HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil

Pengamatan terhadap berbagai perlakuan penelitian selama 60 hari menunjukkan adanya pengaruh jamur busuk akar pada bibit tanaman sengon. Pengaruh ini berbeda tergantung pada perlakuan inokulasi, patogenitas jamur busuk akar. Adapun pengaruh luar termasuk galat saat penelitian dilakukan terjadi namun pengaruh tersebut sedikit dan tidak mempengaruhi keseluruhan penelitian secara nyata.

4.1.1. Hasil Pertumbuhan Tanaman

Pengamatan selama 60 hari selama penelitian menunjukkan bahwa secara umum perlakuan tanpa inokulasi perlakuan 1sampai dengan 10 memiliki pertumbuhan yang lebih baik dibanding perlakuan inokulasi perlakuan 11 sampai dengan 25. Data tersebut juga menunjukkan bahwa stres tanaman setelah penyapihan cukup mempengaruhi pertumbuhan setidaknya pada satu minggu pertama setelah penyapihan. Pengaruh yang paling nyata adalah dari parameter pertambahan jumlah anak daun, dimana satu minggu pertama pengamatan keseluruhan perlakuan mengalami penurunan jumlah anak daun. Pada perlakuan tanpa inokulasi, rataan jumlah anak daun yang didapat tepat setelah penyapihan dilakukan adalah 27,92 helai dan pengamatan yang dilakukan antara hari ke-3 dan seminggu setelah penyapihan menunjukkan penurunan rataan jumlah anak daun menjadi 23,35 helai. Sedangkan rataan pertumbuhan jumlah anak daun pada perlakuan inokulasi pada tepat setelah penyapihan dan beberapa hari setelahnya tidak menunjukkan perbedaan mencolok, dimana, rataan jumlah anak daun tepat setelah penyapihan adalah 15,14 helai dan rataan jumlah anak daun beberapa hari setelahnya adalah 13,64 helai. Penurunan rataan tinggi dan jumlah anak daun yang terjadi pada bibit sengon terjadi karena stress bibit akibat perpindahan media. Secara lengkap rataan pertumbuhan ditunjukan oleh Tabel 2. Tabel 2. Rataan pertambahan tinggi dan anak daun bibit sengon selama 60 hari No. Perlakuan Rataan pertumbuhan tiap pengamatan Tinggi cm Anak Daun helai Bln 1 Bln 2 Bln 1 Bln 2 1. Pemotongan akar tanpa foodbase 17,21 18,89 23,31 20,34 2. Tanpa potong tanpa foodbase 18,82 18,83 29,64 37,02 3. Potongan 3cm tanpa potong 20,35 21,69 26,55 24,09 4. Potongan 4cm tanpa potong 21,35 21,79 21,35 22,78 5. Potongan 5cm tanpa potong 18,18 20,29 22,68 19,97 6. Potongan 3cm potong akar 19,95 20,80 28,26 26,75 7. Potongan 4cm potong akar 20,33 22,19 25,58 22,88 8. Potongan 5cm potong akar 7,72 9,19 21,53 25,35 9. PDA tanpa potong 16,44 18,85 21,33 24,48 10. PDA potong akar 8,58 9,34 22,67 24,50 11. Potongan 3cm SP1 tanpa potong 15,40 12,21 31,53 28,00 12. PDA SP1 tanpa potong 12,25 9,71 32,15 27,21 13. Potongan 3cm SP1 potong akar 11,36 9,85 29,23 25,41 14. PDA SP1 potong akar 13,85 11,07 35,69 28,44 15. Potongan 4cm SP1 tanpa potong 12,64 11,31 32,27 28,72 16. Potongan 4cm SP1 potong akar 10,09 9,01 22,39 23,19 17. Potongan 5cm SP1 tanpa potong 8,89 7,93 27,00 25,36 18. Potongan 5cm SP1 potong akar 11,33 10,60 25,58 18,21 19. Potongan 4cm SP2 tanpa potong 18,55 12,90 29,17 16,92 20. Potongan 4cm SP2 potong akar 14,78 11,83 34,42 19,42 21. PDA SP2 tanpa potong 18,78 9,52 34,33 18,25 22. PDA SP2 potong akar 15,00 9,78 26,67 17,58 23. Potongan 3cm SP2 tanpa potong 17,02 10,90 31,17 17,42 24. Potongan 3cm SP2 potong akar 14,52 8,78 35,58 18,17 Tabel 3. Rataan pertumbuhan tepat setelah dan seminggu setelah penyapihan No. Perlakuan Rataan pertumbuhan tepat setelah dan seminggu setelah penyapihan Tinggi cm Anak Daun helai Setelah 1 Minggu Setelah 1 Minggu 1. Pemotongan akar tanpa foodbase 16,87 16,58 23,93 22,60 2. Tanpa potong tanpa foodbase 19,38 18,50 20,43 32,50 3. Potongan 3cm tanpa potong 19,94 20,36 26,43 25,87 4. Potongan 4cm tanpa potong 24,73 20,52 21,47 21,27 5. Potongan 5cm tanpa potong 19,03 17,99 24,20 21,67 6. Potongan 3cm potong akar 21,46 20,32 25,57 24,88 7. Potongan 4cm potong akar 20,36 20,38 25,70 25,10 8. Potongan 5cm potong akar 7,08 8,10 20,00 21,75 9. PDA tanpa potong 16,75 15,85 21,50 20,75 10. PDA potong akar 8,39 8,56 23,08 22,17 11. Potongan 3cm SP1 tanpa potong 19,18 14,22 32,67 33,08 12. PDA SP1 tanpa potong 13,97 12,89 27,08 36,17 13. Potongan 3cm SP1 potong akar 9,48 15,11 11,42 39,00 14. PDA SP1 potong akar 16,78 12,73 35,00 38,25 15. Potongan 4cm SP1 tanpa potong 11,67 13,93 18,00 44,00 16. Potongan 4cm SP1 potong akar 8,90 10,92 15,17 27,33 17. Potongan 5cm SP1 tanpa potong 8,89 9,40 19,00 32,42 18. Potongan 5cm SP1 potong akar 11,03 11,63 26,08 25,08 19. Potongan 4cm SP2 tanpa potong 18,55 18,85 29,17 29,08 20. Potongan 4cm SP2 potong akar 14,78 11,83 34,42 31,83 21. PDA SP2 tanpa potong 18,78 19,03 34,33 18,25 22. PDA SP2 potong akar 15,00 15,41 26,67 17,58 23. Potongan 3cm SP2 tanpa 17,02 17,51 31,17 30,83 potong 24. Potongan 3cm SP2 potong akar 14,52 14,83 35,58 33,92 Hasil yang ditunjukan oleh Tabel 2 dan Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan tanpa inokulasi memiliki pertumbuhan jumlah anak daun bibit yang lebih stabil dan positif bila dibandingkan dengan perlakuan inokulasi. Pada perlakuan inokulasi keterhambatan pertumbuhan jumlah daun dialami oleh hampir seluruh bibit, walaupun begitu ada keterhambatan pertumbuhan anak daun pada perlakuan tanpa inokulasi. Perlakuan tanpa inokulasi tersebut diantaranya adalah perlakuan potong akar tanpa foodbase nomor 1, foodbase potongan kayu 3 cm tanpa pemotongan akar nomor 3, foodbase potongan kayu 5 cm tanpa pemotongan akar nomor 5, foodbase potongan 3cm dengan potong akar nomor 6 dan foodbase potongan 3cm dengan pemotongan akar nomor 7 yang masing- masing mengalami penurunan rataan jumlah daun sebesar 2,97; 2,46; 2,71; 1,51 dan 2,70 helai untuk hasil selisih rataan bulan pertama dan kedua. Penyebab terjadinya penurunan lebih dikarenakan faktor eksternal yang bervariasi diantaranya adalah ulat daun hijau Eurema hecabe dan kutu daun putih Paracoccus marginatus. Pengukuran pertambahan anak daun dilakukan dengan menghitung selisih jumlah anak daun dengan pengukuran sebelumnya. Gambar 3 Hama yang ditemukan pada bibit sengon A. Paracoccus marginatus; B. Eurema hecabe. Pada pengukuran tinggi bibit sengon, perlakuan tanpa inokulasi menunjukkan hasil yang lebih baik bila dibandingkan dengan perlakuan inokulasi. Hasil pertumbuhan tinggi terbaik didapatkan dari perlakuan tanpa inokulasi dengan potongan kayu 5cm tanpa potong akar sebesar 2,11 cm sedangkan rataan pertumbuhan terburuk dengan disertai kematian banyak pucuk tertinggi A B 5 1 0 1 5 2 0 2 5 3 0 3 5 4 0 B l n 1 M g 2 B l n 1 M g 4 B l n 2 M g 2 B l n 2 M g 4 t i n g g i c m 5 10 15 20 25 30 35 40 Bln 1 Mg 2 Bln 1 Mg 4 Bln 2 Mg 2 Bln 2 Mg 4 5 10 15 20 25 30 35 40 Bln 1 Mg 2 Bln 1 Mg 4 Bln 2 Mg 2 Bln 2 Mg 4 5 10 15 20 25 30 35 40 Bln 1 Mg 2 Bln 1 Mg 4 Bln 2 Mg 2 Bln 2 Mg 4 tinggi cm jumlah leaflets helai 5 10 15 20 25 30 35 40 B ln 1 Mg 2 Bln 1 Mg 4 Bln 2 Mg 2 Bln 2 Mg 4 5 1 0 1 5 2 0 2 5 3 0 3 5 4 0 B ln 1 Mg 2 Bln 1 Mg 4 Bln 2 M g 2 Bln 2 M g 4 didapatkan dari perlakuan inokulasi Ganoderma SP2 dengan foodbase PDA tanpa pemotongan akar sebesar -9,26 cm. Sama seperti pengukuran rataan pertumbuhan anak daun bibit sengon, pengukuran rataan pertumbuhan tinggi bibit sengon merupakan hasil selisih rataan bulan pertama dan kedua. B C D E F G H A 5 10 15 20 25 30 35 40 Bln 1 Mg 2 Bln 1 Mg 4 Bln 2 Mg 2 Bln 2 Mg 4 tinggi cm jumlah leaflets helai 5 10 15 20 25 30 35 40 Bln 1 Mg 2 Bln 1 Mg 4 Bln 2 Mg 2 Bln 2 Mg 4 tinggi cm jumlah leaflets helai 5 10 15 20 25 30 35 40 Bln 1 Mg 2 Bln 1 M g 4 B ln 2 Mg 2 Bln 2 M g 4 5 10 15 20 25 30 35 40 Bln 1 Mg 2 Bln 1 Mg 4 Bln 2 Mg 2 Bln 2 Mg 4 5 10 15 20 25 30 35 40 Bln 1 Mg 2 Bln 1 Mg 4 Bln 2 Mg 2 Bln 2 Mg 4 5 10 15 20 25 30 35 40 Bln 1 Mg 2 Bln 1 Mg 4 Bln 2 Mg 2 Bln 2 Mg 4 Keterangan: A . Pemotongan akar tanpa foodbase; B.Tanpa potong tanpa foodbase; C. Potongan 3cm tanpa potong; D. Potongan 4cm tanpa potong; E. Potongan 5cm tanpa potong; F. Potongan 3cm potong akar; G. Potongan 4cm potong akar; H. Potongan 5cm potong akar. Gambar 4 Pertambahan tinggi cm dan jumlah anak daun helai bibit sengon dari perlakuan A sampai dengan perlakuan H. I J K L M N 5 10 15 20 25 30 35 40 Bln 1 Mg 2 Bln 1 Mg 4 Bln 2 Mg 2 Bln 2 Mg 4 tinggi cm 5 10 15 20 25 30 35 40 Bln 1 Mg 2 Bln 1 Mg 4 Bln 2 Mg 2 Bln 2 Mg 4 tinggi cm 5 10 15 20 25 30 35 40 Bln 1 Mg 2 Bln 1 Mg 4 Bln 2 Mg 2 Bln 2 Mg 4 tinggi cm jumlah leaflets helai 5 10 15 20 25 30 35 40 Bln 1 Mg 2 Bln 1 Mg 4 Bln 2 Mg 2 Bln 2 Mg 4 tinggi cm jumlah leaflets helai 5 10 15 20 25 30 35 40 Bln 1 Mg 2Bln 1 Mg 4Bln 2 Mg 2Bln 2 Mg 4 5 10 15 20 25 30 35 40 Bln 1 Mg 2 Bln 1 Mg 4 Bln 2 Mg 2 Bln 2 Mg 4 5 10 15 20 25 30 35 40 Bln 1 Mg 2 Bln 1 Mg 4 Bln 2 Mg 2 Bln 2 Mg 4 5 10 15 20 25 30 35 40 Bln 1 Mg 2 B ln 1 Mg 4 Bln 2 Mg 2 Bln 2 Mg 4 tinggi cm 5 10 15 20 25 30 35 40 Bln 1 Mg 2 Bln 1 Mg 4 Bln 2 Mg 2 Bln 2 Mg 4 O P Keterangan: I . PDA tanpa potong; J. PDA potong akar; K. potongan 3cm SP1 tanpa potong; L. PDA SP1 tanpa potong; M . potongan 3cm SP1 potong akar; N. PDA SP1 potong akar; O. potongan 4cm SP1 tanpa potong; P. potongan 4cm SP1 potong akar. Gambar 5 Pertambahan tinggi cm dan jumlah anak daun helai bibit sengon dari perlakuan I sampai dengan perlakuan P. Q R S T U V 5 10 15 20 25 30 35 40 Bln 1 Mg 2 B ln 1 Mg 4 Bln 2 Mg 2 Bln 2 Mg 4 tinggi cm jumlah leaflets helai 5 10 15 20 25 30 35 40 Bln 1 Mg 2 B ln 1 Mg 4 Bln 2 Mg 2 Bln 2 Mg 4 tinggi cm 5 10 15 20 25 30 35 40 Bln 1 Mg 2 B ln 1 Mg 4 Bln 2 Mg 2 Bln 2 Mg 4 tinggi cm jumlah leaflets helai W X Keterangan: Q . potongan 5cm SP1 tanpa potong; R. potongan 5cm SP1 potong akar; S. potongan 4cm SP2 tanpa potong; T . potongan 4cm SP2 potong akar; U. PDA SP2 tanpa potong; V. PDA SP2 potong akar; W. potongan 3cm SP2 tanpa potong; X. potongan 3cm SP2 potong akar. Gambar 6 Pertambahan tinggi cm dan jumlah anak daun helai bibit sengon dari perlakuan Q sampai dengan perlakuan X. Perkembangan bibit sengon dari berbagai perlakuan yang diaplikasikan seperti pada gambar di atas menunjukkan bahwa perlakuan inokulasi jamur busuk akar pada bibit sengon mempengaruhi pertumbuhan bibit sengon. Gejala ini umumnya muncul pada bulan kedua. Pada mulanya bibit sengon terlihat merana dan kemudian diikuti dengan kerontokan daun dan kematian pucuk pertama. Gejala ini akan semakin tampak pada pengamatan-pengamatan berikutnya. Pada akhir bulan kedua, tercatat beberapa jamur busuk akar memunculkan tubuh buahnya. A B Gambar 7 A. Tubuh buah Ganoderma spp. Yang muncul pada polybag bibit sengon; B. Potongan akar yang membusuk yang disebabkan infeksi jamur busuk akar. Gambar 8 A. Pertambahan tinggi cm dan jumlah anak daun helai bibit sengon pada perlakuan tanpa inokulasi; B. Pertambahan tinggi dan jumlah anak daun bibit sengon pada perlakuan inokulasi. A B

4.1.2. Perbandingan Hasil Berbagai Aplikasi Perlakuan

Penelitian ini memiliki berbagai perlakuan yang diaplikasikan kepada bibit sengon. Perlakuan-perlakuan tersebut adalah pemotongan akar, variasi ukuran potongan kayu, variasi jenis foodbase dan variasi jenis Ganoderma sp.. Perbandingan pertumbuhan terhadap berbagai jenis aplikasi perlakuan akan menunjukkan nyata atau tidaknya pengaruh tiap perlakuan terhadap pertumbuhan bibit sengon.

4.1.2.1. Perbandingan Pengaruh Jenis Ganoderma spp.

Perhitungan terhadap perlakuan ini dilakukan dengan membandingkan pertumbuhan antara bibit sengon yang diinokulasikan Ganoderma SP1 dengan bibit sengon yang diinokulasikan dengan Ganoderma SP2. Hasil tersebut menunjukkan bahwa jamur Ganoderma SP2 lebih bersifat patogenik dibanding jamur Ganoderma SP1. Hal tersebut dapat terlihat dari rataan pertumbuhan bibit sengon baik pada parameter jumlah anak daun maupun tinggi. A B Gambar 9 A. Pertambahan tinggi dan jumlah anak daun bibit sengon pada perlakuan inokulasi dengan jamur Ganoderma SP1; B. Pertambahan tinggi dan jumlah anak daun bibit sengon pada perlakuan inokulasi dengan jamur Ganoderma SP2.

4.1.2.2. Perbandingan Pengaruh Pemotongan Akar

Perhitungan perbandingan pengaruh pemotongan akar dilakukan untuk membandingkan pertumbuhan antara bibit sengon dengan pemotongan akar dan bibit sengon tanpa pemberian pemotongan akar. Hasil pada parameter pertambahan jumlah anakan daun menunjukkan bahwa bibit sengon pada perlakuan inokulasi yang diberikan pemotongan akar memiliki selang pertambahan daun -3,19 sampai -8,68. Pertambahan jumlah anak daun pada bibit tanpa pemotongan akar memiliki selang antara -3,58 sampai -9,07. Nilai minus ini terjadi akibat berkurangnya rataan jumlah anak daun pada bibit antara perhitungan awal pengamatan dan akhir pengamatan pada penelitian. Namun, hasil tersebut menunjukkan bahwa rataan perhitungan jumlah anak daun pada bibit yang dipotong akarnya memiliki hasil yang lebih baik dibanding rataan jumlah anakan daun pada bibit sengon tanpa pemotongan akar. Rataan nilai pertambahan jumlah daun bibit sengon pada perlakuan inokulasi dengan pemotongan akar adalah -5,94. Rataan nilai pertambahan jumlah daun bibit sengon pada perlakuan inokulasi tanpa pemotongan akar adalah -6,32. Nilai rataan ini menunjukkan bahwa rataan pertambahan daun bibit sengon yang dipotong akarnya lebih baik dibanding rataan pertambahan daun bibit sengon yang tidak dipotong akarnya. Hasil pada perlakuan inokulasi menunjukkan bahwa bibit sengon dengan pemotongan akar memiliki nilai rataan pertambahan anak daun yang lebih besar dibandingkan dengan bibit sengon tanpa pemotongan akar. Pada bibit sengon dengan pemotongan akar rataan pertambahan anak daunnya adalah 5,10 sedangkan rataan pertambahan anak daun pada bibit sengon tanpa pemotongan akar hanya 0,60. Tabel 4. Rataan dan selang pertambahan jumlah anak daun bibit sengon pada perlakuan inokulasi pada pengamatan perlakuan akar Hasil rataan pertumbuhan bibit sengon pada parameter tinggi menunjukkan hasil yang sama seperti pada parameter daun di mana bibit sengon dengan perlakuan pemotongan akar menunjukkan hasil yang lebih positif dibanding bibit sengon yang tidak dipotong akarnya. Pada perlakuan inokulasi, No. Perlakuan akar Rataan helai Selang kepercayaan 95 Batas bawah Batas atas 1. Dengan potong akar -5,94 -8,69 -3,19 2. Tanpa potong akar -6,32 -9,07 -3,58 bibit sengon yang dipotong akarnya memiliki selang pertambahan tinggi antara - 0,75 sampai -3,65, sedangkan selang pertambahan tinggi pada bibit sengon yang tidak dipotong akarnya adalah antara -1,59 sampai -4,48. Rataan nilai pertambahan tinggi bibit sengon pada perlakuan inokulasi dengan pemotongan akar adalah -2,20 sedangkan Rataan nilai pertambahan tinggi bibit sengon pada perlakuan inokulasi tanpa pemotongan akar adalah -3,04. Nilai tersebut menunjukkan bahwa seperti pada pertambahan anak daun pemotongan akar juga memberikan hasil yang lebih positif dibanding pertambahan tinggi bibit sengon yang tidak dipotong akarnya. Tabel 5. Rataan dan selang pertambahan tinggi bibit sengon pada perlakuan inokulasi pada pengamatan perlakuan akar Pada perlakuan tanpa inokulasi rataan pertambahan tinggi bibit sengon yang dipotong akarnya memiliki hasil yang lebih besar dibanding bibit sengon yang tidak dipotong akarnya. Nilai rataan pertambahan tinggi bibit sengon dengan pemotongan akar adalah 1,78 cm dan 1,55 cm pada pertambahan tinggi bibit sengon tanpa pemotongan akar. Hasil pada rataan pertambahan jumlah anak daun dan pertambahan tinggi bibit sengon dengan jelas menunjukkan bahwa pemotongan akar berkorelasi positif dengan pertumbuhan bibit sengon. No. Perlakuan akar Rataan cm Selang kepercayaan 95 Batas bawah Batas atas 1. Dengan potong akar -2,20 -3,65 -0,75 2. Tanpa potong akar -3,03 -4,48 -1,59 A B Gambar 10 A. Pertambahan tinggi dan jumlah anak daun bibit sengon pada perlakuan pemotongan akar; B. Pertambahan tinggi dan jumlah anak daun bibit sengon pada perlakuan tanpa pemotongan akar.

4.1.2.3. Perbandingan Pengaruh Ukuran Potongan Kayu

Dalam penelitian ini, selain terdapat perlakuan akar juga terdapat perlakuan diferensiasi ukuran foodbase potongan kayu. Potongan kayu yang diaplikasikan pada bibit sengon adalah potongan kayu dengan panjang 5 cm namun dengan ukuran diameter yang saling berbeda. Ukuran diameter potongan kayu dalam penelitian ini adalah 3, 4 dan 5 cm. Semua ukuran diameter yang bervariasi tersebut disebar merata pada tiap perlakuan sehingga perlakuan- perlakuan tersebut mendapatkan tiap ukuran potongan kayu secara seimbang. Hasil perhitungan terhadap pengaruh ukuran foodbase pada pertambahan jumlah anak daun bibit sengon menunjukkan bahwa bibit sengon berturut-turut lebih terhambat pada potongan kayu ukuran diameter 3, 4 dan 5 cm. Pada ukuran potongan kayu 5 cm selang rataan pertambahan jumlah anak daun adalah antara 0,74 sampai -7.02, sedangkan untuk ukuran potongan kayu 4 cm selang rataan pertambahan jumlah anak daunnya antara -2,31 sampai -8,65. Rataan terburuk pada pertambahan jumlah daun adalah pada potongan kayu ukuran 3 cm dengan selang antara -5,61 sampai -11,94. Nilai selang tersebut merupakan hasil perhitungan pada baik perlakuan tanpa inokulasi maupun perlakuan inokulasi. Nilai minus terjadi karena tingkat keguguran anak daun pada perlakuan inokulasi jauh lebih nyata dibanding nilai pertambahan anak daun pada perlakuan tanpa inokulasi. Nilai rataan pertambahan jumlah anak daun untuk ukuran diameter potongan kayu 5 cm adalah -3,14; untuk ukuran diameter potongan kayu 4 cm adalah -5,48 dan untuk ukuran diameter potongan kayu 5 cm adalah -8,78. Hasil tersebut dapat terlihat pada Tabel 8 di bawah. Pengamatan terhadap parameter pertambahan tinggi bibit sengon menunjukkan hasil yang sama seperti pada parameter pertambahan jumlah anak daun bibit sengon. Pada perhitungan terhadap hasil pengamatan parameter tinggi, nilai terbesar pertambahan tinggi bibit sengon adalah pada potongan kayu diameter ukuran 5 cm, kemudian disusul potongan kayu diameter ukuran 4 cm dan yang terakhir adalah potongan kayu diameter ukuran 3 cm. Selang rataan pertambahan tinggi untuk ketiga ukuran diameter tersebut adalah 2,68 cm sampai -1,43 cm untuk potongan kayu ukuran diameter 5 cm, -0,87 cm sampai -4,22 cm untuk potongan kayu ukuran diameter 4 cm dan -3,28 cm sampai -6,53 cm untuk potongan kayu ukuran diameter 3 cm. Gambar 11 A. Pertambahan tinggi dan jumlah anak daun bibit sengon pada perlakuan foodbase potongan kayu ukuran diameter 3 cm; B. Pertambahan tinggi dan jumlah anak daun bibit sengon pada perlakuan foodbase potongan kayu ukuran diameter 4 cm; C. Pertambahan tinggi dan jumlah anak daun bibit sengon pada perlakuan foodbase potongan kayu ukuran diameter 5 cm. Tabel 6. Rataan dan selang pertambahan jumlah anak daun bibit sengon pada perlakuan inokulasi pada pengamatan diferensiasi ukuran diameter potongan kayu No. Ukuran potongan kayu Rataan helai Selang kepercayaan 95 Batas bawah Batas atas 1. 5 cm -3,14 -7,02 0,74 2. 4 cm -5,48 -8,65 -2,31 3. 3 cm -8,78 -11,94 -5,61 A B C Perhitungan rataan pertambahan tinggi bibit sengon pada potongan kayu ukuran diameter 5 cm juga lebih baik dari potongan kayu ukuran diameter 4 cm dan 3 cm. Rataan untuk potongan kayu dengan ukuran diameter 5 cm adalah 0,63 cm, sedangkan untuk rataan pertambahan tinggi potongan kayu dengan ukuran diameter 4 cm adalah -2,54 cm dan untuk rataan pertambahan tinggi bibit sengon pada potongan kayu ukuran diameter 3 cm adalah -4,85 cm. Tabel 7.Rataan dan selang pertambahan tinggi bibit sengon pada perlakuan inokulasi pada pengamatan diferensiasi ukuran diameter potongan kayu

4.1.2.4. Perbandingan Pengaruh Jenis Foodbase

Penelitian ini menggunakan dua jenis foodbase pada perlakuannya yaitu PDA dan potongan kayu dengan berbagai ukuran diameter. Perbandingan tingkat pertumbuhan antara kedua jenis foodbase tersebut dilakukan dengan maksud mendapatkan data perbandingan foodbase basah dengan foodbase kering serta perbandingan antara foodbase kayu dengan foodbase bukan kayu terkait efeknya terhadap penularan Ganoderma spp. ke bibit sengon. Tabel 8. Rataan dan selang pertambahan jumlah anak daun bibit sengon pada perlakuan inokulasi pada pengamatan diferensiasi jenis foodbase Pada perhitungan parameter pertambahan jumlah anak daun foodbase PDA menunjukkan tingkat hambatan yang jauh lebih tinggi dibanding foodbase kayu. Hal ini terlihat baik dari selang rataan maupun rataan pertambahan jumlah anak No. Ukuran potongan kayu Rataan cm Selang kepercayaan 95 Batas bawah Batas atas 1. 5 cm 0,63 -1,42 2,68 2. 4 cm -2,54 -4,22 -0,87 3. 3 cm -4,85 -6,53 -3,18 No. Jenis foodbase Rataan helai Selang kepercayaan 95 Batas bawah Batas atas 1. Potongan kayu -4,77 -11,21 1,68 2. PDA -11,81 -18,00 -5,62 daun pada bibit sengon. Selang rataan pertambahan jumlah anak daun pada foodbase kayu adalah 1,68 sampai -11,21 sedangkan untuk foodbase PDA selang rataan pertambahan jumlah anak daunnya adalah -5,62 sampai -18,00. Sedangkan untuk rataan pertambahan jumlah anak daun untuk foodbase potongan kayu adalah -4,77 dan untuk foodbase potongan kayu rataan pertambahan jumlah anak daunnya adalah -11,81. Hasil yang ditunjukan baik pada selang rataan maupun rataan pertambahan jumlah anak daun mengindikasikan bahwa bibit sengon yang diinokulasikan dengan menggunakan foodbase basah seperti PDA lebih terhambat pertumbuhannya dari parameter pertambahan jumlah anak daun. Tabel 9. Rataan dan selang pertambahan tinggi bibit sengon pada perlakuan inokulasi pada pengamatan diferensiasi jenis foodbase Gambar 12 A. Pertambahan tinggi dan jumlah anak daun bibit sengon pada perlakuan foodbase berupa potongan kayu berbagai diameter; B. Pertambahan tinggi dan jumlah anak daun bibit sengon pada perlakuan foodbase berupa PDA. Hasil perhitungan pada parameter pertambahan tinggi bibit tidak berbeda jauh dengan hasil perhitungan pada parameter pertambahan jumlah anak daun. Hasil perhitungan pada parameter tinggi menunjukkan bahwa foodbase berupa PDA menunjukkan tingkat hambatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan foodbase berupa potongan kayu. Selang rataan pertambahan tinggi yang No. Jenis foodbase Rataan cm Selang kepercayaan 95 Batas bawah Batas atas 1. Potongan kayu -1,52 -4,07 1,04 2. PDA -7,17 -9,63 -4,72 A B ditunjukan oleh bibit yang diinokulasikan foodbase PDA adalah -4,72 cm sampai -9,63 cm, sedangkan selang rataan pertambahan tinggi yang ditunjukan oleh bibit yang diinokulasikan foodbase berupa potongan kayu adalah 1,04 cm sampai -4,07 cm. Perhitungan pada rataan pertambahan tinggi bibit juga menunjukkan hasil yang sama di mana bibit yang diinokulasikan dengan foodbase PDA memiliki tingkat hambatan pertumbuhan dengan nilai -7,17 cm dibandingkan dengan nilai rataan pertambahan tinggi bibit sengon yang diinokulasikan dengan foodbase berupa potongan kayu sebesar -1,52 cm. Secara keseluruhan hasil nilai selang rataan maupun rataan pertambahan tinggi bibit sengon dapat dilihat pada tabel berikut.

4.1.3. Hasil Pengukuran Nisbah Pucuk Akar

Perhitungan nisbah pucuk akar digunakan sebagai indikator kesuburan tanaman saat mereka hidup. Semakin seimbang perhitungan tersebut, maka, kemungkinan tanaman tersebut subur saat hidup semakin tinggi. Pengukuran nisbah pucuk akar pada penelitian ini sedikit banyak memperlihatkan pengaruh infeksi jamur Ganoderma spp. pada tanaman. Implikasi yang ditimbulkan Ganoderma spp. terhadap nisbah pucuk akar bibit sengon dapat terjadi pada pucuk maupun akar. Tabel 10. Hasil perhitungan nisbah pucuk akar bibit sengon No. Perlakuan Rataan 1. SP2 potongan 3 cm tanpa potong akar 2,30 2. SP2 PDA tanpa potong akar 1,94 3. SP2 potongan 3 cm potong akar 1,54 4. SP1 PDA potong akar 1,54 5. SP2 potongan 4 cm tanpa potong akar 1,52 6. SP1 potongan 3 cm tanpa potong akar 1,50 7. SP1 PDA tanpa potong akar 1,41 8. SP1 potongan 4 cm tanpa potong akar 1,26 9. SP1 potongan 3 cm potong akar 1,15 10. SP2 PDA potong akar 1,05 11. SP2 potongan 4 cm potong akar 0,98 12. SP1 potongan 5 cm tanpa potong akar 0,77 13. SP1 potongan 5 cm potong akar 0,74 14. SP1 potongan 4 cm potong akar 0,73 Rataan Total 1,31 Pada perhitungan data hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas rataan tiap blok pada masing-masing perlakuan memiliki nilai nisbah pucuk akar di atas 1 satu. Hasil pada tabel tersebut menunjukkan perbandingan yang tidak seimbang antara massa pucuk dan akar pada bibit sengon. Tabel 10 menunjukkan bahwa rataan nisbah pucuk akar terbesar berasal dari perlakuan inokulasi Ganoderma SP2 dengan foodbase potongan kayu berukuran 3 cm tanpa potong akar, sedangkan yang terkecil adalah perlakuan inokulasi Ganoderma SP1 yang dipotong akarnya dengan foodbase potongan kayu ukuran 4 cm. Nilai kecil perhitungan nisbah pucuk akar pada tabel 12 menunjukkan bahwa pertumbuhan tanaman tidak baik karena pengaruh luar termasuk Ganoderma spp. yang diinokulasikan. Hasil rataan nisbah pucuk akar pada tabel kurang lebih sesuai dengan hasil pertambahan tinggi bibit maupun pertambahan jumlah daun dengan menggunakan SPSS. Hal ini menunjukkan bahwa nilai nisbah pucuk akar terpampang pada tabel merupakan hasil dari gangguan Ganoderma spp..

4.2. Pembahasan