17
IV. METODE PENELITIAN
4.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelurahan Kebon Pedes, kecamatan Tanah
Sareal, Kota Bogor, Jawa Barat. Penentuan lokasi penelitian dilakukan karena Kelurahan Kebon Pedes adalah salah satu sentra penghasil susu terbesar yang
terletak di Kota Bogor dan usaha peternakannya sudah berlangsung sejak lama. Para peternak di berada di dua lokasi yaitu RW.07 dan RW.10 Kelurahan Kebon
Pedes. Lokasi peternakan terletak di dekat pemukiman warga dan juga tidak ada sumber pakan hijauan. Oleh sebab itu diperlukan strategi tertentu dalam
mengusahakan ternak sapi perah di lokasi tersebut. Pengambilan data dilakukan pada bulan Desember 2012 sampai Maret 2013.
4.2 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan data
sekunder. Data primer yang digunakan berasal dari wawancara terstruktur dengan menggunakan alat kuesioner atau daftar pertanyaan terhadap peternak sapi perah
yang berada di Kelurahan Kebon Pedes. Para peternak di Kelurahan Kebon Pedes berada di dua lokasi yaitu RW.07 dan RW.10. Para peternak yang berada di
RW.07 tergabung dalam Kelompok Peternak “Maju Terus” sedangkan para peternak yang berada di RW.10 tergabung dalam Kelompok Pete
rnak “Sumber Makmur”. Selain itu dilakukan juga observasi dengan melakukan pengamatan
langsung ke lapangan untuk mengetahui gejala yang tampak pada objek penelitian serta sebagai sumber informasi. Data sekunder yang dipakai berasal dari Badan
Pusat Statistik Kota Bogor, Direktorat Jenderal Peternakan, Balai Penelitian Peternakan, Kelurahan Kebon Pedes serta literatur lain yang mendukung
penelitian yang dapat dijadikan bahan rujukan.
18 Tabel 3. Jenis dan sumber data
Data Jenis data
Sumber
Nama peternak, usia, jenis kelamin, tanggungan keluarga, pendidikan
data primer kuesioner dan wawancara
Populasi sapi, jumlah pakan data primer
kuesioner dan wawancara biaya tunai dan non tunai
data primer kuesioner dan wawancara
Produksi susu Indonesia, jumlah ternak Jawa Barat
data sekunder Direktorat Jenderal Peternakan
Jumlah ternak Kota Bogor, Jumlah ternak Kelurahan Kebon Pedes
data sekunder Badan Pusat Statistik Kota Bogor
Monografi kelurahan data Sekunder
Kelurahan Kebon Pedes
Sumber : Data Primer diolah 2013
4.3 Metode Pengambilan Sampel Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode pengambilan
purposive sampling. Kegiatan usahaternak di Kelurahan Kebon Pedes, Kota Bogor terdapat di dua lokasi yaitu RW.07 dan RW.10. Jumlah sampel yang
diambil di RW.07 sebanyak 20 orang peternak dengan populasi sebanyak 23 peternak. Jumlah sampel yang diambil di RW.10 sebanyak 10 orang peternak
dengan populasi sebanyak 15 orang peternak. Penentuan jumlah sampel berdasarkan rasio populasi peternak yang ada di RW.07 dan RW.10 yaitu 2 : 1.
Pengambilan sampel di tiap-tiap lokasi dilakukan secara acak.
Tabel 4. Jumlah populasi dan sampel RW
N populasi n sampel
07 23
20 10
15 10
Jumlah
38 30
Sumber : Data Primer diolah 2013
4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel dan SPSS
17 sedangkan metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas :
4.4.1 Analisis Keuntungan
Analisis keuntungan dihitung berdasarkan selisih antara penerimaan total dengan biaya total. Biaya dibedakan menjadi biaya tidak tetap dan biaya tetap.
Biaya tetap didefinisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus
19 dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Biaya tidak
tetap merupakan biaya yang besar-kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Produksi yang diperoleh biasanya berkaitan langsung dengan
penggunaan faktor produksi yang digunakan. Sebagai contoh biaya untuk sarana produksi. Secara umum rumus pendapatan Lipsey et al., 1997 dapat ditulis
sebagai berikut : π = TR – TC
π = TR – TVC+TFC
Keterangan: π
= pendapatan usahaternak TR
= Total Revenue Totap Pendapatan TC
= Total Cost Total Biaya TVC
= Total Variabel Cost Total Biaya Tidak Tetap TFC
= Total Fixed Cost Total Biaya Tetap
Kriteria yang digunakan : 1. π 0 maka untung 2. π 0 maka rugi
3. π = 0 maka impas Salah satu komponen penerimaan dalam usahaternak yaitu berasal dari
penjualan susu. Dalam satu kali masa produksi, seekor sapi laktasi memiliki masa produksi susu selama sepuluh bulan atau 305 hari, setelah itu sapi tersebut akan
memasuki fase kering kandang. Produksi susu harian yaitu jumlah produksi susu ketika pemerahan pagi hari dan pemerahan sore hari, sehingga dapat ditulis
sebagai berikut :
Prod
h
= Prod
p
+ Prod
s
Keterangan : Prod
h
: produksi susu harian
Prod
p
: produksi susu pada pemerahan pagi hari
Prod
s
: produksi susu pada pemerahan sore hari
20 Nilai penyusutan pada usahaternak sapi perah yaitu nilai depresisi alat-alat
yang digunakan pada kegiatan yang berhubungan pada kegiatan usahaternak sapi perah. Nilai penyusutan yang dihitung menggunakan metode garis lurus. Rumus
nilai penyusutan dengan menggunakan metode garis lurus dapat dituliskan sebagai berikut :
Nilai penyusutan = harga perolehan – nilai sisaumur ekonomis
4.4.2 Analisis Rasio Penerimaan dan Biaya RC Rasio
RC rasio adalah rasio penerimaan atas biaya yang menunjukkan besarnya penerimaan yang akan diperoleh dari setiap rupiah yang dikeluarkan dalam
produksi usahaternak. Analisis ini digunakan untuk mengidentifikasi tingkat keuntungan relatif kegiatan usahaternak, artinya dari angka rasio tersebut dapat
diketahui apakah suatu usahaternak menguntungkan atau tidak Kadarsan, 1995. Rumus yang digunakan :
RC Rasio = TRTC Usahaternak dikatakan menguntungkan bila nilai RC rasio lebih besar dari
satu yang berarti setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan untuk usahaternak akan memberikan penerimaan lebih besar dari satu rupiah. Sebaliknya,
usahaternak dikatakan tidak menguntungkan bila nilai RC rasio lebih kecil dari satu. Hal ini berarti setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan memberikan
penerimaan kurang dari satu rupiah. Usahaternak dikatakan impas bila nilai RC rasio sama dengan satu.
4.4.3 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi keuntungan usahaternak Model regresi berganda adalah model regresi yang terdiri lebih dari satu
variabel bebas. Terdapat hubungan antara variabel bebas dan terikat dalam regresi linier berganda. Sifat-sifat OLS Ordinary Least Square adalah: 1 penaksiran
OLS tidak bias, 2 penaksiran OLS mempunyai varian yang minimum, 3 konsisten, 4 efisien, dan 5 linier. Analisis regresi berganda digunakan untuk
membuat model pendugaan terhadap nilai suatu parameter atau variabel penjelas yang diamati Gujarati, 2003.
Fungsi regresi linear berganda dituliskan sebagai berikut : Ln
π = Ln β +
β
1
LnX
1
+ β
2
LnX
2
+ β
3
LnX
3
+ β
4
LnX
4
+ β
5
LnX
5
+ β
6
LnX
6
+ e
i
Keterangan:
21 π
= Keuntungan usahaternak Rpliter X
1
= Penjualan susu Rphari X
2
= Biaya pakan Rpliter X
3
= Biaya peralatan Rpliter X
4
= Biaya tenaga kerja Rpliter X
5
= Biaya kesehatan Rpliter X
6
= Biaya transportasi Rpliter β
= Intersep β
1
, β
2
, β
3
, β
4
, …., β
8
= Koefisien regresi variabel bebas e
i
= Error Nilai koefisien yang diharapkan antara lain:
β
1
, β
5
dan β
2
, β
3
, β
4
, β
6
Definisi masing-masing peubah yang digunakan dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Keuntungan
peternak π Keuntungan peternak sapi perah merupakan selisih penerimaan dengan biaya
total. Sumber penerimaan berasal dari penjualan susu, penjualan pedet jantan atau betina, dan sapi afkir. Total keuntungan dihitung dalam satu tahun dan
dinyatakan dalam rupiah per liter. 2. Penjualan susu X
1
Hasil utama dari usahaternak sapi perah yaitu susu. Hasil penjualan susu di Kelurahan Kebon Pedes dijual kepada loper, KPS, dan konsumen secara
langsung. Dinyatakan dalam rupiah per hari. Semakin tinggi penerimaan dari hasil penjualan susu maka akan meningkatkan nilai keuntungan.
3. Biaya pakan X
2
Pakan yang diberikan berupa pakan konsentrat, pakan hijauan dan pakan ampas serta dedak. Pakan ampas yang diberikan kepada sapi yaitu berupa
ampas tahu, ampas tempe, dan dedak. Harga pakan dinyatakan dalam rupiah per liter. Semakin tinggi biaya pakan maka nilai keuntungan akan semakin
menurun. 4. Biaya peralatan X
3
Peralatan yang dimaksudkan yaitu berupa peralatan kandang yang dipergunakan untuk pemeliharaan ternak dan kegiatan produksi, seperti sapu,
ember, kaleng susu dan lain-lain. Harga peralatan dinyatakan dalam rupiah
22 per tahun. Semakin besar biaya yang dikeluarkan untuk pembelian peralatan
maka keuntungan akan semakin menurun. 5. Biaya tenaga kerja X
4
Upah tenaga kerja luar keluarga dinilai dengan sejumlah nominal uang yang besarnya tergantung kemampuan setiap unit usahaternak dalam membayarnya
serta kesepakatan yang terbentuk antara pekerja dan pemilik usahaternak. Semakin tinggi upah tenaga kerja maka besar keuntungan akan semakin
menurun. 6. Biaya kesehatan X
5
Biaya kesehatan merupakan total nilai pengeluaran untuk obat-obatan dan vaksinasi ternak. Semakin besar biaya kesehatan maka nilai keuntungan akan
semakin meningkat. Biaya kesehatan dikeluarkan ketika sapi sedang dalam keadaan sakit maupu pemberian vitamin secara rutin.
7. Biaya transportasi X
6
Biaya transportasi merupakan biaya yang dikeluarkan peternak untuk mendatangkan pakan. Biaya transportasi dinyatakan dalam rupiah per tahun.
Semakin tinggi biaya transportasi maka nilai keuntungan akan semakin menurun.
4.4.3.1 Uji Statistik Untuk menguji apakah secara statistik variabel independen yang digunakan
berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel dependen digunakan uji statistik-f dan uji statistik-t. Pengujian uji statistik-f dimaksudkan untuk mengetahui apakah
variabel dependen secara bersama-sama dapat menjelaskan variasi variabel dependen. Uji statistik-t digunakan untuk menguji koefisien regresi dari masing-
masing variabel secara terpisah. Apakah variabel ke-i berpengaruh nyata terhadap variabel dependen Gujarati, 1991
4.4.3.1.1 Uji t
Menurut Juanda 2009, uji t dilakukan untuk mengetahui apakah variabel- variabel independen yang digunakan satu per satu berpengaruh nyata secara
statistik terhadap besarnya variabel dependen. Uji t dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
23
t
hitung
= Keterangan:
βˆ : parameter koefisien regresi dugaan Sb
ˆ : simpangan baku koefisien dugaan β : koefisien regresi
Hipotesis yang digunakan, yaitu: t
hitung
t
tabel
α; n-k atau p-value α maka tolak H t
hitung
t
tabel
α; n-k atau p-value α maka terima H Jika tolak H
maka variabel independen berpengaruh nyata terhadap variabel dependen, sedangkan jika terima H
maka variabel independen tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.
4.4.3.1.2 Uji F Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel
independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen. Uji-f digunakan untuk menguji koefisien dugaan secara serentak apakah variabel-
variabel independen secara bersama-sama dapat menjelaskan variasi dari variabel dependen.
Pengujian yang dilakukan menggunakan distribusi dengan membandingkan antara nilai kritis f dengan nilai f-hitung yang terdapat pada hasil analisis.
Pengujian terhadap pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap perubahan nilai variabel dependen dilakukan melalui pengujian terhadap besarnya
perubahan variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh perubahan semua nilai variabel independen.
Langkah-langkah analisis dalam pengujian hipotesis terhadap variasi nilai variabel dependen dapat dijelaaskan oleh variasi nilai variabel independen sebagai
berikut : a.
Perumusan hipotesis Ho : variasi perubahan nilai variabel independen tidak dapat menjelaskan variasi
perubahan nilai variabel independen. H1 : variasi perubahan nilai variabel independen dapat menjelaskan variasi
perubahan nilai variabel dependen. b.
Perhitungan nilai kritis f-tabel dan f-hitung
24
f-hitung = keterangan :
JKRur : Jumlah Kuadrat Regresi tidak terestriksi JKRr : Jumlah Kuadrat Regresi terestriksi
JKSur : Jumlah Kuadrat Sisa tidak terestriksi n
: jumlah pengamatan j = 1, 2, 3, ... , n k
: jumlah peubah bebas i = 1, 2, 3, ... , n q
: jumlah koefisien yang sama dengan nol c. Penentuan atau penolakan Ho
pada α = 5 F hitung F tabel = terima Ho
F hitung F tabel = tolak Ho d. Apabila keputusan yang diperoleh adalah tolak Ho maka dapat disimpulkan
bahwa variasi perubahan nilai variabel dependen dapat dijelaskan oleh variasi perubaan nilai semua variabel independen. Artinya, semua variabel independen
secara bersama-sama dapat berpengaruh terhadap variaber dependen. 4.4.3.2 Uji Ekonometrik
4.4.3.2.1 Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui data menyebar normal secara
statistik. Model regresi linear pada uji normalitas ini harus memenuhi asumsi bahwa faktor kesalahan mempunyai nilai rata-rata sebesar nol dan dinotasikan
dengan e
i
~ N0, σ
2
4.4.3.2.1 Uji Multikolinearitas Apabila kita menggunakan model regresi berganda, kita mempunyai asumsi
bahwa variabel-variabel bebas tidak berkorelasi satu sama lain. Seandainya variabel-variabel bebas tersebut berkorelasi satu dengan yang lain maka dikatakan
terjadi multikolinearitas. Hal ini sering terjadi pada data berkala, khususnya di bidang ekonomi. Secara ekstrim ada kemungkinan terjadi dua variabel bebas atau
lebih mempunyai korelasi yang sangat kuat sehingga pengaruh masing-masing variabel tersebut terhadap variabel dependen sulit untuk dibedakan. Akibat
langsung yang dirasakan adalah jika hubungan tersebut sempurna maka koefisien
25 regresi parsial tidak akan dapat diestimasi, jika hubungan tersebut tidak sempurna
maka koefisien regresi parsial masih dapat diestimasi, tetapi kesalahan baku dari penduga koefisien regresi parsial sangat besar. Hal ini menyebabkan pendugaan
nilai variabel dependen dengan menggunakan variabel-variabel independen yang saling berkorelasi menjadi kurang teliti.
Multikolinearitas mengacu pada kondisi dimana terdapat korelasi linear diantara variabel bebas sebuah model. Jika dalam suatu model terdapat
multikolinear maka akan menyebabkan nilai R2 yang tinggi dan lebih banyak variabel bebas yang tidak signifikan daripada variabel bebas yang signifikan atau
bahkan tidak ada satupun, oleh karena itu multikolinear harus dihindari. Uji multikolinearitas dapat dilakukan dengan memperhatikan nilai Variance Inflation
Factor VIF pada masing-masing variabel independennya. Apabila nilai VIF pada masing-masing variabel independennya kurang dari sepuluh maka variabel
independen tersebut tidak terdapat masalah multikolinearitas. Pengujian multikolinearitas dapat dilakukan dengan memperhatkan nilai
Variance Inflation Factor VIF untuk koefisien regrasi ke-j yang dapat dirumuskan sebagai berikut :
VIF = , j = 1, 2, ..., k
R
2
j yang dimaksud adalah koefisien determinasi dari regresi variabel independen ke-j pada ke-i variabel independen sisanya untuk k = 2 variabel
independen. R
2
j adalah kuadrat dari korelasi sampel r. Jika variabel prediktor x ke-j tidak berkaitan dengan x sisa, maka R
2
j = 0. Jika terdapat hubungan, maka VIFj 1. Nilai VIF mendekati 1 menunjukkan bahwa tidak terdapat masalah
multikolinearitas pada variabel independen. 4.4.3.2.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokedastisitas digunakan untuk menguji tingkat kehomogenan ragam galat dari suatu model regresi. Implikasi dari adanya heteroskedastisitas
dalam suatu model regresi dengan menggunakan metode OLS adalah bahwa penduga OLS tidak lagi efisien walaupun penduga tersebut dan peramalannya
masih bersifat tidak bias dan konsisten. Selain itu varian dan kovarian dugaan dari
26 koefisien regresi akan bias dan tidak konsisten sehingga tes hipotesis menjadi
tidak nyata. Heteroskedastisitas lebih sering muncul pada data cross section. Variabilitas atau keragaman dalam deret waktu cenderung naik dengan
tingkat deret. Variabilitas dapat naik apabila variabel berkembang pada tingkat yang konstan dibandingkan jumlah konstan sepanjang waktu. Variabilitas yang
tidak konstan disebut heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas menunjukkan nilai varian dari variabel bebas yang berbeda, sedangkan asumsi yang dipenuhi dalam
linear berganda adalah mempunyai varian yang sama. Pengambilan keputusan yang digunakan adalah jika P-value lebih besar dari lima persen maka dapat
disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas.
27
V. GAMBARAN UMUM