39
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan TIK dalam Peningkatan Kompetensi Penyuluh
1. Karakteristik Individu Penyuluh
Karakteristik individu penyuluh terdiri dari: umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, masa kerja, tingkat kepemilikan TIK, dan status
penyuluh. Umur penyuluh sebagian besar berada di atas 48 tahun dengan persentase 35.04 persen. Sebaran persentase karakteristik individu penyuluh
menunjukkan bahwa umur penyuluh di antara 22 sampai dengan 34 tahun menempati posisi kedua dengan persentase sebesar 43.59 persen. Ini
membuktikan bahwa umur penyuluh yang berada di atas 48 tahun adalah umur penyuluh PNS yang sebagian besar sudah mendekati usia pensiun
Tabel 10 Sebaran persentase karakteristik individu penyuluh dan nilai koefisien uji t antara penyuluh PNS dan THL-TBPP
Karakteristik Individu Penyuluh PNS
THL Persentase
Nilai Koefisien
Uji t Umur
a. Muda 22
– 34 tahun
6.84 36.75
43.59 b. Dewasa 35
– 47 tahun 5.13
16.24 21.37
11.015 c. Dewasa lanjut 48-60 tahun
35.00 0.00
35.04 Pendidikan Formal
a. SMASPMA 10.26 7.69
17.95
b. Diploma 11.97
22.22 34.19
1.47
c. Sarjana 23.93
23.93 47.86
Pendidikan Non formal a. Belum pernah
16.24 17.09
33.33
b. 1-2 kali 21.37
29.06 50.43
0.831 3 c. 3-5 kali
8.55 7.69
16.24 Masa Kerja
a. Singkat 1 - 18 tahun
17.09 52.99
70.09 10.738
b. Lama 19 – 36 tahun
29.91 0.00
29.91 Tingkat Kepemilikan TIK
a. 1 - 3 TIK
1.71 0.00
1.71 b.
4 – 6 TIK 39.32
27.35 66.67
6.854 c.
7 - 9 TIK 5.13
26.50 31.62
Ket : signifikan pada p 0.01
Pendidikan formal penyuluh dikelompokkan menjadi tingkat pendidikan SMASPMA, diploma D3 dan sarjana D4, S1 dan S2. Sebagian besar penyuluh
47.86 yang dijadikan responden sudah berpendidikan setingkat sarjana bahkan sekitar 0.9 sudah mengenyam pendidikan S2. Ini berarti secara umum tingkat
pendidikan formal penyuluh relatif tinggi. Tingkat pendidikan penyuluh merupakan salah satu syarat dalam kenaikan jabatan untuk menjadi penyuluh ahli.
40 Sesuai yang diungkapkan Anwas et.al 2009 yang mengungkapkan bahwa
pemanfaatan media dipengaruhi oleh tingkat pendidikan formal, kepemilikan media komunikasi dan informasi, motivasi penyuluh, dukungan anggota keluarga
penyuluh, dan tuntutan klien. Senada juga yang diungkapkan oleh Nwafor dan Akubue 2008 bahwa tingkat pendidikan mempengaruhi penggunaan radio dan
televisi di Nigeria.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyuluh yang belum pernah mengikuti pelatihan dalam dua tahun terakhir adalah sebesar 33.33, dan
penyuluh yang mengikuti pelatihan sebanyak 1-2 kali sebesar 50.43, sedangkan penyuluh yang mengikuti pelatihan antara 3-5 kali sebesar 16.24. Sebagian
besar penyuluh yang belum pernah mengikuti pelatihan adalah THL-TBPP. Hal ini disebabkan oleh salah satu kebijakan dari kantor Badan Ketahanan Pangan dan
Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan BKP5K dan BP3K yang cenderung belum memberi kesempatan yang sama pada THL-TBPP dalam
mengikuti pelatihan. Jenis pelatihan yang diikuti seperti Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu SLPTT, Pelatihan Pengembangan Usaha
Agribisnis Pedesaan PUAP, Manajemen Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis, dan pelatihan teknis budidaya padi dan jagung.
Masa kerja penyuluh dikelompokkan atas dua kategori yaitu baru 1-18 tahun dan lama 19-38 tahun. Masa kerja penyuluh yang terbanyak terdapat pada
kisaran antara satu sampai dengan 18 tahun sebesar 70.09 persen. Hal ini disebabkan oleh usia THL-TBPP yang relatif muda dan masa kerja yang relatif
singkat. Jika dikaitkan dengan umur penyuluh yang juga sudah mendekati umur pensiun tua, maka masa kerja berbanding lurus dengan umur penyuluh. Artinya,
semakin tua umur penyuluh, maka masa kerjanya juga semakin lama.
Tingkat kepemilikan TIK televisi, radio, komputer, internet, handphone, CDDVD oleh penyuluh sebagian besar tergolong dalam kategori tinggi yaitu
sebanyak 4 –6 jenis TIK yang dimiliki. Hal ini menunjukkan bahwa penyuluh
sudah mulai memanfatkan TIK dalam kegiatan sehari-hari dan dalam menunjang tupoksinya, khususnya untuk membuat materi penyuluhan.
Bidang kompetensi penyuluh sangat bervariasi, namun yang mendominasi adalah bidang kompetensi pertanian sebesar 82.05, disusul peternakan dan
kehutanan dengan persentase yang sama sebesar 6.84 dan perikanan sebesar 4.27. Dari hasil pendalaman wawancara, terdapat kesesuaian antara bidang
keahlian yang dikuasai ketika memulai menjadi penyuluh dengan bidang pekerjaan yang ditekuni oleh penyuluh sehingga penyuluh lebih mudah
menyampaikan inovasi teknologi kepada petani binaan.
Hasil uji beda t-test diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara karakteristik penyuluh PNS dan THL-TBPP terutama pada aspek umur,
masa kerja, dan tingkat kepemilikan TIK. Hasil penelitian membuktikan bahwa rata-rata umur penyuluh PNS tergolong dalam kategori dewasa lanjut 48-60
tahun sebesar 35.04, sedangkan THL-TBPP memiliki rata-rata umur yang tergolong muda 22-34 tahun yaitu sebesar 36.75 Rata-rata umur THL-TBPP
cenderung lebih muda dan memiliki masa kerja yang masih singkat yaitu berkisar 1-18 tahun jika dibandingkan dengan umur penyuluh PNS yang cenderung tua
dan memiliki masa kerja yang lama yaitu berkisar 19-36 tahun. Hal lain yang ditemui bahwa sebagian besar penyuluh PNS memiliki tingkat kepemilikan TIK
sebanyak 4-6 jenis TIK yaitu sebesar 39.32, sedangkan THL-TBPP memiliki 4-