1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peternakan merupakan bagian dari pertanian yang menghasilkan produk pangan. Pangan yang dihasilkan dari peternakan merupakan penghasil protein
hewani yang bernilai gizi tinggi seperti daging, telur, dan susu. Peternakan diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui peningkatan
pendapatan masyarakat
yang bekerja
sebagai peternak.
Pelaksanaan pengembangan peternakan sapi perah dan industri susu merupakan salah satu
usaha peningkatan pendapatan peternak. Pengembangan peternakan sapi perah pada dasarnya bertujuan untuk
meningkatkan pendapatan peternak dan memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap hasil peternakan berupa susu. Peningkatan produksi dan produktivitas
peternakan sapi perah di Indonesia cukup besar, hal ini dapat dilihat dengan adanya peningkatan produksi susu selama periode 2009-2011 sebesar rata-rata
8,5 per tahun. Namun pada tahun 2012 jumlah produksi susu di Indonesia mengalami penurunan. Jumlah produksi susu segar di Indonesia pada tahun 2012
sebesar 959.732 liter. Konsumsi susu di Indonesia tahun 2010 sebesar 11,95 liter susu per kapita dan pada tahun 2011 meningkat menjadi 12,85 liter susu per
kapita. Direktorat Jenderal Peternakan, 2013
Tabel 1. Jumlah ternak sapi perah di Indonesia Tahun
Jumlah ternak sapi perah ekor 2008
474.701 2009
488.448 2010
597.213 2011
611.939 2012
636.064
Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan 2013
Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa jumlah ternak sapi perah di Indonesia pada tahun 2008 sampai tahun 2012 mengalami peningkatan. Pada
tahun 2012 jumlah ternak sapi perah di Indonesia sebanyak 636.064 ekor. Adanya peningkatan jumlah peternak sapi perah di Indonesia menunjukkan bahwa bidang
usaha ternak sapi perah masih memiliki potensi untuk terus berkembang.
2
Tabel 2. Jumlah ternak sapi perah di Jawa Barat Tahun
Jumlah ternak sapi perah ekor 2009
117.337 2010
120.475 2011
139.970 2012
136.054
Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan 2013
Jawa Barat adalah salah satu propinsi yang menjadi sentra penghasil susu di Indonesia. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya jumlah peternak sapi perah
di Jawa Barat. Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa jumlah ternak sapi perah di propinsi Jawa barat pada periode 2009 hingga 2011 menunjukkan peningkatan
namun pada tahun 2012 mengalami penurunan jumlah sapi perah. Pada tahun 2011 jumlah ternak sapi perah sebesar 139.970 ekor namun pada tahun 2012
menurun menjadi 136.054 ekor. Jumlah tersebut merupakan terbesar ketiga setelah propinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Usaha ternak sapi perah merupakan salah satu usaha yang mempunyai potensi cukup tinggi untuk dikembangkan. Kota Bogor adalah salah satu daerah
yang memiliki usaha ternak sapi perah di Indonesia. Pada tahun 2010 di Kota Bogor terdapat jumlah sapi perah sebanyak 946 ekor. Jumlah tersebut merupakan
terbesar kedua setelah Kota Bandung yaitu sebanyak 1.115 ekor sapi perah Badan Pusat Statistik, 2012. Usaha ternak sapi perah saat ini masih tetap
menjanjikan karena permintaan pasar terhadap susu akan selalu ada. Usaha ternak sapi selain menghasilkan produk yang yang dapat
dimanfaatkan seperti susu, daging, tulang, dan kulit juga menghasilkan produk yang tidak dapat dimanfaatkan seperti limbah kotoran ternak. Limbah kotoran
ternak menimbulkan masalah diantaranya bau yang tidak sedap, bibit penyakit, dan pencemaran lingkungan. Mendirikan peternakan di lokasi yang dekat dengan
pemukiman akan diprotes oleh warga disekitarnya karena pencemaran yang ditimbulkan kotoran ternak. Semakin jauh lokasi peternakan dari pemukiman
penduduk maka akan semakin baik. Hal ini memang tidak menjadi masalah bagi peternakan skala besar sebab dengan dana yang besar, peternak dapat
menyediakan segala fasilitas yang diperlukan di lokasi terseebut. Tetapi bagi peternak skala kecil, hal ini menjadi masalah karena akan menyebabkan kesulitan
3 dalam penanganannya. Tidak mengherankan jika lokasi peternakan skala kecil
biasanya tidak jauh dari lokasi pemukiman penduduk. Peternakan sapi perah dengan skala kecil hingga menengah di Kota Bogor
terdapat di Kelurahan Kebon Pedes, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor. Pada tahun 2011 jumlah ternak sapi perah di Kelurahan Kebon Pedes sebesar 633 ekor
Badan Pusat Statistik, 2012. Jumlaah tersebut merupakan yang terbesar di Kota Bogor. Kepemilikan sapi perah di daerah ini yaitu antara dua hingga lima puluhan
ekor dan sebagian besar kandang memiliki ukuran yang kecil. Jenis sapi yang banyak dipelihara yaitu peranakan Friesian Holstein PFH yaitu jenis sapi dari
Eropa yang paling banyak diternakkan sebagai ternak sapi perah di Indonesia. Lokasi kandang sapi perah di Kelurahan Kebon Pedes berdekatan dengan
pemukiman penduduk bahkan lokasi kandang sapi berdekatan dengan tempat tinggal peternak.
1.2 Perumusan Masalah
Usaha ternak sapi perah Kota Bogor salah satunya terdapat di Kelurahan Kebon Pedes, selain itu juga terdapat di Kelurahan Tajur Halang dan Kelurahan
Cibeureum. Usaha ternak di Kelurahan Kebon Pedes tersebut didominasi oleh usaha ternak skala kecil hingga menengah namun sudah bersifat komersil yang
artinya dalam mengelola usaha ternaknya mengutamakan untuk memperoleh keuntungan. Dalam mencapai tujuan tersebut, peternak menghadapi beberapa
kendala. Tujuan yang ingin dicapai serta kendala yang dihadapi merupakan faktor penentu bagi peternak untuk mengambil keputusan dalam usaha ternaknya. Oleh
sebab itu, peternak akan berusaha mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Usaha ternak di Kelurahan Kebon Pedes umumnya merupakan sumber mata pencaharian utama peternak. Hal ini dikarenakan sifat produksi sapi perah yang
tidak bersifat musiman tetapi berkelanjutan sehingga dapat memberikan jaminan pendapatan yang berkesinambungan bagi peternak.
Lokasi kandang yang berada dekat dengan pemukiman penduduk memiliki permasalahan yaitu limbah kotoran ternak sapi perah yang menimbulkan bau yang
tidak sedap, selain itu kotoran ternak yang menumpuk juga sebagai sumber
4 penyakit. Lokasi peternakan sapi yang berada dekat dengan pemukiman penduduk
juga menimbulkan permasalahan lain yaitu luas kandang yang sulit untuk bertambah karena lahan pemukiman yang semakin banyak, selain itu suhu udara
yang hangat juga menjadi kendala dalam pemeliharaan sapi perah karena pada dasarnya peranakan sapi Friesian Holstein adalah jenis sapi yang hidup di daerah
beriklim sub tropis yang tentu saja berbeda dengan kondisi di Indonesia terutama di Kelurahan Kebon Pedes. Diperlukan upaya-upaya pengelolaan peternakan yang
baik sehingga dapat meningkatkan skala usaha ternak sapi perah secara optimal. Berdasarkan uraian diatas, makan akan dibahas beberapa aspek dalam penelitian,
yaitu : 1.
Bagaimana keragaan usaha ternak sapi perah di Kelurahan Kebon Pedes ? 2.
Berapa keuntungan usahaternak sapi perah di Kelurahan Kebon Pedes ? 3.
Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keuntungan usahaternak sapi perah di Kelurahan Kebon Pedes ?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk : 1.
Mengidentifikasi keragaan usaha sapi perah di Kelurahan Kebon Pedes 2.
Menganalisis keuntungan usahaternak sapi perah di Kelurahan Kebon Pedes
3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keuntungan usahaternak
sapi perah di Kelurahan Kebon Pedes
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan pengetahuan bagi penulis dan civitas akademik mengenai analisa tata usahaternak sapi perah, analisa
pendapatan usahaternak sapi perah, serta faktor-faktor yang mempengaruhi usahaternak perah. Bagi pelaku usahaternak sapi perah penelitian ini dapat
dijadikan sumber rujukan untuk pengembangan usahaternak lebih lanjut. Penelitian ini dapat juga dijadikan sumber rujukan bagi pemerintah dalam
5 mengambil kebijakan yang lebih efektif dan efisien bagi pengembangan
usahaternak sapi perah di Kota Bogor pada khususnya.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kelurahan Kebon Pedes, Kota Bogor. Sebagai objek penelitian yaitu peternak sapi perah yang berada di dua lokasi yaitu RW.07
dan RW.10 Kelurahan Kebon Pedes, Kota Bogor. Hal-hal yang dibahas dalam penelitian ini meliputi aspek ekonomi usahaternak sapi perah. Aspek ekonomi
yang dibahas dalam penelitian ini meliputi penerimaan, biaya produksi, RC Ratio, serta keuntungan usahaternak. Penerimaan dibagi menjadi penerimaan tunai dan
non tunai. Penerimaan tunai berasal dari penjualaan susu dan penjualan sapi. Data yang dianalisis merupakan satu tahun masa produksi usahaternak sapi perah.
Analisis keuntungan yang dibahas pada penelitian ini terbatas pada jumlah dan komposisi jenis sapi yang tidak mengalami perubahan selama satu tahun.
Sebagian besar peternak mengurus sendiri sapi mereka dan hanya beberapa yang ditambah menggunakan tenaga kerja. Biaya tenaga kerja peternak yang mengurus
sendiri sapinya diasumsikan setara dengan besar upah pekerja sapi perah di Kelurahan Kebon Pedes.
6
7
II. TINJAUAN PUSTAKA