubungan antara TPW dan curah hujan dilakukan pada kedua daerah kajian yaitu daerah Padang dan Biak. Pada daerah Padang, pengambilan data dilakukan selama 1 November 2007 sampai dengan 29 Februari 2008 untuk kedua variabel. Hasil yang didapatkan adalah sebagai berikut. 7 6 5 4 3 2 1 -1 -2 -3 -4 -5 -6 -7 Lag Number 1.0 0.5 0.0 -0.5 -1.0 C C F Lower Confidence Limit Upper Confidence Limit Coefficient Korelasi TPW dan Curah Hujan Daerah Padang Gambar 23 Korelasi silang TPW dengan curah hujan daerah Padang pada periode 1 November 2007 sampai dengan 29 Februari 2008. Tabel 1 Nilai korelasi silang TPW dengan curah hujan daerah Padang pada periode November 2007-Februari 2008 Lag Cross Correlation Std.Errora -7 -.031 .106 -6 -.098 .105 -5 -.026 .105 -4 .117 .104 -3 .067 .104 -2 .015 .103 -1 .103 .103 .053 .102 1 -.260 .103 2 -.294 .103 3 .036 .104 4 .070 .104 5 .011 .105 6 -.016 .105 7 .058 .106 Korelasi silang dilakukan dengan jumlah data sebanyak 121 data n=121 maka selang kepercayaan adalah 5 . 2 n yaitu sebesar -0.182 sampai dengan 0.182. dapat dilihat dari grafik nilai korelasi silang, tidak semua nilai berada pada selang kepercayaan. Pada lag 1 melebihi selang kepercayaan yaitu -0.260 dan pada lag 2 yaitu -0.294 maka berarti terjadi korelasi positif antara nilai TPW dan curah hujan pada daerah Padang diantara 1 November 2007 sampai dengan 29 Februari 2008. Sehingga apabila terjadi kenaikan TPW, nilai curah hujan juga akan meningkat. TPW akan terbentuk sebagai hujan dengan jeda waktu time lag sebesar satu hari. Pada daerah Biak juga dilakukan analisis statistik antara TPW dan curah hujan pada periode yang sama yaitu 1 November 2007 sampai dengan 29 Februari 2008. Hasil yang didapatkan adalah sebagai berikut, 7 6 5 4 3 2 1 -1 -2 -3 -4 -5 -6 -7 Lag Number 1.0 0.5 0.0 -0.5 -1.0 C C F Lower Confidence Limit Upper Confidence Limit Coefficient Korelasi TPW dan Curah Hujan di Daerah Biak Gambar 24 Korelasi silang TPW dengan curah hujan daerah Biak pada periode November 2007-Februari 2008. Tabel 2 Nilai korelasi silang TPW dengan curah hujan daerah Biak pada periode November 2007-Februari 2008 Lag Cross Correlation Std.Errora -7 .136 .115 -6 .126 .114 -5 .182 .113 -4 .105 .113 -3 .030 .112 -2 .118 .111 -1 .162 .110 .219 .110 1 .252 .110 2 .089 .111 3 -.113 .112 4 .053 .113 5 .165 .113 6 .046 .114 7 -.004 .115 Berdasarakan hasil korelasi silang, dengan data yang diuji sebanyak 121 data n=121 maka nilai selang kepercayaan adalah 5 . 2 n yaitu sebesar -0.182 sampai dengan 0.182. Dari grafik korelasi silang di atas, maka dapat dilihat bahwa pada lag 1 dan lag 0 dengan nilai korelasi sebesar 0.252 dan 0.219 melebihi batas selang kepercayaan. Sedangkan data yang lainnya nilai korelasinya masih berada pada selang kepercayaan. Hal tersebut menggambarkan bahwa antara kedua variabel yaitu TPW dan curah hujan masih memiliki korelasi silang seperti halnya pada daerah Padang. Lag Time terbentuknya hujan pada daerah Biak juga sebesar satu hari. Nilai korelasi yang kecil menunjukkan hubungan diantara keduanya lemah. Hal tersebut disebabkan nilai TPW merupakan nilai gabungan semua dari produk presipitasi tidak hanya curah hujan tetapi juga embun dan virga. Sehingga kandungan uap air tidak menggambarkan secara langsung jumlah curah hujan di permukaan. KESIMPULAN Berdasarkan data hasil pengukuran radiosonde, besarnya TPW Total Precipitable Water pada daerah Padang dan Biak relatif konstan sepanjang tahun dengan rata-rata pada daerah Padang yaitu 50.5 mm dan pada daerah Biak yaitu 39.6 mm Pada kedua daerah Nilai Brunt Väisälä frequency square N 2 pada permukaan relatif konstan di bulan Desember sehingga pengangkatan massa udara bisa terjadi lebih intensif dan peluang pembentukan awan hujan lebih besar. Sedangkan pada bulan Juni terjadi hal yang sebaliknya,N 2 pada permukaan cenderung berubah-ubah, sehingga proses pengangkatan massa udara kurang intensif. Osilasi TPW pada daerah padang terjadi sekita 60 harian dan daerah Biak sekitar 90 harian. Hasil analisis statistik antara TPW dan curah hujan daerah Padang dan Biak menunjukkan korelasi silang diantara keduanya sehingga kedua variabel ini saling berpengaruh dengan nilai maksimum 0.294 dan selang waktu lag time adalah 1 hari. DAFTAR PUSTAKA Ahrens C. D. 2007. Meteorology Today : An Introduction to Weather, Climate, and the Environment. Eight ed . Canada : Thomson BrooksCole. Arya, S. P. 1999. Air Pollution Meteorology and Dispertion . New York : Oxford University Press. Donn, W. L. 1975. Meteorology. New York : Mc. Graw Hill, Inc. Juaeni, Ina. 1988. Air Terkandung dan Hubungannya dengan Titik Embun Permukaan, Awan dan Hujan. Skripsi. Jurusan Geofisika dan Meteorologi, FMIPA – ITB. Bandung. Handoko. 1995. Klimatologi Dasar. Jakarta : PT. Dunia Pustaka Jaya Haryanto, U. 1998. Pengaruh Kecenderungan perubahan Indeks Osilasi pada Curah Hujan DAS Citarum. Jurnal IPTEK Iklim dan Cuaca. No.02. Tahun 02. 1998. Mc.Ilveen. 1986. Basic Meteorology a Physical Outline . England : Van Nostrand Reinhold UK Co.Ltd. [OFCM] Ofice of the Federal Coordinator for Meteorological Services and Supporting Research. 1997. Federal Meteorological Handbook No.3 . Washington DC : OFCM. http:www.ofcm.govfmh3pdf12-app- d.pdf . [16 Juni 2008] Riegel, C.A. 1992. Fundamental of atmospheric Dynamics and Thermodynamics. Singapore : World Scientific Publishing Co. Pte. Ltd. Sandy, I. M. 1987. Iklim Regional Indonesia. Jakarta: Jurusan Geografi FMIPA. UI. Stull R . 2004. Meteorology For Scoentis And Engineers . United states : BrooksCole Thomson Learning. Viswanadham, Y. 1981. The Relationship Between Total Precipitable Water and Surface Dew Poin. Jour.of App Met. Vol. 20 No.1. p:5-12 Weisner, C.J. 1970. Hydrometeorology. Australia :School of Civil Engineering. University of New South Wales. Prawirowardoyo, S. 1996. Meteorologi. Bandung: ITB. Renggono, Findy. 2000. Awan Hujan di Serpong Pengamatan dengan Boundary Layer Radar. Jurnal Sains dan Teknologi Modifikasi Cuaca Vol.1, No.1, Juni 2000. Seyhan, Ersin. 1990. Dasar-Dasar Hidrologi . Yogyakarta : Gajah Mada University Press. Tjasyono, Bayong. 2004. Klimatologi. Bandung : Institut Teknologi Bandung. Trewartha, G.T., dan L.H. Horn. 1980. An Introduction to Climate, 5 th ed.,. New York :Mc-Grawl_Hill. International Company. Wahab, F. M. A. 2005. Estimasi Total Precipitable Water Berdasarkan Analisis Data Radio Acoustic Sounding System RASS Di Atas Kototabang Sumatera Barat [skripsi]. Bogor : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Wyoming University. 2008. Upper air Data. http:weather.uwyo.edu upperair seasia.html. [1 Maret 2008]. LAMPIRAN Lampiran 1 Curah Hujan Bulanan di Daerah Padang dan Biak Bulan Maret 2007-Februari 2008 Lampiran 2 Pola Angin dan Curah Hujan Bulan Juni 2007 dan Desember 2007 di Wilayah Indonesia Lampiran 3 Curah Hujan Harian Bulan Desember dan Juni 2007 Lampiran 4 Profil Vertikal N 2 di Daerah Padang Lampiran 5 Profil Vertikal N 2 di Daerah Biak Lampiran 6 Profil Vertikal RH di Daerah Padang Lampiran 7 Profil Vertikal RH di Daerah Biak Lampiran 8 Profil Vertikal N 2 Pada Ketinggian 15-18 km di Daerah Padang dan Biak Lampiran 9 Data TPW di Daerah Padang Tanggal Bulan TPW 1 mar - 2 mar 52.7979 3 mar 43.1736 4 mar 53.8182 5 mar 54.6855 6 mar 44.8844 7 mar 51.3806 8 mar 45.3953 9 mar 48.143 10 mar 51.0905 11 mar 27.7812 12 mar - 13 mar 52.7032 14 mar 57.8583 15 mar 43.593 16 mar 54.7877 17 mar 49.8225 18 mar 48.8264 19 mar 54.9933 20 mar 53.1409 21 mar 56.811 22 mar 50.4132 23 mar - 24 mar 55.5028 25 mar - 26 mar 37.4052 27 mar 58.9246 28 mar 49.9643 29 mar 48.7852 30 mar 51.1657 31 mar 53.7655 1 apr 57.2435 2 apr 53.0485 3 apr 58.4889 4 apr 8.1094 5 apr 54.1353 6 apr 54.5679 7 apr 50.5639 8 apr 52.0883 9 apr 45.922 10 apr 53.6373 11 apr 57.6679 12 apr 51.3262 13 apr 55.2859 14 apr 37.8702 15 apr 55.9929 16 apr 58.9655 17 apr 50.3693 18 apr 49.9397 19 apr 44.9343 20 apr - 21 apr 55.2216 22 apr 48.3938 23 apr 41.8476 24 apr - 25 apr 11.3189 26 apr 42.0736 27 apr - 28 apr - 29 apr 49.4988 30 apr 58.0536 1 mei 63.5286 2 mei 35.6112 3 mei - 4 mei - 5 mei - 6 mei 53.7758 7 mei 55.4783 8 mei 52.24 9 mei 16.0821 10 mei 41.4428 11 mei 54.9322 12 mei 57.0824 13 mei 55.5835 14 mei 57.7097 15 mei 54.6458 16 mei 51.3819 17 mei 51.5584 18 mei 53.6477 19 mei 50.0194 20 mei 45.4804 21 mei 62.8989 22 mei 50.7525 23 mei 53.3732 24 mei - 25 mei 52.9934 26 mei 53.4666 27 mei 46.971 28 mei 52.3773 29 mei 52.3957 30 mei 56.546 31 mei 52.4028 1 juni 55.4355 2 juni 58.9404 3 juni 48.6583 4 juni 52.137 5 juni 97.5094 6 juni 36.2773 7 juni 56.4652 8 juni 55.7382 9 juni 50.0312 10 juni 55.3121 11 juni 53.6621 12 juni 54.0773 13 juni 55.6218 14 juni 56.45 15 juni 57.9762 16 juni 57.244 17 juni - 18 juni 53.4688 19 juni 55.1886 20 juni 49.0546 21 juni 22.597 22 juni 56.9154 23 juni 59.6597 24 juni 70.3847 25 juni 54.968 26 juni 45.2167 27 juni 45.655 28 juni 14.3291 29 juni 84.38 30 juni - 1 jul 45.8948 2 jul 46.2952 3 jul 28.2737 4 jul 45.7791 5 jul 47.9914 6 jul 49.0976 7 jul 45.355 8 jul 54.4679 9 jul 51.2922 10 jul 50.8992 11 jul - 12 jul 48.171 13 jul 49.7003 14 jul 47.291 15 jul 46.1314 16 jul - 17 jul 45.9797 18 jul 48.8842 19 jul 55.9476 20 jul 48.2296 21 jul 54.581 22 jul 52.449 23 jul 49.9677 24 jul 52.386 25 jul 51.4694 26 jul 47.8566 27 jul 38.1065 28 jul 53.5191 29 jul 53.308 30 jul 45.3417 31 jul 48.5989 1 agst 46.1225 2 agst 47.7427 3 agst 46.9878 4 agst 27.11 5 agst 49.384 6 agst 46.996 7 agst 50.0346 8 agst 59.5633 9 agst 47.8898 10 agst - 11 agst 46.7385 12 agst 30.37 13 agst 46.2611 14 agst 79.96 15 agst 45.0399 16 agst 48.6274 17 agst 56.4651 18 agst 56.2235 19 agst 50.9229 20 agst 48.9514 21 agst 38.5472 22 agst 51.461 23 agst 44.8064 24 agst 34.89 25 agst 49.44 26 agst 35.77 27 agst 43.58 28 agst 42.95 29 agst 45.8607 30 agst 51.3827 31 agst 41.26 1 sept 46.629 2 sept 47.9359 3 sept 50.4856 4 sept 48.455 5 sept 48.0706 6 sept 57.4763 7 sept 56.2724 8 sept - 9 sept 50.0386 10 sept 48.4329 11 sept 51.1533 12 sept 48.752 13 sept 50.3214 14 sept 51.1595 15 sept 55.513 16 sept 37.6163 17 sept 37.6163 18 sept 43.745 19 sept 49.4471 20 sept 52.9539 21 sept 52.1669 22 sept 53.3213 23 sept 29.7184 24 sept 54.5844 25 sept 52.322 26 sept 56.0024 27 sept 52.9804 28 sept 49.61 29 sept 42.0085 30 sept 51.0063 1 oct - 2 oct 59.7947 3 oct 47.5478 4 oct 51.0315 5 oct 46.0714 6 oct 48.6802 7 oct 52.3642 8 oct 49.5391 9 oct 50.4296 10 oct - 11 oct 55.7687 12 oct 50.7259 13 oct 56.6091 14 oct 53.0711 15 oct 48.8089 16 oct 52.5446 17 oct 50.1148 18 oct 53.8141 19 oct 50.74 20 oct 52.832 21 oct 54.6684 22 oct 163.9398 23 oct 42.7696 24 oct 51.0863 25 oct 48.1582 26 oct 51.0511 27 oct 56.0641 28 oct 56.8353 29 oct 59.1033 30 oct - 31 oct 51.8284 1 nov 53.9092 2 nov 52.1133 3 nov - 4 nov 49.8762 5 nov 55.3938 6 nov 56.1061 7 nov 52.0804 8 nov 53.6327 9 nov 55.9925 10 nov - 11 nov 53.7861 12 nov - 13 nov 43.94 14 nov 50.4733 15 nov 50.5279 16 nov 47.117 17 nov 53.9894 18 nov 48.2525 19 nov 48.9433 20 nov 53.2565 21 nov 47.5152 22 nov 47.1107 23 nov 44.0867 24 nov 57.6834 25 nov - 26 nov 52.6874 27 nov 51.9617 28 nov 53.4164 29 nov 51.8065 30 nov 49.9333 1 des 59.2968 2 des 57.8953 3 des 42.5048 4 des 30.2445 5 des 39.8605 6 des 53.4575 7 des 55.0043 8 des 61.3291 9 des 57.2648 10 des 50.2026 11 des 53.6966 12 des 46.5323 13 des 59.154 14 des 52.2758 15 des 50.0968 16 des 58.0542 17 des 53.1313 18 des 55.4869 19 des 40.1208 20 des 50.3048 21 des 49.0894 22 des 43.8738 23 des - 24 des - 25 des 54.8378 26 des 54.2872 27 des 51.7911 28 des 49.8369 29 des 54.0273 30 des 49.1437 31 des 45.9857 1 jan 49.1364 2 jan 48.7251 3 jan 44.5512 4 jan - 5 jan 49.6024 6 jan 50.5076 7 jan 52.2559 8 jan 51.8835 9 jan 51.884 10 jan 56.2156 11 jan 48.1992 12 jan 52.7561 13 jan 49.438 14 jan 51.7583 15 jan 53.845 16 jan 54.1757 17 jan 43.8733 18 jan 52.6092 19 jan 50.9718 20 jan 50.1822 21 jan 54.5336 22 jan 52.9018 23 jan 54.3105 24 jan 51.135 25 jan 53.3188 26 jan 51.9634 27 jan 52.6467 28 jan 55.7729 29 jan 57.4615 30 jan 56.3052 31 jan 56.2145 1 feb 54.8742 2 feb 48.6873 3 feb 52.4116 4 feb 51.9439 5 feb 45.9169 6 feb 52.2179 7 feb 48.9608 8 feb 51.3522 9 feb 43.5743 10 feb 43.9861 11 feb 57.8967 12 feb 51.7436 13 feb 45.3571 14 feb 49.6707 15 feb 52.6634 16 feb 50.4125 17 feb 55.0421 18 feb 51.5497 19 feb 49.5229 20 feb 52.4026 21 feb 49.0713 22 feb 53.5679 23 feb 57.9102 24 feb 49.9246 25 feb 50.6549 26 feb 59.8254 27 feb 54.8226 28 feb 48.7366 29 feb 53.0916 Lampiran 10 Data TPW di Daerah Biak Tanggal Bulan TPW 1 mar 41.9208 2 mar 46.7227 3 mar 54.7291 4 mar 51.2736 5 mar 44.1696 6 mar 48.797 7 mar 52.3463 8 mar - 9 mar - 10 mar - 11 mar - 12 mar - 13 mar 53.2109 14 mar 43.0618 15 mar 54.6987 16 mar 49.3544 17 mar 50.0555 18 mar 47.6347 19 mar 40.3353 20 mar 49.5376 21 mar 54.2675 22 mar 45.9775 23 mar - 24 mar 57.3919 25 mar 62.9125 26 mar 47.5116 27 mar 48.9974 28 mar - 29 mar 50.1202 30 mar 59.8429 31 mar 49.5986 1 apr - 2 apr 50.4861 3 apr - 4 apr - 5 apr 57.2687 6 apr 49.0452 7 apr - 8 apr 49.3073 9 apr 49.2595 10 apr 44.8328 11 apr 39.7536 12 apr 59.3011 13 apr 47.0791 14 apr 49.6551 15 apr 45.0743 16 apr 70.7775 17 apr 50.2119 18 apr 52.4818 19 apr 51.875 20 apr 45.3878 21 apr 45.5793 22 apr 48.696 23 apr - 24 apr 54.5988 25 apr 32.4474 26 apr - 27 apr 56.7274 28 apr 45.9692 29 apr - 30 apr 50.47 1 mei 51.9892 2 mei 52.7327 3 mei 56.2303 4 mei 40.6242 5 mei 51.4211 6 mei 57.5494 7 mei 52.9382 8 mei 66.6441 9 mei 47.0895 10 mei - 11 mei 61.0967 12 mei 54.2088 13 mei 41.4399 14 mei 40.0473 15 mei 45.4355 16 mei 39.1058 17 mei 46.2614 18 mei 45.8968 19 mei - 20 mei 63.9809 21 mei 49.0137 22 mei 47.6758 23 mei 55.3693 24 mei 45.4122 25 mei 48.6049 26 mei 32.053 27 mei 41.689 28 mei 42.3182 29 mei - 30 mei 44.3493 31 mei - 1 juni 53.4939 2 juni 50.8339 3 juni 51.2165 4 juni 47.5337 5 juni 44.286 6 juni 45.7507 7 juni 45.797 8 juni 45.7712 9 juni 48.9169 10 juni 48.9797 11 juni - 12 juni 50.3606 13 juni 53.3255 14 juni 56.1354 15 juni - 16 juni - 17 juni - 18 juni 42.4041 19 juni 52.4062 20 juni 66.3678 21 juni 50.8936 22 juni 48.248 23 juni 54.4154 24 juni 39.362 25 juni 62.3099 26 juni 46.4244 27 juni - 28 juni - 29 juni 49.9967 30 juni 54.7457 1 jul 58.4504 2 jul 49.4398 3 jul 59.7803 4 jul 46.1479 5 jul 42.6666 6 jul 36.7301 7 jul 46.9709 8 jul 40.6156 9 jul 38.5789 10 jul 52.2337 11 jul 42.6675 12 jul 41.6613 13 jul 47.753 14 jul 48.3726 15 jul - 16 jul - 17 jul - 18 jul 45.311 19 jul 52.8025 20 jul 49.2775 21 jul - 22 jul 158.6045 23 jul 46.4721 24 jul 50.1072 25 jul 51.6231 26 jul 46.0734 27 jul 44.1416 28 jul 51.7569 29 jul 46.0197 30 jul - 31 jul 50.1745 1 agst 45.7625 2 agst 47.4849 3 agst 49.4692 4 agst 38.9928 5 agst 52.0908 6 agst 44.4681 7 agst 51.1421 8 agst 48.7507 9 agst 43.6323 10 agst 43.7352 11 agst 44.572 12 agst 44.4321 13 agst 46.6267 14 agst 43.8751 15 agst 51.6832 16 agst 37.4517 17 agst 39.0651 18 agst - 19 agst 48.5464 20 agst 47.2129 21 agst 44.9143 22 agst 40.999 23 agst 40.6691 24 agst 45.2166 25 agst 44.1211 26 agst - 27 agst - 28 agst - 29 agst - 30 agst - 31 agst - 1 sept - 2 sept - 3 sept - 4 sept - 5 sept - 6 sept - 7 sept - 8 sept - 9 sept - 10 sept - 11 sept 53.4115 12 sept 46.0041 13 sept 27.8636 14 sept 50.1562 15 sept 47.5318 16 sept - 17 sept - 18 sept - 19 sept - 20 sept - 21 sept - 22 sept - 23 sept - 24 sept - 25 sept - 26 sept 48.1772 27 sept - 28 sept - 29 sept - 30 sept - 1 oct - 2 oct - 3 oct - 4 oct - 5 oct - 6 oct - 7 oct - 8 oct - 9 oct - 10 oct - 11 oct - 12 oct - 13 oct - 14 oct - 15 oct - 16 oct - 17 oct - 18 oct - 19 oct 67.1359 20 oct 59.6654 21 oct 50.9872 22 oct 52.3602 23 oct 64.7605 24 oct 47.7646 25 oct 51.2374 26 oct 49.1887 27 oct 47.2266 28 oct 37.2523 29 oct 54.2547 30 oct 41.4827 31 oct 52.5548 1 nov 50.7096 2 nov 45.6474 3 nov - 4 nov 60.7141 5 nov 25.5229 6 nov 47.6437 7 nov - 8 nov 56.364 9 nov - 10 nov - 11 nov 49.4839 12 nov - 13 nov 51.2759 14 nov 53.3429 15 nov 53.5384 16 nov 50.2283 17 nov - 18 nov 45.0749 19 nov 48.1265 20 nov - 21 nov 58.0224 22 nov 51.626 23 nov 50.5541 24 nov - 25 nov - 26 nov - 27 nov - 28 nov - 29 nov - 30 nov - 1 des - 2 des - 3 des - 4 des - 5 des 50.875 6 des 66.0239 7 des 44.0317 8 des 56.0631 9 des - 10 des 48.6845 11 des 43.3446 12 des - 13 des 41.2039 14 des 53.5988 15 des 63.3045 16 des 43.9375 17 des 47.6175 18 des - 19 des - 20 des 40.2472 21 des 57.3733 22 des 51.342 23 des - 24 des 50.5022 25 des 56.2423 26 des 50.5496 27 des 52.6063 28 des 51.819 29 des 55.6474 30 des 50.7157 31 des - 1 jan 193.153 2 jan 55.174 3 jan 49.8252 4 jan 57.0588 5 jan 57.5946 6 jan 48.6358 7 jan 53.2115 8 jan 52.4096 9 jan 72.3411 10 jan - 11 jan 50.8518 12 jan - 13 jan 50.2532 14 jan 42.142 15 jan 46.9892 16 jan 48.2792 17 jan 47.5795 18 jan 46.1622 19 jan 51.8835 20 jan 44.03 21 jan 48.6181 22 jan 51.4699 23 jan 48.403 24 jan - 25 jan 45.0555 26 jan - 27 jan 48.9877 28 jan 47.1782 29 jan 52.4408 30 jan 42.4438 31 jan 51.5265 1 feb 50.5333 2 feb 49.32 3 feb 53.1757 4 feb 48.8449 5 feb - 6 feb 55.7504 7 feb 49.016 8 feb 46.2993 9 feb 53.5628 10 feb 41.5565 11 feb - 12 feb 51.2953 13 feb 47.203 14 feb 41.9456 15 feb - 16 feb - 17 feb 43.0021 18 feb 37.7599 19 feb 50.5247 20 feb 51.5465 21 feb 51.5673 22 feb - 23 feb 55.8548 24 feb 47.1598 25 feb 42.0854 26 feb 41.302 27 feb - 28 feb 30.1394 29 feb 42.0624 Lampiran 11 Data Curah Hujan Daerah Padang Maret 2007-Februari 2008 Tanggal Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb 1 48 2 16 - - 2 2 - 1 1 - - 2 3 - 15 - 42 - 4 8 8 - 27 - 0.5 36 5 10 - - 3 - - 6 - 32 - 27 7 9 28 39 - - 33 8 8 5 16 - 128 - 0.3 9 10 - 15 13 21 2 10 20 9 10 - 5 - - - 13 - 11 - - - 0.3 10 5 - 12 - 0.5 - 6 - - 56 13 - 3 - 36 - 14 60 0.9 39 - - 12 - - 4 15 30 - - 35 - - 44 2 16 - - 16 2 - 26 1 17 13 84 - - 2 - 18 10 39 7 15 24 - - 8 19 - - 14 76 14 0.7 9 12 20 - 29 14 1 14 - 0.6 - 21 100 4 17 4 - 27 49 - 25 22 11 - - 1 6 46 2 - 68 23 - 6 - 35 59 2 - - 24 99 - - - - - 24 25 - - 2 1 - - 100 - 26 5 1 10 - 18 2 99 11 18 27 - 6 69 - 17 0.5 1 28 - - 6 - 1 15 17 29 - 4 - - 96 - 0.8 20 19 18 30 - 2 2 38 - 12 31 1 - - 0.6 - 3 Lampiran 12 Data Curah Hujan Daerah Biak Maret 2007-Februari 2008 Tanggal Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb 1 - 7 0.2 32 41 3 12 10 43 38 2 6 - 4 12 8 3 6 44 3 3 26 4 43 4 3 - 19 38 4 26 11 2 - 22 27 48 5 - - 1 4 9 33 23 13 - - 6 16 16 2 - 0.4 - 20 33 20 7 22 7 - 4 15 19 43 8 12 26 6 1 0.4 - 16 1 9 - 9 6 - - 6 32 - 2 29 - 10 0.2 - 1 - 9 20 - 10 2 11 73 11 2 - 2 - 0.3 23 12 15 2 10 17 11 3 0.4 5 13 1 38 - 0.5 - 6 0.2 22 14 2 24 30 - 69 - 3 1 0.2 15 - 30 4 24 - 5 29 0.2 1 - - 31 16 0.5 - 14 1 1 22 22 25 21 8 17 0.5 1 0.2 - 18 - 9 12 - 18 0.8 19 - 9 10 1 0.1 20 35 19 7 - - 0.3 - 7 0.2 - 3 3 5 20 0.4 - - 1 14 3 4 5 17 8 26 21 60 25 9 41 46 2 0.8 12 1 - 22 9 4 - 54 0.9 9 - 3 12 2 - 23 15 2 15 7 1 - 18 26 - 24 11 6 15 3 - - 65 3 25 5 25 - 35 - 5 0.3 - 26 0.5 - 60 - 28 - 13 3 1 1 1 27 - 5 10 6 6 13 - - 16 58 0.2 28 - - - 4 10 2 9 0.7 20 3 29 3 4 28 0.2 18 - 0.3 - 30 - - 11 5 18 - - - 1 31 - 51 12 - - 6 Lampiran 13 Korelasi TPW dengan Curah Hujan pada Daerah Padang Panjang dan Sicincin Series Pair: TPW with Padang panjang Lag Cross Correlation Std.Errora -7 .017 .119 -6 -.027 .118 -5 -.108 .117 -4 .049 .116 -3 .069 .115 -2 -.001 .115 -1 -.049 .114 .085 .113 1 -.036 .114 2 -.108 .115 3 -.293 .115 4 .071 .116 5 .036 .117 6 -.100 .118 7 -.001 .119 a Based on the assumption that the series are not cross correlated and that one of the series is white noise. 7 6 5 4 3 2 1 -1 -2 -3 -4 -5 -6 -7 Lag Number 1.0 0.5 0.0 -0.5 -1.0 C C F Lower Confidence Limit Upper Confidence Limit Coefficient Korelasi TPW dan Curah Hujan Daerah Padang Panjang Series Pair: TPW with Sicincin Lag Cross Correlation Std.Errora -7 -.038 .209 -6 -.094 .204 -5 .036 .200 -4 -.009 .196 -3 .007 .192 -2 .099 .189 -1 .068 .186 .047 .183 1 .013 .186 2 .081 .189 3 .101 .192 4 -.017 .196 5 -.002 .200 6 .012 .204 7 .004 .209 a Based on the assumption that the series are not cross correlated and that one of the series is white noise. 7 6 5 4 3 2 1 -1 -2 -3 -4 -5 -6 -7 Lag Number 1.0 0.5 0.0 -0.5 -1.0 C C F Lower Confidence Limit Upper Confidence Limit Coefficient Korelasi TPW dan Curah Hujan Daerah Sicincin Lampiran 14 script matlab untuk menghitung N 2 dan TPW N2 =================================================== clc baca data data=xlsreaddes.26.07.00.xls [m,n]=sizedata; [a,b]=finddata==-999.9; for j=1:lengtha dataaj,bj=nan; end H=data1:m,2;mb T=data1:m,3;m P=data1:m,1;oC data2=data1:m,1:3 mencari suhu potensial tkelvin=T+273 x=1000.P.0.286 teta=tkelvin.x teta2=[teta2:lengthteta] x=[teta21:lengthteta2]+teta2 rata=x2 brunt vaisala frequency square n2=9.81.rata.diffteta.diffH figure; plotn2,[H1:lengthn2].1000,LineWidth,3; xlabelN21s2,fontweight,bold,fontsize,22; ylabelketinggian Km,fontweight,bold,fontsize,22; titleProfil N2 terhadap Ketinggian Daerah Biak Tanggal 31 Desember 2007,fontweight,bold,fontsize,22; xlim[0 0.004] ylim[0 30] TPW ================================================================ clc membaca data excel data=xlsreadfeb.29.08.00.xls [m,n]=sizedata; [a,b]=finddata==-999.9; for j=1:lengtha dataaj,bj=nan; end P=data1:m,1;mb H=data1:m,2;m T=data1:m,3;oC RH=data1:m,5 m=data1:m,6 menghitung mixing ratio pangkat=7.567.T.239.7+T e=10.pangkat es=6.11.e E=es.RH.100 r=0.622.E.P q=r.1+r.1000 q2=[q2:lengthq] qrat=[q21:lengthq2]+q22 w=qrat.diffP.-1 air=0.01.w nsum=nansumair KONTUR N 2 ================================================================= clc;clear;close all LOAD DATA .xls data=xlsreadbiak_des.xls; [m,n]=sizedata; h=data1,2:n; data=data2:m,2:n; [m,n]=sizedata; [a,b]=finddata==999; for j=1:lengtha dataaj,bj=nan; end for i=1:n temp=data:,i; index=findisnantemp==1; tempindex=[]; avgi=meantemp; warning off end x=data1,:; xmin=minx; subplot2,3,[1 2 4 5] H1=plotx,h; hold off for i=2:m x=i-11+datai,:; H1=plotx,h; setH1,color,[rand1 rand1 rand1] end xmax=maxx; setgca,xlim,[xmin xmax] xmin=mindata; h1=pcolordata;shading interp;colorbar xmax=maxdata; H1=plotx,h; hold on setgca,xlim,[xmin xmax] titleProfil Vertikal N2 pada Ketinggian 15-18 km Bulan Desember 2007 di Daerah Biak,fontweight,bold,fontsize,22 xlabelTanggal,fontweight,bold,fontsize,20 ylabelKetinggian km,fontweight,bold,fontsize,20 subplot2,3,[3 6] plotavg,h,LineWidth,2 xmin=minavg; xmax=maxavg; setgca,xlim,[xmin xmax] titleRata-rata,fontweight,bold,fontsize,20 xlabelN2 1s2,fontweight,bold,fontsize,20 ylabelKetinggian km,fontweight,bold,fontsize,20 FUNGSI POWER SPECTRAL DENSITY ====================================================== clc load data dari excel data=xlsreadbiakchtpw,1,A1:B134; [m,n]=sizedata; t=1:lengthdata; y=data; [spec,f]= fftrly,t; spec=realspec.2+imagspec.2; rms frekuensi f=1.f; figure;semilogxf,spec,LineWidth,2;grid on xlabelperiode,fontweight,bold,fontsize,20 ylabelEnergi Spektral,fontweight,bold,fontsize,20 titlePower Spectral Density Harian 1 Maret - 29 Februari 2004 pada Daerah Biak,fontweight,bold,fontsize,20 function [spec,f]= fftrls,t,percent,n set default ifnargin4 n=lengtht; end ifnargin3 percent=0.0; end determine number of traces in ensemble [l,m]=sizes; ntraces=1; itr=0; transpose flag ifl==1 nsamps=m; itr=1; s=s:; switch to column vectors elseifm==1 nsamps=l; else nsamps=l; ntraces=m; end ifnsamps~=lengtht t=t1+t2-t10:nsamps-1; ifnargin4 n=lengtht; end error time vector and trace matrix dont match in length; end apply the taper ifpercent0 mw=mwindownsamps,percent; mw=mw:,ones1,ntraces; s=s.mw; clear mw; end pad s if needed if nsampsn, s=[s;zerosn-nsamps,ntraces]; nsamps=n; end transform the array, This used to be done in a loop to conserve memory spec=ffts,nsamps; spec=spec1:roundn2+1,:; save only the positive frequencies clear s; build the frequency vector aafnyq=find t 0 ; ever heard of negative time ? aa1=minaafnyq; aa2=minaafnyq+1; fnyq=1. 2 taa2 - taa1 ; nf=sizespec,1; f=linspace0.,fnyq,nf; ifitr f=f; spec=spec.; end ESTIMASI NILAI TPW TOTAL PRECIPITABLE WATER DI ATAS DAERAH PADANG DAN BIAK BERDASARKAN HASIL ANALISIS DATA RADIOSONDE IRE PRATIWI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Geofisika dan Meteorologi DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 Judul : Estimasi Nilai TPW Total Precipitable Water di Atas Daerah Padang dan Biak Berdasarkan Hasil Analisis Data Radiosonde Nama : Ire Pratiwi NIM : G24104007 Menyetujui: Pembimbing I, Pembimbing II, Idung Risdiyanto, S.Si, M.Sc Dr. Ir. Eddy Hermawan, M.Sc NIP. 132206238 NIP. 300001344 Mengetahui: Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Dr. Drh Hasim, DEA NIP. 131578806 Tanggal Lulus:

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Atmosfer bumi merupakan lapisan yang menyelimuti permukaan bumi dengan komponen penyusunnya berupa partikel- partikel halus dan ringan seperti gas, cairan dan aerosol Handoko, 1995. Keadaan atmosfer akan mudah berubah seiring dengan proses pendinginan dan pemanasan permukaan bumi karena sebagian besar bahan pengisi atmosfer merupakan gas yang mudah mampat dan mengembang. Menurut Trewartha dan Horn 1980 75 dari massa atmosfer yang terdapat pada lapisan troposfer dan lapisan ini merupakan tempat terjadinya awan, hujan dan konveksi udara. Indonesia sebagai negara maritim yang terletak di ekuator, dikelilingi oleh lautan yang hangat sehingga menyebabkan awan- awan konvektif besar dapat tumbuh di wilayah ini. Kemunculan awan-awan konvektif di wilayah tropis ini dapat mempengaruhi sirkulasi global Renggono, 2000. Akibat adanya awan-awan tersebut, panas dari boundary layer dapat bergerak ke lapisan atmosfer atas. Namun dengan potensi pengangkatan massa udara yang besar ini tidak semua awan yang terbentuk akan turun sebagai hujan, tergantung proses pengangkatan massa udara dan besarnya kandungan uap air yang terdapat pada kumpulan awan tersebut. Beberapa bagian dari awan yang terbentuk akan hilang karena terevaporasi kembali ke atmosfer. Sehingga perlu dikaji lebih lanjut tentang proses stabilitas atmosfer dan mekanisme pengangkatan massa udara terkait dengan pembentukan awan. Selain itu kandungan air dalam suatu kolom udara juga perlu diketahui. Karena jumlah air yang seharusnya jatuh sebagai hujan sangat penting untuk diketahui guna memprediksi jumlah hujan yang akan jatuh sebelum kejadian hujan berlangsung. Selain itu penelitian ini juga dilakukan untuk mengetahui tentang pola variasi kandungan uap air dalam kolom udara dari musim ke musim sehingga osilasinya dapat diketahui di atas daerah Padang dan Biak serta karakteristik dan perbedaan diantara kedua daerah tersebut yang sama-sama terletak disekitar garis ekuator.

1.2 Tujuan

1. Mengetahui besarnya TPW total precipitable water berdasarkan data hasil pengukuran radiosonde 2. Mengetahui profil vertikal atmosfer dalam hubungannya pada proses pengangkatan massa udara di permukaan 3. Mengetahui pola osilasi TPW di daerah Padang dan Biak 4. Mengetahui keterkaitan antara TPW dengan curah hujan di permukaan pada daerah Padang dan Biak

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Stabilitas Udara Stabilitas udara atmosfer adalah kecenderungan udara untuk bergerak naik atau turun. Untuk menentukan stabilitas dilakukan dengan melakukan perbandingan suhu antara parsel udara dan suhu udara di sekitarnya Ahrens 2007. Udara diasumsikan sebagai parsel yang bergerak dari suatu titik. Pergerakan parsel tersebut dapat mengikuti garis adiabatik kering apabila parsel dalam kondisi tidak jenuh di bawah LCL atau mengikuti garis adiabatik basah apabila parsel dalam keadaan jenuh Stull 2004. Pada berbagai ketinggian, gaya bouyant bergantung pada perbedaan suhu antara parsel dan lingkungannya. Stabilitas atmosfer digolongkan menjadi tiga yaitu kondisi stabil, netral dan tidak stabil. Apabila gaya bouyant yang bekerja pada parsel mempunyai arah yang sama dengan perpindahan parselnya sehingga udara antara parsel pada ketinggian awal dan pada ketinggian akhir akan tidak stabil. Akibat ketidakstabilan tersebut, parsel akan terus bergerak sehingga mengakibatkan gerakan konvektif. Suhu parsel pada kondisi ini lebih hangat dibandingkan suhu lingkungan sehingga parsel akan memiliki kerapatan yang lebih rendah dan akan terus naik sampai pada level suhu parsel sama dengan suhu lingkungan. Pada kondisi netral enviromental lapse rate akan sama dengan adiabatic lapse rate sehingga tidak ada gaya bouyancy yang memindahkan parsel. Parsel akan tetap pada level semula. Sedangkan pada kondisi stabil, suhu parsel udara akan lebih dingin daripada suhu lingkungannya sehingga parsel akan mempunyai kerapatan lebih besar dan cenderung kembali turun ke ketinggian awal atau dengan kata lain

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Atmosfer bumi merupakan lapisan yang menyelimuti permukaan bumi dengan komponen penyusunnya berupa partikel- partikel halus dan ringan seperti gas, cairan dan aerosol Handoko, 1995. Keadaan atmosfer akan mudah berubah seiring dengan proses pendinginan dan pemanasan permukaan bumi karena sebagian besar bahan pengisi atmosfer merupakan gas yang mudah mampat dan mengembang. Menurut Trewartha dan Horn 1980 75 dari massa atmosfer yang terdapat pada lapisan troposfer dan lapisan ini merupakan tempat terjadinya awan, hujan dan konveksi udara. Indonesia sebagai negara maritim yang terletak di ekuator, dikelilingi oleh lautan yang hangat sehingga menyebabkan awan- awan konvektif besar dapat tumbuh di wilayah ini. Kemunculan awan-awan konvektif di wilayah tropis ini dapat mempengaruhi sirkulasi global Renggono, 2000. Akibat adanya awan-awan tersebut, panas dari boundary layer dapat bergerak ke lapisan atmosfer atas. Namun dengan potensi pengangkatan massa udara yang besar ini tidak semua awan yang terbentuk akan turun sebagai hujan, tergantung proses pengangkatan massa udara dan besarnya kandungan uap air yang terdapat pada kumpulan awan tersebut. Beberapa bagian dari awan yang terbentuk akan hilang karena terevaporasi kembali ke atmosfer. Sehingga perlu dikaji lebih lanjut tentang proses stabilitas atmosfer dan mekanisme pengangkatan massa udara terkait dengan pembentukan awan. Selain itu kandungan air dalam suatu kolom udara juga perlu diketahui. Karena jumlah air yang seharusnya jatuh sebagai hujan sangat penting untuk diketahui guna memprediksi jumlah hujan yang akan jatuh sebelum kejadian hujan berlangsung. Selain itu penelitian ini juga dilakukan untuk mengetahui tentang pola variasi kandungan uap air dalam kolom udara dari musim ke musim sehingga osilasinya dapat diketahui di atas daerah Padang dan Biak serta karakteristik dan perbedaan diantara kedua daerah tersebut yang sama-sama terletak disekitar garis ekuator.

1.2 Tujuan

1. Mengetahui besarnya TPW total precipitable water berdasarkan data hasil pengukuran radiosonde 2. Mengetahui profil vertikal atmosfer dalam hubungannya pada proses pengangkatan massa udara di permukaan 3. Mengetahui pola osilasi TPW di daerah Padang dan Biak 4. Mengetahui keterkaitan antara TPW dengan curah hujan di permukaan pada daerah Padang dan Biak

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Stabilitas Udara Stabilitas udara atmosfer adalah kecenderungan udara untuk bergerak naik atau turun. Untuk menentukan stabilitas dilakukan dengan melakukan perbandingan suhu antara parsel udara dan suhu udara di sekitarnya Ahrens 2007. Udara diasumsikan sebagai parsel yang bergerak dari suatu titik. Pergerakan parsel tersebut dapat mengikuti garis adiabatik kering apabila parsel dalam kondisi tidak jenuh di bawah LCL atau mengikuti garis adiabatik basah apabila parsel dalam keadaan jenuh Stull 2004. Pada berbagai ketinggian, gaya bouyant bergantung pada perbedaan suhu antara parsel dan lingkungannya. Stabilitas atmosfer digolongkan menjadi tiga yaitu kondisi stabil, netral dan tidak stabil. Apabila gaya bouyant yang bekerja pada parsel mempunyai arah yang sama dengan perpindahan parselnya sehingga udara antara parsel pada ketinggian awal dan pada ketinggian akhir akan tidak stabil. Akibat ketidakstabilan tersebut, parsel akan terus bergerak sehingga mengakibatkan gerakan konvektif. Suhu parsel pada kondisi ini lebih hangat dibandingkan suhu lingkungan sehingga parsel akan memiliki kerapatan yang lebih rendah dan akan terus naik sampai pada level suhu parsel sama dengan suhu lingkungan. Pada kondisi netral enviromental lapse rate akan sama dengan adiabatic lapse rate sehingga tidak ada gaya bouyancy yang memindahkan parsel. Parsel akan tetap pada level semula. Sedangkan pada kondisi stabil, suhu parsel udara akan lebih dingin daripada suhu lingkungannya sehingga parsel akan mempunyai kerapatan lebih besar dan cenderung kembali turun ke ketinggian awal atau dengan kata lain enviromental lapse rate akan lebih kecil daripada adiabatic lapse rate sehingga gaya bouyancy yang memindahkan parsel akan memiliki arah yang berlawanan dengan perpindahannya. Pada penentuan stabilitas udara diperlukan nilai suhu potensial. Suhu potensial merupakan suhu udara pada saat tekanan 1000 mb. Nilai suhu potensial dapat ditentukan berdasarkan nilai suhu udara berdasarkan persamaan berikut, 0.286 p 1000 T θ       = Keterangan: θ : suhu potensial K T : suhu udara K P : tekanan udara mb Penentuan stabilitas udara dilakukan berdasarkan persamaan berikut ini, dz dθ stabil dz dθ = netral dz dθ tidak-stabil Keterangan: θ : suhu potensial K z : ketinggian meter Suatu parsel yang bergerak dalam kondisi adiabatik akan berosilasi yang menggambarkan kondisi stabilitas konvektif lapisan tersebut. Nilai osilasi digambarkan dalam frekuensi yang disebut Brunt Väisälä Frequency Square yang akan meningkat apabila kondisi lingkungan semakin stabil. Brunt Väisälä Frequency Square dirumuskan sebagai berikut, z θ θ g N 2 ∂ ∂ = Mc.Ilveen, 1986 Keterangan : N 2 : Brunt Väisälä frequency square 1s 2 g : Percepatan gravitasi ms 2 θ : Suhu potensial Kelvin=T o C+273 z : Ketinggian meter T : Suhu udara Kelvin P : Tekanan udara mb

2.2 Kelembaban Atmosfer

Uap air merupakan salah satu unsur penting di atmosfer karena merupakan sumber dari segala bentuk kondensasi dan curahan, mengandung bahang laten yang merupakan sumber energi yang penting untuk sirkulasi atmosfer, serta banyaknya uap air dan distribusi vertikal uap air di dalam atmosfer mempengaruhi kestabilan atmosfer Prawirowardoyo, 1996 Menurut Trewartha dan Horn 1980, uap air mempunyai jumlah yang bervariasi mulai dari 3- 4 pada daerah lembab seperti kawasan tropis sampai bernilai nol di kawasan atmosfer yang tinggi. Pada umumnya, uap air terkonsentrasi pada ketinggian dekat permukaan yaitu sekitar kurang dari 10 kilometer di atas permukaan Arya, 1999. Hal tersebut dikarenakan uap masuk ke atmosfer melalui evaporasi air dari permukaan daratan dan lautan. Jumlah uap air sangat beragam tergantung kondisi penguapan pada daerah yang bersangkutan. Kandungan uap air yang tinggi terdapat di atas lautan dan hutan hujan tropis yang volumenya dapat mencapai tiga atau empat persen. Demikian pula sebaliknya, pada daerah gurun, uap air hanya merupakan bagian kecil sebesar 1. Istilah umum yang digunakan untuk menyatakan kandungan uap air adalah kelembaban. Kelembaban menyatakan jumlah air yang ada di udara dibandingkan dengan jumlah yang dapat disimpan pada suhunya. Untuk menyatakan nilai kelembaban dapat digunakan berbagai istilah seperti kelembaban mutlak, relatif, dan spesifik. Selain itu dapat juga dinyatakan dengan tekanan uap dan mixing ratio . Kelembaban mutlak adalah kandungan uap air persatuan volume udara. Sedangkan kelembaban relatif merupakan perbandingan antara tekanan uap air aktual dengan tekanan uap air jenuh pada kapasitas udara untuk menampung uap air Handoko,1995. Selain itu, kelembaban relatif juga dapat dihitung dari nilai mixing ratio r dengan membandingkannya terhadap nilai mixing ratio jenuh r s . Kelembaban ini biasanya dinyatakan dalam persen , secara matematis dapat dimyatakan dengan : 100 r r RH s × =

2.3 Total Precipitable Water

Total precipitable water TPW di definisikan sebagai banyaknya kandungan uap air yang terkumpul dalam suatu kolom udara yang dapat diendapkan sekaligus diturunkan sebagai presipitasi, bila kandungan uap air dalam kolom tersebut telah mengembun semua Y. Viswanadham, 1981 Jumlah air yang dapat diembunkan sekaligus diturunkan sebagai hujan belum dapat diketahui secara pasti, hal tersebut disebabkan stabilitas atmosfer, variasi kandungan uap air, perbedaan tekanan antara dua lapisan dan musim. Untuk mengetahui besarnya nilai TPW digunakan parameter tekanan P, suhu T, kelembaban relatif RH, percepatan gravitasi bumi g, mixing ratio r dan kerapatan uap air ρ disetiap lapisan atmosfer yang diamati. Pengamatan melalui radiosonde atau peralatan lain memberikan pengukuran struktur vertikal atmosfer dalam bentuk tekanan P mb, temperatur T o C dan kelembaban spesifik q g kg -1 atau satuan lain yang sejenis. Tebal atau jumlah air terkandung, dengan menggunakan data P dalam mb dan q dalam g kg -1 , dapat dinyatakan dengan : g 1 cm w = ∫ z p p qdp Persamaan ini digunakan untuk memperkirakan air terkandung di dalam suatu massa udara dengan menggunakan data kelembaban dan tekanan antara dua ketinggian p dan p z Juaeni, 1988.

2.4 Pertumbuhan Awan Konvektif

Salah satu faktor yang penting dalam proses pembentukan awan adalah konveksi massa udara permukaan ke atas. Awan- awan konvektif yang terbentuk akibat kenaikan udara di permukaan yang relatif panas banyak dijumpai di daerah-daerah sekitar ekouator. Hal tersebut dikarenakan daerah ekuator merupakan daerah konvergensi massa udara dari dua belahan bumi ITCZ=Inter Tropical Convergence zone . Awan yang berkembang vertikal dihasilkan oleh kantong massa udara yang hangat dan lembab yang masih mampu naik sampai ketinggian yang cukup tinggi setelah melewati batas kondensasi. Pertumbuhan tersebut disebabkan adanya pelepasan panas laten kondensasi yang cukup besar. Menurut Tjasyono 1981 akibat penyerapan radiasi matahari oleh permukaan tanah tidak merata daerah berbukit, daerah tumbuh-tumbuhan dan macam-macam jenis tanah, maka pertumbuhan awan konvektif cenderung pada daerah dengan pemanasan paling kuat. Di atas daratan pada umumnya keawanan maksimum terjadi pada siang hingga sore hari yang diakibatkan oleh proses konveksi yang kuat terutama pada daerah tropis. Sedangkan pada daerah lautan, keawanan maksimum terjadi pada malam hari pada saat ketidakstabilan meningkat karena adanya pendinginan pelepasan energi melalui radiasi dari puncak awan. Lapisan inversi merupakan hambatan bagi pertumbuhan awan konvektif karena lapisan ini adalah stabil Tjasyono 1981, diacu dalam Wahab 2005. Hanya dengan up draft yang kuat lapisan ini dapat ditembus oleh awan. Karena adanya lapisan inversi ini, maka bentuk awan konvektif menjadi berubah, ada kalanya seperti cerobong atau seperti balok. Apabila terdapat lapisan inversi, maka kemungkinan untuk turun hujan hampir tidak ada.

2.5 Curah Hujan

Hujan merupakan hasil akhir dari proses yang berlangsung di atmosfer bebas Haryanto, 1998. Besarnya curah hujan dan lokasi turunnnya curah hujan tergantung beberapa faktor, yaitu kelembaban udara, topografi, arah dan kecepatan angin, suhu udara, dan hadapan lereng Sandy, 1987 Menurut Seyhan 1990 suatu curah hujan berdasarkan genetik atau asal-usulnya dapat terjadi apabila didukung oleh tiga faktor utama, yaitu kolom udara yang lembab, inti kondensasi partikel debu, kristal garam, dan lain-lain, dan suatu sarana untuk menaikan udara yang lembab ini sehingga kondensasi dapat berlangsung sebagai akibat udara yang bertambah dingin. Proses hujan dimulai dengan udara yang naik dan kemudian temperatur akan turun dengan semakin tingginya ketinggian suatu tempat. Massa udara ini akan naik hingga mencapai titik jenuh, maka udara lembab ini akan mengalami kondensasi. Udara yang naik ini setelah melewati ketinggian kondensasi akan berubah menjadi awan, di dalamnya terjadi proses tumbukan dan penggabungan antar butir-butir air yang akhirnya meningkatkan massa dan volume. Salah satu jenis hujan adalah hujan konvektif. Hujan konvektif disebabkan oleh naiknya massa udara yang panas dan ringan di sekitar udara yang lebih rapat dan dingin Haryanto, 1998. Perbedaan suhu yang mencolok antara udara di bagian bawah dekat permukaan tanah dengan udara di lapisan yang lebih tinggi terjadi akibat pemanasan permukaan tanah yang intens pada siang hari dan menimbulkan arus termal konveksi yang memindahkan massa udara di bagian bawah ke lapisan yang lebih tinggi, sehingga memberi peluang yang besar untuk proses pengembunan. Awan yang terjadi melalui proses ini disebut awan konvektif dan dapat menghasilkan hujan dengan curahan bervariasi, namun umumnya sangat lebat. 2.6 Prinsip Kerja Radiosonde Radiosonde merupakan salah satu alat meteorologi yang digunakan untuk mengukur data meteorologi pada lapisan vertikal atmosfer OFCM, 1997. Parameter yang diukur antara lain tekanan, suhu dan kelembaban relatif yang ditransmisikan oleh sensor ke stasiun peneriman di permukaan. Radiosonde juga melakukan pengamatan arah dan kecepatan angin, oleh karena itu biasa juga disebut dengan rawinsonde. Radiosonde terdiri dari dua bagian penting, yaitu seperangkat alat pengindera atau sensor dan suatu alat pemancar radio yang mengirimkan hasil-hasil pengamatan ke stasiun di permukaan dalam bentuk sinyal-sinyal radio Tjasyono, 2004. Alat ini dinaikkan ke atas dengan menggantungkannya kepada sebuah balon yang diisi dengan gas yang lebih ringan dari udara sampai balon ini pecah. Setelah balon pecah, radiosonde akan turun ke bawah dengan menggunakan payung yang sudah tersedia. Stasiun penerima di permukaan mengubah data yang berbentuk kode dalam tekanan, temperatur dan kelembaban. Sebagai standar, nilai tekanan harus dinyatakan dalam hekto pascal hPa, sedangkan nilai suhu dalam derajat celcius. WMO merekomendasikan jarak minimum antara stasiun pengamatan radiosonde yaitu sekitar 250 km pada daerah daratan atau sekitar 1000 km pada daerah lautan atau daratan yang tidak berpenduduk. Pengukuran dapat dilakukan satu sampai empat kali setiap harinya, namun secara umum dilakukan pengukuran dua kali sehari yaitu pada saat 00.00 and 12.00 UTC. Radiosonde melakukan pengamatan tidak pada setiap lapisan atmosfer. Lapisan pengukuran radiosonde digolongkan menjadi tiga yaitu lapisan standar, signifikan dan tambahan. Prioritas pengukuran yang pertama adalah lapisan standar kemudian lapisan signifikan dan yang terakhir adalah lapisan tambahan. Lapisan standar merupakan lapisan isobarik yang dipilih pada tekanan 1000, 925, 850, 700, 500, 400, 300, 250, 200, 150, 100, 70, 50, 30, 20, 10 hPa. Pada lapisan tersebut, hasil pengamatan harus selalu dilaporkan. Apabila data tidak dapat mengukur pada tekanan yang sama pada tekanan standar, maka dilakukan interpolasi data. Lapisan signifikan diambil pada saat : 1. Di permukaan 2. Ketinggian maksimum yang dapat dicapai oleh radiosonde 3. Satu lapisan antara tekanan 110 dan 100 hPa 4. Tropopause 5. Suhu maksimum dan minimum inversi serta lapisan isotermal pada lapisan di atas 300 hPa dan tebal 20 hPa 6. Suhu maksimum dan minimum pada semua lapisan inversi dengan perubahan suhu 2.5°C atau RH 20 pada tekanan lebih besar dari 300 hPa 7. Lapisan yang menunjukkan data meragukan atau hilang Sedangkan lapisan tambahan dipilih pada lapisan antara lapisan standar dan signifikan yang mengacu pada nilai suhu dan kelembaban relatif berdasarkan skala tekanan logaritmik. Gambar 1. Radiosonde

III. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Bidang Pemodelan Iklim Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional LAPAN Bandung pada bulan Maret –Juni 2008.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat komputer dengan software Microsoft Office, Matlab versi 7.1, RAOB 5.1, serta SPSS versi 13 yang telah di-install di Bidang Pemodelan Iklim LAPAN-Bandung Adapun bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah : a. Data suhu, tekanan dan kelembaban relatif hasil pengukuran radiosonde yang diambil dari situs http:weather.uwyo.eduupperairseasia .html yang berupa data harian dan pengukuran setiap lapisan untuk dua daerah yaitu Padang 0.88 LS, 100.35 BT dan 3 MSL dan Biak 1.18 LS,136.12 BT dan 11 MSL antara Bulan Maret 2007 sampai dengan Februari 2008 pada masing-masing daerah. b. Data curah hujan harian pada daerah Padang dan Biak untuk periode Maret 2007 sampai dengan Februari 2008. 3.3 Metode Penelitian 3.3.1 Identifikasi Stabilitas Atmosfer Identifikasi stabilitas atmosfer dilakukan dengan mengamati nilai Brunt Väisälä Frequency Square BVFS yang dirumuskan sebagai berikut, z θ θ g N 2 ∂ ∂ = 0.286 p 1000 T θ       = Mc.Ilveen, 1986 Keterangan : N 2 : Brunt Väisälä frequency square 1s 2 g : Percepatan gravitasi ms 2 θ : Suhu potensial Kelvin=T o C+273 z : Ketinggian meter T : Suhu udara Kelvin P : Tekanan udara mb Nilai N 2 yang dihasilkan dari penghitungan data radiosonde digambarkan dalam profil vertikal pada masing-masing pengukuran dan dibandingkan untuk kedua daerah yang berbeda pada periode waktu tertentu. Semakin stabil suatu kondisi udara maka nilai Brunt Väisälä Frequency square semakin besar .

3.3.2 Estimasi TPW