Jamur Ganoderma spp. Pengendalian

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sengon

P. falcataria

Sengon P. falcataria merupakan jenis tanaman kayu yang banyak tumbuh di Indonesia. Kayu sengon termasuk kelas awet IV-V dan kelas kuat IV- V. Kayunya lunak dan mempunyai nilai penyusutan dalam arah radial dan tangensial berturut-turut 2,5 persen dan 5,2 persen basah sampai kering tanur. Sengon juga bersimbiosis dengan mikoriza arbuskular Dela Cruz et al.1988 dalam Nusantara 2002 oleh karena itu tanaman ini sangat baik untuk meningkatkan kesuburan tanah marjinal Nusantara, 2002. Menurut Hidayat 2002 Sengon merupakan jenis pionir dengan sebaran alami di Maluku, Papua Nugini, Kepulauan Solomon dan Bismark. Tanaman ini tumbuh di hutan hujan dataran rendah sekunder atau hutan pegunungan rendah dengan ketinggian 0-1600 mdpl meter di atas permukaan laut dan optimum pada 0-800 mdpl. Jenis ini juga dapat beradaptasi dengan iklim monsoon dan lembab dengan curah hujan 200-2700 mmth dan bulan kering hingga empat bulan serta dapat ditanam pada tapak tidak subur tanpa pupuk. Sengon merupakan jenis fast growing 8 mth pada tahun pertama yang tidak dapat tumbuh subur pada lahan berdrainase jelek.

2.2. Jamur Ganoderma spp.

Ganoderma spp. merupakan cendawan penyebab penyakit busuk akar yang biasa menyerang akar dengan kisaran tanaman inang yang cukup luas. Serangan jamur ini biasa ditemukan pada berbagai jenis Leguminoceae Henessy dan Daly 2007, Palmae Turner 1981 dalam Zakaria et al. 2005, Rubiaceae Hindayana et al. 2002, bahkan penulis menemukan Ganoderma spp. yang menyerang pohon eboni Ebenaceae. Jamur jenis Ganoderma spp. termasuk dalam kelas Basidiomycete. Jamur jenis ini tersebar di berbagai belahan dunia. Seperti banyak jenis Basidiomycetes lain, jamur ini menyebabkan dekomposisi alami pada kayu mati ataupun zat organik. Jamur ini juga salah satu penyebab utama dari penyakit pada berbagai tanaman Henessy dan Daly 2007. Ganoderma spp. adalah organisme luar biasa yang dapat secara eksklusif mendegradasi lignin menjadi air dan CO 2 , setelah berbagai reaksi yang ada, selulosa menjadi tersedia sebagai nutrisi bagi jamur tersebut Paterson 2006. Gejala serangan Ganoderma spp. tingkat ringan pada tanaman secara umum adalah layu, tidak berkembang, kehilangan helai daun sampai lodoh pada batang. Pada serangan tingkat lanjut, secara umum penyakit dapat diidentifikasi dengan kemunculan tubuh buah. Tubuh buah ini keras dan berkayu dengan ukuran yang cukup besar. Ukuran tubuh buah dapat mencapai diameter 15 cm dan ketebalan 5 cm. Warna tubuh buah dari coklat mudah hingga coklat tua dan bahkan jingga. Bagian atas tubuh buah dapat agak mengkilat dengan bagian bawah berwarna putih Henessy dan Daly 2007.

2.3. Pengendalian

Secara alami musuh Ganoderma spp. adalah jamur jenis Trichoderma sp. Hindayana et al.2002 mengatakan bahwa untuk aksi pencegahan serangan pada tanaman kakao tanaman diperlukan 100 gr Trichoderma sp untuk tiap lubang tanam setelah sebelumnya diberi belerang selama enam bulan. Bagi tanaman yang sudah terkena serangan berat jamur ini dibutuhkan 200 gr Trichoderma sp. untuk tiap pohon pada empat pohon disekitarnya. Sedangkan pada karet, serangan Ganoderma spp.. dapat diberantas dengan collar protectant. Pencegahan pada tanaman di sekitar serangan Ganoderma spp. adalah dengan menebang pohon yang sakit, membongkar tunggak dan akarnya dibakar atau dengan menggunakan fungisida pada bekas tanaman atau pohon yang diserang Irwanto 2006. Salah satu pencegahan lain yang dapat dilakukan adalah dengan sterilisasi tanah. Sterilisasi tanah sendiri pada mulanya merupakan suatu cara untuk menekan pertumbuhan gulma. Akan tetapi pada perkembangannya sterilisasi didefinisikan sebagai cara untuk mengontrol segala hama dan patogen tanah Nutter 1957. Pinckard 1952 menyatakan bahwa banyak benih tanaman yang menguntungkan bagi manusia lebih tahan panas dan paparan zat-zat kimia dibanding dengan kebanyakan patogen. Namun, bagaimanapun juga, sterilisasi tidak boleh asal dilakukan. Pinckard 1952 menyatakan bahwa sterilisasi tanah hingga mencapai titik di mana tanah hampir sangat steril dapat menghilangkan kesuburan tanah. Hal ini disebabkan karena baik flora maupun fauna yang menguntungkan bagi tanaman ikut mati. Oleh sebab itu sterilisasi yang baik adalah sterilisasi tahap ringan baik untuk sterilisasi menggunakan panas maupun bahan kimia. Sterilisasi dengan panas dapat berupa pemanasan basah uap maupun pemanasan kering dengan membakar Pinckard 1952. Beliau menyatakan bahwa bahwa sebuah kentang kecil yang dimasukkan ke dalam tanah sedalam enam inch matang akibat pemanasan, maka bisa dikatakan bahwa sterilisasi yang dilakukan telah berhasil.

2.4. Penyapihan