3. Asas tidak menyerahkan pelaku kejahatan politik
4. Asas tidak menyerahkan warga negara.
5. Asas Non Bis In Idem atau Ne Bis In Idem
6. Asas daluwarsa
8
Ekstradisi merupakan jembatan yang yang dapat menghubungkan dua negara atau lebih dalam menghadapi pelaku-pelaku tindak pidana yang menyangkut kepentingan dari dua
negara atau lebih. Khususnya bagi indonesia yang wilayahnya terletak di persimpangan lalu lintas internasional, merupakan sarang empuk bagi para pelaku tindak pidana seperti
penyeludupan, perdagangan gelap manusia dan tenaga kerja, terorisme dan lainnya Oleh karena itu perjanjian –perjanjian ekstradisi dengan negara-negara tetangga dan negara
lainnya, merupakan salah satu kebutuhan yang cukup mendesak. Demikian juga bagi para ahli hukum sudah selayaknya juga memahami tentang ekstradisi sebab ekstradisi sebagian
merupakan hukum nasional khususnya berhubungan erat dengan hukum pidana. Berdasarkan hal yang telah di uraikan di atas, maka penulis tertarik untuk
mempelajari, memahami dan meneliti secara lebih mendalami mengenai praktek negara dalam melakukan pemindahan pelaku tindak pidana. dan penulis menggunakan UU No.1
Tahun 1979 sebagai pedoman. Selanjutnya penulis menyusunnya dalam suatu penulisan hukum yang berjudul:
“PEMINDAHAN PELAKU TINDAK PIDANA DARI SUATU NEGARA KE NEGARA
.
B. Perumusan Masalah
Berlatar belakang pada uraian di atas, maka maka ada beberapa pokok permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana prosedur ekstradisi menurut UU No 1 Tahun 1974?
8
Ibid, Halaman.172.
2. Apa saja jenis kejahatan yang dapat dimintakan untuk dilakukan pemindahan
pelaku tindak pidana ekstradisi?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, selain itu berdasarkan
permasalahan yang dikemukakan di atas, maka tujuan yang hendak dicapai oleh penulis dalam penulisan ini adalah :
1. Untuk mengetahui prosedur ataupun tata cara melakukan ekstradisi.
2. Untuk mengetahui jenis kejahatan-kejahatan yang dapat dilakukan permintaan
pemindahan pelaku tindak pidana Sedangkan manfaat dari penulisan ini adalah :
1. Secara teoritis, untuk menambah pengetahuan penulis tentang bagaimana
Tanggung Jawab Negara Dalam Melakukan Pemindahan Pelaku Tindak Pidana Dari suatu Negara Ke Negara Lain
2. Secara praktis, untuk dapat memberikan sumbangan pemikiran juridis dan
masukan-masukan yang bermanfaat demi perkembangan ilmu pengetahuan terhadap pemindahan pelaku tindak pidana dari suatu negara ke negara lain.
D. Keaslian Penulisan
Penulisan skripsi ini berjudul “pemindahan pelaku tindak pidana dari suatu negara ke negara lain”. Setelah melakukan penelusuran ke perpustakaan fakultas dan
Perpustakaan Universitas Sumatera Utara, hal ini belum pernah dingkat ataupun ditulis, kalaupun ada substansi pembahasannya berbeda dengan pembahasan yang dipaparkan
dalam skripsi ini. Dengan demikian keaslian penulisan skripsi ini dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Penulis menyusun skripsi ini melalui referensi buku-buku, media cetak dan elektronik dan bantuan dari berbagai pihak.
D. Tinjauan Kepustakaan
1. Pengertian Tindak pidana
Tindak pidana adalah perbuatan yang melanggar yang dimana diatur oleh aturan hukum yang diancam dengan sanksi pidana. Tindak pidana merupakan terjemahan dari istilah
Het Strafbaar Feit
9
a Perbuatan yang dapatboleh dihukum
. Akan tetapi ada beberapa terjemahan dari Het Strafbaar Feit, yaitu:
b Peristiwa pidana
c Perbuatan pidana
d Tindak pidana
Beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para sarjana mengenai istilah Het Strafbaar Feit antara lain
10
a vos
:
Merumuskan Tindak Pidana adalah suatu kelakuan manusia yang dilarang dan oleh undang-undang diancam dengan pidana.
b Pompe
Merumuskan bahwa Tindak Pidana adalah suatu pelanggaran kaidah, gangguan terhadap ketertiban hukum, terhadap mana pelaku mempunyai kesalahan untuk mana
pemidanaan adalah hal yang wajar untuk menyelenggarakan ketertiban hukum dan menjamin kesejahteraan hukum.
c E. Utrecht
9
S.R.Sianturi, Asas-Asas Hukum Pidana Indonesia dan Penerapannya, Alumni Ahaem Petehaem, Jakarta, 1996, halaman.117-119.
10
Ibid, halaman 119-120.
Menerjemahkan bahwa tindak Pidana adalah istilaah peristiwa pidana yang sering juga ia sebut dengan delik, karena peristiwa itu suatu peristiwa handelen doen- positif
atau suatu melalaikan nalaten-negatif, maupun akibatnya keadaan yang ditimbulkaan oleh perbuatan orang. Peristiwa pidana merupakan suaatu peristiwa hukum, yaitu
peristiwa kemasyarakatan yang membawa akibat yang diatur oleh hukum
11
Para sarjana Indonesia juga telah memberikan defenisi mengenai tindak pidana, yaitu
.
12
a Karni mendefinisikan tindak pidana sebagai perbuatan yang boleh dihukum
:
b R.Tresna mendefenisikan tindak pidana sebagai peristiwa pidana.
c Moelyatno mendefenisikan tindak pidana sebagai perbuatan yang dilarang oleh suatu
aturan hukum, larangan yang mana disertai sanksi berupa pidana tertentu bagi barang siapa yang melanggar aturan tersebut. Dapat juga dikatakan perbuatan pidana adalah
perbuatan yang dilarang hukum dan diancam pidana asal saja dalam hal itu diingat bahwa larangan ditujukan pada perbuatan keadaan yang ditimbulkan oleh kelakuan
orang, sedangkan ancaman pidanannya ditujukan pada orang yang menimbulkan kejahatan.
d Wirdjono Prodjodikoro mendefenisikan tindak pidana sebagai suatu perbuatan yang
pelakunya dapat dikenakan hukuman pidana dan pelakunya dapat dikenakan hukuman pidana serta pelakunya juga dapat dikatakan merupakan subjek tindak pidana.
Kitab undang-undang hukum pidana dapat dijabarkan kedalaam unsur-unsur yang dapat dibagi menjadi 2 unsur yakni : unsur subjektif dan unsur objektif.
1. Unsur Subjektif
11
Evi,Hartanti, Tindak Pidana Korupsi, Sinar Grafika, Semarang, 2005, halaman 5.
12
S.R. Sianturi, Loc. Cit, halaman. 117-119.
Unsur –unsur yang melihat pada diri si pelaku atau yang berhubungan dengan diri sipelaku dan termaksud kedalamnya yaitu segala sesuat yang terkandung di dalam hati
sipelaku.unsur-unsur tersebut meliputi: a
Kesegajaan atau ketidak sengajaan dolus atau culpa b
Maksud voornemen pada suatu percobaan poging, seperti yang dimaksud dalam pasal 53 ayat 1 KUHP.
c Macam-macam maksud oogmerk, seperti yang dimaksud di terdapat dalam
kejahatan pencurian,penipuan,pemalsuan,dll. d
Merencanakan lebih dahulu voorbedachte road seperti yang terdapat dalam kejahatan pembunuhan menurut pasal 340 KUHP.
e Perasaan takut uness seperti yang terdapat dalam rumusan tindak pidana menurut
pasal 308 KUHP. 2.
Unsur Objektif Unsur-unsur yang ada hubungannya dengan keadaan-keadaan yaitu didalam keadaan-
keadaan mana tindakan dari si pelaku harus dilakukan unsur tersebut meliputi: a
Sifat melanggar hukum b
Kualitas dari sipelaku c
Kausalitas yakni hubungan antara sesuatu tindakan sebagai penyebab dengan
sesuatu kenyataan sebagai suatu akibat. 2. Pengertian Ekstradisi
Eksradisi berasal dari bahasa latin extradere kata kerja yang terdiri dari kata ex yang artinya;keluar dan Tradere,artinya: memberikanmenyerahkan, kata ini lebih dikenalatau
biasanya digunakan terutama dalam penyerahan pelaku kejahatan dari suatu negara kepada
negara peminta. Ekstradisi merupakan penyerahan secara formal seseorang oleh suatu negara kepada negara lain guna penuntutan atau dijatuhi hukuman
13
Menurut starke, istilah ekstradisi menunjukan suatu proses dimana berdasarkan suatu perjanjian atau atas dasar timbal balik suatu negara menyerahkan kepada negara lain, atas
permintaan negara terakhir ini, seseorang yang dituduh atau dihukum karena suatu tindak pidana yang melanggar hukum negara peminta yang berwenang mengadili orang yang
diserahkan .
14
Istilah ekstradisi menunjukkan kepada proses dimana berdasarkan traktat atau atas dasar resiprositas suatu negara menyerahkan kepada negara lain atas permintaannya
seseorang yang dituduh atau dihukum karena melakukan tindak pidana kejahatan yang dilakukan terhadap hukum negara yang mengajukan permintaan, negara yang meminta
ekstradisi memiliki kompetensi untuk mengadili tertuduh pelaku tindak pidana tersebut .
15
Adanya permintaan ekstradisi oleh suatu negara ke negara lain didasarkan pada 4 hal yaitu
. Menurut Undang-Undang No. 1 tahun 1979, bahwa pengertian Ekstradisi adalah:
“Penyerahan oleh suatu negara kepada negara yang meminta penyerahan seseorang yang disangka atau dipidana karena melakukan kejahatn di luar wilayah negara yang
menyerahkan dan di dalam yuridiksi wilayah negara yang meminta penyerahan tersebut, karena berwenang untuk mengadili dan memidananya”.
16
1. Perundang-Undangan Nasional
:
Pada abad ke-19 banyak negara yang telah menetapkan uu ekstradisi. Dalam penetapan tersebut, sebagian mereka dipengaruhi keinginan untuk menyelamatkan
13
Adami Chazawi, Hukum pidana materil dan Formil Korupsi di Indonesia. Bayumedia, Malang ,2005, halaman 3.
14
Eddy Damian, Kapita Selekta Hukum Internasional, Bandung:Alumni,1991,halaman 67
15
J.G. Starke, Pengantar Hukum Internasional Edisi Kesepuluh, Sinar Grafika, Jakarta, 2007, halaman. 469.
16
Ekstradisi, diakses dari situs http:www.interpol.go.id tanggal 17 februari 2011
kemerdekaan seseorang dan sebagian lagi oleh pandangan mereka, bahwa segala hukum pidana dan prosedur harus didasarkan pada perundang-undangan.
2. Perjanjian Ekstradisi
Menetapkan perjanjiaan ekstradisi, selanjutnya diteruskan dengan usaha membuat perjanjian atau konvensi untuk mengadakan keseragaman.
3. Perluasan konvensi Internasional
Ekstradisi dapat didasarkan atas perluasan suatu konvensi tertentu yang menyatakan bahwa ekstradisi dapat diberikan dalam hal pelanggaran yang disebut
dalam perjanjian. 4.
Tata Krama Internasional Dalam hal ini tidak terdapat hukum, perjanjian atau konvensi yang mengatur
sebagaimana tersebut diatas, ekstradisi dapat dilaksanakan atas dasar suatu tata krama oleh negaraa terhadap negara yang lain disebut “Disguished Extradition.
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan Masalah
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif, yaitu penelitian yang dilakukan terhadap asas-asas hukum, penelitian terhadap sistematika hukum,
penelitian terhadap taraf sinkronisasi hukum dan penelitian sejarah hukum. Penelitian ini dilakukan dengan cara meneliti bahan-bahan kepustakaan yang relevan dengan
permasalahan yang sedang diteliti. Penelitian yurisid normatif melihat hukum dalam arti normatif law in the book.
17
2. Sumber Data
17
Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif : suatu Tinjauan singkat, Rajawali Press, Jakarta, 2001, halaman.52.
Adapun data yang dikumpul dalam penulisan skripsi ini dilakukan dengan pengumpulan data primer dan data sekunder. Pengumpulan data sekunder dibagi atas
3 tiga, yaitu: a.
Bahan Hukum Primer, yaitu bahan-bahan hukum mengikat, seperti perundang- undangan,sumber-sumber hukum nasional dan sumber hukum internasional
b. Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan-bahan hukum yang erat kaitannya
dengan bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisa dan memahami bahan hukum primer.
c. Bahan Hukum Tertier, yaitu bahan-bahan hukum yang memberikan informasi
dan penjelasan mengenai bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. 3.
Teknik Pengumpulan Data a.
Library Research Studi Kepustakaan, yaitu mempelajari dan menganalisa secara sistematika buku-buku, peraturan perundang-undangan, catatan kuliah
dan sumber literatur lainnya yang berhubungan dengan materi yang dibahas dalam skripsi ini sehingga diperoleh data ilmiah sebagai bahan dalam uraian
teoritis. 4.
Analisis Data, Analisa data dalam penulisan ini menggunakan data kualitatif, yaitu suatu analisi data secara jelas serta diuraikan dalam bentuk kalimat sehingga
diperoleh gambaran yang jelas yang berhubungan dengan skripsi ini.
G. Sistematika Penulisan