Alat Tangkap Bagan Apung

6 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Deskripsi Unit Penangkapan Bagan Apung

1. Alat Tangkap Bagan Apung

Alat tangkap bagan apung atau yang lebih dikenal dalam bahasa daerah setempat adalah “bagang”, merupakan salah satu unit penangkapan ikan yang paling dominan digunakan oleh nelayan di wilayah PPN Palabuhanratu, Sukabumi. Bagan apung ini termasuk ke dalam jenis alat tangkap jaring angkat lift net. Spesifikasi teknis alat tangkap bagan apung di PPN Palabuhanratu disampaikan pada Tabel 4. Tabel 4 Spesifikasi teknis bagan apung yang beroperasi di Palabuhanratu No. Alat dan bahan Keterangan 1 Bambu 100 unit 2 Diameter bambu cm : a. Bambu betung b. Bambu biasa 10 cm 5 cm 3 Bagan 9 m x 9 m x 6 m 4 Waring 8 m x 8 m x 2,5 m 5 Mata jaring 0,5 inci 6 Rumah bagan 3 m x 3 m x 1,5 m 7 Lampu 56 Watt 6-8 unit 8 Generator 1000 Watt 9 Tali pengikat PE D 0,6 – 1 inci 10 Pelampung 6-10 unit Jenis bagan yang dominan digunakan oleh nelayan Palabuhanratu yaitu bagan apung yang konstruksinya hampir sama dengan bagan tancap. Perbedaannya ialah bagan apung dapat dioperasikan pada berbagai tempat dapat dipindah-pindah dengan ditarik oleh kapal angkut. Bagan apung dibuat dan dirangkai dengan menggunakan bahan dasar utama yaitu bambu yang disusun berbentuk segi empat, pada bagian tengah di bawah bangunan bagan apung dipasang jaring yang berbentuk persegi empat yang diikatkan pada bingkai yang terbuat dari bambu yang ukurannya 1 meter lebih kecil dari pada lebar bangunan bagan itu sendiri. Pada keempat sisinya terdapat bambu-bambu yang melintang dan menyilang dengan maksud untuk memperkuat berdirinya bagan. Pada bagian tengah bangunan bagan apung, terdapat bangunan rumah kecil yang berfungsi sebagai tempat istirahat nelayan bagan, tempat penyimpanan peralatan penting dan tempat untuk melihat keberadaan ikan yang ada di bawah bagan. Pada bagian atas bagan juga terdapat roller bambu yang berfungsi untuk menurunkan jaring waring saat setting dan menarik jaring pada saat hauling. Pada bagian bawah bangunan bagan terdapat lampu yang dihubungkan melalui kabel dan tali ke rumah bagan. Lampu tersebut dikaitkan pada sebuah tiang bambu yang panjang nya dapat disesuaikan tergantung kebutuhan nelayan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Subani dan Barus 1989, alat tangkap bagan apung terdiri dari bambu 7 dan lampu, di atas bangunan bagan juga terdapat roller pemutar dari bambu yang berfungsi untuk menarik jaring. Umumnya alat tangkap ini berukuran 8 x 8 meter. Jaring yang digunakan adalah jaring yang biasa disebut dengan waring dengan waring. Ukuran mata jaring 0,4 inch dengan posisi terletak pada bagian bawah bangunan bagan yang di ikatkan pada bingkai bambu yang berbentuk segi empat. Namun terdapat sedikit perbedaan yang didapatkan pada hasil penelitian ini dengan pernyataan dari Subani dan Barus 1989 bahwa, bagan apung yang menjadi objek penelitian di Palabuhanratu berukuran 9 x 9 m dan memakai waring dengan lebar mata jaring 0,5 inch. Gambar konstruksi bagan apung yang dioperasikan nelayan disampaikan pada Gambar 2. Keterangan: a. Rumah Bagan 3x3x1,5 m; b.Tali pengikat 1 inci; c. Bambu biasa d=5 cm; d. Pelampung 6-8 unit; e. Lampu bagan 6-8 unit; f. Bingkai waring; g. Ukuran waring 8x8 m; h. Waring; i. Bambu Betung d=10 cm; j. Roller bambu; k. Ukuran bagan 9x9 m Sumber: Hasil penelitian Gambar 2 Konstruksi alat tangkap bagan apung Pada pengoperasiannya, alat tangkap ini tidak menggunakan kapal, melainkan hanya mengapung di perairan dengan menggunakan drum sebagai alat apung yang berjumlah 6 hingga 10 buah di sisi kiri dan kanan bagan. Kapal hanya digunakan sebagai alat transportasi nelayan menuju lokasi penangkapan fishing ground dan untuk kembali ke pelabuhan fishing base dengan menggangkut seluruh hasil tangkapan. Operasi penangkapan dilakukan dalam 1 malam atau yang biasa disebut one day fishing. Nelayan bagan berkumpul di pelabuhan fishing base sekitar pukul 15.00 WIB untuk melakukan persiapan dan mencukupi perbekalan melaut, kemudian 8 berangkat menuju bagan fishing ground pada pukul 16.00 - 16.30 WIB. Waktu yang ditempuh kapal angkut untuk sampai ke daerah penangkapan atau bagan masing-masing nelayan sekitar 2-3 jam tergantung daerah bagan dari nelayan bagan tersebut dengan pelabuhan asal. Nelayan bagan akan dijemput kembali oleh kapal angkut sekitar pukul 07.00 WIB keesokan harinya untuk kembali ke pelabuhan fishing base. 2. Nelayan Bagan Apung Menurut Effendi 2002, nelayan bagan apung terdiri atas dua kategori yaitu nelayan pemilik dan nelayan buruh. Nelayan pemilik disebut sebagai juragan atau orang yang memiliki alat tangkap bagan. Nelayan buruh adalah nelayan yang mengoperasikan bagan dengan sistem bagi hasil. Nelayan buruh di Palabuhanratu mayoritas memiliki tingkat pendidikan yang rendah, karena hanya lulus dari tingkat SD Sekolah Dasar. Kemampuan mereka untuk melaut telah didapatkan semenjak kecil, sehingga mereka melanjutkan pekerjaan sebagai nelayan karena pengalaman mereka telah banyak dihabiskan di laut. Nelayan bagan apung di Palabuhanratu sebagian besar adalah nelayan sambilan utama, yaitu nelayan yang sebagian besar waktunya digunakan untuk melaut. Jika memasuki musim paceklik atau musim barat, maka nelayan bagan banyak yang tidak melaut dan beralih ke pekerjaan lain seperti bekerja di bidang pertanian maupun perkebunan. Hal ini disebabkan pada musim barat tersebut terdapat gelombang laut yang tinggi sehingga mengganggu aktivitas nelayan untuk pergi melaut. Nelayan pemilik di Palabuhanratu rata-rata memiliki 1-2 bagan apung. Nelayan bagan umumnya terdiri dari satu orang dalam satu bagan. Nelayan bagan penting untuk mengetahui dan melaksanakan prosedur keselamatan kerja, agar nelayan dapat mempertahankan dirinya apabila terjadi kecelakaan atau bencana alam pada saat melaut. Kemampuan bertahan di air menjadi fokus utama kemampuan nelayan untuk mempertahankan dirinya dari risiko yang dapat timbul. Hasil wawancara terhadap nelayan bagan di Palabuhanratu mengenai kemampuan bertahan di air ialah, seluruh nelayan memiliki kemampuan untuk berenang apabila risiko kecelakaan tercebur ke laut terjadi. Kemampuan bertahan di air merupakan suatu keharusan apabila bekerja di laut, karena besar kemungkinan resiko dari pekerjaan ini adalah terjebur ke laut apabila ada kecelakaan di atas bagan atau dikarenakan gelombang tinggi yang sampai merusak bagan apung.

3. Kapal Angkut Bagan Apung