Analisis Tingkat Kebisingan untuk Mereduksi Dosis Paparan Bising di PT. Gold Coin Medan-Mill Indonesia

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2008, Department ofOccupational Safety and Health Ministry of Human Resources Malaysia.

Barnes, Ralph. M. Motion and Time Study: Design and Measurrement of Work. University of California. 1985

Gavriel, Salvendy. 1997. Handbook of Human Factors and Ergonomics. Canada : John Wiley & Sons Published.

Harris. Cyril .M. Ph. D. 1998. Handbook of Noise Control. Columbia University. Ingard, Uno. 2010. Noise Reduction Analysis. Massachusetts: Jones and Bartlett

Publishers.

J.I, Consul. dkk. 2014. Analysis of noise level from different sawmills and its evironmental effects in yenagoa metropolis. Jurnal Vol 2 No 6.Wilberforce Island, Nigeria.

Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No.Per.13/MEN/X/2011. Petrovic. Zvanko.dkk. 2012. Design Of Noise Protection Of Industrial Plants.

University Of Kragujevag : Serbia.

Q. S, Guide. 2012. Surfer 11 counturing &3D Surface Mapping For Scientist and Enginers. USA.

Saenz, A. Lara, dkk. 1986. NoisePollution (Editing). Paris: ICSU&SCOPE. Satwiko, Prasasto. 2008. Fisika Bangunan. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Suma’mur. 2009. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, Jakarta: Penerbit CV. Gunung Agung.


(2)

DAFTAR PUSTAKA (Lanjutan)

Sinulingga, Sukaria. 2011. Metode Penelitian. Medan : USU Press

T.S.S. Jayawardana, dkk. 2014. Analysis of noise level from different sawmills and its evironmental effects in yenagoa metropolis. Jurnal Vol 2 No.6 Wilberforce Island, Amassoma, Bayelsa State, Nigeria.

WilliamG, Cohran. 2005. Teknik Penarikan Sampel. Edisi Ketiga. Jakarta:USU Press.


(3)

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Kebisingan4

Bunyi atau suara didengar sebagai rangsangan pada sel saraf pendengar dalam telinga oleh gelombang longitudinal yang ditimbulkan getaran dari sumber bunyi atau suara dan gelombang tersebut merambat melalui media udara atau penghantar lainnya, dan manakala bunyi atau suara tersebut tidak dikehendaki oleh karena mengganggu atau timbul di luar kemauan orang yang bersangkutan, maka bunyi-bunyian atau suara demikian dinyatakan sebagai kebisingan. Jadi kebisingan adalah bunyi atau suara yang keberadaannya tidak dikehendaki (noise is unwanted sound). Dalam rangka perlindungan kesehatan tenaga kerja kebisingan diartikan sebagai semua suara/bunyi yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran.

5

Bising adalah suara yang tidak diinginkan yang berasal dari sumber suara, yang merupakan arus energi yang berbentuk gelombang suara dan mempunyai tekanan yang berubah-ubah tergantung pada sumbernya (kebisingan) hingga sampai pada telinga dan merangsang pendengaran. Bising yang dihasilkan merambat dengan kecepatan bunyi melalui udara, zat cair, zat padat/kayu dan logam. Suara yang dapat diterima/didengar oleh telinga manusia dalam rentang 20 Hz sampai dengan 20.000 Hz (20k Hz), sedangkan percakapan antar manusia

4Suma’

mur. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja,Jakarta: Penerbit Gunung Agung 2009

5


(4)

antara 250 Hz sampai dengan 3.000 Hz (3k Hz). Telinga manusia umumnya memiliki sensitifitas pada frekuensi antara 1000 Hz hingga 4000 Hz.

Setiap sumber bunyi memiliki rentang frekuensi yang berbeda-beda. Hal ini ditunjukkan pada Gambar 3.1.

Tes laboratorium akustik

Stereo ‘High fidelity’

Piano

Ucapan huruf hidup ucapan huruf mati

Rentang pendengaran orang tua Rentan pendengaran orang muda

C tengah

8 16 20 31,5 63 125 250 500 1000 2000 4000 8000 16000 20000 32000

Frekuensi (Hz) Skala panjang gelombang

44m 22m 11m 5,5m 2,8m 1,4m 0,7m 0,34m 0,17m 0,086m 0,043m 0,021m 0,001m

Gambar 3.1. Sumber Bunyi dan Rentang Frekuensinya

Tingkat kebisingan yang diperbolehkan (acceptable noise level) adalah tingkat kebisingan yang diperkenankan terjadi di suatu ruangan agar aktivitas (fungsi) tidak terganggu. Ruang tidur di rumah pribadi, misalnya, jika pada malam hari tingkat kebisingannya melebihi 25 dBA tentu akan menyebabkan gangguan. Bising atau tidaknya suatu suara tidak hanya ditentukan oleh keras atau lemahnya suara itu saja, tetapi juga ditentukan oleh selera atau persepsi seseorang terhadap sumber bunyi tersebut.

Beban bising = Σ (Cn / Tn) < 1 Dengan Cn = lama mendengar pada tingkat bising tertentu


(5)

Ada tiga aspek yang menentukan kualitas bunyi yang bisa menentukan tingkat gangguan terhadap manusia.

1. Intensitas/tekanan/sound pressure adalah energi yang mengalir per satuan luas. Semakin jauh sumber suara, intensitas yang diterima semakin kecil, karena luas permukaan total yang harus dilalui semakin besar. Intensitas terkecil rata-rata yang masih menimbulkan rangsangan pendengaran pada telinga umumnya ialah 10-12 Watt/m2 pada frekuensi 1000 Hz.

2. Frekuensi suara adalah fluktuasi/variasi tekanan udara per unit waktu, dinyatakan dalam silklus/second atau Hertz. Setiap frekuensi suara, memberi kontribusi terhadap tekanan suara total/intensitas secara keseluruhan. Frekuensi yang dapat didengar oleh orang dewasa muda dan sehat berada dalam rentang 20 Hz – 15000 Hz. Suara percakapan manusia berada pada 300 Hz - 3000 Hz. Frekuensi tinggi lebih berbahaya terhadap kemampuan dengar daripada frekuensi rendah. Telinga manusia lebih sensitif terhadap frekuensi tinggi.

3.2. Jenis-jenis Kebisingan6

Suma’mur (2009) membagi jenis-jenis kebisingan berdasarkan atas sifat dan spektrum frekuensi, sebagai berikut:

1. Bising yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang luas (steady state wide band noise). Bising ini relatif tetap dalam batas kurang lebih 5 dB untuk periode 0,5 detik berturut-turut, seperti: mesin, kipas angin, dapur pijar.

6


(6)

2. Bising yang kontinyu dengan spektrum sempit (steady state narrow band noise). Bising ini juga relatif tetap, akan tetapi ia hanya mempunyai frekuensi tertentu saja (pada frekuensi 500, 1000, dan 4000 Hz), seperti: gergaji sirkuler. 3. Bising terputus-putus (intermittent noise).

Bising jenis ini tidak terjadi secara terus-menerus, melainkan ada periode relatif tenang, seperti: lalu lintas, kapal terbang.

4. Bising impulsif (impact or impulsive noise).

Bising jenis ini memiliki perubahan tekanan suara melebihi 40 dB dalam waktu sangat cepat dan biasanya mengejutkan pendengarnya, seperti: tembakan, ledakan, pukulan.

5. Bising impulsif berulang

Sama dengan bising impulsif, hanya saja di sini terjadi secara berulang-ulang, seperti: mesin tempa di perusahaan.

Sifat dan spektrum frekuensi bunyi akan mempengaruhi waktu dan derajat gangguan pendengaran yang ditimbulkan. Berdasarkan atas pengaruhnya terhadap manusia, bunyi dapat dibagi sebagai berikut:

1. Bising yang mengganggu (irritating noise), intensitasnya tidak keras (mendengkur).

2. Bising yang menutupi (masking noise)

Merupakan bising yang menutupi pendengaran yang jelas. Secara tidak langsung bunyi ini akan membahayakan kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, karena teriakan atau isyarat tanda bahaya tenggelam dalam kebisingan. 3. Bising yang merusak (damaging/injurious noise)


(7)

Merupakan bunyi yang intensitasnya melampaui NAB, bunyi jenis ini akan merusak atau menurunkan fungsi pendengaran.

3.3. Pengaruh Kebisingan Terhadap Kesehatan

Efek dari kebisingan dapat berupa efek psikologis, seperti terkejut, tidak dapat konsentrasi, efek terhadap komunikasi, kenaikan tekanan darah, sakit telinga, dan kehilangan kemampuan/ketajaman pendengaran (tuli).7

1. Gangguan Fisiologis

Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu, apalagi jika terputus-putus atau yang datangnya tiba-tiba. Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah (± 10 mmHg), peningkatan denyut nadi, konstruksi pembuluh darah perifer terutama pada tangan dan kaki, serta dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris.

2. Gangguan Psikologis

Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, susah tidur, dan cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam waktu lama dapat menimbulkan penyakit psikosomatik berupa gastritis, stres, maupun kelelahan.

3. Gangguan Komunikasi

Biasanya disebabkan masking effect (bunyi yang menutupi pendengaran yang jelas) atau gangguan kejelasan suara. Komunikasi pembicaraan dilakukan dengan cara berteriak. Gangguan ini bisa menyebabkan terganggunya

7

Roestam, Ambar. Program Konservasi Pendengaran di Tempat Kerja, Cermin Dunia Kedokteran. 2004.


(8)

pekerjaan, sampai pada kemungkinan terjadinya kesalahan karena tidak mendengar isyarat atau tanda bahaya.

4. Gangguan Keseimbangan

Bising yang sangat tinggi dapat menyebabkan kesan melayang, yang dapat menimbulkan gangguan fisiologis berupa gejala pusing (vertigo) atau mual-mual.

5. Efek pada Pendengaran

Merupakan gangguan paling serius karena dapat menyebabkan ketulian. Ketulian bersifat progresif. Pada awalnya bersifat sementara dan akan segera pulih kembali bila menghindar dari sumber bising, namun bila terus-menerus bekerja di tempat bising, daya dengar akan hilang secara menetap dan tidak akan pulih kembali.

3.4. Pendengaran Manusia8

3.4.1. Sistem Pendengaran Manusia

Telinga adalah indra pendengaran. Pendengaran merupakan indra mekanoreseptor karena memberikan respon terhadap getaran mekanik gelombang suara yag terdapat di udara. Telinga menerima gelombang suara yang frekuensinya berbeda-beda, kemudian menghantarkan informasi pendengaran kesusunan saraf pusat. Telinga manusia dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu bagian luar (outer ear), bagian tengah (middle ear) dan bagian dalam (inner ear). Ketiga bagian tersebut memiliki komponen-komponen berbeda dengan fungsi

8

Gavriel, Salvendy. Handbook of Human Factors and Ergonomics. Canada : John Wiley & Sons Published. 1997.


(9)

masing-masing dan saling berkelanjutan dalam menanggapi gelombang suara yang berada di sekitar manusia.

Gambar 3.2. Anatomi Telinga Manusia Sumber : Gavriel, Salvendy. 1997

Bagian luar telinga Terdiri dari daun telinga, liang atau kanal telinga sampai membrane tympani. Daun telinga berfungsi sebagai pengumpal energi bunyi dan di konsentras pada membrane tympani (Tambunan, 2005). Pada liang telinga (kanal) terdapat wax (malam) yang berfungsi sebagai peningkatan kepekaan terhadap frekuensi suara 3000-4000 Hz, panjang liang telinga ini adalah 2,5-4 cm terbentuk dari jaringan kartilago, membran dan tulang dan dibalut oleh kulit yang mengandung kelenjar minyak (wax). Membaran tympani mempunyai ketebalan 0,1 mm dan luas 65, membran ini mengalami vibrasi yang akan diteruskan ke telinga tengah yaitu pada tulang malleus, incus, dan stapes. Telinga bagian luar berfungsi sebagai mikrofon yaitu menampung gelombang suara dan menyebabkan membrane timpany bergetar. Semakin tinggi frekuensi getaran semakin cepat pula membran tersebut bergetar begitu pula sebaliknya.


(10)

Gambar 3.3. Telingan Bagian Luar Sumber : Tambunan. 2005

Bagian kedua, bagian tengah (middle ear) berfungsi meneruskan getaran dari telinga luar ke telinga dalam, yang terdiri dari membran timpani, kavum timpani, prosesus mastoideus, dan tuba eustachius.(Logan ,2004).

Gambar 3.4. Telinga Bagian Tengah Sumber : Logan. 2004

Bagian ketiga, telinga bagian dalam dimana reseptor yang ada pada telinga dalam akan menerima rangsang bunyi dan mengirimkannya berupa impuls ke otak untuk diolah. Telingan dalam terdiri atas tiga saluran setangah lingkaran (kanalis semisirkunalis), yaitu tiga saluran berlengkung-lengkung yang berfungsi sebagai


(11)

alat kseimbangan. Tingkap atau jendela oval berfungsi untuk meneruskan getaran ke rumah siput. Rumah siput terdapat cairan limfe dan ujung-ujung saraf pendengar yang meneruskan rangsang getaran (impuls) ke saraf pendengara menuju otak.

Gambar 3.5. Telinga Bagian Dalam Sumber : Logan. 2004

Berikut ini dijelaskan proses atau mekanisme masuknya suara kedalam telinga:

Gambar 3.6. Mekanisme Perjalanan Suara Sumber : Tambunan. 2005

Keterangan:

1. Sesuatu bergetar dan menciptakan sebuah gelombang bunyi 2. Gelombang bunyi ditangkap oleh daun telinga


(12)

4. Gelombang bunyi menggetarkan gendang telinga dan diubah menjadi energi mekanik

5. Terdapat tulang pendengaran di telinga tengah: malleus, incus, dan stapes

6. Gendang telinga menggetarkan tulang pendengaran dan meneruskannya ke telinga dalam. Gangguan pendengaran konduktif biasanya terjadi di telinga tengah 7. Getaran Cairan di dalam koklea/rumah siput merangsang sel-sel rambut

menghasilkan impuls bio elektrik

8. Kerusakan sel-sel rambut pada koklea akan mengakibatkan gangguan pendengaran sensorineural

9. Impuls listrik dari sel-sel rambut diteruskan ke otak oleh syaraf pendengaran.

Di otak, impuls dari kedua telinga tersebut diartikan sebagai suara. Otak membutuhkan informasi yang baik dari kedua telinga agar dapat menginterpretasikan bunyi menjadi kata-kata dan membantu kita untuk memahami percakapan.

Gelombang suara yang mencapai gendang telinga akan membangkitkan getaran pada selaput gendang telinga tersebut. Getaran yang terjadi akan diteruskan pada tiga buah tulang, yaitu hammer (malleus), anvil (incus), dan stirrup (stapes) yang saling terhubung di bagian tengah telinga (middle ear) yang akan menggerakkan fluida (cairan seperti air) dalam organ pendengaran berbentuk keong (cochlea) pada bagian dalam telinga (inner ear).

Selanjutnya, gerakan fluida ini akan menggetarkan ribuan sel berbentuk rambut halus (hair cells) di bagian dalam telinga yang akan mengkonversikan getaran yang diterima menjadi impuls bagi saraf pendengaran. Oleh saraf pendengaran (auditory nerve), impuls tersebut dikirim ke otak untuk


(13)

diterjemahkan menjadi suara yang kita dengar. Terakhir, suara akan ”ditahan” oleh otak manusia kurang lebih selama 0,1 detik (Graviel Salvendy, 1997).

Penurunan ketajaman pendengaran akibat kebisingan terjadi secara perlahan, dalam waktu hitungan bulan sampai tahun. Hal ini sering tidak disadari oleh penderitanya, sehingga pada saat penderita mulai mengeluh kurang pendengaran, biasanya sudah dalam stadium yang tidak dapat disembuhkan (irreversible). Tanda-tanda mulai proses ketulian bisa dilihat dari peristiwa-peristiwa yang diuraikan berikut:

1. Tidak mampu mendengar percakapan dalam lingkungan bising

2. Telinga terasa mendengung (buzzing atau droning) setelah beberapa jam berada dalam lingkungan bising. Terminologi kedokteran untuk telinga yang mendengung semacam ini disebut tinnitus.

Occupational Safety and Health Administration (OSHA) juga menetapkan nilai derajat ketulian adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1. Derajat Ketulian Menurut OSHA Derajat Ketulian

(dB(A)) Keterangan

0 - < 25 dB Normal 26 – 40 dB Tuli Ringan 41 – 60 dB Tuli Sedang 61 – 90 dB Tuli Berat

>100 dB Tuli Sangat Berat

Sumber : OSHA

3.4.2. Efek Bising pada Manusia

Ketulian akibat pengaruh bising ini dikelompokkan sebagai berikut:


(14)

Ketulian TTS ini bersifat non patologis dan bersifat sementara, di mana penderita TTS dapat kembali normal, hanya saja waktu pemulihannya pun bervariasi. Bila diberi cukup istirahat, daya dengarnya alan pulih sempurna. Untuk suara yang lebih besar dari 85 dB(A) dibutuhkan waktu bebas paparan atau istirahat 3 -7 hari.

Bila waktu istirahat tidak cukup dan tenaga kerja kembali terpapar bising semula, dan keadaan ini berlangsung terus-menerus maka ketulian sementara akan bertambah setiap hari, kemudian menjadi ketulian menetap.Untuk mendiagnosis TTS perlu dilakukan dua kali audiometri yaitu sebelum dan sesudah tenaga kerja terpapar bising. Sebelumnya tenaga kerja dijauhkan dari tempat bising sekurangnya 14 jam.

2. Permanent Threshold Shift (PTS) atau Tuli Menetap dan Bersifat Patologis

PTS terjadi karena paparan yang lama dan terus-menerus. Ketulian ini disebut tuli perseptif atau tuli sensorinureal. Penurunan daya dengar terjadi perlahan dan bertahap sebagai berikut :

a. Tahap I : timbul setelah 10 – 20 hari terpapar bising, tenaga kerja mengeluh telinganya berbunyi pada setiap akhir waktu kerja.

b. Tahap II: keluhan telinga berbunyi secara intermitten, sedangkan keluhann subjektif lainnya menghilang. Tahap ini berlangsung berbulan-bulan sampai bertahun-tahun.

c. Tahap III: tenaga kerja sudah mulai merasa terjadi gangguan pendengaran seperti tidak mendengar detak jam, tidak mendengar percakapan terutama bila ada suara lain.


(15)

d. Tahap IV: gangguan pendengaran bertambah jelas dan mulai sulit berkomunikasi. Pada tahap ini nilai ambang pendengaran menurun dan tidak akan kembali ke nilai ambang semula meskipun diberi istirahat yang cukup.

e. Tuli Karena Trauma Akustik, perubahan pendengaran terjadi secara tiba-tiba, karena suara impulsif dengan intensitas tinggi, seperti letusan, ledakan, dan lainnya.

3.5. Pengukuran Bunyi

Tingkat kekuatan atau kekerasan bunyi diukur dengan alat yang disebut Sound Level Meter (SLM). Alat ini terdiri dari mikrofon, amplifier, weighting network, dan layar display dalam satuan decibel dB(A).

Tingkat bunyi (sound level) adalah perbandingan logaritmis energi suatu sumber bunyi dengan energi sumber bunyi acuan, diukur dalam decibel (dB(A)). Energi sumber bunyi acuan adalah energi sumber bunyi terendah yang masih dapat didengar manusia, yaitu 10-12 W/m2. Setiap penggandaan jarak, tingkat bunyi berkurang 6 dB(A). Setiap penggandaan sumber bunyi, tingkat bunyi akan bertambah 3 dB(A). Setiap penggandaan massa dinding, tingkat bunyi akan berkurang 5 dB(A). Setiap penggandaan luas bidang peredam, tingkat bunyi akan berkurang 3 dB(A).

Ketika sebuah objek sumber bunyi bergetar dan getarannya merambat ke segala arah, sebaran ini akan menghasilkan ruang berbentuk seperti bola yang ditunjukkan pada Gambar 3.7.


(16)

Gambar 3.7. Pengurangan Tingkat Kebisingan Akibat Jarak

Sumber: Satwiko. 2009

Pada titik tertentu dalam bola tersebut, intensitas bunyinya dapat dihitung dengan persamaan:

Li = dB

I I Log

0

10 ……….(1)

dengan: I = intensitas bunyi pada jarak r dari sumber bunyi (watt/m2) Li = Tingkat Intensitas Bunyi

I0 = Intensitas Bunyi Acuan, diambil 10-12 W/m2

Intensitas yaitu energi persatuan luas, biasanya dinyatakan dalam satuan logaritma yang disebut desibel (dB) dengan perbandingan tekanan dasar sebesar 0,0002 dyne/cm2 dengan frequensi 1.000 Hertz, (atau 0,00002 Pascal dengan frequensi 1k Hz) yang tepat dapat didengar oleh telinga normal (WHO, 1993).

9

Apabila dinyatakan dalam skala logaritmis, tingkat bunyi ekuivalen dapat diperoleh dengan persamaan.

………....(2)

Atau

{ }…………..(3)

Dengan :

Leq : Tingkat bunyi equivalen (dB)

Ld/s : Tingkat bunyi pada siang hari (dB)

9


(17)

Ln/m : Tingkat bunyi pada malam hari (dB)

T : Lama waktu pengukuran

f : Fraksi waktu dengan pengukuran 5 hari (yaitu = 1/5)

SEL/L : Single Event Level / tingkat bunyi pada suatu kejadian (dB)

3.5.1. Daily Noise Dose (Paparan Bising)10

Dosis kebisingan menyatakan perbandingan jumlah waktu untuk kebisingan tertentu dengan lama waktu yang diizinkan untuk tingkat kebisingan tersebut. Dosis kebisingan dihitung dengan persamaan:

D =

i i i T C

...(4) dimana: D = dosis kebisingan (harus ≤ 1)

Ci = waktu paparan kebisingan

Ti= waktu yang diizinkan untuk tingkat kebisingan tertentu.

Apabila dosis kebisingan > 1, maka kondisi tersebut sangat berisiko (berbahaya) bagi pendengaran operator.

Sedangkan Ti dihitung menggunakan rumus berikut :

...(5)

3.6. Metode Pengumpulan Data11

Teknik pengumpulan data adalah kegiatan atau aktifitas fisik yang dilakukan dalam mengumpulkan data yang dibutuhkan. Metode pengumpulan

10

Anonim. Departemen of Occupational Safety and Health Administration (OSHA). Malaysia. 2008

11


(18)

data adalah cara pendekatan terhadap sumber data sehingga data yang terkumpul benar-benar dapat menggambarkan atau mewakili populasinya.

3.7. Penentuan Titik Pengukuran12

Menurut European Commission Working Group Assessment of Exposure to Noise (WG-AEN) ada 2 cara mengukur kebisingan yakni:

1. Pengukuran langsung

Melakukan pengukuran langsung dari sumber kebisingan dengan jarak minimal 3 meter.

2. Peta Kontur

Pemetaan kontur dan penentuan daerah yang terkena kebisingan oleh titik tertentu, memerlukan perhitungan ukuran dalam penandaan. Umumnya, jarak grid harus lebih dari 10 meter di kelompokkan. Sebuah jarak yang lebih luas di daerah terbuka dapat memberikan akurasi yang dapat diterima meskipun jarak grid tidak biasanya harus melebihi 30 meter. Beberapa lokasi, terutama di daerah perkotaan, mungkin dapat disarankan menggunakan spasi grid kurang dari 10 meter. Secara khusus, hal ini dikarenkan mungkin posisi bangunan yang saling berhadapan di jalan-jalan sempit.

Penelitian Muh. Isran Ramli (2015) penentuan titik-titik sampling noise mapping menggunakan metode kontur yakni melakukan pembagian lokasi menjadi beberapa kotak yang berukuran sama. Tahap pertama, dengan menandai

12

David Abbey E. Some Estimator of Sub Universe Means For Use With Lattice Sampling..


(19)

titik lokasi pada aplikasi google earth mewakili setiap tempat dengan jarak titik ±10 meter.

3.7.1. Metode Pengukuran Kebisingan13

Metode pengukuran kebisingan menurut Kementerian Lingkungan Hidup terbagi atas 2 metode yaknik:

1. Cara Sederhana

Dengan sebuah sound level meter biasa diukur tingkat tekanan bunyi dB (A) selama 10 (sepuluh) menit untuk tiap pengukuran.

2. Cara Langsung

Dengan sebuah integrating sound level meter yang mempunyai fasilitas pengukuran LTM5, yaitu Leq dengan waktu ukur setiap 5 detik, dilakukan pengukuran selama 10 (sepuluh) menit.

3.8. Tingkat Bising Sinambung Equivalen (Leq)

Leq adalah suatu angka tingkat kebisingan tunggal dalam beban (weighting Network) A, yang menunjukkan energi bunyi yang equivalen dengan energi yang berubah-ubah dalam selang waktu tertentu, secara matematis adalah sebagai berikut :

Leq = 10 log10[∑ tj10Lj/10]...(6)

Dimana Leq = Tingkat bising sinambung equivalen dalam dB(A) Lj = Tingkat tekanan suara ke 1

13


(20)

tj = Fraksi waktu

3.9. Pengendalian Kebisingan14

Program pencegahan yang dapat dilakukan dalam mengantisipasi tingkat kebisingan di tempat kerja meliputi hal-hal sebagai berikut :

1. Monitoring paparan bising

2. Kontrol engineering dan administrasif 3. Evaluasi audiometer

4. Penggunaan alat pelindung diri 5. Pendidikan dan motivasi 6. Evaluasi program 7. Audit program.

Pengendalian bising merupakan salah satu kebijakan yang bertujuan mengurangi noise/bising di sumber atau jalur perambatan suara di area pekerja, sesuai Undang-Undang No. 1 Tahun 1970, tentang keselamatan kerja.

Alternatif Solusi

Proses

Hasil

Sumber Medium Penerima

Structural Airborne Sound Airborne Sound

Manajemen Pengendalian

Bising

Reduksi Biaya Kenyamanan

Gambar 3.8. Skema Pengendalian Bising

14


(21)

Sumber : Undang-Undang No. 1 Tahun 1970

Suara berawal dari sumber dan berakhir diteliga. Kebisingan yang tinggi sebagai sumber bising. Bising yang dihasilkan merambat melalui udara atau benda padat. Medium propagasi adalah faktor penting dalam pengendalian bising, oleh karena itu suara yang merambat diudara (airborne sound), dan suara yang merambat melalui benda padat (structural-borne sound) harus dibedakan. Manajemen pengendalian bising adalah alternatif pengendalian bising yang paling tepat digunakan yang menghasilkan pengurangan bising pada tingkat yang di inginkan, sesuai rujukan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.PER. 13/MEN/X/2011, tentang NAB/Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Kimia di Tempat Kerja),dan atau standar ;

1. Threshold Limit Value (TLV) American Conference of Govermental Industrial

Hygienists (ACGIH 2010 - 2011)

2. OSHA Noise standard, 29 CFR 1910,95 OSHA (Occupational Safety and Health

Administration), adalah sebuah biro/devisi/badan bagaian dari Departemen tenaga Kerja Amerika Serikat, yang bertujuan untuk mencegah kecelakkan kerja, penyakit, dan kematian saat kerja dengan membuat peraturan/standard yang berkekutan untuk hukukm keselamatandan kesehatan kerja

3. ISO International Standards, Technical Committees ISO TC43/SC-1 Noise (ISO/DIS

128 untuk main engine room noise level 90 dBA - TWA = 4 jam kerja)

3.9.1. Noise Reduction Oleh Penghalang Exterior15

15Ibid


(22)

Pengendalian kebisingan dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti pada instalasi. Pengendalian kebisingan dilakukan bertujuan untuk mereduksi tingkat kebisingan itu sendiri. Noise reduction (NR) didefinisikan sebagai pengurangan kekuatan bunyi, diukur dalam dB.

Adapun pengurangan kebisingan (NR) oleh penghalang atau barrier dapat dilihat pada persamaan berikut.

NR = 20 log [(2πN)0.5/tan(2πN)0.5] + 5 dB………..……..(7)

Dimana, NR : Pengurangan kebisingan (dB) N : 0,006f (A+B-d) (dB)

A+B : Jarak terdekat melewati penghalang (m)

D : Jarak lurus antara sumber bunyi dan penerima bunyi (m)

3.10. Noise Mapping

Noise mapping adalah pemetaan kebisingan yang menggambarkan distribusi tingkat kebisingan pada suatu lingkungan kerja. Cara pembuatan noise mapping adalah dengan melakukan pengukuran tingkat kebisingan pada beberapa titik pengukuran di sekitar sumber bising dimana terdapat pekerja yang terpapar bising. Titik-titik yang mempunyai tingkat kebisingan yang sama tersebut dihubungkan sehingga terbentuk suatu garis pada peta yang menunjukkan tempat dengan tingkat tekanan bunyi yang sama. Tujuan dari dilakukannya noise mapping adalah:

1. Sebagai pedoman dalam mengambil langkah-langkah SMK3 (sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja) berdasarkan peta yang dibuat. Contohnya adalah membuat peraturan mengenai keharusan menggunakan alat


(23)

pelindung diri berupa earplug maupun earmuff pada daerah tertentu, serta memberikan sanksi kepada operator yang melanggar ketentuan tersebut.

2. Mengetahui dimana lokasi yang tepat dalam pemakaian alat pelindung diri berdasarkan sound intensity.

3. Mengetahui jumlah tenaga kerja yang terpapar kebisingan di area kerja sehingga manajemen dapat mengetahui operator yang berisiko tinggi menderita gangguan pendengaran, untuk keperluan treatment berupa pengadaan program konservasi pendengaran, asuransi kesehatan.

4. Kepentingan terhadap uji audiometri untuk mengetahui gangguan pendengaran yang dialami operator.

3.11. Teknik Sampling

Teknik sampling merupakan cara-cara yang dilakukan dengan mengambil data yang mewakili dari populasi. Sampel merupakan bagian dari populasi. Sampel digunakan untuk mendapatkan informasi tentang populasi dengan tujuan sebagai berikut :

1. Menghemat waktu dan dana

2. Memungkinkan untuk mendapatkan informasi karena tidak mungkin dilakukan pengambilan data untuk seluruh populasi

3. Tingkat ketelitian lebih besar

Teknik sampling secara umum dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu :


(24)

1. Probability Sampling16

Probability sampling merupakan teknik pengambilan sampel dimana cara pengambilan sampel yang gmemberikan kesempatan yang sama untuk diambil kepada setiap elemen populasi. Artinya jika elemen populasinya ada 100 dan yang akan dijadikan sampel adalah 25, maka setiap elemen tersebut mempunyai kemungkinan 25/100 untuk bisa dipilih menjadi sampel.

2. Non-probabilty sampling

Non-probablity sampling merupakan teknik pengambilan sampel dimana setiap elemen populasi tidak mempunyai kemungkinan yang sama untuk dijadikan sampel.

3.12. Work Sampling17

Sampling kerja atau sering disebut sebagai work sampling adalah salah satu teknik untuk mengadakan sejumlah besar pengamatan terhadap aktivitas kerja dari mesin, proses atau pekerja/operator. Pengukuran harus dilakukan secara langsung ditempat kerja yang diteliti. Metode sampling kerja dikembangkan berdasarkan hukum probabilitas atau sampling. Oleh karena itu pengamatan terhadap suatu obyek yang ingin diteliti tidak perlu dilaksanakan secara menyeluruh (populasi) melainkan cukup dilaksanakan secara mengambil sampel pengamatan yang diambil secara acak (random). Suatu sampel yang diambil secara random dari suatu grup populasi yang besar akan cenderung memiliki pola

16

Cohran, William G. Teknik Penarikan Sampel. Edisi Ketiga. Jakarta : UI Press. 2005

17

Ralph, M. Barnes. Motion and Time Study : Design and Measurrement of Work. University of California. 1985.


(25)

distribusi yang sama seperti yang dimiliki oleh populasi trsebut. Rumus yang digunakan dalam perhitungan akurasi waktu produktif adalah sebagai berikut:

√ ...(8)

Dimana:

L : Nilai akurasi yag diperbolehkan

K : Tingkat keyakinan (yang digunakan 95% nilai k = 2)

3.13. Pengenalan SoftwareSurfer 11.018

Surfer adalah salah satu perangkat lunak yang digunakan untuk pembuatan peta kontur dan pemodelan tiga dimensi yang berdasarkan pada grid. Perangkat lunak ini melakukan plotting data tabular XYZ tak beraturan menjadi lembar titik-titik segi empat (grid) yang beraturan. Grid adalah serangkaian garis vertikal dan horisontal yang dalam Surfer berbentuk segi empat dan digunakan sebagai dasar pembentuk kontur dan surface tiga dimensi. Garis vertikal dan horisontal ini memiliki titik-titik perpotongan. Pada titik perpotongan ini disimpan nilai Z yang berupa titik ketinggian atau kedalaman. Gridding merupakan proses pembentukan rangkaian nilai Z yang teratur dari sebuah data XYZ. Hasil dari proses gridding ini adalah file grid yang tersimpan pada file .grd.

18


(26)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada unit produksi departemen Drayer di PT. Gold Coin Medan-Mill Indonesia yang berlokasi di Jl. Pulau Bali 2 Kawasan Industri Medan II (Jl. Medan Belawan KM 10.5) Medan 20242 Sumatera Utara Indonesia. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2015 sampai September 2015.

Gambar 4.1. Lokasi PT. Gold Coin Medan-Mill Indonesia

4.2. Jenis Penelitian19

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang menggambarkan gejala yang ada, mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi, membuat perbandingan atau evaluasi dalam menghadapi masalah untuk menetapkan rencana dan keputusan.

19


(27)

4.3. Objek Penelitian

Objek penelitian dilakukan pada departemen drayer di PT. Gold Coin Medan-Mill Indonesia dengan pengukuran tingkat kebisingan dan persentase waktu produktif operator.

4.4. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh dari hasil wawancara dan pengukuran secara langsung selama penelitian, yaitu data tingkat kebisingan dan data waktu produktif operator yang dinilai dari work dan idle operator.

2. Data skunder

Data skunder diperoleh dengan mengumpulkan catatan data instansi perusahaan sebagai data tambahan, seperti struktur organisasi, jam kerja, data penurunan pendengaran operator dan lain –lain.

4.5. Variabel Penelitian20

Variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel bebas, yaitu tingkat bunyi (dB), frekuensi (Hz), persentase waktu produktif operator.

2. Variabel terikat yaitu paparan bising yang diterima operator

20


(28)

4.6. Kerangka Konseptual Penelitian

Kerangka konseptual penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Tingkat Kebisingan (dB)

Paparan Kebisingan (Daily Noise Dose)

Waktu Produktif (Persentase Work dan Idle)

Usulan Rancangan Reduksi Paparan Bising

Gambar 4.2. Kerangka Konseptual Penelitian

4.7. Variabel Operasional

Definisi operasional dari kerangka konseptual penelitian ialah:

1. Tingkat kebisingan merupakan perbandingan logaritmis antara suatu sumber bunyi dengan sumber bunyi acuan dB(A), tingkat bunyi ekuivalen (Leq)

2. Paparan kebisingan merupakan paparan tingkat kebsingan yang diterima operator selama waktu kerja produktifnya yang akan diidentifikasi melalui Daily Noise Dose

(DND).

3. Waktu produktif operator merupakan persentasi waktu yang digunakan operator untuk berkerja (work) dan menganggur (idle) selama jam kerja. Pengamatan waktu produktif operator dilakukan dengan metode work sampling dan pengumpulan sampel menggunakan simple random sampling.


(29)

4.8. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Four in One

Gambar 4.3. Four in One Multi Function Environment Meter

Merek : Krisbow Tipe : KRW 06-291 Fungsi :

 Untuk mengukur tingkat kebisingan

 Untuk mengukur kelembaban udara (%RH)

 Untuk mengukur tingkat pencahayaan (Lux)

 Untuk mengukur temperatur udara (oC) 2. Meteran

Gambar 4.4. Meteran

Fungsi : untuk mengukur pengambilan jarak setiap titik pengukuran tingkat kebisingan


(30)

3. Check list meliputi file record perusahaan seperti data historis mesin produksi.

4.9. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian untuk melakukan pengumpulan data di PT. Gold Coin Medan-Mill Indonesia adalah sebagai berikut.

1. Pengamatan pendahuluan di unit produksi PT. Gold Coin Medan-Mill Indonesia, dengan menyebarkan kuesioner untuk diisi oleh operator.

2. Menyiapkan peralatan pengukuran, yaitu 4 in 1 Multi Function Environment Meter. 3. Melakukan pengukuran tingkat kebisingan

4. Mengukur waktu produktif operator dengan menggunakan work sampling yang didefinisikan dengan lamanya work dan idle.

a) Work didefinisikan dengan operator berdiri untuk menampung waste dengan menggunakan karung. Waste yang terdapat pada departemen Drayer terdiri dari 3 jenis, yaitu miang, menir dan bongkol jagung. Masing-masing operator menampung setiap jenis waste tersebut dan memasukannya kedalam karung.

b) Idle didefinisikan bahwa operator meninggalkan tempat kerjanya dalam jarak minimal 1 meter (mengobrol dengan operator lain ataupun pergi untuk keperluan pribadinya).


(31)

Istirahat Pengukuran Tingkat

Kebisingan dan Pengamatan work dan

idle

12.01 – 13.00 10.01 – 12.00

Persiapan 07.00 -

07.59 08.00 – 10.00 14.00 – 16.00 Pengukuran Tingkat

Kebisingan dan Pengamatan work dan

idle

Gambar 4.5. Mekanisme Pengumpula Data Penelitian

4.10. Pengolahan Data

Data yang diperoleh dari hasil pengukuran maupun dari file record perusahaan diolah secara kuantitafif agar diperoleh gambaran data yang representatif untuk mendukung penyelesaian permasalahan kebisingan pada unit produksi di PT. Gold Coin Medan-Mill Indonesia.

Uraian metodologi penelitian disajikan dalam bentuk blok diagram dapat dilihat pada Gambar 4.6. dan urutan pengerjaan pengolahan data pada Gambar 4.7.


(32)

Pengamatan Awal :

1. Pengamatan pendahuluan pada Departemen Drayer 2. Studi Literatur

Latar Belakang :

Kebisingan yang terjadi pada departemen Drayer yang berdampak pada penurunan waktu produktif operator dan penurunan pendengaran operator. Kondisi tersebut berlangsung selama 8 jam/hari di setiap hari kerja.

Perumusan Masalah :

Tingkat Kebisingan pada departemen drayer telah melewati nilai ambang batas yang mengakibatkan performansi kerja operator tidak optimal dapat dilihat dari hasil persentase waktu produktif sebesar 67,7%.

Tujuan :

1. Analisis dan Evaluasi tingkat kebisingan yang timbul pada departemen drayer 2. Pemetaan kebisingan berdasarkan area kerja operatorpada departemen Drayer

3. Merekomendasikan konsep usulan perbaikan fasilitas kerja untuk mereduksi paparan bising

Pengumpulan Data Primer: 1. Tingkat kebisingan

2. Waktu produktif (Work dan idle)

Pengumpulan Data Skunder: 1. Gambaran umum perusahaan 2. Spesifikasi mesin

3. Data penurunan pendengaran operator

Pengolahan Data

Analisis Data :

1. Analisis tingkat kebisingan dengan paparan bising (Daily Noise Dose) 2. Analisis persentase work dan idle

3. Analisis penurunan pendengaran operator 4. Analisis noise mapping

5. Analisis usulan rancangan reduksi paparan bising

Kesimpulan dan Saran


(33)

Rekapitulasi tingkat kebisingan (dB)

Perhitungan tingkat kebisingan equivalen (Leq)

Perhitungan intensitas bunyi

Perhitungan waktu kerja yang diizinkan

Perhitungan paparan bising dengan daily noise dose (DND)

Waktu Produktif (Persentase Work dan Idle)

Penurunan pendengaran operator

Gambar 4.7. Blok Diagram Pengolahan Data

4.11. Analisis Pemecahan Masalah

Analisis yang dilakukan adalah analisis tingkat kebisingan secara keseluruhan pada unit produksi PT. Gold Coin Medan-Mill Indonesia dengan standar kebisingan yang diizinkan oleh pemerintah melalui Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No.Per.13/MEN/X/2011. Apabila tingkat kebisingan berada di atas ambang batas, maka dapat dilakukan rancangan usulan pengendalian kebisingan untuk mengurangi penurunan persentase waktu produktif operator dan resiko penurunan pendengaran operator.


(34)

Pengamatan dan pengumpulan data dilaksanakan dengan urutan kegiatan sebagai berikut:

1. Pengamatan pendahuluan dilakukan pada departemen Drayer yang memiliki tingkat kebisingan tertinggi

2. Penyebaran kuesioner kepada seluruh operator untuk memperoleh penilaian operator terhadap paparan bising.

3. Pengumpulan data historis dan data penunjang lainnya dari pihak perusahaan. 4. Melakukan pengukuran tingkat kebisingan pada departemen Drayer.

5. Melakukan rekapitulasi waktu produktif operator dan penurunan pendengaran operator.

4.13. Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan merupakan langkah terakhir dalam merangkum informasi ataupun data yang didapatkan dari penelitian yang ada dan pemberian saran untuk penelitian selanjutnya yang bertujuan untuk pengembangan penelitian yang lebih mendalam.


(35)

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengukuran Tingkat Kebisingan pada Masing-masing Titik Pengukuran

Penentuan titik pengukuran ialah langkah awal sebelum melakukan pengukuran tingkat kebisingan pada departemen drayer. Tujuanya agar kondisi keseluruhan dari departemen drayer dapat dianalisis secara menyeluruh sehingga didapatkan hasil pengukuran yang merata pada departemen drayer. Penentuan jumlah titik pengukuran dengan menggunakan teknik peta kontur berdasarkan European Commission Working Group Assessment of Exposure to Noise atau WG-AEN dengan membuat area pengukuran 3 x 3 m pada denah departemen drayer. Pemilihan ukuran tersebut bertujuan untuk mempermudah peneliti dalam mengukur tingkat kebisingan di departemen drayer. Pengukuran dilakukan pada tanggal 24 Agustus 2015 – 4 September 2015 mulai pukul 08.00-17.00. Penentuan area pengukuran pada departemen drayer dari 16 titik yang telah ditentukan dengan mengeplot 3 x 3 m pada area departemen drayer dapat dilihat pada Gambar 5.1. Alat yang digunakan dalam pengukuran tingkat kebisingan ialah Four in One Multi Function Environment Meter.


(36)

3 2 4 1 1 5 9 13 6 10 14 3 15 4 8 12 16 2 7

11 SIMBOL KETERANGAN

MESIN DRAYER MEJA OPERATOR TEMPAT MENERIMA JAGUNG 2 3 4 5 Operator 1 Operator 2 Operator 3 Operator 4 Operator 5 N 5 1-16 Titik Pengukuran

5 10 15 20 25 30

5 10 15 20 25 1

Gambar 5.1. Layout Pengukuran Tingkat Kebisingan pada Departemen Drayer

5.1.1. Hasil Pengukuran Tingkat Kebisingan

Setelah menentukan titik pengukuran maka dilanjutkan dengan pengukuran tingkat kebisingan dengan menggunakan Four in One Multi Function Environment Meter. Pengukuran ini dilakukan selama 120 menit untuk setiap titik pengukuran dalam waktu 10 hari. Setiap pengukuran harus dapat mewakili selang waktu tertentu dengan penetapannya sebagai berikut:

1. L1 diambil pada jam 08.00 – 10.00 2. L2 diambil pada jam 10.00 – 12.00 3. L3 diambil pada jam 14.00 – 16.00

Rekapitulasi hasil pengukuran tingkat kebisingan pada titik ke-1 sampai titik ke-16 untuk setiap jam 08.00 WIB, 10.00 WIB, 14.00 WIB selama bulan Agustus 2015 sampai September 2015 dapat dilihat pada Tabel 5.1, 5.2, dan 5.3.


(37)

Tabel 5.1. Hasil Pengukuran Tingkat Kebisingan (dB) pada Pukul 08.00 WIB

No. Tanggal

Pengukuran

Tingkat Kebisingan (dB)

Pengukuran Ke-

1 2 3 4 5 6 7 8

1 24 – 08 – 2015 98,2 98,7 99,5 99,3 98,4 98,8 98,7 98,7

2 25 – 08 – 2015 99,8 98,5 98,5 98,9 98,0 98,1 98,5 99,5

3 26 – 08 – 2015 99,0 98,6 99,5 99,0 98,0 99,0 98,9 98,9

4 27 – 08 – 2015 98,0 99,0 98,7 98,6 98,3 99,5 99,1 99,1

5 28 – 08 – 2015 98,7 99,2 98,6 98,5 98,0 98,7 98,7 99,5

6 31 – 08 – 2015 99,1 99,1 99,5 99,1 98,1 99,2 98,9 100

7 01 – 09 – 2015 97,9 99,5 99,3 98,8 99,3 99,2 99,1 99,3

8 02 – 09 – 2015 97,7 99,4 99,3 99,0 98,8 98,9 99,5 98,8

9 03 – 09 – 2015 98,9 99,0 99,7 99,5 98,6 98,8 100 99,9

10 04 – 09 – 2015 98,7 98,7 99,6 99,1 99,1 98,7 98,9 98,6

Rata-rata 98,8 99,0 99,1 98,8 98,7 99,1 99,0 99,2

No. Tanggal

Pengukuran

Tingkat Kebisingan (dB)

Pengukuran Ke-

9 10 11 12 13 14 15 16

1 24 – 08 – 2015 97,6 97,8 96,8 97,3 95,7 96,5 95,8 95,1

2 25 – 08 – 2015 97,5 96,8 96,0 98,0 96,5 97,5 96,4 95,3

3 26 – 08 – 2015 98,1 96,4 96,4 98,1 96,0 95,9 96,8 95,0

4 27 – 08 – 2015 96,6 96,6 97,2 96,9 97,0 97,0 96,7 96,1

5 28 – 08 – 2015 98,2 97,2 98,0 96,6 97,1 98,1 95,4 96,5

6 31 – 08 – 2015 98,0 97,2 96,4 96,8 95,9 96,7 95,4 96

7 01 – 09 – 2015 97,3 98,4 97,2 97,1 97,4 95,8 96,0 95,9

8 02 – 09 – 2015 97,5 96,8 96,5 97,0 96,9 95,0 96,2 95,6

9 03 – 09 – 2015 98,0 96,9 97,1 96,0 97,0 96,0 97,0 94,9

10 04 – 09 – 2015 97,1 97,9 97,4 96,5 96,6 95,1 95,0 95,3

Rata-rata 97,5 97,1 96,9 97,2 96,5 96,4 96,1 96,0

Tabel 5.2. Hasil Pengukuran Tingkat Kebisingan (dB) pada Pukul 10.00 WIB

No. Tanggal

Pengukuran

Tingkat Kebisingan (dB)

Pengukuran Ke-

1 2 3 4 5 6 7 8

1 24 – 08 – 2015 97,2 97,7 97,5 97,3 96,4 96,8 97,7 98,7

2 25 – 08 – 2015 98,8 98,5 96,5 96,9 97,0 97,1 97,5 97,5

3 26 – 08 – 2015 98,0 97,6 97,5 98,0 97,7 98,0 97,9 97,9

4 27 – 08 – 2015 97,0 98,0 96,7 96,6 97,3 97,5 98,1 98,1

5 28 – 08 – 2015 97,7 98,2 96,6 97,5 97,0 97,7 97,7 98,5

6 31 – 08 – 2015 98,1 98,1 97,5 97,1 97,1 98,2 97,9 100

7 01 – 09 – 2015 96,9 98,5 97,3 96,8 97,3 98,2 98,1 98,3

8 02 – 09 – 2015 96,7 98,4 97,3 98,0 97,8 97,9 98,5 97,8

9 03 – 09 – 2015 97,9 98,0 97,7 97,5 97,6 96,8 99,0 98,9

10 04 – 09 – 2015 97,7 97,7 97,6 98,1 98,1 97,7 97,9 97,6


(38)

Tabel 5.2. Hasil Pengukuran Tingkat Kebisingan (dB) pada Pukul 10.00 WIB (Lanjutan)

No. Tanggal

Pengukuran

Tingkat Kebisingan (dB)

Pengukuran Ke-

1 2 3 4 5 6 7 8

1 24 – 08 – 2015 97,6 96,8 97,8 96,3 94,7 95,5 94,8 94,1

2 25 – 08 – 2015 96,5 97,8 95,0 97,0 95,5 96,5 95,4 94,3

3 26 – 08 – 2015 98,1 95,4 98,4 97,1 95,0 94,9 95,8 94,0

4 27 – 08 – 2015 95,6 95,6 96,2 95,9 96,0 96,0 95,7 95,1

5 28 – 08 – 2015 97,2 96,2 97,0 95,6 96,1 97,1 94,4 95,5

6 31 – 08 – 2015 97,0 98,2 97,4 96,8 96,9 95,7 94,4 95,0

7 01 – 09 – 2015 96,3 97,4 96,2 96,1 96,4 94,8 95,0 94,9

8 02 – 09 – 2015 96,5 95,8 96,5 96,0 96,9 94,0 95,2 94,6

9 03 – 09 – 2015 97,0 95,9 96,1 98,0 96,0 95,0 96,0 93,9

10 04 – 09 – 2015 97,1 96,9 96,4 95,5 96,6 94,1 95,0 94,3

Rata-rata 96,8 96,6 96,6 96,7 96,1 96,0 95,2 95,4

Tabel 5.3. Hasil Pengukuran Tingkat Kebisingan (dB) pada Pukul 14.00 WIB

No. Tanggal

Pengukuran

Tingkat Kebisingan (dB)

Pengukuran Ke-

1 2 3 4 5 6 7 8

1 24 – 08 – 2015 96,2 96,7 98,5 98,3 97,4 97,8 97,7 97,7

2 25 – 08 – 2015 97,8 97,5 97,5 97,9 97,0 97,1 97,5 98,5

3 26 – 08 – 2015 97,0 96,6 98,5 98,0 98,7 98,0 97,9 97,9

4 27 – 08 – 2015 96,0 97,0 97,7 97,6 97,3 98,5 98,1 98,1

5 28 – 08 – 2015 96,7 97,2 97,6 97,5 97,0 97,7 97,7 98,5

6 31 – 08 – 2015 97,1 97,1 98,5 98,1 97,1 98,2 97,9 99,0

7 01 – 09 – 2015 95,9 97,5 98,3 97,8 98,3 98,2 98,1 98,3

8 02 – 09 – 2015 95,7 97,4 98,3 98,0 97,8 97,9 98,5 97,8

9 03 – 09 – 2015 96,9 97,0 98,7 98,5 97,6 97,8 99,0 98,9

10 04 – 09 – 2015 96,7 96,7 98,6 98,1 98,1 97,7 97,9 97,6

Rata-rata 96,8 97,1 98,1 97,8 97,7 98,1 98,0 98,2

No. Tanggal

Pengukuran

Tingkat Kebisingan Pengukuran Ke-

9 10 11 12 13 14 15 16

1 24 – 08 – 2015 96,6 96,8 95,8 96,3 94,7 95,5 94,8 94,1

2 25 – 08 – 2015 96,5 95,8 95,0 97,0 95,5 96,5 95,4 94,3

3 26 – 08 – 2015 97,1 95,4 95,4 97,1 95,0 94,9 95,8 94,0

4 27 – 08 – 2015 95,6 95,6 96,2 95,9 96,0 96,0 95,7 95,1

5 28 – 08 – 2015 97,2 96,2 97,0 95,6 96,1 97,1 94,4 95,5

6 31 – 08 – 2015 97,0 96,2 95,4 95,8 94,9 95,7 94,4 95,0

7 01 – 09 – 2015 96,3 97,4 96,2 96,1 96,4 94,8 95,0 94,9

8 02 – 09 – 2015 96,5 95,8 95,5 96,0 95,9 94,0 95,2 94,6

9 03 – 09 – 2015 97,0 95,9 96,1 95,0 96,0 95,0 96,0 93,9

10 04 – 09 – 2015 96,1 96,9 96,4 95,5 95,6 94,1 95,0 94,3


(39)

Tingkat kebisingan rata-rata pada masing-masng titik pengukuran, dapat dilihat pada Tabel 5.4.

Tabel 5.4. Tingkat Kebisingan (dB) Rata-rata Titik

Pengukuran

Tingkat Kebisingan (dB) Waktu Pengukuran (WIB)

08.00 10.00 14.00

1 98,81 96,81 97,81

2 99,06 98,11 98,11

3 99,17 97,18 98,17

4 98,85 97,45 97,85

5 98,69 97,58 97,78

6 99,17 97,92 98,17

7 99,02 98,02 98,02

8 99,28 98,28 98,23

9 97,50 96,80 96,50

10 97,15 96,60 96,15

11 96,99 96,64 95,99

12 97,26 99,71 96,26

13 97,58 97,13 95,58

14 97,44 97,09 95,44

15 97,18 96,23 95,23

16 97,05 96,35 95,05

Grafik tingkat kebisingan terhadap waktu pengukuran dapat dilihat pada Gambar 5.2.

Gambar 5.2. Grafik Tingkat Kebisingan Terhadap Waktu

92 93 94 95 96 97 98 99 100

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516

T in g k a t K ebi sin g a n ( d B ) Titik Pengukuran Pukul 08.00 WIB Pukul 10.00 WIB Pukul 14.00 WIB


(40)

5.2. Perhitungan Tingkat Kebisingan Equivalen

Tingkat kebisingan equivalen adalah kebisingan pada siang malam. Namun, pada penelitian ini hanya menghitung tingkat kebisingan siang hari (Ls). Pengukuran tingkat kebisingan dilakukan pada 16 titik pada departemen drayer selama 10 hari pada bulan Agustus 2015 sampai Sepetember 2015. Tingkat kebisingan equivalen adalah suatu angka tingkat kebisingan tunggal dalam beban (weighting network) A, yang menunjukkan energi bunyi yang equivalen dengan energi yang berubah-ubah dalam selang waktu tertentu, secara matematis adalah sebagai berikut :

Leq = 10 log10[tj10Lj/10 ] ...(1)

Dimana :

Leq = Tingkat bising sinambung equivalen dalam dB(A) Lj = Tingkat tekanan suara ke-1

tj = Fraksi waktu

5.2.1. Tingkat Kebisingan Equivalen Pada Setiap Titik Pengukuran

Data tingkat kebisingan pada setiap titik dan waktu pengukuran selama 10 hari diwakili oleh tingkat kebisingan equivalen. Contoh perhitungan sebagai berikut: Pada titik 1, untuk Leq Jam 08.00

Hari 1 = 98,2 dB Hari 6 = 99,1 dB Hari 2 = 99,8 dB Hari 7 = 97,9 dB Hari 3 = 99,0 dB Hari 8 = 97,7 dB Hari 4 = 98,0 dB Hari 9 = 98,9 dB Hari 5 = 98,7 dB Hari 10 = 98,7 dB


(41)

Perhitungan Leq pada titik 1 dengan tingkat kebisingan (tj1-16) = 98,2;

98,7; 99,5;……..98,7 dB pada pengukuran jam 08.00 WIB selama 10 hari sebagai

berikut:

Leq = 10 log10[Ʃtj10Lj/10]

Leq = 10 log10[2/8x1098,2/10] + 10 log10[2/8 x 1098,7/10] +10 log10[2/8 x 1099,5/10]

+………..+ 10 log10[2/8x 1098,7/10]

Leq = 94,8 dB

Rekapitulasi perhitungan Leq pada hari ke-1 sampai ke-10 selama bulan Agustus 2015 sampai September 2015 untuk semua titik pengukuran dapat dilihat pada Tabel 5.5. sebagai berikut:

Tabel 5.5. Hasil Rekapitulasi Tingkat Kebisingan Equivalen (Leq) pada Semua Titik Pengukuran

Titik Pengukuran

Tingkat Kebisingan (dB) Equivalen

(Leq) pada Jam

08.00 10.00 14.00

1 94,8 99,9 90,3

2 95,8 91,7 91,7

3 96,3 99,5 91,9

4 94,9 99,7 90,0

5 94,2 99,3 91,0

6 96,3 90,8 91,9

7 95,7 91,3 91,3

8 96,8 92,4 92,2

9 90,0 99,8 94,5

10 90,4 99,9 92,9

11 96,7 99,1 92,2

12 99,9 98,7 93,4

13 99,3 99,3 98,0

14 99,7 99,1 97,9

15 99,5 99,1 97,8


(42)

Berdasarkan Tabel 5.5. dapat dibuat grafik yang menunjukkan tingkat kebisingan equivalen dari setiap titik pengukuran pada departemen drayer. Pembuatan grafik tersebut akan mengetahui titik – titik yang memiliki tingkat kebisingan tertinggi dan terendah. Grafik tingkat kebisingan equivalen dapat dilihat pada Gambar 5.3.

Gambar 5.3. Grafik Tingkat Kebisingan Equivalen

Berdasarkan Gambar 5.3. dapat dilihat bahwa titik pengukuran dari titik 1 sampai titik 16 melebihi nilai ambang batas berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia No.Per.13/MEN/X/2011 yaitu 85 dB untuk 8 jam kerja/hari.

75 80 85 90 95 100 105

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516

T ing k a t K ebis ing a n (dB ) Titik Pengukuran Tingkat Kebisingan Ekivalen NAB (Keputusan Menteri Tenaga Kerja)


(43)

BAB VI

ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL

6.1. Analisis

6.1.1. Analisis Tingkat Kebisingan dengan Paparan Bising

Dari hasil pengolahan data, diperoleh bahwa seluruh area departemen drayer memiliki waktu maksimum paparan kebisingan di bawah 8 jam kerja/hari. Dengan demikian, bila dibandingkan dengan waktu kerja aktual saat ini, dosis kebisingan telah melebihi nilai ambang batas yang ditetapkan oleh OSHA (Occupational Safety and Health), yaitu DND ≤ 1 atau 100%. Dosis kebisingan yang melebihi 1 atau 100% adalah kondisi kebisingan yang dapat membahayakan bagi kesehatan dan keselamatan operator dalam bekerja. Berdasarkan pengolahan yang dilakukan diperoleh persentase nilai DND sebesar 439% - 828%. Hal ini menandakan bahwa dosis kebisingan telah melebihi standar yang telah ditetapkan. Grafik perbandingan nilai DND(%) aktual dengan ambang batas nilai DND (%) dapat dilihat pada Gambar 6.1.

Gambar 6.1. Daily Noise Dose Setiap Operator

0 100 200 300 400 500 600 700 800 900

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516

Penentuan DND

(%)

Titik Pengukuran

DND Normal

DND Aktual


(44)

Berdasarkan data yang diperoleh bahwa paparan kebisingan di area kerja departemen drayer telah melebihi standar yang telah ditetapkan. waktu paparan yang diizinkan dapat dilihat pada Tabel 6.1.

Tabel 6.1. Rekapitulasi Perhitungan Daily Noise Dose/DND Titik Ls (dB) Ti (Jam) DND (%) Keterangan

1 94,53 1,26 635 Tidak Aman

2 92,60 1,58 506 Tidak Aman

3 94,57 1,26 638 Tidak Aman

4 95,56 1,14 704 Tidak Aman

5 93,56 1,40 570 Tidak Aman

6 92,60 1,58 506 Tidak Aman

7 91,59 1,82 439 Tidak Aman

8 92,62 1,57 508 Tidak Aman

9 93,45 1,42 563 Tidak Aman

10 93,42 1,43 561 Tidak Aman

11 95,42 1,15 694 Tidak Aman

12 96,59 1,10 772 Tidak Aman

13 97,42 1,00 828 Tidak Aman

14 97,41 1,00 827 Tidak Aman

15 97,36 1,00 824 Tidak Aman

16 97,35 1,00 823 Tidak Aman

Rata-rata 94,75 1.29 650 Tidak Aman

.

Gambar 6.2. Perbandingan Waktu Kerja Aktual dengan Waktu Kerja Ideal

Berdasarkan Gambar 6.2. terlihat bahwa waktu kerja aktual lebih besar dibandingkan dengan waktu kerja ideal. Hal ini diakibatkan karena tingginya

0 2 4 6 8 10

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516

Wa k tu (J a m ) Titik Pengukuran Waktu Kerja Aktual Waktu Kerja Ideal


(45)

tingkat kebisingan. Semakin tinggi tingkat kebisingan maka semakin rendah pula waktu maksimum yang diizinkan.

Hubungan tingkat kebisingan dan paparan kebisingan dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi yang menunjukkan tingkat hubungan yang tinggi atau tidak. Nilai korelasi dan persamaan regresi dapat dilihat pada Tabel 6.2.

Tabel 6.2. Hubungan Tingkat Kebisingan dengan Paparan Bising

Variabel Mean±Standar

Deviasi Persamaan Regresi

Koefisien Korelasi

Tingkat Kebisingan

(dB) 94,75 ± 2,016

ŷ= 0,667 – 56,70 x

1 Paparan Bising

(%) 649 ± 134,5

Berdasarkan Tabel 6.2. dapat dilihat bahwa koefisien korelasi sebesar 1 yang menandakan koefisien hubungan yang sangat tinggi. Hal ini menandakan bahwa perubahan tingkat kebisingan (dB) sangat mempengaruhi tingginya paparan kebisingan (%). Dengan kata lain, semakin tinggi tingkat kebisingan (dB) maka semakin tinggi pula paparan kebisingan yang diterima operator.


(46)

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Tingkat kebisingan Ekuivalen di departemen drayer pada siang hari telah melebihi standar Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No.Per.13/MEN/X/2011 yaitu 85 dB untuk 8 jam kerja/hari.

2. Pemetaan kebisingan berdasarkan area kerja departemen drayer dengan mengunakan software surfer 11.0. Hasil perhitungan grid data dan kontur mapping menunjukkan area kerja departemen drayer berada pada zona tidak aman yaitu warna merah keseluruhan pada kontur mapping. Setelah dilakukan penanggulangan kebisingan maka area kerja departemen drayer berada pada zona aman yaitu didominasikan dengan warna hijau pada kontur mapping.


(47)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

PT. Gold Coin Medan-Mill Indonesia adalah bagian dari Gold Coin Group yang merupakan anggota dari Zuelling Group yang ada di Swiss. Perusahaan Zuellig Group merupakan pelopor pabrik pakan ternak di Asia Tenggara, dengan nama Gold Coin Group sebagai perusahaan induk yang berada di Swiss yang berdiri pada tahun 1953. Saat ini Gold Coin Group telah tersebar di Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam, Pilipina, Cina, Srilanka, Laos dan India. Di Indonesia diberi nama PT. Gold Coin Indonesia, dan PT. Gold Coin Indonesia-Medan Mill merupakan salah satu cabang yang bertempat di Medan, Sumatera Utara. Lahirnya PT. Gold Coin dilatar belakangi oleh adanya peluang pasar yang semakin terbuka untuk melakukan usaha produksi pakan.

Perusahaan PT. Gold Coin- Medan Mill dibangun dalam 3 tahap, yaitu: 1. Pembangunan Proyek dimulai pada Januari 1981

2. Produksi Koperasi Percobaan pada Oktober 1981 3. Produksi Koperasi Komersil pada Desember 1981

Gold Coin Group memiliki teknologi muktahir yang didukung oleh tenaga ahli yang berpengalaman dalam memproduksi pakan ternak yang berkualitas tinggi dan stabil. Dalam perkembangannya Gold Coin Group senantiasa didukung oleh tenaga-tenaga teknis yang mempunyai pengalaman tinggi di lapangan. Tenaga teknis tersebut membantu peternak secara professional


(48)

dalam teori dan praktek dalam pengembangan hewan ternak.

Produk yang dihasilkan oleh PT. Gold Coin Indonesia – Medan Mill dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Kemudian karena pengaruh krisis moneter, produksi pakan pada tahun 1998 menurun hal ini disebabkan karena tingginya harga bahan baku dan rendahnya permintaan. Seiring dengan pulihnya perekonomian nasional maka volume penjualan juga meningkat.

Program jangka panjang Gold Coin Indonesia – Medan Mill adalah meningkatkan volume penjualan dengan melaksanakan diversifikasi produk, penambahan fasilitas produksi, tenaga kerja yang terlatih dan laboratorium yang modern serta melakukan aktivitas benchmarking sehingga kualitas pakan ternak tetap tinggi dan terjaga. Sebagai komitmen terhadapa kualitas produksi maka pada bulan Januari 2009 perusahaan ini mendapatkan Sertifikat ISO 20000 : 2005.

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

Gold Coin Group bergerak dalam usaha produksi pakan ternak di wilayah Asia Pasifik. PT. Gold Coin Indonesia-Medan menghasilkan 300.000 ton pakan ternak sebagai produk utama dan pakan khusus setiap tahunnya. Adapun pakan ternak sebagai produk utama terdiri dari pakan unggas, sapi, dan kambing. Sedangkan untuk pakan khusus terdiri dari pakan ikan dan udang.

Bahan baku produk pakan berupa jagung yang berasal dari negara India, Brazil, Argentina, Cina, dan Indonesia. Sedangkan daerah pemasaran produk pakan PT. Gold Coin Indonesia-Medan adalah pada wilayah Aceh, Medan, Padang, Riau, Kepulauan Riau, dan Palembang. Berikut adalah gambar proses


(49)

supply chain di PT. Gold Coin Indonesia mulai dari bahan baku sampai produk jadi.

SUPPLIER

MANUFACTURER

(PT. GOLD COIN

INDONESIA) DISTRIBUTOR B

DISTRIBUTOR N

PETERNAKAN 1

PETERNAKAN 2

PETERNAKAN 3

PETERNAKAN 5

PETERNAKAN 6

PETERNAKAN X PETERNAKAN 4 DISTRIBUTOR A

Gambar 2.1. Proses Supply Chain pada PT. Gold Coin Medan-Mill Indonesia

2.3. Organisasi dan Manajemen Perusahaan 2.3.1. Struktur Organisasi

Struktur organisasi PT. Gold Coin Indonesia berbentuk lini dan fungsional. Hubungan lini karena pembagian tugas dilakukan dalam bidang atau area pekerjaan pada perusahaan. Selain itu perusahaan ini juga mengaplikasikan struktur organisasi berbentuk fungsional, yang berarti pembagian tugas juga dilakukan berdasarkan fungsi-fungsi yang membentuk hubungan fungsional. Bentuk hubungan tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.2.


(50)

Branch Manager Secretary Deputy General Manager Exe. Staff Sales Manager Purc.

Executive Mill Controller

Personal Officer Acc. Payment

Admin GL & Tax DO. Admin Sales Admin Credit Controller Security Receiptionist Messenger Driver Cleaning Service Factory Manager Stock Supervisor Prod. Admin Store Keeper Receiving Operator Delivery Operator Production Supervisor Control Room Operator Feed Additive Operator Dumping Operator Sacking Off Operator Maintenance Supervisor Mechanical Electrical Boiler Weight Bridge Operator Forklift Operator Sweeper Truck Transportation Pellet Operator Technical

Service Chemist QAO


(51)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan

Kebisingan merupakan bunyi atau suara yang tidak dikehendaki. Bising dapat menyebabkan berbagai gangguan seperti gangguan fisiologis, gangguan psikologis, gangguan komunikasi dan ketulian. Dalam rangka perlindungan kesehatan tenaga kerja kebisingan diartikan sebagai bunyi yang bersumber dari mesin-mesin proses produksi yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran (Keputusan Menteri Tenaga Kerja, 2011).

Berdasarkan hasil penelitian 1T.S.S.Jayawardana, dkk. 2014 bahwa peningkatan tingkat kebisingan dengan kemajuan teknologi menjadi masalah yang serius dan menjadi resiko bahaya terhadap pendengaran pekerja di industri tekstil. Artikel ini menganalisis kualitas suara dan distribusinya di dalam pabrik dengan model matematika yang dikembangkan untuk memprediksi pola distribusi kebisingan.

Berdasarkan hasil penelitian 2Consul. J.I, dkk. 2014 bahwa durasi kerja dan tingkat kebisingan sangat berpengaruh terhadap psikologis pekerja. Saran yang dapat diberikan ialah dengan merekomendasikan usulan perbaikan fasilitas kerja untuk mereduksi dosis paparan bising.

1

T.S.S. Jayawardana, dkk. 2014. Analysis and control of noise in a textile factory. University of Moratuwa. Desember 2014.

2

Consul. J.I, dkk. Analysis of noise level from different sawmills and its evironmental effects in yenagoa metropolis. Jurnal Vol 2 No 6 .Wilberforce Island, Nigeria August 2014


(52)

Berdasarkan data perusahaan tingkat kebisingan masing-masing mesin yang berada pada unit produksi, dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1. Tingkat Kebisingan Mesin produksi Departemen Tingkat Kebisingan (dB)

Hammer Mill 83,57

Sacking Off 84,31

Peletizing & Mixer 84,21

Drayer 91,55

Rata-rata 85,91

Sumber: Data Perusahaan

Berdasarkan Tabel 1.1. dapat ketahui bahwa data perusahaan tingkat kebisingan mesin yang melebihi nilai ambang batas terdapat pada departemen drayer di PT. Gold Coin Medan-Mill Indonesia yaitu sebesar 91,55 dB. Kondisi tersebut berlangsung selama 8 jam/hari di setiap hari kerja.

Gambar 1.1. Grafik Tingkat Kebisingan pada Penelitian Awal

Berdasarkan Gambar 1.1. terlihat bahwa tingkat kebisingan pada departemen drayer melebihi nilai ambang batas berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia No.Per.13/MEN/X/2011 yaitu sebesar 85 dB untuk 8 jam kerja/hari.

80 100 120 T in g k a t Kebi si n g a n ( d B ) Waktu Pengukuran Tingkat Kebisingan NAB (Keputusan Menteri Tenaga Kerja)


(53)

Kondisi tersebut mengakibatkan performansi kerja operator tidak optimal, dapat dilihat dari hasil persentase waktu produktif sebesar 67,7 % dan berdasarkan data hasil medical check-up perusahaan bahwa operator mengalami penurunan pendengaran sebesar 60 sampai 80 dB.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan yang terdapat pada perusahaan adalah tingkat kebisingan mesin yang melebihi nilai ambang batas terdapat pada departemen drayer yaitu sebesar 91,55 dB yang mengakibatkan performansi kerja operator tidak optimal dapat dilihat dari hasil persentase waktu produktif sebesar 67,7 % dan mengakibatkan penurunan pendengaran operator sebesar 60 sampai 80 dB. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan usulan perbaikan terhadap fasilitas kerja yang dapat mereduksi paparan bising. 3Menurut Zvanko Petrovic, dkk 2014 bahwa barrier berbahan logam yang dikombinasikan dengan karet dapat mereduksi paparan bising sampai 14 dB.

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Analisis dan evaluasi tingkat kebisingan pada departemen drayer

2. Pemetaan kebisingan berdasarkan area kerja operator pada departemen drayer 3. Merekomendasikan konsep usulan rancangan reduksi paparan bising

3

Zvanko, Petrovic. dkk. Design Of Noise Protection Of Industrial Plants. University Of Kragujevag : Serbia. Desembar 2012.


(54)

Manfaat dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagi Mahasiswa

a. Mampu mengaplikasikan ilmu ergonomi dan K3 dalam upaya perbaikan paparan kebisingan.

b. Menerapkan teori engineering noise control dalam menyelesaikan permasalahan kebisingan yang terjadi di perusahaan PT. Gold Coin Medan-Mill Indonesia.

c. Memperoleh peluang untuk mencari solusi dari permasalahan di PT. Gold Coin Medan-Mill Indonesia.

2. Bagi Perusahaan

a. Memberi masukan kepada pihak perusahaan PT. Gold Coin Medan-Mill Indonesia terhadap upaya yang dapat dilakukan dalam mengelola kebisingandi tempat kerja.

b. Sebagai pedoman bagi pekerja yang bekerja di lingkungan yang bising untuk mengantisipasi terjadinya pengaruh kebisingan di tempat kerja. c. Sebagai bahan masukan bagi peningkatan kinerja perusahaan PT. Gold

Coin Medan-Mill Indonesia dan pengembangan berbagai aspek dalam perusahaan.

3. Bagi Departemen Teknik Industri

Sebagai bahan rujukan dan pertimbangan dalam melakukan penelitian selanjutnya untuk mencari solusi pengendalian kebisingan di tempat kerja.


(55)

1.4. Batasan dan Asumsi Penelitian

Batasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian dilakukan pada departemen Drayer PT. Gold Coin Medan-Mill Indonesia.

2. Metode pengukuran berdasarkan standar kebisingan yang dikeluarkan oleh Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Repbulik Indonesia No.Per.13/MEN/X/2011 dan Occupational Safety and Health Administration (OSHA).

3. Metode penentuan titik pengukuran berdasarkan European Commission Working Group Assessment of Exposure to Noise (WG-AEN)

4. Pengukuran tingkat kebisingan dilakukan berdasarkan interval waktu pada siang hari.

5. Hasil penelitian hanya merekomendasikan konsep usulan rancangan reduksi paparan bising.

Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mesin Drayer yang diamati memiliki tingkat kebisingan yang identik 2. Proses produksi tidak mengalami perubahan selama penelitian berlangsung 3. Metode dan prosedur kerja operator tidak mengalami perubahan selama

penelitian berlangsung

4. Tidak terjadi pergantian operator selama penelitian berlangsung 5. Tidak terjadi perubahan tempat kerja dan susunan fasilitas kerja


(56)

1.5. Sistematika Penulisan Tugas Akhir

Agar lebih mudah untuk dipahami dan ditelusuri, maka penulisan tugas sarjana ini disajikan dalam beberapa bagian berikut.

Pada bab I diuraikan mengenai latar belakang permasalahan dalam penelitian di perusahaan, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, asumsi dan batasan penelitian, serta sistematika penulisan laporan penelitian/laporan tugas akhir.

Pada bab II berisi uraian sejarah perusahaan, ruang lingkup bidang usaha, organisasi, tenaga kerja, proses produksi, bahan baku, bahan penolong dan bahan tambahan, mesin, peralatan, fasilitas produksi, serta beberapa bagian penting yang menunjang baik dalam segi informasi dan operasional di PT. Gold Coin Medan-Mill Indonesia.

Pada bab III berisi tinjauan pustaka yang berisi uraian teori-teori yang relevan dalam mendukung pengolahan data hasil penelitian, seperti teori mengenai terjadinya bunyi, perambatan bunyi, bunyi dan kebisingan, pengukuran bunyi, jenis-jenis kebisingan, jarak tempuh gelombang bunyi, ambang batas kebisingan, dosis kebisingan, waktu paparan yang diizinkan, pendengaran manusia, program pencegahan/program konservasi pendengaran, noise mapping, noise reduction oleh penghalang exterior, noise mapping, dan, pengenalan softwaresurfer, lembar kerja surfer.

Pada bab IV menjelaskan tentang metodologi penelitian terdiri dari lokasi dan waktu penelitian, jenis penelitian, subjek dan objek penelitian, variabel


(57)

penelitian, kerangka konsep penelitian, definisi variabel operasional, instrumen penelitian, pelaksanaan penelitian, pengolahan dan analisis proses penelitian.

Pada V berisi tentang pengumpulan dan pengolahan hasil penelitian yang diperoleh dari pengamatan dan pengukuran langsung di departemen drayer PT. Gold Coin Medan-Mill Indonesia sebagai bahan pengolahan data dalam mendukung analisis dan pembahasan hasil guna menyelesaikan permasalahan di perusahaan.

Pada bab VI berisikan tentang analisis dan pembahasan dengan membandingkan hasil penelitian dengan teori-teori yang relevan. Di samping itu diupayakan untuk dapat diberikan perbandingan kondisi kerja aktual dengan kondisi kerja yang diusulkan.

Pada bab VII berisi kesimpulan dan saran terkait hasil identifikasi permasalahan yang diperoleh selama penelitian serta saran-saran yang diusulkan untuk mendukung kinerja perusahaan maupun bagi peneliti yang akan melanjutkan penelitian ini.


(58)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas sarjana ini.

Tugas sarjana ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana teknik di Departemen Teknik Industri, khususnya program studi reguler strata satu, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Adapun judul untuk tugas sarjana ini adalah “Analisis Tingkat Kebisingan untuk Mereduksi Dosis Paparan Bising di PT. Gold Coin Medan-Mill Indonesia”.

Sebagai manusia yang tidak luput dari kesalahan, maka penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan tugas sarjana ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan masukan yang sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan tugas sarjana ini. Semoga tugas sarjana ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri, perpustakaan Universitas Sumatera Utara, dan pembaca lainnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA, MEDAN PENULIS


(59)

UCAPAN TERIMAKASIH

Syukur dan terimakasih penulis ucapkan yang sebesar-besarnya kepada Allah SWT yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk merasakan dan mengikuti pendidikan di Departemen Teknik Industri USU serta telah membimbing penulis selama masa kuliah dan penulisan laporan tugas sarjana ini.

Dalam penulisan tugas sarjana ini penulis telah mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa materil, spiritual, informasi maupun administrasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT. selaku Ketua Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara, yang telah memberi izin pelaksanaan Tugas Sarjana ini.

2. Bapak Ir. Ukurta Tarigan, MT selaku Sekretaris Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara, yang telah memberi izin pelaksanaan Tugas Sarjana

3. Ibu Dr.Eng. Ir. Listiani Nurul Huda, MT selaku Dosen Pembimbing I atas waktu, bimbingan, pengarahan, dan masukan yang diberikan kepada penulis dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini. Bapak Erwin Sitorus ST, MT. selaku Dosen Pembimbing II atas waktu, bimbingan, pengarahan, dan masukan yang diberikan kepada penulis dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini.

4. Ayahanda Suhartono dan Ibunda Sri Wahyuni yang tiada hentinya mendukung penulis baik secara moril maupun materil sehingga laporan ini dapat diselesaikan. Penulis menyadari tidak dapat membalas segala kebaikan


(60)

dan kasih sayang dari keduanya, oleh karena itu izinkanlah penulis memberikan karya ini sebagai ungkapan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta.

5. Bapak Rahmadani selaku Manager dan Bapak Donni selaku penanggung jawab HSE di PT. Gold Coin Medan-Mill Indonesia yang telah memberikan izin dan berbagai fasilitas sehingga memudahkan penulis dalam mengumpulkan data.

6. Seluruh dosen Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan pengajaran selama perkuliahan yang menjadi bekal penulis dalam meyelesaikan penulisan tugas sarjana ini.

7. Staf pegawai Teknik Industri, Bang Nurmansyah, Bang Ridho, Bang Mijo, Kak Dina, Kak Rahma dan Kak Ani, terimakasih atas bantuannya dalam hal penyelesaian administrasi untuk melaksanakan tugas sarjana ini.

8. Kedua Abang saya Feryanto dan Adi Purnama yang selalu membantu dan mendukung penulis untuk secepatnya menyelesaikan laporan ini.

9. Rekan-rekan seperjuangan TA di PT.Gold Coin Medan-Mill Indonesia Wahyu Juliansyah, Muhammad Chaidir dan Ahmad Sholihin yang telah banyak memberi saran kepada penulis dalam menyelesaikan laporan ini. 10.Teman-teman GIELAS yang telah memberi dukungan kepada penulis.

11.Dan seluruh pihak yang telah membantu penulis yang tidak mungkin disebutkan satu per satu, hanya Allah SWT yang dapat membalas kalian semua, Amin.


(61)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

LEMBAR JUDUL ... i LEMBAR PENGESAHAN ... ii SERTIFIKAT EVALUASI TUGAS SARJANA ... iii KATA PENGANTAR ... iv DAFTAR ISI ... vii DAFTAR TABEL ... xii DAFTAR GAMBAR ... xv DAFTAR LAMPIRAN ... xvii ABSTRAK ... xviii

I PENDAHULUAN ... I-1

1.1 Latar Belakang Permasalahan ... I-1 1.2 Perumusan Masalah... I-3 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... I-3 1.4 Batasan Masalah dan Asumsi Penelitian ... I-5 1.5 Sistematika Penulisan Tugas Akhir ... I-6

II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1


(62)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

2.2 Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-2 2.3 Organisasi dan Manajemen Perusahaan ... II-3 2.3.1 Struktur Organisasi ... II-3 2.3.2 Jam Kerja ... II-5 2.4 Proses Produksi ... II-5 2.4.1 Bahan Baku ... II-5 2.4.2 Bahan Tambahan ... II-7 2.4.3 Bahan Penolong ... II-8 2.5 Uraian Proses... II-8

III LANDASAN TEORI ... III-1

3.1 Kebisingan ... III-1 3.2 Jenis-jenis Kebisingan ... III-3 3.3 Pengaruh Kebisingan Terhadap Kesehatan ... III-5 3.4 Pendengaran Manusia ... III-7 3.4.1 Sistem Pendengaran Manusia... III-7 3.4.2 Efek Bising pada Manusia... III-12 3.5 Pengukuran Bunyi ... III-14 3.5.1 Daily Noise Dose (Paparan Bising) ... III-16


(63)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

3.6 Metode Pengumpulan Data ... III-16 3.7 Penentuan Titik Pngukuran ... III-17 3.7.1 Metode Pengukuran Kebisingan ... III-18 3.8 Tingkat Bising Sinambung Equivalen (Leq) ... III-18 3.9 Pengendalian Kebisingan ... III-19 3.9.1 Noise Reduction Oleh Penghalang Exterior ... III-21 3.10 Noise Mapping ... III-21 3.11 Teknik Sampling ... III-22 3.12 Work Sampling ... III-23 3.13 Pengenalan Software Surfer 11.0 ... III-24

IV METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... IV-1 4.2 Jenis Penelitian ... IV-1 4.3 Objek Penelitian ... IV-2 4.4 Jenis dan Sumber Data ... IV-2 4.5 Variabel Penelitian ... IV-2 4.6 Kerangka Konseptual Penelitian ... IV-3 4.7 Variabel Operasional ... IV-3


(64)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

4.8 Instrumen Penelitian ... IV-4 4.9 Prosedur Penelitian ... IV-5 4.10 Pengolahan Data ... IV-6 4.11 Analisis Pemecahan Masalah ... IV-8 4.12 Pelaksanaan Penelitian... IV-9 4.13 Kesimpulan dan Saran ... IV-9

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA... V-1

5.1 Pengukuran Tingkat Kebisingan pada Masing-masing Titik

Pengukuran ... V-1 5.1.1 Hasil Pengkuran Tingkat Kebisingan ... V-2 5.2. Perhitungan Tingkat Kebisingan Equivalen ... V-6

5.2.1 Tingkat Kebisingan Equivalen Pada Setiap Titik

Pengukuran ... V-6 5.2.2 Perhitungan Tingkat Kebisingan Siang Hari (Ls) ... V-8 5.3. Pemetaan Kebisingan (Noise Mapping) ... V-10 5.4. Perhitungan Intensitas Bunyi ... V-12 5.5 Waktu Paparan Maksimum yang Diizinkan... V-22 5.6 Daily Noise Dose (DND) ... V-24


(1)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

1.1 Tingkat Kebisingan Mesin Produksi ... I-2 2.1 Jam Kerja ... II-5 3.1 Derajat Ketulian Menurut OSHA... III-12 5.1 Hasil Pengukuran Tingkat Kebisingan (dB) pada Pukul 08.00 WIB V-3 5.2 Hasil Pengukuran Tingkat Kebisingan (dB)pada Pukul 10.00 WIB V-3 5.3 Hasil Pengukuran Tingkat Kebisingan (dB)pada Pukul 14.00 WIB V-4 5.4 Tingkat Kebisingan (dB) Rata-rata ... V-5 5.5 Hasil Rekapitulasi Tingkat Kebisingan Equivalen (Leq) pada ..

Semua Titik Pengukuran ... V-7 5.6 Hasil Rekapitulasi Tingkat Kebisingan Siang Hari (Ls)... V-9 5.7 Titik Koordinat Pengukuran Tingkat Kebisingan ... V-11 5.8 Hasil Perhitungan Intensitas Bunyi Pukul 08.00 di Setiap

Titik Pengukuran ... V-12 5.9 Hasil Perhitungan Intensitas Bunyi Pukul 10.00 di Setiap

Titik Pengukuran ... V-14 5.10 Hasil Perhitungan Intensitas Bunyi Pukul 14.00 di Setiap

Titik Pengukuran ... V-15 5.11 Hasil Perhitungan Energi Sumber Bunyi Pukul 08.00 di Setiap


(2)

DAFTAR TABEL (Lanjutan)

TABEL HALAMAN

5.13 Hasil Perhitungan Energi Sumber Bunyi Pukul 14.00 di Setiap

Titik Pengukuran ... V-21 5.14 Rekapitulasi Waktu Paparan Maksimum yang Diizinkan ... V-23 5.15 Rekapitulasi Perhitungan Daily Noise Dose/DND ... V-25 5.16 Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi ... V-27 5.17 Perhitungan Regresi Linier ... V-27 5.18 Persamaan Regresi dan Nilai Korelasi antara Tingkat Kebisingan

dengan Paparan Bising ... V-28 5.19 Rekapitulasi Hasil Pengukuran Work dan Idle Operator Minggu I V-29 5.20 Rekapitulasi Hasil Pengukuran Work dan Idle Operator Minggu I I V-30 5.21 Rekapitulasi Perhitungan Akurasi Waktu Produktif ... V-31 5.22 Perhitungan Waktu Produktif Secara Rata-rata ... V-32 5.23 Data Audiometri Operator... V-32 5.24 Derajat Ketulian Menurut OSHA... V-33 5.25 Analisa Hasil Medical Check-UpAudiometri Pekerja ... V-34 6.1 Rekapitulasi Perhitungan Daily Noise Dose/DND ... VI-2 6.2 Hubungan Tingkat Kebisingan dengan Paparan Bising... VI-3 6.3 Perhitungan Waktu Produktif Rata-rata ... VI-4


(3)

DAFTAR TABEL (Lanjutan)

TABEL HALAMAN

6.4 Rekapitulasi Nilai Noise Reduction (NR) ... VI-9 6.5 Deskripsi Dimensi Rancangan ... VI-9 6.6 Perbandingan Tingkat Kebisingan Sebelum dan Sesudah Reduksi VI-10 6.7 Elemen Kerja Pekerja Sebelum dan Sesudah Penanggualngan ... VI-11


(4)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

1.1 Grafik Tingkat Kebisingan pada Penelitian Awal ... I-2 2.1 Proses Supply Chain pada PT. Gold Coin Medan-Mill Indonesia... II-3 2.2 Struktur Organisasi PT.Gold Coin Medan-Mill Indonesia ... II-4 3.1 Sumber Bunyi dan Rentang Frekuensinya ... III-2 3.2 Anatomi Telinga Manusia ... III-7 3.3 Telinga Bagian Luar ... III-8 3.4 Telinga Bagian Tengah ... III-9 3.5 Telinga Bagian Dalam ... III-9 3.6 Mekanisme Perjalanan Suara ... III-10 3.7 Pengurangan Tingkat Kebisingan Akibat Jarak ... III-14 3.8 Skema Pengendalian Bising ... III-19 4.1. Lokasi PT. Gold Coin Medan-Mill Indonesia ... IV-1 4.2 Kerangka Konseptual Penelitian ... IV-3 4.3 Four in One Multi Function Environment Meter ... IV-4 4.4 Meteran ... IV-4 4.5 Mekanisme Pengumpulan Data Penelitian ... IV-6 4.6 BlokDiagramMetodologi Penelitian ... IV-7 4.7 Blok Diagram Pengolahan Data... IV-8


(5)

DAFTAR GAMBAR (Lanjutan)

GAMBAR HALAMAN

5.1 Layout Pengukuran Tingkat Kebisingan pada Departemen Drayer IV-2 5.2 Grafik Tingkat Kebisingan Terhadap Waktu ... V-5 5.3 Grafik Tingkat Kebisingan Equivalen ... V-8 5.4 Grafik Tingkat Kebisingan Siang Hari (Ls)... V-10 5.5 Peta Tingkat Kebisingan pada Departemen Drayer ... V-11 5.6 Waktu Paparan Maksimum yang Diizinkan ... V-24 5.7 Grafik Hasil Perhitungan Daily Noise Dose (DND) ... V-26 5.8 Regresi Paparan Bising Terhadap Tingkat Kebisingan ... V-28 5.9 Grafik Data Audiometri Operator ... V-33 5.10 Noise Mapping ... V-34 6.1 Daily Noise Dose Setiap Operator ... VI-1 6.2 Perbandinga Waktu kerja Aktual denga Waktu Kerja Ideal ... VI-2 6.3 Grafik Data Audiometri Operator ... VI-4 6.4 2D Departemen Drayer Sebelum Penambahan Barrier ... VI-7 6.5 3D Departemen Drayer Sesudah Penambahan Barrier ... VI-7 6.6 3D Mekaisme Pengurangan Tingkat Kebisingan Oleh Barrier ... VI-8 6.7 Rancangan Bentuk Barrier ... VI-9 6.8 Perbandingan Ls Sebelum dan Sesudah Direduksi ... VI-10


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

1. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik

Indonesia No.Per.13/MEN/X/2011 ... L-1 2. Perhitungan Software Surfer 11.0 ... L-2 3. Form Tugas Akhir... L-3 4. Surat Penjajakan... L-4 5. Surat Balasan ... L-5 6. Surat Keputusan Tugas Akhir ... L-6 7. Lembar Asistensi ... L-7