Analisis Faktor yang Mempengaruhi Keuntungan Pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan

Oleh : NURUL ENGGAR TYASTININGSIH NIM. F0108096 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEUNTUNGAN PEDAGANG BAKPIA PATHOK DI KELURAHAN NGAMPILAN NURUL ENGGAR TYASTININGSIH F0108096 ABSTRAKSI

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi tingkat keuntungan usaha para pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan metode penelitian survey di Yogyakarta, dengan mengambil studi kasus di Kelurahan Ngampilan yang merupakan daerah sentra penjual Bakpia Pathok. Unit analisis adalah para pedagang atau penjual Bakpia Pathok yang berada di Kelurahan Ngampilan. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer tersebut diambil dari wawancara, yaitu dengan berdialog langsung dengan para responden, observasi atau pengumpulan data melalui pengamatan dan pencatatan secara sistematis pada objek penelitian, dan kuisioner yang disebarkan kepada para pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan. Populasi dalam penelitian ini adalah para pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan yang menurut hasil sensus ekonomi tahun 2006 oleh Badan Pusat Statistik Yogyakarta berjumlah 72 pedagang. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan Metode Slovin sehingga diperoleh jumlah sampel sebanyak 42 pedagang.

Data dianalisis dengan menggunakan alat analisis regresi model Log- Linear dengan metode Ordinary Least Square (OLS) melalui program eviews 6.0

dan menunjukan bahwa variable pengalaman usaha, pendidikan yang telah ditempuh pedagang, dan tingkat upah tenaga kerja berpengaruh secara signifikan terhadap keuntungan pedagang Bakpia Pathok di Yogyakarta. Sedangkan variable modal usaha, waktu dagang, dan jumlah usaha tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keuntungan pedagang Bakpia Pathok di Yogyakarta. Berdasarkan hasil analisis diperoleh data antara lain F-statistic sebesar 4.184105, significance probability sebesar 0.002839, Adjusted R-Squared sebesar 0.317856, R-squared sebesar 0.417682. Hal ini menunjukkan bahwa 41.76% variasi variabel dapat dijelaskan dalam model dan sisanya sekitar 58.24% dijelaskan oleh variabel diluar model. Berdasarkan hasil dari uji F diperoleh F hitung > F tabel sehingga semua variabel independen secara bersama – sama mempengaruhi variabel dependen pada

tingkat signifikansi 10%. Para pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan pada khususnya dan pedagang Bakpia Pathok di Yogyakarta pada umumnya harus meningkatkan pengalaman usahanya dan tetap menambah pengetahuan atau pendidikan di bidang bisnis makanan, serta menetapkan tingkat upah tenaga kerja yang sesuai demi kesejahteraan pekerjanya. Hal ini semua dilakukan guna meningkatkan keuntungan pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan.

Kata kunci: Pedagang, MWD Test, modal usaha, pengalaman usaha, jam

ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING PROFIT TRADER BAKPIA PATHOK IN SUB NGAMPILAN NURUL ENGGAR TYASTININGSIH

F 0108096

ABSTRACT

The main objective of this study was to analyze the factors that can affect the level of profits traders Bakpia Pathok in Sub Ngampilan. This research is descriptive quantitative. This study uses quantitative and survey research methods in Yogyakarta, by taking a case study in the village which is the center Ngampilan Bakpia Pathok sellers. The unit of analysis is the merchant or seller Bakpia Pathok located in the Village Ngampilan. The type of data used are primary data and secondary data. Primary data was taken from the interview, which is the direct dialogue with the respondents, observation or collection of data through observation and recording systematically the research object, and the questionnaires were distributed to the traders in the village Bakpia Pathok Ngampilan. The population in this study were the merchants in the Village Ngampilan Bakpia Pathok which according to the 2006 economic census by Statistics Yogyakarta totaled 72 merchants. The sampling method in this study used the number of Slovin to obtain samples as many as 42 vendors.

Data were analyzed using analysis tools Log-Linear regression models by the method of Ordinary Least Square (OLS) through 6.0 eviews program and show that the variable business experience, education has been pursued merchants, and wage labor have a significant influence on the profits traders Bakpia Pathok Yogyakarta. While variable capital, trade time, and the amount of effort not significantly affect traders' profits Bakpia Pathok in Yogyakarta. Based on the analysis of data obtained by the other F-statistic of 4.184105, significance probability of 0.002839, Adjusted R-Squared of 0.317856, R-squared of 0.417682. This indicates that 41.76% of the variation can be explained in the model variable and the remaining 58.24% is explained by variables outside the model. Based on the results obtained from test F F count> F table so that all the independent variables together - together affect the dependent variable at a significance level of 10%.

The merchants in the Village Bakpia Pathok Ngampilan in particular and merchants Bakpia Pathok in Yogyakarta in general should improve the experience of business and still gain knowledge or education in the field of food business, and to determine the level of labor appropriate for the welfare of workers. This is all done in order to increase profits traders Bakpia Pathok in Sub Ngampilan.

Keywords : Traders, MWD Test, venture capital, business experience, hours of trade, education, workforce, labor wage rates.

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahan untuk :

1. Allah SWT Tuhan Semesta Alam, yang senantiasa memberikan ridho- Nya.

2. Bapak, Ibuk, Adek yang selalu memberikan motivasi, dorongan, semangat serta doa sehingga Penulis dapat menyelesaikan studi. I love you so much.

3. Mbah Kakung, Mbah Uti, Bulek Titi, Bulek Warni, Bulek Gendut, Lek Umar, Lungit yang juga selalu memberikan semangat dan doa nya.

4. Sahabat-sahabat tercinta, Dini, Memel, Furi, Ningrum, Devi, Saridewi, Mbak Mita, Acik, Rusminah, Jum-jum, Dony, Paul, Arif, Putri, Menik, Hesty. Semoga kita selalu diberi kemudahan dalam segala urusan, semangat guys, Fighting!

5. Seluruh Teman-teman Ekonomi Pembangunan 2008 yang telah mengukir banyak kenangan indah dari awal sampai akhir studi.

MOTTO

...Say "I am getting better and better time by time" (@pemulihanjiwa)...

...Waktu bagaikan pedang. Jika kamu tidak memotongnya (memanfaatkannya), maka dia akan memotongmu (Imam Syafi'i)...

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim, Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan magang dengan judul “Analisis Faktor yang Mempengaruhi Keuntungan Pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan”, yang merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi guna memperoleh gelar sarjana ekonomi di Universitas Sebelas Maret Surakarta. Secara khusus dalam kesempatan ini, dengan segala kerendahan dan keikhlasan hati, penulis mengucapkan rasa terima kasih dan hormat kepada:

1. Bapak Drs. Wahyu Agung Setyo,M.Si, selaku pembimbing yang selalu memberikan saran dan bimbingan selama penulisan skripsi ini hingga selesai.

2. Bapak Dr. Wisnu Untoro M.S, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Drs. Supriyono, M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Ibu Maryuni, selaku Lurah Kelurahan Ngampilan yang telah memperkenankan penulis melakukan kegiatan penelitian di kantor Kelurahan Ngampilan, Yogyakarta.

5. Ibu Sumiyati dan Ibu Dini Sumarjono selaku Ketua Paguyuban Sumekar dan Paguyuban Laris Manis, yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan kegiatan penelitian dan menyebar kuisioner kepada pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan.

memberikan kesempatan dan menyempatkan waktunya kepada penulis untuk mewawancarai berkenaan dengan usaha Bakpia Pathok.

7. Kedua Orang Tua saya Bapak Marwandi Siswo Pranoto dan Ibu Musriyem, serta adik saya Ratna Yuni Ratriningsih yang tiada hentinya mendukung dan memberikan semangat serta doa bagi penulis untuk menyelesaikan studi.

8. Mbah Kakung, Mbah Uti, Bulek Titi, Bulek Warni, Bulek Gendut, Lek Umar, Lungit yang selalu memberikan dukungan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Sahabat-sahabatku, Dini, Memel, Furi, Ningrum, Devi, Acik, Rusminah, Mbak Mita, Jum-jum, Dony, Saridewi, Paul, Arif, Putri, Menik, Hesty, terima kasih telah menjadi guru, memotivasi, dan memberikan dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. I love you guys.

10. Teman-teman Fakultas Ekonomi Pembangunan angkatan 2008 Terima kasih atas segala dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata, penulis menyadari sepenuhnya dalam penulisan skripsi ini masih belum lengkap dan sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi kemajuan penulis. Semoga skripsi ini berguna bagi semua pihak yang membutuhkan dan memberikan masukan yang berharga bagi penelitian-penelitian selanjutnya.

Surakarta, Januari 2013

Penulis

2. Interpretasi Hasil Secara Ekonomi ....................................... 77

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 82

A. Kesimpulan ................................................................................ 82

B. Saran-saran ................................................................................. 83

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 85 LAMPIRAN ................................................................................................ 87

DAFTAR TABEL

4.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin ........................................... 44

4.2 Jumlah Penduduk Menurut Kewarganegaraan ..................................... 45

4.3 Jumlah Penduduk Menurut Usia Kelompok Pendidikan ...................... 45

4.4 Jumlah Penduduk Menurut Usia Kelompok Tenaga Kerja .................. 46

4.5 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Umum ...................... 46

4.6 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian ..................................... 47

4.7 Sarana dan Prasarana Perdagangan di Kelurahan Ngampilan ............. 48

4.8 Sarana dan Prasarana Jasa di Kelurahan Ngampilan ........................... 48

4.9 Sarana dan Prasarana Perkoperasian ................................................... 49

4.10 Jenis Industri Masyarakat Kelurahan Ngampilan ............................... 49

4.11 Karakteristik Responden Menurut Kelompok Umur .......................... 55

4.12 Karakteristik Responden Menurut Status Perkawinan ....................... 55

4.13 Karakteristik Responden Menurut Modal Usaha ............................... 56

4.14 Karakteristik Responden Menurut Pengalaman Usaha ...................... 57

4.15 Karakteristik Responden Menurut Jumlah Tenaga Kerja .................. 58

4.16 Karakteristik Responden Menurut Keuntungan per-Hari .................. 59

4.17 Karakteristik Responden Menurut Jam Berdagang ........................... 60

4.18 Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pendidikan .................... 61

4.19 Karakteristik Responden Menurut Upah Tenaga Kerja .................... 61

4.20 Karakteristik Responden Menurut Terbatasnya Modal .................... 62

4.21 Karakteristik Responden Menurut Kurangnya Tenaga Kerja .......... 63

4.22 Karakteristik Responden Berdasarkan Banyaknya Pesaing ............. 64

4.24 Hasil Uji MWD Linear ..................................................................... 67

4.25 Hasil Uji MWD Log-Linear ............................................................. 68

4.26 Hasil Persamaan Regresi Keuntungan ............................................. 69

4.27 Hasil Uji t ......................................................................................... 71

4.28 Uji Multikolinearitas ........................................................................ 75

4.29 Uji Heteroskedastisitas ..................................................................... 76

4.30 Uji Autokorelasi ............................................................................... 77

DAFTAR GAMBAR

2.1 Diagram Faktor yang Mempengaruhi Keuntungan Pedagang ................... 24

2.2 Kriteria Pengujian Uji t .............................................................................. 38

2.3 Kriteria Pengujian Uji F .............................................................................. 40

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEUNTUNGAN PEDAGANG BAKPIA PATHOK DI KELURAHAN NGAMPILAN NURUL ENGGAR TYASTININGSIH F0108096 ABSTRAKSI

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi tingkat keuntungan usaha para pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan metode penelitian survey di Yogyakarta, dengan mengambil studi kasus di Kelurahan Ngampilan yang merupakan daerah sentra penjual Bakpia Pathok. Unit analisis adalah para pedagang atau penjual Bakpia Pathok yang berada di Kelurahan Ngampilan. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer tersebut diambil dari wawancara, yaitu dengan berdialog langsung dengan para responden, observasi atau pengumpulan data melalui pengamatan dan pencatatan secara sistematis pada objek penelitian, dan kuisioner yang disebarkan kepada para pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan. Populasi dalam penelitian ini adalah para pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan yang menurut hasil sensus ekonomi tahun 2006 oleh Badan Pusat Statistik Yogyakarta berjumlah 72 pedagang. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan Metode Slovin sehingga diperoleh jumlah sampel sebanyak 42 pedagang.

Data dianalisis dengan menggunakan alat analisis regresi model Log- Linear dengan metode Ordinary Least Square (OLS) melalui program eviews 6.0

dan menunjukan bahwa variable pengalaman usaha, pendidikan yang telah ditempuh pedagang, dan tingkat upah tenaga kerja berpengaruh secara signifikan terhadap keuntungan pedagang Bakpia Pathok di Yogyakarta. Sedangkan variable modal usaha, waktu dagang, dan jumlah usaha tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keuntungan pedagang Bakpia Pathok di Yogyakarta. Berdasarkan hasil analisis diperoleh data antara lain F-statistic sebesar 4.184105, significance probability sebesar 0.002839, Adjusted R-Squared sebesar 0.317856, R-squared sebesar 0.417682. Hal ini menunjukkan bahwa 41.76% variasi variabel dapat dijelaskan dalam model dan sisanya sekitar 58.24% dijelaskan oleh variabel diluar model. Berdasarkan hasil dari uji F diperoleh F hitung > F tabel sehingga semua variabel independen secara bersama – sama mempengaruhi variabel dependen pada

tingkat signifikansi 10%. Para pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan pada khususnya dan pedagang Bakpia Pathok di Yogyakarta pada umumnya harus meningkatkan pengalaman usahanya dan tetap menambah pengetahuan atau pendidikan di bidang bisnis makanan, serta menetapkan tingkat upah tenaga kerja yang sesuai demi kesejahteraan pekerjanya. Hal ini semua dilakukan guna meningkatkan keuntungan pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan.

Kata kunci: Pedagang, MWD Test, modal usaha, pengalaman usaha, jam

ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING PROFIT TRADER BAKPIA PATHOK IN SUB NGAMPILAN NURUL ENGGAR TYASTININGSIH

F 0108096

ABSTRACT

The main objective of this study was to analyze the factors that can affect the level of profits traders Bakpia Pathok in Sub Ngampilan. This research is descriptive quantitative. This study uses quantitative and survey research methods in Yogyakarta, by taking a case study in the village which is the center Ngampilan Bakpia Pathok sellers. The unit of analysis is the merchant or seller Bakpia Pathok located in the Village Ngampilan. The type of data used are primary data and secondary data. Primary data was taken from the interview, which is the direct dialogue with the respondents, observation or collection of data through observation and recording systematically the research object, and the questionnaires were distributed to the traders in the village Bakpia Pathok Ngampilan. The population in this study were the merchants in the Village Ngampilan Bakpia Pathok which according to the 2006 economic census by Statistics Yogyakarta totaled 72 merchants. The sampling method in this study used the number of Slovin to obtain samples as many as 42 vendors.

Data were analyzed using analysis tools Log-Linear regression models by the method of Ordinary Least Square (OLS) through 6.0 eviews program and show that the variable business experience, education has been pursued merchants, and wage labor have a significant influence on the profits traders Bakpia Pathok Yogyakarta. While variable capital, trade time, and the amount of effort not significantly affect traders' profits Bakpia Pathok in Yogyakarta. Based on the analysis of data obtained by the other F-statistic of 4.184105, significance probability of 0.002839, Adjusted R-Squared of 0.317856, R-squared of 0.417682. This indicates that 41.76% of the variation can be explained in the model variable and the remaining 58.24% is explained by variables outside the model. Based on the results obtained from test F F count> F table so that all the independent variables together - together affect the dependent variable at a significance level of 10%.

The merchants in the Village Bakpia Pathok Ngampilan in particular and merchants Bakpia Pathok in Yogyakarta in general should improve the experience of business and still gain knowledge or education in the field of food business, and to determine the level of labor appropriate for the welfare of workers. This is all done in order to increase profits traders Bakpia Pathok in Sub Ngampilan.

Keywords : Traders, MWD Test, venture capital, business experience, hours of trade, education, workforce, labor wage rates.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Permasalahan ketenagakerjaan di Indonesia hingga saat ini masih merupakan permasalahan yang cukup rumit untuk diselesaikan. Hal ini terjadi karena lapangan kerja formal tidak lagi mampu menyerap seluruh ketersediaan tenaga kerja akibat bertambah majunya teknologi yang digunakan untuk menggantikan fungsi tenaga kerja manusia. Masalah pendidikan dan kemampuan angkatan kerja yang kebanyakan mempunyai keterampilan yang masih relatif rendah, sedangkan lapangan kerja formal mengharuskan tenaga kerja yang dibutuhkan mempunyai kompetensi yang tinggi agar mendapat tempat pada lapangan kerja formal tersebut.

Adanya pertumbuhan yang tidak seimbang antara angkatan dan kesempatan kerja dengan segala dampak secara sosial ekonomi inilah yang akan menjadikan penciptaan lapangan kerja sebagai prioritas utama di Indonesia. Akibat dari sulit bekerja di sektor formal inilah yang membuat masyarakat berfikir untuk mendirikan usaha sendiri tanpa harus berupaya mendapatkan pekerjaan di sektor formal. Sejalan dengan keadaan itu, pemerintah menyadari bahwa penciptaan lapangan usaha baru yang dikelola oleh wiraswasta-wiraswasta sebagai pelaku bisnis yang siap terjun pada persaingan adalah salah satu cara untuk mengurangi tingkat pengangguran di Indonesia. Jenis usaha yang banyak dipilih untuk menjadi awal karir masyarakat adalah usaha kecil atau industri kecil. Industri kecil merupakan industri yang bergerak dengan jumlah pekerja sedikit, Adanya pertumbuhan yang tidak seimbang antara angkatan dan kesempatan kerja dengan segala dampak secara sosial ekonomi inilah yang akan menjadikan penciptaan lapangan kerja sebagai prioritas utama di Indonesia. Akibat dari sulit bekerja di sektor formal inilah yang membuat masyarakat berfikir untuk mendirikan usaha sendiri tanpa harus berupaya mendapatkan pekerjaan di sektor formal. Sejalan dengan keadaan itu, pemerintah menyadari bahwa penciptaan lapangan usaha baru yang dikelola oleh wiraswasta-wiraswasta sebagai pelaku bisnis yang siap terjun pada persaingan adalah salah satu cara untuk mengurangi tingkat pengangguran di Indonesia. Jenis usaha yang banyak dipilih untuk menjadi awal karir masyarakat adalah usaha kecil atau industri kecil. Industri kecil merupakan industri yang bergerak dengan jumlah pekerja sedikit,

Industri kecil juga merupakan bagian integral dari dunia usaha nasional yang mempunyai kedudukan, potensi, dan peranan yang sangat strategis dalam mewujudkan tujuan pembangunan nasional. Mengingat peranannya dalam pembangunan, usaha kecil harus terus dikembangkan dengan semangat kekeluargaan, saling isi mengisi, saling memperkuat antara industri kecil dan besar dalam rangka pemerataan serta mewujudkan kemakmuran yang sebesar- besarnya bagi seluruh rakyat Indonesia. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, pemerintah dan masyarakat harus saling bekerjasama. Masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan, sedangkan pemerintah berkewajiban untuk mengarahkan, membimbing, melindungi serta menumbuhkan iklim usaha.

Seiring dengan dibukanya kesempatan yang lebar kepada setiap orang untuk menciptakan lapangan pekerjaan, maka otomatis akan timbul pula persaingan-persaingan usaha pada bidang yang sama di suatu wilayah tertentu. Hal tersebut yang menjadi pemicu para pengusaha untuk berfikir kreatif dan menciptakan suatu inovasi yang dapat menciptakan suatu produk yang menarik, suatu produk yang berhubungan dengan masyarakat sehari-hari dan dapat mendatangkan keuntungan yang optimal. Produk makanan ringan adalah satu usaha yang banyak dilirik para pengusaha-pengusaha kecil yang mulai merintis usahanya. Salah satunya adalah di daerah Yogyakarta, tepatnya di Kelurahan Ngampilan, Kecamatan Ngampilan, Yogyakarta selain menjadi tempat tujuan berwisata, menjadi tempat perdagangan, baik barang-barang kerajinan maupun Seiring dengan dibukanya kesempatan yang lebar kepada setiap orang untuk menciptakan lapangan pekerjaan, maka otomatis akan timbul pula persaingan-persaingan usaha pada bidang yang sama di suatu wilayah tertentu. Hal tersebut yang menjadi pemicu para pengusaha untuk berfikir kreatif dan menciptakan suatu inovasi yang dapat menciptakan suatu produk yang menarik, suatu produk yang berhubungan dengan masyarakat sehari-hari dan dapat mendatangkan keuntungan yang optimal. Produk makanan ringan adalah satu usaha yang banyak dilirik para pengusaha-pengusaha kecil yang mulai merintis usahanya. Salah satunya adalah di daerah Yogyakarta, tepatnya di Kelurahan Ngampilan, Kecamatan Ngampilan, Yogyakarta selain menjadi tempat tujuan berwisata, menjadi tempat perdagangan, baik barang-barang kerajinan maupun

Bakpia Pathok awalnya berasal dari pembuat bakpia pertama dan terkenal sejak 1978 dari Jalan Pathok nomer 75 yang hingga kini tetap bertahan dan bernama Bakpia Pathok 75. Pada tahun 1980 mulai tampil kemasan baru dengan merek dagang sesuai nomor rumah, diikuti munculnya bakpia-bakpia lain dengan merek dagang nomer berlainan. Demikian pesatnya perkembangan kue oleh-oleh itu hingga mencapai booming sejak sekitar tahun 1992. Seiring waktu, bermunculan pula Bakpia Pathok 25,21, 555 dan sebagainya. Untuk rasa dan kualitas, tentunya para konsumen harus cukup selektif. Saat Bakpia Pathok 75 masih tetap konsisten pada isi kacang hijau untuk menjaga keasliannya, rumah- rumah bakpia lain mulai mengembangkan isi dengan kacang merah, rasa cokelat, keju bahkan durian. Bakpia Pathok ini adalah salah satu maskot Yogyakarta paling terkenal selain Malioboro, jika berkunjung ke Yogyakarta pasti membawa bakpia untuk oleh oleh sanak saudara dan teman. Selama ini orang banyak mengenal nama Bakpia Pathok, karena memang penjual dan produsen bakpia banyak bertebaran di kawasan Kelurahan Ngampilan, Kecamatan Ngampilan, Yogyakarta. Yang membedakan Kelurahan Ngampilan dengan daerah penjual Bakpia Pathok awalnya berasal dari pembuat bakpia pertama dan terkenal sejak 1978 dari Jalan Pathok nomer 75 yang hingga kini tetap bertahan dan bernama Bakpia Pathok 75. Pada tahun 1980 mulai tampil kemasan baru dengan merek dagang sesuai nomor rumah, diikuti munculnya bakpia-bakpia lain dengan merek dagang nomer berlainan. Demikian pesatnya perkembangan kue oleh-oleh itu hingga mencapai booming sejak sekitar tahun 1992. Seiring waktu, bermunculan pula Bakpia Pathok 25,21, 555 dan sebagainya. Untuk rasa dan kualitas, tentunya para konsumen harus cukup selektif. Saat Bakpia Pathok 75 masih tetap konsisten pada isi kacang hijau untuk menjaga keasliannya, rumah- rumah bakpia lain mulai mengembangkan isi dengan kacang merah, rasa cokelat, keju bahkan durian. Bakpia Pathok ini adalah salah satu maskot Yogyakarta paling terkenal selain Malioboro, jika berkunjung ke Yogyakarta pasti membawa bakpia untuk oleh oleh sanak saudara dan teman. Selama ini orang banyak mengenal nama Bakpia Pathok, karena memang penjual dan produsen bakpia banyak bertebaran di kawasan Kelurahan Ngampilan, Kecamatan Ngampilan, Yogyakarta. Yang membedakan Kelurahan Ngampilan dengan daerah penjual

Di sentra bakpia ini terdapat banyak sekali penjual dan produsen bakpia. Dari yang punya toko mentereng dan besar sampai yang skala industri dan toko rumah tangga,. Yang sudah sering dikenal itu ada Bakpia Pathok 25, 35, 38, 55,

67, 75, 99, dan entah nomor berapa lagi. Angka–angka itu umumnya menunjukkan angka nomor alamat rumah. Tidak ada yang tahu bagaimana awal mulanya sampai mereka mulai memakai nomor rumahnya itu untuk menamai produk bakpianya. Mungkin karena kepraktisan saja maka produsen memakai nomer rumahnya. Butuh dukungan dari berbagai pihak agar para pedagang dapat mengoptimalkan keuntungan, baik dukungan dari pedagang sendiri, para pembeli, maupun dukungan dari faktor lain yang tentunya akan sangat membantu.

Berdasarkan alasan di tas tersebut, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Analisis Faktor yang Mempengaruhi Keuntungan Pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini dirumuskan beberapa masalah yaitu :

1. Bagaimana pengaruh modal usaha terhadap keuntungan pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan ?

2. Bagaimana pengaruh lama usaha terhadap keuntungan pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan ?

3. Bagaimana pengaruh waktu dagang terhadap keuntungan pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan ?

4. Bagaimana pengaruh pendidikan yang telah ditempuh pedagang terhadap keuntungan pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan ?

5. Bagaimana pengaruh jumlah tenaga kerja pedagang terhadap keuntungan pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan ?

6. Bagaimana pengaruh tingkat upah tenaga kerja pedagang terhadap keuntungan pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan ?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalah yang ada, penelitian ini bertujuan :

1. Untuk mengetahui pengaruh modal usaha terhadap keuntungan pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan.

2. Untuk mengetahui pengaruh lama usaha terhadap keuntungan pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan.

3. Untuk mengetahui pengaruh waktu dagang terhadap keuntungan pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan.

keuntungan pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan.

5. Untuk megetahui pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap keuntungan pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan.

6. Untuk megetahui pengaruh tingkat upah tenaga kerja terhadap keuntungan pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat, antara lain :

1. Bagi Dunia Pendidikan Hasil dari penelitian ini diharapkan dimanfaatkan sebagai informasi tambahan khususnya di bidang bisnis makanan.

2. Bagi Pemerintah Diharapkan dapat sebagai referensi tambahan dalam upaya pengembangan dan pengelolaan pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan khususnya dan pedagang Bakpia Pathok di D.I Yogyakarta pada umumnya.

3. Bagi Pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi para pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan agar dapat lebih mengembangkan usaha serta melakukan inovasi agar dapat mencapai keuntungan yang optimal.

Untuk menambah wawasan dan untuk memenuhi syarat-syarat penulis guna memperoleh gelar sarjana ekonomi Universitas Sebelas Maret.

5. Bagi Pembaca Memberikan sumbangan pengetahuan bagi pembaca tentang kegiatan dan perkembangan usaha Bakpia Pathok.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Arti Penting Industri Kecil

Dari pengelompokan dan penggolongan industri kecil dan rumah tangga dalam klasifikasi industri dapat terlihat bahwa kegiatan industri kecil dan rumah tangga tidak hanya masuk dalam klasifikasi tenaga kerja saja, melainkan dapat dimasukkan ke berbagai klasifikasi sesuai dengan karakteristik klasifikasi, seperti : industri hulu dan industri hilir. Industri Kecil dan Rumah Tangga (IKRT) dapat masuk dalam industri hilir karena industri hulu merupakan industri yang membutuhkan modal, teknologi dan sumber daya manusia yang tinggi. Dengan demikian, karakteristik industri kecil dan rumah tangga adalah ( www.google.com/industrikecil ):

1. Industri yang bersifat industri yang ekstraktif yang cenderung

menggunakan barang setengah jadi menjadi barang jadi.

2. Industri yang dikelompokkan pada industri dengan jumlah tenaga kerja 1 sampai 19 orang. Batasan jumlah pekerja terkait dengan kompleksitas organisasi apabila jumlah tenaga semakin banyak yang juga membutuhkan pembiayaan.

3. Industri yang dilakukan tidak perlu pengolahan lebih lanjut yang disebut dengan industri primer. Hal ini disebabkan kemampuan, modal dan teknologi yang murah daripada industri yang dikatagorikan industri sekunder atau primer.

(misal: pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan) daripada pertambangan. Hal ini disebabkan oleh kemudahan teknologi yang digunakan terhadap bahan dari pertanian daripada pertambangan atau jasa. Sebagai contoh : industri makanan, mebel dan kerajinan tangan dan sebagainya.

5. Industri yang tidak tergantung pada kondisi tertentu seperti bahan baku, pasar dan tenaga kerja, karena kebutuhan tenaga kerja yang kecil. Manajemen pengelola, teknologi yang rendah serta tidak membutuhkan tenaga kerja yang ahli membuat karakter industri ini tidak tergantung persyaratan lokasi. Dalam arti lokasi industri kecil dan rumah tangga sangat fleksibel.

6. Ditinjau dari proses produksinya, IKRT (Industri Kecil dan Rumah Tangga) dapat digolongkan sebagai industri hilir, yaitu menggunakan barang setengah jadi menjadi barang jadi. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat kemudahan pengolahannya dibandingkan dengan industri hulu.

7. Industri Kecil dan Rumah Tangga termasuk pada industri ringan. Dalam hal ini ditinjau dari barang yang dihasilkan merupakan barang yang sederhana, tidak rumit serta tidak membutuhkan proses yang rumit dan teknologi yang tinggi.

8. Sebagian besar industri kecil dan rumah tangga adalah masyarakat menengah ke bawah yang tidak mempunyai modal serta aset untuk mendapatkan bantuan dari bank, sehingga sistem pemodalan adalah 8. Sebagian besar industri kecil dan rumah tangga adalah masyarakat menengah ke bawah yang tidak mempunyai modal serta aset untuk mendapatkan bantuan dari bank, sehingga sistem pemodalan adalah

9. Ditinjau dari subyek pengelola, IKRT merupakan industri yang dimiliki oleh pribadi (rakyat) dengan sistem pengelolaannya yang sederhana.

10. Ditinjau dari cara pengelolaannya, industri ini merupakan industri yang mempunyai struktur manajemen dan sistem keuangan yang sederhana. Hal ini disebabkan industri ini lebih banyak bersifat kekeluargaan.

B. Permasalahan Industri Kecil

Dari banyak studi yang dilakukan oleh para ahli pada industri kecil di Indonesia, permasalahan pokok yang banyak dihadapi oleh sektor industri kecil adalah :

1. Nurimansyah Hasibuan (1990 : 2) :

a. Mutu produk yang rendah

b. Teknologi produksi yang sangat tradisional

c. Kurangnya modal usaha

d. Pasar yang terbatas

e. Motivasi berproduksi terbatas pada tingkat subsistem

f. Keterampilan yang kuran

g. Cara kerja yang masih terkena kultur agraris

2. Tulus Tambunan (2002 : 73-80)

a. Kesulitan pemasaran

b. Keterbatasan financial

c. Keterbatasan SDM

d. Masalah bahan baku

C. Sektor Informal

1. Pengertian Sektor Informal

Berikut ini beberapa definisi atau pengertian sektor informal :

a. Lingkungan usaha yang tidak resmi atau lapangan pekerjaan yang diciptakan dan diusahakan sendiri oleh pencari kerja (seperti wiraswasta). Sebagai contoh usaha yg paling menguntungkan sektor informal adalah membuka rumah makan di tempat-tempat yg ramai.

b. Sektor informal juga dapat diartikan unit usaha kecil yg melakukan kegiatan produksi dan/atau distribusi barang dan jasa untuk menciptakan lapangan kerja dan penghasilan bagi mereka yg terlibat unit tsb bekerja dng keterbatasan, baik modal, fisik, tenaga, maupun keahlian

c. Segala jenis pekerjaan yang tidak menghasilkan pendapatan yang tetap, tempat pekerjaan yang tidak terdapat keamanan kerja (job security), tempat bekerja yang tidak ada status permanen atas pekerjaan tersebut dan unit usaha atau lembaga yang tidak berbadan hukum.

d. Sektor Informal juga dapat didefinisikan sebagai unit-unit usaha yang tidak atau sedikit sekali menerima proteksi ekonomi secara resmi dari pemerintah. Definisi ini membuat batasan yang jelas dan tegas: sepanjang bantuan atau fasilitas pemerintah belum pernah diterima atau dinikmati oleh sebuah unit usaha, maka unit usaha itu digolongkan ke dalam sektor informal. Dengan demikian, ketersediaan fasilitas pemerintah bukanlah unsur utama, melainkan bagaimana sebuah unit d. Sektor Informal juga dapat didefinisikan sebagai unit-unit usaha yang tidak atau sedikit sekali menerima proteksi ekonomi secara resmi dari pemerintah. Definisi ini membuat batasan yang jelas dan tegas: sepanjang bantuan atau fasilitas pemerintah belum pernah diterima atau dinikmati oleh sebuah unit usaha, maka unit usaha itu digolongkan ke dalam sektor informal. Dengan demikian, ketersediaan fasilitas pemerintah bukanlah unsur utama, melainkan bagaimana sebuah unit

2. Karakteristik Sektor Informal

a. Mudah masuk, artinya setiap orang dapat kapan saja masuk ke jenis usaha informal ini.

b. Bersandar pada sumber daya lokal

c. Biasanya bersifat usaha milik keluarga

d. Operasi skala kecil, banyak menggunakan tenaga kerja (padat karya)

e. Keterampilan diperoleh dari luar system formal sekolah

f. Teknologi yang dipakai relative sederhana

g. Tidak diatur dalam pasar yang kompetitif

h. Bervariasi dalam bidang kegiatan produksi barang dan jasa bersakala kecil

i. Pemberian upah pada sektor informal lepas dari campur tangan pemerintah tidak seperti upah sektor formal yang diintervensi pemerintah melalui peraturan Upah Minimum Propinsi (UMP).

D. Pendapatan

Pada hakekatnya konsep dasar pendapatan adalah bahwa pendapatan merupakan proses arus yaitu penciptaan barang dan jasa oleh perusahaan selama jangka waktu tertentu. Paton dan Littleton menyebutnya sebagai produk perusahaan dan besarnya diukur dengan jumlah rupiah aktiva baru Pada hakekatnya konsep dasar pendapatan adalah bahwa pendapatan merupakan proses arus yaitu penciptaan barang dan jasa oleh perusahaan selama jangka waktu tertentu. Paton dan Littleton menyebutnya sebagai produk perusahaan dan besarnya diukur dengan jumlah rupiah aktiva baru

Berikut beberapa pengertian pendapatan yang dikemukakan penulis dalam berbagai literatur akuntansi.

a. Menurut Donals E. Kieso dan Jerry J. Weygandy (1986 : 164), memberikan definisi sebagai berikut : Revenue is an in flow of cash or other properties in exchange for good sold or services rendered . Definisi ini menjelaskan bahwa pendapatan (revenue) diartikan sebagai aliran masuk kas atau setara kasnya yang terjadi akibat adanya penjualan barang atau penyerahan jasa yang dihasilkan.

b. Menurut Eldon S. Hendriksen (dalam Marianus Sinaga, 1993 : 164) mendefinisikan pendapatan adalah ekspresi moneter dari keseluruhan produk atau jasa yang ditransfer oleh suatu perusahaan kepada pelanggannya selama satu periode. Menurut definisi ini, maka pendapatan diukur berdasarkan jumlah barang dan jasa yang diserahkan kepada pembeli atau langganan (dengan menggunakan satuan mata uang tertentu). Jadi merupakan aliran keluarnya (out flow) nilai atas barang atau jasa yang ditransfer kepada langganannya.

c. Menurut Zaki Baridwan (1992 : 30) Pendapatan (revenue) adalah aliran masuk atau kenaikan lain aktiva suatu badan usaha atau pelunasan utangnya (atau kombinasi keduanya) selama satu periode yang berasal dari penyerahan atau pembuatan barang, penyerahan jasa, atau dari kegiatan lain yang merupakan kegiatan utama badan usaha. Kemudian beliau

jumlah hasil penjualan kepada pembeli selama suatu periode akuntansi, dikurangi penjualan retur dan potongan-potongan. Pengertian di atas bahwa pendapatan adalah keseluruhan penerimaan dari suatu unit usaha selama satu periode tertentu setelah dikurangi dengan penjualan retur dan potongan-potongan. Maksud penjualan retur adalah pengembalian barang oleh pelanggan karena barang tertentu yang dikirm rusak atau tidak sesuai pesanan. Sedangkan potongan penjualan adalah potongan yang diberikan kepada pelanggan karena langganan membayar lebih cepat sesuai dengan waktu yang telah ditentukan untuk mendapat potongan.

d. Menurut C. Rolin Niswonger dan Carl S. Waren (dalam Hyginus Ruswianarto, 1993 : 57) pendapatan adalah kenaikan kotor (gross) dalam modal pemilik yang dihasilkan dari penjualan barang dagangan, pelaksanaan jasa kepada pelanggan atau klien, penyewaan harta, peminjaman uang, dan semua kegiatan usaha serta profesi yang bertujuan untuk memperoleh penghasilan.

Maksud definisi di atas adalah pendapatan dapat dihasilkan melalui berbagai kegiatan usaha baik yang berasal dari usaha perdagangan, jasa maupun profesi yang akan berpengaruh terhadap peningkatan kotor (laba bruto).

e. Menurut Smith and Skousen (1995 : 15) pendapatan adalah kenaikan (inflows) dari aktiva yang berasal dari operasi (kegiatan) normal perusahaan. Dalam definisi ini terdapat pembatasan yang jelas mengenai e. Menurut Smith and Skousen (1995 : 15) pendapatan adalah kenaikan (inflows) dari aktiva yang berasal dari operasi (kegiatan) normal perusahaan. Dalam definisi ini terdapat pembatasan yang jelas mengenai

f. Menurut M. Munandar (1996 : 18) Pendapatan (revenue) adalah suatu pertambahan assets yang mengakibatkan bertambahnya owners equity, tetapi bukan karena pertambahan modal baru dari pemiliknya dan bukan pula merupakan pertambahan assets yang disebabkan karena bertambahnya liabilities.

Definisi ini menjelaskan bahwa suatu pertambahan assets dapat disebut revenue atau pendapatan apabila pertambahan assets tersebut berasal dari kontra prestasi yang diterima perusahaan atas jasa-jasa yang diberikan kepada pihak lain. Selanjutnya, pertambahan atau peningkatan assets akan mengakibatkan bertambahnya owners equity.

E. Pengertian Pedagang

Pedagang merupakan orang yang berusaha dibidang produksi dan berjualan barang-barang untuk memenuhi kebutuhan kelompok konsumen

tertentu di dalam masyarakat dalam suasana lingkungan informal. Mereka adalah orang yang menjalankan kegiatan dalam usaha memindahkan hak atas orang lain secara terus menerus sebagai sumber penghidupannya (Irawan Bayu Swastha, 1992: 289).

Pedagang kecil pada awalnya diartikan sebagai orang yang menjual barang-barang dan jasa langsung kepada konsumen akhir bagi yang pemanfaatan yang sifatnnya perseorangan dan bukan untuk usaha. Arti sempit pedagang kecil atau pengecer adalah sebuah lembaga untuk melakukan suatu Pedagang kecil pada awalnya diartikan sebagai orang yang menjual barang-barang dan jasa langsung kepada konsumen akhir bagi yang pemanfaatan yang sifatnnya perseorangan dan bukan untuk usaha. Arti sempit pedagang kecil atau pengecer adalah sebuah lembaga untuk melakukan suatu

a. Penjual Borongan (Punggawa) Punggawa adalah istilah umum yang digunakan di seluruh Sulawesi Selatan untuk menggambarkan pihak yang mempunyai cadangan dan penguasaan modal yang lebih besar dalam perekonomian dan digunakan secara luas di kota dan di desa. Istilah punggawan ini tidak mempunyai pengertian yang tepat, namun diantara pedagang sektor informal, istilah ini dapat digunakan untuk menggambarkan para wiraswasta yang memodali dan mengorganisir barang-barang dagangan.

b. Pengecer Besar Pedagang besar adalah pedagang-pedagang besar yang mempunyai warung di pasar. Warung atau kios tersebut adalah tempat yang permanen, dalam artian bahwa bangunannya tidak berpindah-pindah, namun kekuatan penggunaan tempat tersebut tergantung pada persetujuan dan tata tertib pemerintah setempat.

c. Pengecer Kecil Kategori pengecer kecil ini mencakup pedagang pasar yang berjualan di luar pasar, tepi jalan, maupun mereka yang menempati kios- kios di pinggiran pasar. Perbedaan dari pengecer besar adalah mereka hanya membayar sedikit saja untuk menggunakan tempat-tempat tersebut, c. Pengecer Kecil Kategori pengecer kecil ini mencakup pedagang pasar yang berjualan di luar pasar, tepi jalan, maupun mereka yang menempati kios- kios di pinggiran pasar. Perbedaan dari pengecer besar adalah mereka hanya membayar sedikit saja untuk menggunakan tempat-tempat tersebut,

F. Keuntungan

a. Teori Keuntungan

Menurut Lincolin Arsyad (1996:23) keuntungan adalah selisih antara penerimaan dengan biaya sehingga keuntungan tergantung pada besarnya biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan atau seseorang. Pemilik usaha menjalankan kegiatan usahanya untuk mencari keuntungan yang maksismum, dan keuntungan maksimum hanya akan didapat apabila pemilik usaha membuat pilihan tepat terhadap jenis barang atau jasa yang akan dijualnya.

Keuntungan dapat didefinisikan dengan dua cara, yang pertama keuntungan dalam ilmu ekonomi murni didefinisikan sebagai peningkatan kekayaan seorang investor sebagai hasil penanam modalnya, setelah dikurangi biaya-biaya yang berhubungan dengan penanaman modal tersebut (termasuk di dalamnya, biaya kesempatan). Sementara itu, keuntungan dalam akuntansi didefinisikan sebagai selisih antara harga penjualan dengan biaya produksi. Perbedaan di antara keduanya adalah dalam hal pendefinisian biaya.

TR – TC = 䤸 Keterangan :

a. TR (Total Revenue) adalah penerimaan total produsen dari hasil penjualan outputnya. TR = output x harga jual

b. TC (Total Cost) adalah total biaya yang dilakukan utnuk memproduksi output yang dipengaruhi oleh dua variabel biaya tetap (biaya yang dihasilkan untuk menghasilkan output hingga jumlah tertentu dengan biaya yang sama) dan biaya variabel (biaya yang dikeluarkan sesuai dengan jumlah output yang diproduksi)

c. TR harus lebih besar dari TC, dengan kata lain TR-TC harus mempunyai selisih positif, bila terjadi TR=TC, maka terjadi BEP (Break Event Point ) atau tidak terjadi keuntungan maupun kerugian.

Manfaat dari analisis keuntungan menurut Lipsey et al (1995) adalah untuk menilai sejauh mana perusahaan menggunakan sumber daya langka dengan sebaik-baiknya. Tingginya tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan digunakan sebagai parameter tingkat efisiensi perusahaan dalam penggunaan sumber daya yang digunakan. Oleh karena itu, tujuan dari suatu perusahaan ataupun pedagang adalah untuk memaksimumkan keuntungan usahanya. Agar pedagang memperoleh keuntungan, pedagang harus dapat memaksimumkan penerimaan dan meminimumkan biaya. Besarnya penerimaan yang diperoleh dipengaruhi oleh total penjualan dan harga yang ditetapkan oleh Manfaat dari analisis keuntungan menurut Lipsey et al (1995) adalah untuk menilai sejauh mana perusahaan menggunakan sumber daya langka dengan sebaik-baiknya. Tingginya tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan digunakan sebagai parameter tingkat efisiensi perusahaan dalam penggunaan sumber daya yang digunakan. Oleh karena itu, tujuan dari suatu perusahaan ataupun pedagang adalah untuk memaksimumkan keuntungan usahanya. Agar pedagang memperoleh keuntungan, pedagang harus dapat memaksimumkan penerimaan dan meminimumkan biaya. Besarnya penerimaan yang diperoleh dipengaruhi oleh total penjualan dan harga yang ditetapkan oleh

b. Faktor-faktor yang Diduga Mempengaruhi Keuntungan Pedagang Bakpia Pathok

1) Modal Usaha

Modal Usaha mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan berhasil atau tidaknya suatu usaha yang telah didirikan. Modal dapat dibagi menjadi 2, yaitu (Suryana, 2001:36) :

a) Modal Tetap Modal tetap adalah modal yang memberikan jasa untuk proses produksi dalam jangka waktu yang relatif lama dan tidak terpengaruh oleh besar kecilnya jumlah produksi.

b) Modal Lancar Modal lancar adalah modal yang memberikan jasa hanya sekali dalam proses produksi, bisa dalam bentuk bahan-bahan baku dan kebutuhan lain sebagai penunjang usaha tersebut. Berdasarkan fungsi kerjanya, modal dapat dibagi menjadi 2, yaitu

(Riyanto, 1994:51) :

a) Modal investasi tetap, meliputi peralatan yang digunakan dalam melakukan kegiatan usaha.

b) Modal kerja, digunakan untuk membiayai operasional sehari-hari, misalnya untuk memberikan porsekot, pembelian bahan mentah, dan membayar upah tenaga kerja.

2) Pengalaman Usaha

Pengalaman usaha dapat diartikan sebagai interaksi diri pribadi dengan lingkungan, di mana di dalamnya seseorang belajar secara aktif dan interaktif dengan lingkungan tersebut. Istilah pengalaman yang lain juga dapat diartikan sebagai hasil belajar. Pengalaman yang diperoleh seseorang meliputi 3 aspek, yaitu :

a) Pengalaman berupa pengetahuan

b) Pengalaman berupa keterampilan

c) Pengalaman berupa sikap atau nilai Pengalaman berupa keterampilan dapat memberikan kesejahteraan pribadi, baik lahiriah maupun batiniah, karena keterampilan yang lebih maka seseorang akan mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk meningkatkan pendapatannya (Bambang Riyanto, 1994:63)

Menurut Woodworth dan Marquis yang dikutip oleh Raida Nur Hapsari (2004), dalam hal pengalaman kerja ternyata tidak hanya menyangkut jumlah masa kerja saja, tetapi lebih dari itu juga perlu diperhitungkan jenis pekerjaan yang pernah dihadapinya. Sejalan dengan bertambahnya pengalaman kerja maka akan bertambah pula pengetahuan dan keterampilan seseorang dalam melaksanakan pekerjaannya karena penguasaan situasi dan kondisi dalam menghadapi calon pelanggan yang bervariasi semakin baik.

3) Waktu dagang / jam berdagang

Waktu dagang atau jam berdagang adalah curahan waktu yang diberikan oleh pedagang (pemilik dan pegawai) dalam suatu proses produksi setiap harinya.

Jones dan Bondan telah membagi lama kerja seseorang dalam satu minggu menjadi tiga kategori. Aris & Hatmaji (1985:175):