KERANGKA PEMIKIRAN Analisis Keuntungan Usahaternak Sapi Perah (Kasus di Kelurahan Kebon Pedes, Kota Bogor

13

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Analisis Usahaternak Analisis keuntungan usahatani atau usahaternak digunakan untuk mengevaluasi kegiatan peternak dalam setahun Gittinger, 1986. Berguna untuk mengetahui dan mengukur kegiatan usaha yang dilakukan berhasil atau sebaliknya. Tingkat pendapatan usaha ternak dipengaruhi oleh keadaan harga faktor produksi dan harga hasil produksi, selain dipengaruhi oleh manajemen pemeliharaan ternak yang dilakukan oleh peternak. Soekartawi et al. 1986 menyatakan bahwa pendapatan kotor usaha tani merupakan hasil perolehan total sumberdaya yang digunakan dalam usahatani sedangkan pendapatan bersih usahatani merupakan selisis antara pendapatan kotor dan pengeluaran total usahatani. Lebih lanjut dikatakan bahwa pendapatan tunai adalah selisih antara penerimaan tunai dengan pengeluaran tunai usahatani yang menunjukkan kemampuan usahatani untuk menghasilkan uang tunai. Pendapatan, menurut Kadarsan 1995, adalah selisih antara penerimaan total perusahaan dengan pengeluarannya. Penerimaan tersebut bersumber dari hasil pemasaran atau penjualan hasil usaha sedangkan pengeluaran merupakan biaya total yang digunakan selama proses produksi. Untuk menganalisis pendapatan usahaternak diperlukan dua keterangan pokok yaitu keadaan pengeluaran dan penerimaan dalam jangka waktu tertentu. Ditambahkan pula bahwa tujuan analisis pendapatan ini adalah untuk menggambarkan tingkat keberhasilan suatu kegiatan usaha dan menggambarkan keadaan yang akan datang melalui perencanaan yang dibuat. 3.1.2 Faktor Produksi Faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap tingkat keuntungan diantaranya : a. Lahan Menurut Sudono 2003 dua hal yang harus diperhatikan dalam persiapan lahan beternak sapi perah yaitu lahan untuk kandang dan lahan untuk penanaman rumput. Lahan yang dibutuhkan untuk kandang 14 berdasarkan keadaansapi perah terbagi menjadi 3 yaitu : 1. Kandang seekor sapi masa produksi membutuhkan lahan seluas 380x140m. Luas lahan ini termasuk selokan, jalan kandang dan tempat pakan; 2 Kandang sapi dara siap bunting sampai bunting membutuhkan lahan 12x20 m untuk 10 ekor. Dalam hal ini, sapi-sapi dara dilepas secara berkelompok; dan 3 Kandang seekor pedet membutuhkan lahan seluas 150x120 cm. Lahan untuk penanaman rumput harus disesuaikan dengan jumlah sapi perah yang dipelihara, lahan seluas 1 ha bisa memenuhi kebutuhan hijauan sekitar 10-14 ekor sapi dewasa selama satu tahun. b. Pakan Salah satu faktor yang menentukan berhasilnya peternakan sapi perah yaitu pemberian pakan. Sapi perah yang produksinya tinggi, bila tidak mendapatkan pakan yang cukup baik kuantitas maupun kualitasnyatidak akan menghasilkan susu yang sesuai dengan kemampuannya. Untuk memenuhi kebutuhan seekor sapi laktasi dengan bobot badan 450 kg dengan produksi susu rata-rata 13 kghari dan lemak susu 3,5 dibutuhkan konsentrat 6,05 kg, rumput alam 20,75 kg dan rumput gajah 7,60 kg Sudono, 2003 c. Tenaga Kerja Faktor produksi tenaga kerja merupakan faktor produksi yang penting dan perlu diperhitungkan dalam proses produksi dalam jumlah yang cukup, bukan saja dilihat dari tersedianya tenaga kerja tetapi juga kualitas dan macam tenaga kerja. Soekartawi, 2003. Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi kemampuan peneerimaan informasi. Masyarakat dengan tingkat pendidikan rendah akan lebih memilih mempertahankan tradisi yang berhubungan dengan daya pikirnya, sehingga sulit menerima informasi baru Kusumawati, 2004. Peningkatan kualitas pekerja yang dicerminkan oleh tingkat pendidikan yang rata-rata semakin baik, akan memberikan dampak positif terhadap produktifitas tenaga kerja Mulyadi, 2003 15 d. Bangunan Kandang Kandang merupakan tempat berlindung bagi ternak. Jika dilihat bagi peruntukannya, kandang sapi perah dapat dibagi menjadi lima jenis kandang : 1 Kandang pedet, umur 0-4 bulan; 2 Kandang sapi remaja umur 4-8 bulan; 3 Kandang sapi dara, umur 8 bulan- 2 tahun; 4 Kandang sapi dewasa, umur lebih dari 2 tahun dan laktasi; 5 Kandang sapi kering kandang Sudono, 2003. 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional Usaha peternakan yang terdapat di Kelurahan Kebon Pedes sebagian besar merupakan sumber mata pencaharian yang utama. Sebagian besar peternak mengusahakan peternakannya dalam skala kecil dan menengah.. Selain skala usaha, produktifitas susu sapi per ekor sapi laktasi juga menjadi hal yang menentukan keuntungan usahaternak sapi perah. Hal pertama yang perlu diidentifikasi yaitu masalah keuntungan. Keuntungan diperoleh dari pengurangan total penerimaan dengan total biaya. Penjualan susu merupakan sumber penerimaan yang utama dalam usahaternak sapi perah,. Selain itu penjualan sapi pedet dan afkir juga menjadi sumber penerimaan tambahan bagi peternak. Total Biaya terdiri atas biaya tunai dan non tunai. Biaya tunai meliputi biaya pakan hijauan, konsentrat, ampas kedelai dan dedak, biaya tenaga kerja luar keluarga, biaya kesehatan, biaya peralatan, biaya transportasi dan biaya penunjang lainnya. Biaya non tunai meliputi biaya tenaga kerja keluarga dan biaya biaya penyusutan. Analisis yang diperlukan meliputi analisis RC Rasio serta analisis keuntungan. Hal berikutnya yang perlu diidentifikasi yaitu identifikasi terhadap faktor-faktor yang menentukan keuntungan. Untuk mengestimasi faktor-faktor yang mempengaruhi keuntungan maka diperlukan alat analisis regresi berganda. Analisis-analisis yang telah dijabarkan tersebut akan memperoleh kesimpulan mengenai kondisi terkini usaha ternak sapi perah di Kelurahan Kebon Pedes. Kesimpulan tersebut akan direkomendasikan untuk membantu pengembangan usaha ternak sapi perah tersebut. Secara konseptual kerangka pemikiran operasional penelitian ini disajikan dalam Gambar 2. 16 Gambar 2. Diagram Alur Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian Keterangan : ----- : metode yang digunakan Faktor-faktor yang mempengaruhi keuntungan RC Rasio Kesimpulan Penerimaan Biaya Keuntungan Regresi linier berganda Usahaternak Sapi Perah Produksi susu belum mampu memenuhi permintaan  Produktivitas rendah  Skala produksi kecil  Keterbatasan lahan 17

IV. METODE PENELITIAN