7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Anak Cacat Tuna Grahita
2.1.1 Anak Cacat
Definisi anak cacat menurut The committee of National Society for The Study of Education di AS, cacat adalah gerakan-gerakan yang dilakukan oleh
seseorang yang menyimpang dari gerakan yang normal walaupun telah dikembangkan secara maksimal. Penyimpangan tersebut dapat dilihat dari segi
fisik, mental, tingkah laku, emosional, dan sosial Beltasar Tarigan 2000: 9. Sedangkan Aip Sjarifuddin 1980: 5 menerangkan bahwa yang dimaksud anak
luar biasa adalah anak–anak yang mempunyai kelainan atau cacat, sehingga anak- anak tersebut tidak dapat bertindak secara wajar, baik mengenai fisik, maupun
mengenai psikisnya. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa cacat
merupakan suatu kondisi kelainan yang dimiliki oleh seseorang baik sejak lahir maupun karena kecelakaan, baik fisik, mental, tingkah laku, emosional, dan
sosial. Anak cacat yang termasuk peserta pendidikan jasmani adaptif, perlu
diidentifikasi dan dikategorikan sesuai dengan kecacatannya. Oleh karena penelitian yang dilakukan peneliti difokuskan pada anak cacat tuna grahita, maka
berikut ini hanya diuraikan pengertian mengenai anak cacat tuna grahita.
8
2.1.2 Pengertian Anak Tuna Grahita
Anak tuna grahita menurut Aip Sjarifuddin 1980: 2 adalah anak yang mempunyai keadaan tingkat inteligensinya rendah, seperti slow learner, debil,
imbesil, dan idiot. Menurut Sajono 1988: 2 anak tuna grahita adalah seseorang yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan orang dewasa dan selalu
membutuhkan bantuan dari orang lain. Berdasarkan perkembangan psycometri dan tes inteligensi sebagian ahli menyatakan bahwa seseorang dapat dikatakan
tuna grahita bila ia mempunyai taraf kecerdasan dibawah rata-rata IQ nya di bawah 70.
Tingkah laku anak tuna grahita bila berada di dalam lingkungan masyarakat normal, akan berlainan dengan anak-anak pada umumnya. Pada anak
cacat mental terdapat beberapa sifat khusus yang harus diperhatikan agar tidak timbulinterprestasi yang salah terhadap mereka yang normal bila mereka bersikap
lain dari masyarakat sekelilingnya. Sifat-sifat khusus yang mereka miliki itu diantaranya adalah:
a. Tingkat intelegensinya sangat rendah b. Mereka tidak dapat mengadakan generalisasi
c. Mereka tidak dapat menggunakan pengalamannya d. Mereka tidak dapat menyesuaikan diri dengan situasi baru
e. Mereka tidak mempunyai inisiatif tertentu, impulsif atau emosional f. Mereka mudah mendapat sugestif, tapi tidak dapat meramalkan hasilnya lebih
dahulu.
9 g. Mereka tidak mempunyai kecakapan untuk mengkritik. Insting yang timbul
hanya sebentar, mudah hilang dengan demikian mereka harus selalu diawasi Aip syarifudin 1979: 32-33.
Kategori anak-anak tuna grahita menurut Aip Sjarifuddin 1980: 6-8 dibagi menjadi empat.
1. Idiot Idiot adalah anak-anak lemah ingatan yang IQ nya berada dibawah 20, yaitu
suatu angka yang menunjukkan suatu derajat kelainan tingkah laku yang sangat rendah sekali dan sangat berat. Menurut kamus Poerwadarminta Bahasa Inggris-
Indonesia idiot adalah anak-anak atau orang bodoh atau bertukar akal. Selain itu anak-anak idiot itu termasuk kepada golongan yang sangat sukar sekali untuk
dilatih maupun dididik. Hal ini disebabkan karena mereka itu tidak mampu untuk mengadakan hubungan sosial dengan lingkungan hidupnya. Mereka tidak mampu
menangkap apalagi untuk melakukan tugas yang diberikan. 2. Imbesil
Imbesil adalah anak-anak yang IQ nya berada antara 20-60, kedaan ini adalah lebih baik dari tingkatan anak-anak yang berada dalam tingkatan idiot anak yang
bodoh atau tolol. Perkembangan bahasa mereka sangat terbatas dan percakapannya tidak jelas. Mereka tidak mampu mengadakan konsentrasi,
inisiatifnya terbatas dan kemampuannya ada tetapi lemah. Mereka tidak mampu untuk mengambil suatu keputusan sendiri. Jadi mereka masih dapat dilatih dalam
beberapa bentuk dan macam latihan yang berguna bagi dirinya dan secara terbatas pula mereka dapat menguasai untuk melakukan tugas-tugas yang sederhana.
10 3. Debil
Debil adalah anak-anak yang keadaan IQ nya antara 60-80, sedangkan arti dari debil sendiri adalah kurang. Golongan anak debil ini lebih mudah untuk
dilatih atau dididik, akan tetapi dengan cara yang lebih mudah dan praktis. Anak- anak penderita debil bila dilihat dari berbagai kemungkinan, mereka itu dapat
mempertahankan hidupnya dalam situasi yang menguntungkan saja. Artinya mereka itu akan mampu mengurus dirinya sendiri jika telah mendapat pertolongan
dan bimbingan terlebih dahulu dari orang lain. Anak-anak golongan debil perlu mendapatkan bimbingan dan pertolongan agar mereka dapat mengurus dirinya
sendiri. 4. Lemah Ingatan
Kelompok anak-anak lemah ingatan termasuk kelompok penderita tingkat intelegensi yang paling ringan dan hampir mendekati kepada anak-anak yang
normal. Namun masih tampak dengan jelas perimbangan kemampuannya untuk melakukan sesuatu masih kurang, bila dibandingkan dengan anak-anak yang
normal. Mereka masih kurang untuk berinisiatif dan masih berpikir secara sederhana dalam menganalisa pengertian yang bersifat abstrak. Mengenai relasi
sosial dengan alam sekitarnya cukup memuaskan. Bagi anak-anak lemah ingatan mempunyai kemungkinan besar untuk dapat dididik dan dilatih dengan mencapai
suatu hasil yang diharapkan. Bahkan mereka itu kemungkinan besar dapat mengikuti pendidikan di sekolah dengan anak- anak yang normal meskipun cara
menamatkan pelajarannya dengan waktu yang lebih lama.
11
2.2 Pendidikan Jasmani Adaptif