Gambaran Umum Penyuluh Kabupaten Bogor

40 Sesuai yang diungkapkan Anwas et.al 2009 yang mengungkapkan bahwa pemanfaatan media dipengaruhi oleh tingkat pendidikan formal, kepemilikan media komunikasi dan informasi, motivasi penyuluh, dukungan anggota keluarga penyuluh, dan tuntutan klien. Senada juga yang diungkapkan oleh Nwafor dan Akubue 2008 bahwa tingkat pendidikan mempengaruhi penggunaan radio dan televisi di Nigeria. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyuluh yang belum pernah mengikuti pelatihan dalam dua tahun terakhir adalah sebesar 33.33, dan penyuluh yang mengikuti pelatihan sebanyak 1-2 kali sebesar 50.43, sedangkan penyuluh yang mengikuti pelatihan antara 3-5 kali sebesar 16.24. Sebagian besar penyuluh yang belum pernah mengikuti pelatihan adalah THL-TBPP. Hal ini disebabkan oleh salah satu kebijakan dari kantor Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan BKP5K dan BP3K yang cenderung belum memberi kesempatan yang sama pada THL-TBPP dalam mengikuti pelatihan. Jenis pelatihan yang diikuti seperti Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu SLPTT, Pelatihan Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan PUAP, Manajemen Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis, dan pelatihan teknis budidaya padi dan jagung. Masa kerja penyuluh dikelompokkan atas dua kategori yaitu baru 1-18 tahun dan lama 19-38 tahun. Masa kerja penyuluh yang terbanyak terdapat pada kisaran antara satu sampai dengan 18 tahun sebesar 70.09 persen. Hal ini disebabkan oleh usia THL-TBPP yang relatif muda dan masa kerja yang relatif singkat. Jika dikaitkan dengan umur penyuluh yang juga sudah mendekati umur pensiun tua, maka masa kerja berbanding lurus dengan umur penyuluh. Artinya, semakin tua umur penyuluh, maka masa kerjanya juga semakin lama. Tingkat kepemilikan TIK televisi, radio, komputer, internet, handphone, CDDVD oleh penyuluh sebagian besar tergolong dalam kategori tinggi yaitu sebanyak 4 –6 jenis TIK yang dimiliki. Hal ini menunjukkan bahwa penyuluh sudah mulai memanfatkan TIK dalam kegiatan sehari-hari dan dalam menunjang tupoksinya, khususnya untuk membuat materi penyuluhan. Bidang kompetensi penyuluh sangat bervariasi, namun yang mendominasi adalah bidang kompetensi pertanian sebesar 82.05, disusul peternakan dan kehutanan dengan persentase yang sama sebesar 6.84 dan perikanan sebesar 4.27. Dari hasil pendalaman wawancara, terdapat kesesuaian antara bidang keahlian yang dikuasai ketika memulai menjadi penyuluh dengan bidang pekerjaan yang ditekuni oleh penyuluh sehingga penyuluh lebih mudah menyampaikan inovasi teknologi kepada petani binaan. Hasil uji beda t-test diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara karakteristik penyuluh PNS dan THL-TBPP terutama pada aspek umur, masa kerja, dan tingkat kepemilikan TIK. Hasil penelitian membuktikan bahwa rata-rata umur penyuluh PNS tergolong dalam kategori dewasa lanjut 48-60 tahun sebesar 35.04, sedangkan THL-TBPP memiliki rata-rata umur yang tergolong muda 22-34 tahun yaitu sebesar 36.75 Rata-rata umur THL-TBPP cenderung lebih muda dan memiliki masa kerja yang masih singkat yaitu berkisar 1-18 tahun jika dibandingkan dengan umur penyuluh PNS yang cenderung tua dan memiliki masa kerja yang lama yaitu berkisar 19-36 tahun. Hal lain yang ditemui bahwa sebagian besar penyuluh PNS memiliki tingkat kepemilikan TIK sebanyak 4-6 jenis TIK yaitu sebesar 39.32, sedangkan THL-TBPP memiliki 4- 41 6 jenis TIK yaitu sebesar 27.35. Perbedaan tingkat kepemilikan TIK ini disebabkan oleh penyuluh PNS yang telah memiliki kemampuan dalam melakukan pembelian terutama komputer dan juga pemanfaatan TIK ini lebih cenderung dimanfaatkan oleh anaknya, sedangkan bagi THL-TBPP kendala keuangan dan imbalan menjadi permasalahannya. Hipotesis penelitian yang menyebutkan terdapat perbedaan nyata antara karakteristik individu penyuluh PNS dan THL-TBPP dalam pemanfaatan TIK diterima yaitu pada aspek umur, masa kerja dan tingkat kepemilikan TIK yang memiliki perbedaan yang sangat nyata dalam pemanfaatan TIK terutama pemanfaatan komputer dan internet. Hasil penelitian ini senada dengan penelitian Mulyandari 2011 bahwa umur petani memiliki hubungan negatif dengan seluruh aspek perilaku dalam pemanfaatan teknologi informasi. Semakin tua umur petani, cenderung semakin rendah tingkat pengetahuan, sikap, dan keterampilannya dalam memanfaatkan teknologi informasi. 2. Faktor Lingkungan Faktor lingkungan penyuluh PNS dan THL-TBPP salah satunya iklim belajar memperoleh rataan skor yang tergolong dalam kategori baik yaitu 2.89 dan 2.74. Hal Ini menunjukkan bahwa penyuluh PNS dan THL-TBPP memiliki ketersediaan dan kemudahan dalam mengakses TIK, serta dukungan ujicoba inovasi dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan yang dijalaninya. Selanjutnya dukungan kebijakan Pemerintah Daerah terhadap penyuluh dan kegiatan penyuluhan pertanian secara garis besar memiliki rataan skor yang berada pada kategori baik yaitu 3.01 dan 2.91. Ini mengindikasikan bahwa dana yang dianggarkan oleh Pemerintah Daerah sudah sesuai untuk kegiatan penyuluhan pertanian dan kelembagaan penyuluhan pertanian. Hasil uji beda persepsi penyuluh terhadap faktor lingkungan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan pada persepsi penyuluh PNS dengan penyuluh THL-TBPP yang berkenaan dengan iklim belajar. Begitupun persepsi pada kebijakan Pemda tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara penyuluh PNS dan penyuluh THL-TBPP. Oleh karena itu, hipotesis yang menyebutkan ”terdapat perbedaan nyata pada persepsi penyuluh PNS dan THL- TBPP tentang faktor lingkungan ditolak .” Sebaran rataan skor dan nilai koefisien uji t faktor lingkungan oleh penyuluh PNS dan THL-TBPP tersaji pada Tabel 11. Tabel 11 Sebaran rataan skor faktor lingkungan dan nilai koefisien uji t oleh penyuluh PNS dan THL-TBPP Faktor Lingkungan Rataan Skor 1 Nilai koefisien uji t PNS THL-TBPP Iklim Belajar 2.89 2.74 1.639 Kebijakan Pemerintah Daerah 3.01 2.91 1.176 Ket: 1 Interval skor 1 – 1.74 = Sangat buruk; 1.75 – 2.49 = Buruk; 2.50 – 3.24 = Baik; 3.25 – 4 = Sangat baik 42 3. Motivasi Penyuluh Motivasi intrinsik merupakan dorongan dalam diri penyuluh guna memanfaatkan TIK untuk melaksanakan kegiatan penyuluhan dalam rangka peningkatan kompetensi yang termasuk dalam kategori baik dengan rataan skor sebesar 3.13 dan 3.23. Hal ini merupakan kesadaran yang ada pada diri penyuluh untuk selalu update informasi, melaksanakan tugas sebaik-baiknya dan juga untuk mengembangkan karier. Fakta di lapangan diperoleh bahwa pemanfaatan TIK oleh penyuluh sudah menjadi suatu kebutuhan dan kebiasaan dalam memperoleh informasi tanpa harus melalui paksaan atau suruhan orang lain seperti browsing informasi untuk bahan materi penyuluhan, membuat media penyuluhan dan membuat laporan bulanan penyuluh. Motivasi ekstrinsik lebih menekankan kepada dorongan yang berada di luar diri penyuluh seperti kesesuaian imbalan, lingkungan yang mendukung pekerjaan, dukungan pimpinan lembaga penyuluh dan hubungan sesama penyuluh yang termasuk dalam kategori baik dengan rataan skor 2.98 dan 2.92. Hal ini dilihat dari terjalinnya hubungan baik antara sesama penyuluh PNS dan THL-TBPP, serta antara penyuluh dan atasannya. Hasil uji t uji beda menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan pada penyuluh PNS dengan THL-TBPP dalam motivasi penyuluh, sehingga hipotes is penelitian yang menyebutkan ”terdapat perbedaan nyata antara motivasi penyuluh PNS dengan motivasi penyuluh THL- TBPP dalam memanfaatkan TIK ditolak. ” Sebaran rataan skor motivasi penyuluh dan nilai koefisien uji t penyuluh PNS dan THL-TBPP tersaji pada Tabel 12. Tabel 12 Sebaran rataan skor motivasi penyuluh dan nilai koefisien uji t antara penyuluh PNS dan THL-TBPP dalam pemanfaatan TIK Motivasi penyuluh Rataan skor 1 Nilai Koefisien Uji t PNS THL-TBPP Motivasi intrinsik 3.13 3.23 0.927 Motivasi ekstrinsik 2.98 2.92 0.691 Ket: 1 interval skor 1 – 1.74 = Sangat buruk; 1.75 – 2.49 = Buruk; 2.50 – 3.24 = Baik; 3.25 – 4 = Sangat baik Hubungan Karakteristik, Faktor Lingkungan dan Motivasi Penyuluh dengan Tingkat Pemanfaatan TIK oleh Penyuluh Analisis yang digunakan untuk menentukan hubungan karakteristik penyuluh, faktor lingkungan dan motivasi penyuluh dengan tingkat pemanfaatan TIK serta tingkat pemanfaatan TIK dengan tingkat kompetensi penyuluh adalah korelasi rank Spearman.

1. Hubungan karakteristik penyuluh dengan tingkat pemanfaatan TIK

Umur memiliki hubungan sangat nyata negatif dengan intensitas pemanfaatan TIK. Hal ini menunjukkan bahwa penyuluh yang berumur lebih dari 48 tahun kurang atau jarang memanfaatkan TIK dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan terutama pemanfaatan komputer dan internet dalam mencari atau membuat media penyuluhan. Hal ini senada diungkapkan oleh penyuluh senior, “S” 54 tahun : “.. Kami dulunya tidak pernah diajarkan komputer dan internet, 43 sehingga sampai sekarang kami tidak bisa memakainya, apalagi sudah tua begini, sudah mau pensiun, sudah jenuh dengan teknologi yang rumit-rumit …” Kegiatan yang dilakukan oleh penyuluh hanya bersifat latihan dan kunjungan rutin yang dilakukan kepada kelompok tani binaan dengan materi penyuluhan yang kurang bervariasi. Seperti yang diungkapkan Padmowiharjo 2004, kemampuan belajar berkembang hingga usia 45 tahun dan terus menurun setelah mencapai usia 55 tahun. Masa kerja memiliki hubungan sangat nyata negatif dengan intensitas pemanfaatan TIK. Hal ini menunjukkan bahwa intensitas pemanfaatan TIK terutama komputer dan internet berbanding terbalik dengan masa kerja penyuluh. Semakin lama masa kerja penyuluh, maka semakin rendah penyuluh dalam memanfaatkan kedua teknologi tersebut. Namun sebaliknya, semakin singkat masa kerja penyuluh yang berarti juga semakin muda umur penyuluh, maka semakin tinggi tingkat pemanfaatan TIK. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa keikutsertaan penyuluh PNS terhadap kegiatan pelatihan komputer dan internet yang diselenggarakan oleh Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian PUSTAKA masih sangat minim sekali. Sebanyak 30 orang peserta yang ikut dalam pelatihan tersebut, hanya 2 orang penyuluh senior yang berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Alasan yang menjadi penghambat penyuluh PNS tidak mengikuti pelatihan tersebut berupa kondisi atau faktor mata yang sudah tidak jelas melihat huruf –huruf yang kecil di layar monitor komputer, jenuh dengan pekerjaan, dan dukungan anak dalam mengerjakan administrasi kerja seperti pembuatan laporan bulanan penyuluh. Hasil penelitian tentang hubungan karakteristik penyuluh dengan tingkat pemanfaatan TIK tersaji pada Tabel 13. Tabel 13 Hubungan karakteristik penyuluh dengan tingkat pemanfaatan TIK Karakteristik Penyuluh Koefisien Korelasi Tingkat Pemanfaatan TIK rs Intensitas pemanfaatan TIK Jangkauan sumber informasi Variasi materi penyuluhan Ragam informasi Kualitas berbagi pengetahuan Umur -0.637 -0.112 0.099 -0.037 -0.115 Pend. formal 0.140 0.080 -0.091 0.138 0.027 Pend. non formal 0.043 -0.033 0.047 0.081 0.088 Masa kerja -0.430 -0.069 0.075 -0.075 -0.072 Tingkat kepemilikan TIK 0.120 0.071 -0.156 -0.119 0.026 Status penyuluh 0.421 0.068 -0.073 0.054 0.003 Ket : signifikan pada p 0.01 rs = Koefisien korelasi rank Spearman Senada dengan hasil pretest yang dilakukan oleh PUSTAKA pada kegiatan pelatihan terhadap 30 orang penyuluh se Kabupaten Bogor dengan tema peningkatan kemampuan akses penyuluh ke sumber-sumber informasi tanggal 27- 28 Maret 2013, diperoleh bahwa sebanyak 85.19 penyuluh mengakses internet guna kegiatan penyuluhan, 77.78 untuk kebutuhan pribadi dan 18.52 untuk lainnya. Hal ini juga diungkapkan oleh Ahuja 2011 bahwa ketersediaan informasi melalui internet membantu proses penyuluhan pertanian lebih cepat dan efektif, serta ditegaskan lagi oleh Alfred dan Odefadehan 2007 yang mengungkapkan bahwa hanya pengalaman kerja penyuluh yang memiliki hubungan signifikan dengan kebutuhan informasi mereka. 44 Hipotesis penelitian yang menyebutkan terdapat hubungan yang nyata antara karakteristik penyuluh PNS dan THL-TBPP dengan tingkat pemanfaatan TIK diterima, ” khususnya umur, masa kerja dan status penyuluh yang berhubungan sangat nyata dengan tingkat pemanfaatan TIK pada aspek intensitas pemanfaatan TIK. Semakin tua umur penyuluh, maka semakin rendah dalam memanfaatkan TIK, dan sebaliknya semakin muda umur penyuluh maka semakin tinggi dalam memanfaatkan TIK terutama pemanfaatan komputer dan internet. Hal ini dikuatkan lagi oleh kasus pada Box 2 berikut. 2. Hubungan faktor lingkungan dengan tingkat pemanfaaatan TIK Kebijakan Pemerintah Daerah berhubungan nyata positif dengan ragam informasi dan jangkauan sumber informasi. Hal ini membuktikan dana yang dianggarkan pemerintah daerah untuk kelancaran kegiatan penyuluhan dapat meningkatkan minat dan semangat penyuluh dalam mengakses informasi yang lebih luas. Iklim belajar menunjukkan hubungan yang tidak nyata dengan tingkat pemanfaatan TIK, namun menunjukkan korelasi negatif dengan intensitas pemanfaatan TIK, jangkauan sumber informasi, variasi materi penyuluhan dan kualitas berbagi pengetahuan. Hal ini menjelaskan bahwa iklim belajar yang kondusif tidak menyebabkan penyuluh mengurangi minat dan aktivitasnya dalam memanfaatkan TIK untuk melakukan kegiatan penyuluhan. Artinya tidak ada hubungan antara iklim belajar dengan tingkat pemanfaatan TIK. Hal ini senada dengan hasil penelitian Marius et al. 2007 mengenai kompetensi penyuluh yang mengungkapkan bahwa di dalam era otonomi daerah perhatian pemerintah daerah menurun seperti hampir tidak adanya penggunaan informasi dalam bentuk leaflet, brosur dan lain-lain. Begitu juga dengan pemberian dana, sarana prasarana, dukungan masyarakat dan keluarga juga menurun, penggunaan teknologi pertanian oleh petani terbatas, motivasi penyuluh rendah. Hasil penelitian Margono et al. 2011 yang membahas mengenai gap antara hubungan pemerintah pusat dengan penyuluh dalam penyebaran informasi mengungkapkan bahwa sumber informasi sekunder yang dapat diakses oleh penyuluh, bukan tergolong dalam kasus informasi primer. Hal ini diperkuat dengan temuan penelitian Anwas 2009 bahwa faktor lingkungan mempengaruhi kompetensi penyuluh, sehingga untuk meningkatkan kompetensi penyuluh di Box 2 Pak S 56 tahun adalah penyuluh PNS senior yang sehari-hari bertugas di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Penyuluh ini kesehariannya sering berada di Kantor BP3K Dramaga untuk melakukan interaksi dengan sesama penyuluh lainnya. Minimnya frekuensi penyuluh ini ke lapangan disebabkan kejenuhannya dalam beraktivitas sebagai penyuluh yang sudah lebih dari 30 tahun. Beliau menyatakan faktor tua, mendekati usia pensiun adalah alasannya untuk tidak lagi bersemangat dalam menjalankan aktivitasnya sebagai penyuluh pertanian lapangan. Apalagi dikaitkan dengan pemanfaatan TIK seperti komputer dan internet yang tidak pernah digunakan akibat dari faktor fisik dan motivasi yang sudah turun. Pak S menyatakan bahwa untuk kegiatan administrasi penyuluhan seperti laporan bulanan, ia sering minta bantuan anaknya untuk melakukan kegiatan pengetikan, sehingga tidak menjadi beban bagi beliau untuk tidak dapat memanfaatkan TIK. 45 lingkungan lembaga penyuluhan harus menciptakan suasana yang mendorong penyuluh untuk melakukan proses belajar. Hipotesis penelitian tentang ”adanya hubungan nyata antara faktor lingkungan dengan tingkat pemanfaatan TIK oleh penyuluh pada umumnya ditolak, ” kecuali aspek faktor lingkungan kebijakan Pemda yang berhubungan nyata dengan tingkat pemanfaatan TIK jangkauan sumber informasi dan ragam informasi. Hasil penelitian tentang hubungan faktor lingkungan dengan tingkat pemanfaatan TIK tersaji pada Tabel 14. Tabel 14 Hubungan faktor lingkungan dengan tingkat pemanfaaatan TIK Faktor Lingkungan Koefisien Korelasi Tingkat Pemanfaatan TIK rs Intensitas pemanfaatan TIK Jangkauan sumber informasi Variasi materi penyuluhan Ragam informasi Kualitas berbagi pengetahuan Iklim belajar -0.070 - 0.047 - 0.043 0.004 -0.167 Kebijakan Pemda 0.002 0.198 0.077 0.182 0.188 Ket: signifikan pada p 0.05 rs = Koefisien korelasi rank Spearman 3. Hubungan motivasi penyuluh dengan tingkat pemanfaaatan TIK Motivasi yang ada dalam diri penyuluh untuk meningkatkan kompetensi, mengembangkan karier mampu memberikan dorongan dalam mengakses atau mencari informasi yang beragam baik dalam lingkup lokal dan nasional, sekaligus berbagi informasi kepada sesama penyuluh dalam memberikan materi penyuluhan yang lebih update dan bervariasi. Minat penyuluh dalam pencarian informasi terbaru melalui TIK merupakan awal dari keberhasilan petani dalam mengembangkan usaha taninya dengan teknologi terkini dan tepat guna. Hasil penelitian tentang hubungan antara motivasi penyuluh dengan tingkat pemanfaatan TIK tersaji pada Tabel 15. Tabel 15 Hubungan motivasi penyuluh dengan tingkat pemanfaaatan TIK Faktor Motivasi Koefisien Korelasi Tingkat Pemanfaatan TIK rs Intensitas pemanfaatan TIK Jangkauan sumber informasi Variasi materi penyuluhan Ragam informasi Kualitas berbagi pengetahuan Motivasi intrinsik 0.041 0.488 0.428 0.529 0.335 Motivasi ekstrinsik -0.100 0.122 0.213 0.121 0.086 Ket: signifikan pada p0.05 rs=Koefisien korelasi rank Spearman signifikan padap0.01 Motivasi instrinsik berhubungan sangat nyata positif dengan jangkauan sumber informasi, variasi materi penyuluhan, ragam informasi dan kualitas berbagi pengetahuan, selanjutnya motivasi ekstrinsik berhubungan positif yang nyata dengan variasi materi penyuluhan. Hal ini membuktikan bahwa lingkungan yang mendukung dan kondusif di dalam pekerjaan mampu meningkatkan kinerja penyuluh terutama dalam mengakses materi penyuluhan melalui pemanfaatan komputer dan internet. Fakta di lapangan menunjukkan THL-TBPP lebih potensial dalam mengembangkan kelompok tani binaan tanpa mengenyampingkan fungsi dan 46 peran penyuluh PNS dalam mengayomi, membimbing dan sharing pengetahuan serta pengalaman kepada penyuluh yang lebih muda. Kegiatan sharing pengetahuan dan pengalaman dilakukan oleh THL-TBPP kepada penyuluh PNS yang belum menguasai penggunaan TIK khususnya komputer dan internet serta sebaliknya penyuluh PNS yang memiliki cukup pengalaman juga memberikan penjelasan terutama dalam teknis budidaya tanaman. Hal ini senada dengan yang diungkapkan Hubeis 2008 bahwa motivasi penyuluh intrinsik dan ekstrinsik yang rendah akan menyebabkan produktivitas kerjanya juga menjadi rendah. Hipotesis penelitian yang menyebutkan ”terdapatnya hubungan nyata antara motivasi penyuluh PNS dan THL-TBPP dengan tingkat pemanfaatan TIK diterima, ” yaitu aspek motivasi instrinsik khususnya pada jangkauan sumber informasi, variasi materi penyuluhan, ragam informasi dan kualitas berbagi pengetahuan yang berhubungan sangat nyata dengan tingkat pemanfaatan TIK serta aspek motivasi ekstrinsik khususnya pada variasi materi penyuluhan. 4. Hubungan tingkat kompetensi penyuluh dengan tingkat pemanfaatan TIK penyuluh Tingkat kompetensi penyuluh PNS dan THL-TBPP merupakan tingkat kemampuan penyuluh yang dilandasi oleh pengetahuan, keterampilan dan didukung oleh sikapnya dalam melaksanakan tugas penyuluhan dalam memberdayakan petani. Tingkat kompetensi penyuluh PNS dan THL-TBPP terhadap tingkat pemanfaatan TIK tergolong dalam kategori tinggi. Sebaran rataan skor dan nilai koefisien uji t tingkat kompetensi penyuluh PNS dan THL-TBPP tersaji pada Tabel 16. Tabel 16 Sebaran rataan skor dan nilai koefisien uji t antara tingkat kompetensi penyuluh PNS dan THL-TBPP Tingkat Kompetensi Penyuluh Rataan skor 1 Nilai Koefisien Uji t PNS THL-TBPP Kompetensi pemahaman potensi wilayah 3.18 3.13 0.376 Kemampuan komunikasi inovasi 3.10 3.11 0.072 Kemampuan pengelolaan pembelajaran 3.06 3.05 0.095 Kemampuan pengelolaan pembaharuan 3.18 3.05 0.290 Kemampuan pengelolaan pelatihan 2.97 2.97 0.996 Kemampuan kewirausahaan 3.02 2.95 1.142 Kemampuan pemandu sistem jaringan 3.09 3.09 0.115 Ket: 1 interval skor 1 –1.74= Sangat rendah; 1.75–2.49= Rendah; 2.50–3.24= Tinggi;3.25-4= Sangat tinggi Tingkat kemampuan penyuluh PNS dan THL-TBPP dalam pemahaman potensi wilayah berdasarkan rataan skor berada dalam kategori tinggi yaitu sebesar 3.18 dan 3.13 . Hal ini membuktikan bahwa penyuluh mampu memahami potensi sumber daya alam, mampu memecahkan permasalahan petani dan mencari solusinya melalui kegiatan latihan dan kunjungan, pertemuan serta diskusi dengan pengurus dan anggota kelompok tani. Tingkat kemampuan penyuluh PNS dan THL-TBPP dalam mengelola komunikasi inovasi tergolong dalam kategori tinggi yaitu sebesar 3.10 dan 3.11. Penyuluh telah mampu mencari informasi inovasi melalui berbagai sumber