Korelasi Efektifitas Penerapan Teknologi Informasi Dalam Sistem Administrasi Perpajakan Modern Dengan Kinerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Grogol Petamburan

(1)

KORELASI EFEKTIFITAS PENERAPAN TEKNOLOGI INFORMASI

DALAM SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN

DENGAN KINERJA KANTOR PELAYANAN PAJAK

PRATAMA JAKARTA GROGOL PETAMBURAN

Oleh

YULITA ARFIANA

NIM:105082002689

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

KORELASI EFEKTIFITAS PENERAPAN TEKNOLOGI INFORMASI DENGAN KINERJA KANTOR PELAYANAN PAJAK

PRATAMA JAKARTA GROGOL PETAMBURAN

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial

Untuk Memenuhi Syarat–syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh

YULITA ARFIANA NIM:105082002689

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

DR. Yahya Hamja, MM Yessi Fitri, SE, Ak., M.Si

NIP: 130 676 334 NIP: 150 377 440

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

(4)

Hari ini Kamis, Tanggal 19 Bulan Juni Tahun Dua Ribu Delapan telah dilakukan Ujian Skripsi atas nama Yulita Arfiana NIM: 105082002689 dengan judul Skripsi

”KORELASI EFEKTIFITAS PENERAPAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN DENGAN KINERJA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA GROGOL PETAMBURAN”. Memperhatikan kemampuan keilmuan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 19 Juni 2008

Tim Penguji Ujian Skripsi

DR. Yahya Hamja, MM Yessi Fitri SE, Ak., M.Si

Ketua Sekretaris

Afif Sulfa, SE, Ak., M.Si


(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP DATA PRIBADI

Nama Yulita Arfiana

Jenis Kelamin Perempuan

Tempat/Tanggal Lahir Jakarta, 11 Juli 1986

Agama Islam

Alamat Jl. Nurul Huda No. 30 RT/RW

001/04 Kampung Utan Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Tangerang

Telepon/ Hp (021) 7425930/ (021) 99225957

E-mail iul_wonderwoman@yahoo.com

RIWAYAT PENDIDIKAN FORMAL

1. TK Melati Ciputat Lulus tahun 1992

2. SD Negeri Kampung Utan 1 Ciputat Lulus tahun 1998

3. SMP Negeri 2 Ciputat Lulus tahun 2001

4. SMA Negeri 108 Jakarta Lulus tahun 2004

5. S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Jurusan Akuntansi

Lulus tahun 2008

PENGALAMAN ORGANISASI

1. BEM FEIS ANGGOTA DIVISI

KESENIAN DAN OLAH RAGA (KESORGA)

2004-2005

3. KINEKLUB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sekretaris 2005-2006

4. UKM FORSA Bendahara Divisi Basket 2005-2006

5. BEM FEIS Anggota Divisi Kesenian

dan Olah Raga (Kesorga) Basket

2006-2007

6. FACTORY (Festival Akustik Cinta Anak Negeri dan Kampanye Anti NARKOBA) FEIS

Ketua 2006


(6)

Correlation Of The Effective Of Application Information Of Technology In Modern Tax Administration System With KPP Pratama Jakarta

Grogol Petamburan Ability Performance By:

Yulita Arfiana

ABSTRACT

The purpose of this research is to know how big correlation of the effective of application information of technology in modern tax administration system with KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan ability performance.

The variable used in this research effective of application information of technology in modern tax administration system (X) as an independent variable and KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan ability performance (Y) as a dependent variable.

The research has been done by means of filling out questionnaires by tax employees and to used to secondary data too. The responders are tax employees in KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan, the samples included are 70 responders. For analyzing the data researcher usage SPSS version 12.

The result of this research shows that the correlation between the effective of application information of technology in modern tax administration system with KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan ability performance have a value coefficients correlation 0,734 which means coefficients correlation between the effective of application information of technology in modern tax administration system with KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan ability performance is significant positive.

Keywords: The Effective Of Application Information Of Technology In Modern Tax Administration System and KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan Ability Performance.


(7)

Korelasi Efektifitas Penerapan Teknologi Informasi Dalam Sistem Administrasi Perpajakan Modern Dengan Kinerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Jakarta Grogol Petamburan Oleh:

Yulita Arfiana

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar korelasi efektifitas penerapan teknologi informasi dalam sistem administrasi perpajakan modern dengan kinerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Grogol Petamburan. Variabel yang menjadi fokus penelitian ini adalah efektifitas penerapan teknologi informasi dalam sistem administrasi perpajakan modern (X) sebagai variabel bebas dan kinerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Grogol Petamburan (Y) sebagai variabel terikat.

Penelitian dilakukan melalui pengisian kuesioner oleh aparat pajak dan data sekunder yang dapat mendukung penelitian. Responden penelitian adalah para aparat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Grogol Petamburan, sampel diambil sebanyak 70 responden. Untuk metode analisis dan uji hipotesis menggunakan korelasi, lalu perhitungannya menggunakan program SPSS versi 12.

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa korelasi antara efektifitas penerapan teknologi informasi dalam sistem administrasi perpajakan modern dengan kinerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Grogol Petamburan memiliki nilai koefisien korelasi sebesar 0,734 yang berarti koefisien korelasi antara efektifitas penerapan teknologi informasi dalam sistem administrasi perpajakan modern dengan kinerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Grogol Petamburan adalah kuat.

Kata kunci: Efektifitas penerapan teknologi informasi dalam sistem administrasi perpajakan modern dan kinerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Grogol Petamburan.


(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senatiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya yang selalu dijadikan suri tauladan bagi umat Islam di muka bumi ini yang mengubah keadaan dunia menjadi damai dan tentram.

Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi syarat-syarat meraih gelar Sarjana Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua tercinta, hartaku yang paling berharga atas kesejukan cinta dan kasih sayang yang selalu di berikan di setiap hembusan nafasnya, serta limpahan doa yang slalu dipanjatkan di setiap untaian kalimatnya. Senyum serta semangat dari papa dan mama yang memotivasi penulis untuk selalu mejadi anak yang lebih baik. Terima kasih ya Ma.…, Pa.…

2. Kakakku Maya Evasari, Syaiful Anwar (alm) dan Jamilah yang sekaligus menjadi guru, sahabat serta pelindung bagiku. Kasih sayang, semangat, serta tawa canda kalian yang membuat penulis menjadi adik bungsu paling beruntung di dunia. I love You all. Teruntuk Abangku, yang selalu memberi semangat dan memotivasi penulis hingga akhir hayatnya serta cita-cita terakhir beliau agar penulis dapat menyelesaikan kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terima kasih Bang…We miss you so much…

3. Bapak DR. Yahya Hamja MM, selaku pembimbing I yang telah memberikan perhatian dan waktunya dengan segala profesionalitas dan kesabaran, semoga segala kebaikan yang Bapak berikan menjadi amal jariah.

4. Ibu Yessi Fitri, SE, Ak, M.Si, selaku pembimbing II atas segala motivasi dan waktu yang telah diberikan, semoga ilmu yang Ibu berikan menjadi ilmu yang bermanfaat.

5. Bapak Drs. Moh. Faisal Badroen, MBA, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial.


(9)

6. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Pudek bidang akademik.

7. Bapak Drs. Abdul Hamid Cebba, Ak, MBA selaku ketua jurusan akuntansi. 8. Bapak Amilin, SE, Ak, M.Si, selaku sekretaris jurusan akuntansi.

9. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmunya, semoga Allah SWT membalas kebaikan Bapak dan Ibu.

10. Staf Akademik FEIS atas pelayanan yang diberikan, sukses untuk kalian. 11. Tempat penelitian yaitu KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan dan KPP

Pratama Jakarta Cempaka Putih yang telah memberikan izin penelitian terutama kepada Bu Kewa, Mba Lila, Pak Zaini, Pak Dedi, Pak Joko, Bu Tuti, Mas Utsin, Bu Rini serta para aparat pajak yang menyediakan waktunya dalam mengisi kuesioner.

12. Keponakanku tersayang (my little angels) Firyal Naifa Mayendra dan Khansa Syahirah yang selalu membuat hari-hari penulis menjadi lebih ceria, hope all

can be a better person in the future. Serta kakak iparku Bang Hend dan Da

Andi terima kasih untuk semangat, doa, serta perhatian yang diberikan. 13. Spesial untuk yang terindah Satrioku, yang selalu setia mendoakan,

mendampingi dan memberi semangat kepada penulis. Kiranya Tuhan memberikan rencana yang indah untuk kita.

14. Sahabat-sahabatku tersayang, serta rekan sejawat Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Tetap semangat untuk kalian.

Tak ada gading yang tak retak. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih belum mendekati kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi sempurnanya skripsi ini.

Jakarta, Juni 2008

Yulita Arfiana


(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR RIWAYAT HIDUP……… i

ABSTRACT……….. ii

ABSTRAK……….... iii

KATA PENGANTAR………...……….. iv

DAFTAR ISI………...………. vi

DAFTAR TABEL……… ix

DAFTAR GAMBAR ………. xii

DAFTAR LAMPIRAN……… xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian………... 1

B. Perumusan Masalah……… 7

C. Tujuan dan Manfaat……… 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sistem Administrasi Perpajakan Modern……… 10

1. Pengertian Administrasi………. 10

2. Administrasi Perpajakan……… 11

3. Reformasi Administrasi Pajak……… 13

B. Teknologi Informasi Dalam Sistem Administrasi Perpajakan Modern……… 16

C. Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern…..…… 21

D. Program Penerapan Teknologi Informasi Dalam Sistem Administrasi Perpajakan Modern………..……….. 27

1. Struktur Organisasi….……….... 28

2. Modernisasi Prosedur Organisasi..……….…… 31

3. Sistem Monitoring Pelaporan dan Pembayaran Pajak (e- Payment)………... 34 4. Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak (e-Registration) 35


(11)

5. Pelaporan Surat Pemberitahuan (e-SPT) …..………...….. 35

6. Pengiriman Atau Panyampaian Surat Pemberitahuan ( e-Filing) ………..………. 36

7. Modernisasi Budaya Organisasi…………...…….………. 36

E. Kinerja………. 38

1. Pengertian Kinerja……….. 38

2. Standar Kinerja……….……….. 39

3. Aspek-Aspek Kinerja………...……….. 40

F. Efektifitas Organisasi Kantor Pelayanan Pajak………... 43

G. Kerangka Pemikiran…………..……….. 46

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian………... 47

B. Metode Pemilihan Sampel………. 47

C. Metode Pengumpulan Data………. 48

1. Data Primer……… 48

2. Data Sekunder……… 49

D. Metode Analisis dan Pengolahan Data………... 50

1. Metode Analisis……….. 50

2. Uji Kualitas Data……….………... 51

3. Uji Hipotesis………... 53

E. Variabel dan Pengukurannya……….. 54

1. Variabel Independen (X)……… 54

2. Variabel Dependen (Y)……….. 54

BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian……… 60

1. Sejarah Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Grogol Petamburan………...……… 60

2. Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Modern……….... 61

3. Wilayah Kerja……….... 62


(12)

B. Bagan Organisasi dan Uraian Tugas………... C. Struktur Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta

Grogol Petamburan………. D. Hasil Uji Instrumen Penelitian………

1. Hasil Try Out………...

2. Pasca Try Out……….

E. Hasil Pembahasan………... 1. Deskripsi Data……… 2. Analisis dan Pembahasan………... 3. Hasil Korelasi Pearson………... 4. Hasil Uji Hipotesis Korelasi Pearson……….

63

66 67 67 72 75 75 78 119 120

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan………... B. Implikasi………. C. Saran………...

121 121 123

DAFTAR PUSTAKA………... 125


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner... 128

Lampiran 2 Skor Jawaban Responden Try Out... 133

Lampiran 3 Skor Jawaban Responden Pasca Try Out ... 135

Lampiran 4 Uji Validitas dan Reliabilitas Data Try Out ... 139

Lampiran 5 Uji Validitas dan Reliabilitas Data Pasca Try Out ... 143

Lampiran 6 Uji Korelasi Pearson ... 147

Lampiran 7 Surat Keterangan Riset ... 148

Lampiran 8 Surat Pernyataan Wawancara ... 151

Lampiran 9 Nilai r tabel ... 155

x i i


(14)

BAB I

PENDAHULUA N

A. Latar Belakang Penelitian

Sejak awal tahun 1980-an, pajak merupakan primadona penerimaan negara dan mempunyai peranan yang dominan dalam pos penerimaan negara. Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) terdiri dari penerimaan minyak dan gas bumi, penerimaan pajak dan penerimaan bukan pajak, sedangkan penerimaan negara dari minyak dan gas bumi tidak dapat diharapkan karena pada awal 1980-an harga minyak bumi di pasaran dunia sulit diprediksi dan cenderung menurun, pemakaian dalam negeri sudah tinggi dan minyak bumi merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui (non renewal resources).

Setiap pemerintah dilihat dari zaman ke zaman umumnya selalu memberlakukan pajak kepada warga negaranya untuk dana pelaksanaan kegiatan pemerintahan. Pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak mendesain suatu sistem perpajakan baru dengan menerapkan reformasi perpajakan dalam pemungutan pajak guna meningkatkan penerimaan pajak, serta meningkatkan pelayanan dan kepatuhan Wajib Pajak. Tugas mulia administrasi perpajakan, diemban oleh Direktorat Jenderal Pajak sebagai salah satu instansi pemerintah yang secara struktural berada di bawah Departemen Keuangan. Visi menjadi model pelayanan masyarakat yang menyelenggarakan sistem dan


(15)

dibanggakan masyarakat, Direktorat Jenderal Pajak menetapkan salah satu misinya, yaitu misi fiskal, adalah untuk menghimpun penerimaan dalam negeri dari sektor pajak yang mampu menunjang kemandirian pembiayaan pemerintah berdasarkan undang-undang perpajakan dengan tingkat efektifitas dan efisiensi yang tinggi.

Direktorat Jenderal Pajak mengumpulkan penerimaan negara dari sektor pajak dengan membawahi Kantor Pelayanan Pajak yang melaksanakan tugas di lapangan dan berhubungan langsung dengan Wajib Pajak. Organisasi Kantor Pelayanan Pajak dahulu menggunakan pasal-pasal dalam undang- undang sebagai dasar pembentukan seksi. Seiring dengan arus globalisasi yang menghendaki pelayanan secara cepat dan tepat kepada pelanggan (Wajib Pajak) Direktorat Jenderal Pajak mulai melakukan perubahan struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak berdasarkan fungsi agar setiap seksi dapat melayani secara optimal kepada Wajib Pajak.

Struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak yang lama terdiri dari 8 (delapan) seksi, yaitu subbagian umum, seksi tata usaha perpajakan, seksi pengolahan data dan informasi, seksi penerimaan dan keberatan, seksi penagihan, seksi pajak penghasilan orang pribadi dan seksi pemotongan dan pemungutan, seksi pajak penghasilan badan dan seksi pajak pertambahan nilai. Pada struktur tersebut administrasi pelayanan tersebar di seluruh seksi menyebabkan pelayanan dan pengawasan kepada Wajib Pajak kurang efektif dan efisien. Untuk satu urusan di bidang perpajakan dengan urusan lain akan dilayani oleh seksi yang berbeda.


(16)

Berdasarkan permasalahan di atas, Direktorat Jenderal Pajak telah melakukan perubahan administrasi dan organisasi dengan tujuan agar dapat memberikan pelayanan prima kepada Wajib Pajak sekaligus mengawasi hak dan kewajiban pajak secara komperehensif. Perubahan administrasi dan organisasi dikenal dengan sistem administrasi perpajakan modern yang memiliki karakteristik antara lain: struktur organisasi dirancang berdasarkan permasalahan fungsi yang jelas antara Kantor Wilayah dan Kantor Pelayanan Pajak bertanggung jawab melaksanakan fungsi pelayanan, pengawasan, penagihan, dan pemeriksaan sedangkan Kantor Wilayah bertanggung jawab melaksanakan fungsi pengawasan terhadap pelaksanaan operasional Kantor Pelayanan Pajak, keberatan dan banding serta penyidikan.

Perubahan baik dari sisi organisasi maupun teknologi informasi yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak pada dasarnya sudah mulai sejak tahun 1983 sebagai titik balik perubahan sistem official assesment ke sistem

self assesment. Perubahan tersebut sebagai wujud reformasi kebijakan

perpajakan yang pada saat ini sampai pada reformasi administrasi perpajakan berupa modernisasi administrasi perpajakan jangka menengah dengan tujuan tercapainya tingkat kepatuhan sukarela yang tinggi dan produktifitas pegawai perpajakan yang tinggi. (Subiyantoro dan Riphat, 2004:218).

Salah satu sistem pemungutan pajak adalah official assesment yaitu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kapada aparat pajak untuk menentukan besarnya pajak yang harus dibayar atau pajak yang terhutang oleh Wajib Pajak, sedangkan self assesment yaitu sistem pemungutan pajak yang


(17)

memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak terhutang. (Mardiasmo, 2003:12).

Pada saat yang sama, dunia terus berubah seiring dengan bergulirnya arus globalisasi yang membawa perubahan di segala sisi kehidupan yang menuntut peran serta semua pihak baik masyarakat sebagai individu maupun pemerintah Indonesia. Reformasi sistem administrasi perpajakan dilakukan karena banyaknya kelemahan pada sistem administrasi yang berlaku. Upaya ini dilakukan guna mengantisipasi perkembangan teknologi informasi yang demikian pesat di dunia bisnis maupun sektor publik, sebagai layanan administrasi secara manual menjadi ketinggalan, disamping itu juga akan meningkatkan mutu layanan kepada masyarakat Wajib Pajak yang diharapkan akan mendorong akselerasi pertambahan jumlah Wajib Pajak dan pada akhirnya efek yang terjadi secara tidak langsung adalah meningkatnya penerimaan pajak bagi negara serta terciptanya prinsip Good Governance.

Langkah terobosan yang telah dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak adalah reformasi teknologi informasi dalam perpajakan yang diharapkan terciptanya peningkatan kepatuhan sukarela dan menumbuhkan kepercayaan Wajib Pajak terhadap administrasi perpajakan serta meningkatkan produktifitas aparat pajak. Teknologi informasi yang canggih merupakan faktor kunci keberhasilan pelaksanaan kebijakan perpajakan diharapkan mampu meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat Wajib Pajak dan menjamin peningkatan penerimaan pajak negara.


(18)

Program dan kegiatan reformasi administrasi perpajakan diwujudkan dalam penerapan sistem administrasi perpajakan modern yang memiliki ciri khusus antara lain struktur organisasi berdasarkan fungsi, perbaikan pelayanan bagi setiap Wajib Pajak melalui pembentukan Account Representative dan

complaint center untuk menampung keberatan Wajib Pajak. Sistem

administrasi perpajakan modern juga merangkul kemajuan teknologi terbaru di antaranya melalui pengembangan Sistem Informasi Perpajakan (SIP) dengan pendekatan fungsi menjadi Sistem Administrasi Perpajakan Terpadu (SAPT) yang dikendalikan oleh case management system dalam workflow

system dengan berbagai modul otomasi kantor serta berbagai pelayanan

dengan basis e-system seperti e-SPT, e-filing, e-payment, Taxpayers’ Account,

e-registration, dan e-Counceling dan sistem modern yang lainnya yang

diharapkan meningkatkan mekanisme kontrol yang lebih efektif ditunjang dengan penerapan kode etik pegawai Direktorat Jenderal Pajak yang mengatur perilaku pegawai dalam melaksanakan tugas. (Sofyan, 2005:4).

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hernita (2006:14) dengan judul Analisis Efektifitas Pemanfaatan Teknologi Informasi Dalam Sistem Administrasi Perpajakan Modern Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. perumusan masalah apakah penerapan e-payment memiliki pengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak, apakah penerapan e-SPT memiliki pengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak, apakah penerapan e-filing memiliki pengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak, apakah penerapan e-registration memiliki pengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak, dan apakah terdapat pengaruh


(19)

payment, e-SPT, e-filing, dan e-registration secara bersama-sama terhadap kepatuhan Wajib Pajak.

Sofyan (2006:8) dengan judul Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak Besar. Perumusan masalah sejauh mana penerapan sistem administrasi perpajakan modern pada Kantor Pelayanan Pajak di Lingkungan Kanwil Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak Besar dan bagaimana pengaruh penerapan sistem administrasi perpajakan modern yang meliputi modernisasi struktur organisasi, modernisasi prosedur organisasi, modernisasi strategi organisasi, dan modernisasi budaya organisasi Kantor Pelayanan Pajak di Lingkungan Kanwil Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak Besar terhadap kepatuhan Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak di lingkungan Kanwil Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak Besar.

Witarto (2006:12) dengan judul Memahami Sistem Administrasi Perpajakan Modern (studi kasus pada Kantor Pelayanan Pajak Penanaman Modal Asing Tiga). Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah penerapan sistem administrasi perpajakan modern telah mendorong kepatuhan Wajib Pajak, apakah penerapan sistem administrasi perpajakan modern telah membantu pelaksanaan tugas aparat pajak dan konsultan pajak, bagaimana kinerja sistem administrasi perpajakan modern dan apa kendalanya, dan upaya apakah yang perlu dilakukan dalam memperbaiki sistem administrasi


(20)

perpajakan modern guna meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dan penerimaan pajak.

Penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti sebelumnya menyimpulkan sistem administrasi perpajakan modern yang dilakukan dengan mengimplementasikan teknologi informasi mutakhir diharapkan dapat mendukung kinerja Kantor Pelayanan Pajak Pajak Pratama Jakarta Grogol Petamburan serta dapat mengoptimalkan penerimaan pajak dan meningkatkan pelayanan serta pengawasan terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Sistem informasi modern (mutakhir) mempunyai korelasi yang positif terhadap kinerja Kantor Pelayanan Pajak, namun seberapa besar korelasi dimaksud belum diketahui secara pasti, untuk itu penulis mencoba menelitinya dalam bentuk skripsi yang berjudul, “Korelasi Efektifitas Penerapan Teknologi Informasi Dalam Sistem Administrasi Perpajakan Modern Dengan Kinerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Grogol Petamburan”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka perumusan masalah yang dapat penulis rumuskan yaitu untuk membuktikan seberapa besar korelasi efektifitas penerapan teknologi informasi dalam sistem administrasi perpajakan modern dengan kinerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Grogol Petamburan?


(21)

C. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar korelasi penerapan teknologi informasi dalam sistem administrasi perpajakan modern dengan kinerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Grogol Petamburan.

2. Manfaat penelitian

Penulis mengharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat diantaranya adalah:

a. Bagi Penulis

1) Untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar sarjana ekonomi pada program studi akuntansi.

2) Sebagai langkah penerapan ilmu pengetahuan yang diperoleh dibangku kuliah yang berupa teori-teori dengan kenyataan yang terjadi dilapangan, sehingga teori yang diperoleh dapat digunakan pada kondisi yang sesungguhnya.

3) Untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis berkaitan dengan korelasi efektifitas penerapan teknologi informasi dalam sistem administrasi perpajakan modern dengan kinerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Grogol Petamburan. b. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Grogol Petamburan

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Grogol Petamburan, yaitu dapat meningkatkan kinerja aparat pajak khususnya dalam memaksimalkan penerapan teknologi informasi dalam sistem


(22)

administrasi perpajakan modern dan memberikan kontribusi bagi organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Grogol Petamburan agar dapat melaksanakan perbaikan administrasi dengan lebih baik untuk meningkatkan pengawasan terhadap Wajib Pajak. c. Bagi Pembaca

1) Memberikan gambaran mengenai korelasi efektifitas penerapan teknologi informasi dalam sistem administrasi perpajakan modern dengan kinerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Grogol Petamburan.

2) Sebagai informasi dan referensi bagi penelitian selanjutnya terutama yang berkaitan dengan Sistem Administrasi Perpajakan Modern.

d. Bagi Lembaga Pendidikan

Dalam hal ini Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, penulis dapat memberikan sumbangan pikiran tentang korelasi efektifitas penerapan teknologi informasi dalam sistem administrasi perpajakan modern dengan kinerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Grogol Petamburan.


(23)

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sistem Administrasi Perpajakan Modern 1. Pengertian Administrasi

Administrasi menurut pendapat Dunsire (1989) yang telah dikutip oleh Donovan dan Jackson (1991) dikemukakan kembali oleh Keban (2004:2) yaitu:

“Administrasi diartikan sebagai arahan, pemerintahan, kegiatan, implementasi, mengarahkan, penciptaan prinsip-prinsip implementasi kebijakan, kegiatan melakukan analisis, menyeimbangkan dan mempresentasikan keputusan, pertimbangan-pertimbangan kebijakan, sebagai pekerjaan individual dan kelompok dalam menghasilkan barang dan jasa publik, dan sebagai arena bidang kerja akademik dan teoritis”.

Mengutip pendapat Trecker (1990):

“Administrasi merupakan suatu proses yang dinamis dan berkelanjutan, yang digerakkan dalam rangka mencapai tujuan dengan cara memanfaatkan orang dan material melalui koordinasi dan kerjasama”.

Definisi-definisi di atas menunjukkan beberapa batasan istilah administrasi yang secara langsung menepis anggapan bahwa administrasi selalu diartikan sebagai kegiatan ketatausahaan yang berkaitan dengan pekerjaan mengatur berkas, membuat laporan administratif, dan sebagainya. Mengutip Chandler and Plano (1988), dalam The Public

Aministration Dictionary definisi administrasi adalah proses dimana

keputusan dan kebijakan diimplementasikan. (Keban, 2004:2).


(24)

2. Administrasi Perpajakan

Menurut Ensiklopedi perpajakan yang ditulis oleh Harahap (2004:94), “administrasi perpajakan (Tax Administration) ialah cara-cara atau prosedur pengenaan dan pemungutan pajak”. Mengenai peran administrasi perpajakan, Jantscher (1997) seperti dikutip Gunadi, menekankan peran penting administrasi perpajakan dengan menuju pada kondisi terkini, dan pengalaman di berbagai negara berkembang, kebijakan perpajakan (tax

policy) yang dianggap baik (adil dan efisien) dapat saja kurang sukses

menghasilkan penerimaan atau mencapai sasaran lainnya karena administrasi perpajakan tidak mampu melaksanakannya. (http://www.infopajak.com/berita/170504bil.htm).

Administrasi perpajakan memerlukan sistem informasi yang efektif untuk menghindari ketimpangan, dan sistem administrasi perpajakan berdasarkan undang-undang perpajakan Indonesia menurut Harahap (2004:96) meliputi:

a. Identifikasi dan registrasi (pendaftaran) Wajib Pajak; b. Perhitungan pajak yang terhutang;

c. Pemungutan pajak dari Wajib Pajak; d. Penegakan hukum;

e. Pencatatan dan pemeriksaan;

f. Pelaporan yang dilakukan dengan Surat Pemberitahuan (SPT).

Menurut Silvani (1992) seperti dikutip Gunadi, administrasi pajak dikatakan efektif bila mampu mengatasi masalah-masalah:


(25)

a. Wajib Pajak yang tidak terdaftar (unregistered taxpayers)

Administrasi pajak mampu mendeteksi dan mengambil tindakan terhadap anggota masyarakat yang belum terdaftar sebagai Wajib Pajak walau seharusnya yang bersangkutan sudah memenuhi ketentuan untuk menjadi Wajib Pajak. Penambahan jumlah Wajib Pajak secara signifikan akan meningkatkan jumlah penerimaan pajak, dalam hal ini penerapan sanksi yang tegas perlu diberikan terhadap mereka yang belum mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak.

b. Wajib Pajak yang tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Menyikapi Wajib Pajak yang sudah terdaftar tetapi tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT), atau disebut juga stop

filing taxpayers, misalnya dengan melakukan pemeriksaan pajak.

c. Penyelundup pajak (tax evaders)

Penyelundup pajak (tax evaders) yaitu Wajib Pajak yang melaporkan pajak lebih kecil dari yang seharusnya menurut ketentuan perundang-undangan. Keberhasilan sistem self assessment yang memberi kepercayaan sepenuhnya kepada Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan, menyetor, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang, sangat tergantung dari kejujuran Wajib Pajak. d. Penunggak pajak (delinquent tax pavers)

Dari tahun ke tahun tunggakan pajak jumlahnya semakin besar. Upaya pencairan tunggakan pajak dilakukan melalui pelaksanaan tindakan penagihan secara intensif.


(26)

Apabila kebijakan perpajakan yang ada mampu mengatasi masalah- masalah di atas secara efektif, maka administrasi perpajakannya sudah dapat dikatakan baik sehingga tax ratio akan meningkat. Dasar bagi terwujudnya suatu administrasi pajak yang baik adalah diterapkannya prinsip-prinsip manajemen modern yaitu Planning, Organizing, Actuating

dan Controlling, terdapatnya kebijakan perpajakan yang jelas dan sederhana sehingga memudahkan Wajib Pajak untuk melaksanakan kewajibannya, tersedianya pegawai pajak yang berkualitas dan jujur serta pelaksanaan penegakan hukum yang tegas dan konsisten. (http://www.infopajak.com/berita/170504bil.htm).

3. Refomasi Administrasi Pajak

Reformasi administrasi bertujuan untuk memperbaiki administrasi dan mengantisipasi perbaikan untuk mencapai hasil yang lebih baik. Motivasi dilakukannya reformasi perpajakan adalah untuk meningkatkan penerimaan negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran negara. Definisi reformasi administrasi sangat luas karena adanya berbagai macam aktifitas terlibat di dalamnya.

Menurut Nasucha (2004:37) “reformasi administrasi perpajakan adalah penyempurnaan atau perbaikan kinerja administrasi, baik secara individu, kelompok, maupun kelembagaan agar lebih efisien, ekonomis, dan cepat”. Bird dan Jantscer (1992) seperti dikutip Nasucha (2004:63) mengemukakan bahwa agar reformasi administrasi perpajakan dapat berhasil, dibutuhkan:


(27)

(1) struktur pajak disederhanakan untuk kemudahan, kepatuhan, dan administrasi, (2) strategi reformasi yang cocok harus dikembangkan, (3) komitmen politik yang kuat terhadap peningkatan administrasi perpajakan. Gunadi (2002:2) mengemukakan bahwa tujuan reformasi pajak adalah: (1) peningkatan dan responsivitas dan stabilitas penerimaan; (2) lebih meningkatkan keadilan; (3) mengurangi inefisiensi dan distorsi ekonomi; (4) penyederhanaan administrasi dan struktur pajak; (5) mengurangi biaya kepatuhan dan peningkatan kesadaran masyarakat; dan (6) mengurangi dorongan penghindaran dan penyelundupan pajak.

Tanzi dan Pallechio (1995) dalam Ott (2001) seperti dikutip Nasucha (2004:66) berkenaan dengan elemen dasar reformasi administrasi perpajakan dinyatakan syarat-syarat sebagai berikut:

a. Komitmen politik yang berkelanjutan.

b. Staf yang mampu berkonsentrasi terhadap pekerjaan dalam jangka panjang.

c. Strategi yang tepat dan didefinisikan dengan baik karena tidak ada strategi yang cocok untuk semua negara.

d. Pendidikan dan pelatihan pegawai.

e. Tersedia dana dan sumber daya lain yang cukup.

Dua tugas utama reformasi administrasi perpajakan menurut Nasucha (2004:67) dengan mengutip Ott (2001) adalah untuk mencapai efektifitas yang tinggi, yaitu kemampuan untuk mencapai tingkat kepatuhan yang tinggi dan efisiensi berupa kemampuan untuk membuat biaya administrasi


(28)

per unit penerimaan pajak sekecil-kecilnya. Efektifitas dan efisiensi kadang-kadang menciptakan kontradiksi sehingga diperlukan koordinasi, diperlukan ukuran-ukuran khusus untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi administrasi perpajakan. Dalam meningkatkan efektifitas digunakan ukuran:

a. Kepatuhan pajak sukarela. b. Prinsip-prinsip self assessment.

c. Menyediakan informasi kepada Wajib Pajak.

d. Kecepatan dalam menemukan masalah-masalah yang berhubungan dengan Surat Pemberitahuan (SPT) dan pembayaran.

e. Peningkatan dalam kontrol dan supervisi. f. Sanksi yang tepat.

Peningkatan efisiensi administrasi perpajakan dapat distimulasi dengan:

a. Penyediaan unit-unit khusus untuk perusahaan besar. b. Peningkatan perpajakan khusus untuk Wajib Pajak kecil.

c. Penggunaan jasa perbankan untuk pemungutan pajak, dan lain-lain. Dengan mendasarkan pada teori Caiden (1991), menurut Nasucha (2004:69), empat dimensi reformasi administrasi perpajakan, yaitu:

a. Struktur organisasi

Mengutip Adiwisatra (1998), dijelaskan Nasucha (2004:69) bahwa struktur organisasi adalah unsur yang berkaitan dengan pola-pola peran yang sudah ditentukan dan hubungan antar peran, alokasi kegiatan


(29)

kepada subunit-subunit terpisah, pendistribusian wewenang di antara posisi administratif, dan jaringan komunikasi formal.

b. Prosedur organisasi

Prosedur organisasi berkaitan dengan proses komunikasi, pengambilan keputusan, pemilihan prestasi, sosialisasi dan karir. Pembahasan dan pemahaman prosedur organisasi berpijak pada aktivitas organisasi yang dilakukan secara teratur.

c. Strategi organisasi

Strategi organisasi dipandang sebagai siasat, sikap pandangan dan tindakan yang bertujuan memanfaatkan segala keadaan, faktor, peluang, dan sumber daya yang ada sedemikian rupa sehingga tujuan organisasi dapat dicapai dengan berhasil dan selamat. Strategi berkembang dari waktu ke waktu sebagai pola arus keputusan yang bermakna.

d. Budaya organisasi

Budaya organisasi didefinisikan sebagai sistem penyebaran kepercayaan dan nilai-nilai yang berkembang dalam organisasi dan mengarahkan perilaku anggota-anggotanya. Budaya organisasi mewakili persepsi umum yang dimiliki oleh anggota organisasi.

B Teknologi Informasi Dalam Sistem Administrasi Perpajakan Modern

Kurzweil (1999:20) mengemukakan teknologi berasal dari bahasa Yunani,

tekhe, yang berarti: “alat” atau “seni” dan kata logia, yang berarti “studi atau


(30)

ilmu tentang sesuatu”. Teknologi kemudian dimaknai sebagai ilmu tentang peralatan, di mana kata peralatan tersebut mengacu pada pembentukan dan pemanfaatan sumber daya untuk kepentingan praktis. Dalam perkembangannya, teknologi juga kerap dimaknai sebagai penciptaan alat untuk meningkatkan kendali atas lingkungan. Anthony dan Dearden (1980) dalam Hernita (2006:18) mendefinisikan informasi sebagai data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya. Sumber dari informasi adalah data. Data sendiri merupakan bentuk jamak dari bentuk tunggal datum atau data-item. Data adalah kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian dan kesatuan nyata.

Anthony dan Dearden (1980) dalam Hernita (2006:18) mengemukakan Saat ini dan di masa mendatang, kegiatan administrasi pemerintahan tanpa dapat dihindarkan, akan makin banyak dilakukan dengan memanfaatkan jasa jaringan komputer dan telekomunikasi elektrik. Jasa komputer dan telekomunikasi elektronik ini nantinya akan makin memperoleh posisi yang sentral dalam kegiatan umat manusia sehari-hari.

Menurut Wahyudi (1992) dalam Hernita (2006:18) teknologi komputer memiliki dua aspek sebagai berikut:

1. Aspek perangkat keras (hardware), komputer merupakan suatu perangkat elektronik yang bekerja secara otomatis, terintegrasi dan terkoordinasi sehingga dengan prosedur dapat mengingat dan menampilkan hasil proses tersebut.


(31)

2. Aspek perangkat lunak (software), yang meliputi dasar informasi untuk menggerakkan perangkat keras tersebut. Tanpa software, sebuah komputer tidak akan berguna. Komputer membutuhkan software untuk beroperasi dan membutuhkan sistem operasi atau program-program untuk membuat komponen-komponen bekerja sama dengan baik.

Purnomo, dalam Subiyantoro dan Riphat (2004:219) mengemukakan bahwa sejak tahun 2001 Direktorat Jenderal Pajak telah memulai beberapa langkah reformasi administrasi perpajakan yang menjadi landasan bagi terciptanya administrasi perpajakan yang modern, efisien, dan dipercaya masyarakat. Reformasi moral dan etika untuk seluruh pegawai, kampanye sadar dan peduli pajak, pembangunan Kantor Wilayah dan Kantor Pelayanan Pajak percontohan, penerapan teknologi informasi terkini dalam pelayanan perpajakan (online payment, e-SPT, e-registration, dan Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SI DJP)). Seiring dengan itu, Direktorat Jenderal Pajak juga melakukan kampanye sadar dan peduli pajak, pengembangan bank data serta langkah-langkah lainnya yang sedang dan terus dikembangkan merupakan beberapa langkah reformasi yang telah dimulai oleh Direktorat Jenderal Pajak.

Sejalan dengan semakin berkembangnya pemanfaatan sistem informasi pada organisasi pemerintahan, dengan penerapannya untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensinya, maka dari sinilah dikenal istilah e-Government.

Tuban et al (2002:451) memberikan pengertian e-Government dengan menyatakan sebagi berikut:


(32)

“e-Government encompasses applications of various technologies to provide citizens and organizations with more convenient access to government information and services; and to provide delivery of public services to citizens, business partners and suppliers, and those working in the public sector”.

“e-Government meliputi aplikasi-aplikasi dari berbagai macam

teknologi untuk memberikan warga negara dan organisasi-organisasi mendapatkan informasi dan pelayanan pemerintah yang lebih baik dan juga untuk memberikan penerimaan pelayanan publik untuk warga negara, partner-partner bisnis, dan juga yang bekerja dalam sektor publik itu.

e-Government menjadi sangat populer bersamaan dengan berkembangnya

teknologi informasi dan komunikasi (information and communication

technology–ICT). E-Government bertujuan meningkatkan kualitas kinerja

pemerintahan terutama dalam lingkup pelayanan masyarakat sehingga dapat bermanfaat bagi segenap warga negaranya.

McFarlan dan McKenny (1983) dalam Hernita (2006:22) mengemukakan penerapan e-Government menjanjikan setidaknya tiga perubahan dasar:

1. Proses otomatisasi: mengubah peran manusia dalam menjalankan proses yang meliputi menerima, menyimpan, processing, output, dan mengirimkan informasi.

2. Proses informasi: mendukung peran manusia dalam menjalankan proses informasi, misalnya mendukung alur proses pengambilan keputusan, komunikasi dan implementasi.

3. Proses transformasi: membuat ICT baru untuk menjalankan proses informasi. Contohnya adalah membuat metode baru dalam pelayanan publik.


(33)

Manfaat langsung yang diperoleh oleh organisasi pemerintah dalam penggunaan ICT, yaitu:

1. Internal: memperbaiki citra publik dan atau menyediakan manfaat dalam memotivasi staf pemerintahan dan kontrol publik yang lebih baik.

2. Eksternal: ICT dapat dinikmati oleh populasi yang luas karena penyampaiannya yang murah serta pelayanan yang baik.

Teknologi informasidalam sistem administrasi perpajakan modern

mempunyai ciri-ciri berikut (http//:www.taxone-

info.com/modernisasi_pajak.ppt):

1. Seluruh Wajib Pajak diwajibkan membayar melalui kantor penerima pembayaran online.

2. Seluruh Wajib Pajak diwajibkan untuk melaporkan kewajiban perpajakannya dengan menggunakan media komputer (e-SPT) atau dengan menggunakan jaringan komunikasi data (e-filing).

Training dan aplikasi e-SPT akan diberikan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta. (http//:www.taxone-info.com/modernisasi_pajak.ppt)

1. Seluruh kegiatan administrasi dilaksanakan melalui Sistem Administrasi Perpajakan Terpadu (SAPT).

2. Sistem Administrasi Perpajakan Terpadu (SAPT) menerapkan konsep monitoring secara terpadu mulai dari pelayanan, pengawasan, pembayaran, dan pelaporan yang dikontrol oleh case management system (workflow

system).


(34)

3. Dengan Sistem Administrasi Perpajakan Terpadu (SAPT), masing-masing Wajib Pajak dapat diawasi secara berkesinambungan dalam rekening khusus yang disebut dengan Taxpayers Account.

Adapun keunggulan teknologi informasi dalam sistem administrsi perpajakan modern adalah sebagai berikut (http//:www.taxone- info.com/modernisasi_pajak.ppt):

1. Penerimaan pembayaran pajak dapat dimonitor lebih cepat dan akurat. 2. E-SPT akan mengurangi cost of compliance Wajib Pajak, menghilangkan

kegiatan perekaman SPT, dan mempercepat ketersediaan data Wajib Pajak pada administrasi perpajakan.

3. Sistem Administrasi Perpajakan Terpadu (SAPT) akan mempercepat pengolahan data, memelihara akurasi data administrasi perpajakan, serta meningkatkan efektifitas pengawasan kewajiban perpajakan Wajib Pajak. 4. Sistem Administrasi Perpajakan Terpadu (SAPT) akan menciptakan

tambahan alat pengawasan internal yang lebih efektif dan meningkatkan produktivitas serta ketepatan waktu penyelesaian pekerjaan.

C. Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern

Struktur organisasi berdasarkan fungsi, perbaikan pelayanan bagi setiap Wajib Pajak melalui pembentukan Account Reperesentative dan complaint

center untuk menampung keberatan Wajib Pajak merupakan ciri khusus yang

dimiliki oleh program dan kegiatan reformasi perpajakan yang diwujudkan dalam penerapan sistem administrasi perpajakan modern.


(35)

Purnomo, dalam Subiyantoro dan Riphat (2004:219) menambahkan bahwa reformasi administrasi yang dicanangkan oleh Direktorat Jenderal Pajak diarahkan akan mendukung pencapaian visi Direktorat Jenderal Pajak yang menjadi model pelayanan masyarakat yang menyelenggarakan sistem dan manajemen perpajakan kelas dunia, yang dipercaya dan dibanggakan masyarakat, serta misi fiskal Direktorat Jenderal Pajak yaitu menghimpun penerimaan negara dari sektor pajak yang mampu menunjang kemandirian pembiayaan efektifitas yang tinggi. Secara garis besar, ada tiga tujuan yang secara spesifik hendak dicapai oleh reformasi administrasi perpajakan dalam jangka menengah, yaitu:

1. Tercapainya kepatuhan perpajakan yang tinggi.

2. Tercapainya tingkat kepercayaan terhadap administrasi perpajakan. 3. Tercapainya produktivitas aparat perpajakan yang tinggi.

Ketiga tujuan ini dipilih menjadi tujuan reformasi administrasi perpajakan berdasarkan pengkajian yang dilakukan atas kondisi dan keberadaan Direktorat Jenderal Pajak saat ini serta prioritas yang hendak dicapai. Program-program dan kegiatan yang dicanangkan akan dirancang untuk mendukung ketiga tujuan diatas.

Program-program reformasi administrasi perpajakan jangka menengah Direktorat Jenderal Pajak menurut Purnomo dalam Subiyantoro dan Riphat (2004:230) adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan kepatuhan perpajakan. a. Meningkatkan kepatuhan sukarela.


(36)

1) Program kampanye sadar dan peduli pajak. 2) Program pengembangan pelayanan perpajakan.

b. Memelihara (Maintaining) tingkat kepatuhan Wajib Pajak patuh. 1) Program pengembangan pelayanan prima.

2) Program penyederhanaan pemenuhan kewajiban perpajakan. c. Menangkal ketidakpatuhan perpajakan (Combatting Non-Compliance).

1) Program merevisi pengenaan sanksi.

2) Program menyikapi berbagai kelompok Wajib Pajak tidak patuh. 3) Program meningkatkan efektifitas pemeriksaan.

4) Program modernisasi aturan dan metode pemeriksaan serta penagihan.

5) Program penyempurnaan ekstensifikasi.

6) Program pemanfaatan teknologi terkini dan pengembangan IT

masterplan.

7) Program pengembangan dan pemanfaatan bank data.

2. Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap administrasi perpajakan. a. Meningkatkan citra Direktorat Jenderal Pajak.

1) Program merevisi UU KUP.

2) Program penerapan Good Corporate Governance. 3) Program perbaikan mekanisme keberatan dan banding. 4) Program penyempurnaan prosedur pemeriksaan.

b. Melanjutkan pengembangan administrasi Large Taxpayer Office

(LTO) atau Kanwil Direktorat Jenderal Pajak Pajak Wajib Pajak Besar.


(37)

1) Program peningkatan pelayanan, pemeriksaan, dan penagihan pada LTO.

2) Program peningkatan jumlah Wajib Pajak terdaftar pada LTO selain BUMN/BUMD.

3) Program penerapan sistem administrasi LTO pada Kanwil Direktorat Jenderal Pajak Jakarta Khusus.

4) Program penerapan sistem administrasi LTO pada Kanwil lainnya. 3. Meningkatkan produktivitas aparat perpajakan.

a. Program reorganisasi Direktorat Jenderal Pajak berdasarkan fungsi dan kelompok Wajib Pajak.

b. Program peningkatan kemampuan pengawasan dan pembinaan oleh Kantor Pusat/Kanwil Direktorat Jenderal Pajak.

c. Program penyusunan kebijakan baru untuk manajemen sumber daya manusia.

d. Program peningkatan mutu sarana dan prasarana kerja. e. Program penyusunan rencana kerja operasional.

Dijelaskan oleh Purnomo bahwa program dan kegiatan dalam kerangka reformasi dan modernisasi perpajakan dilakukan secara komprehensif meliputi aspek perangkat lunak, perangkat keras, dan sumber daya manusia. Reformasi perangkat lunak adalah perbaikan struktur organisasi dan kelembagaan, serta penyempurnaan dan penyederhanaan sistem operasi mulai dari pengenalan dan penyebaran informasi perpajakan, pemeriksaan dan penagihan, pembayaran, pelayanan hingga pengawasan agar lebih efektif dan efisien.


(38)

Keseluruhan operasi berbasis teknologi informasi dan ditunjang kerjasama operasi dengan instansi lain. Revisi undang-undang perpajakan dan peraturan terkait lainnya, juga penerapan praktek tata pemerintahan yang bersih dan berwibawa (Good Governance) dilaksanakan dalam konteks penegakan hukum dan keadilan yang memayungi semua lini dan tahapan operasional. Reformasi perangkat keras diupayakan pengadaan sarana dan prasarana yang memenuhi persyaratan mutu dan menunjang upaya modernisasi administrasi perpajakan di seluruh Indonesia. Penyiapan sumber daya manusia yang berkualitas dan profesional merupakan program reformasi aspek sumber daya manusia, antara lain melalui pelaksanaan fit and proper test secara ketat, penempatan pegawai sesuai kapasitas dan kapabilitasnya, reorganisasi, kaderisasi, pelatihan, dan pogram pengembangan self capacity.

Dalam nota keuangan dan APBN tahun anggaran 2005 pada Bab III juga disebutkan langkah-langkah reformasi dan modernisasi administrasi perpajakan yang dikutip oleh Sofyan (2005:30) antara lain mencakup:

1. Penyempurnaan peraturan pelaksanaan undang-undang perpajakan.

2. Perluasan Kantor Pelayanan Pajak khusus Wajib Pajak Besar, antara lain dengan pembentukan organisasi berdasarkan fungsi, pengembangan sistem administrasi perpajakan yang terintegrasi dengan pendekatan fungsi, dan implementasi dari prinsip-prinsip tata pemerintahan yang bersih dan berwibawa (Good Governance).


(39)

3. Pembangunan Kantor Pelayanan Pajak khusus Wajib Pajak menengah dan Kantor Pelayanan Pajak khusus Wajib Pajak kecil di Kanwil Direktorat Jenderal Pajak Jakarta I.

4. Pengembangan basis data, pembayaran pajak, dan penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) secara online.

5. Perbaikan manajemen pemeriksaan pajak.

6. Peningkatan efektifitas penerapan kode etik di jajaran Direktorat Jenderal Pajak dan Komisi Ombudsman Nasional. Dalam jangka menengah, upaya- upaya tersebut diharapkan dapat ditingkatkan, tidak hanya kepatuhan perpajakan (tax compliance), akan tetapi juga kepercayaan masyarakat terhadap aparat pajak, dan produktivitas aparat pajak.

Sasaran penerapan sistem administrasi pajak modern menurut Pandiangan (2004) adalah:

1. Maksimalisasi penerimaan pajak.

2. Kualitas pelayanan yang mendukung kepatuhan Wajib Pajak.

3. Memberikan jaminan kepada publik bahwa Direktorat Jenderal Pajak mempunyai tingkat integritas dan keadilan yang tinggi.

4. Menjaga rasa keadilan dan persamaan perlakuan dalam proses pemungutan pajak.

5. Pegawai pajak dianggap sebagai karyawan yang bermotivasi tinggi, kompeten, dan profesional.

6. Peningkatan produktivitas yang berkesinambungan.


(40)

7. Wajib Pajak mempunyai alat dan mekanisme untuk mengakses informasi yang diperlukan.

8. Optimalisasi pencegahan penggelapan pajak.

Sadhani (http://www.pajak2000.com/news) mengemukakan Direktorat Jenderal Pajak merencanakan mengimplementasikan program administrasi perpajakan modern secara komprehensif yang mencakup semua lini operasi organisasi secara nasional. Program ini dilakukan untuk mencapai empat sasaran utama, yakni:

1. Optimalisasi penerimaan yang berkeadilan yaitu perluasan tax base, minimalisasi tax gap dan stimulus fiskal.

2. Peningkatan kepatuhan sukarela yaitu melalui pemberian pelayanan prima dan penegakan hukum yang konsisten.

3. Efisiensi administrasi, yaitu penerapan sistem dan administrasi yang handal dan pemanfaatan teknologi tepat guna.

4. Terbentuknya citra yang baik dan kepercayaan masyarakat yang tinggi yaitu kapasitas sumber daya manusia yang profesional, budaya organisasi yang kondusif dan pelaksanaan Good Governance.

D. Program Penerapan Teknologi Infomasi Dalam Sistem Administrasi Perpajakan Modern

Penerapan teknologi informasi dalam sistem administrasi perpajakan modern melalui program dan kegiatan dalam kerangka reformasi administrasi perpajakan jangka menengah berikut ini diuraikan, yakni:


(41)

1. Struktur Organisasi

a. Pembentukan organisasi berdasarkan fungsi menurut Pakpahan (2004:53).

Sebagai wujud pembenahan fungsi pelayanan, pengawasan dan pemeriksaan, struktur organisasi yang berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 443/KMK.01/2001 disusun menurut jenis pajak, di mana Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Tidak Langsung Lainnya (PPN/PTLL) dilayani di Kantor Pelayanan Pajak, sedangkan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dilayani Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB), dengan diterapkannya sistem administrasi perpajakan modern struktur organisasi dirancang dengan paradigma berdasarkan fungsi dengan pemisahan fungsi yang jelas antara Kanwil dan Kantor Pelayanan Pajak, di mana Kantor Pelayanan Pajak bertanggung jawab melaksanakan fungsi pelayanan, pengawasan, penagihan, dan pemeriksaan, sedangkan Kanwil bertanggungjawab melaksanakan fungsi pengawasan pelaksanaan operasional Kantor Pelayanan Pajak, keberatan dan banding, serta penyidikan, dengan pembentukan organisasi berdasarkan fungsi maka di Kanwil tidak dijumpai lagi bidang Pajak Penghasilan (PPh), bidang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Tidak Langsung Lainnya (PPN/PTLL), dan bidang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Tidak lagi dibedakan pelayanan menurut jenis pajak Pajak Penghasilan (PPh) dan


(42)

Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Tidak Langsung Lainnya (PPN/PTLL) dengan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan BPHTB, melainkan hanya diberikan oleh satu Kantor Pelayanan Pajak saja. b. Spesifikasi tugas dan tanggung jawab menurut Sofyan (2005:37),

antara lain:

1) Account Representative (AR);

Penunjukan Account Representative yang khusus melayani dan mengawasi pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak secara langsung. Dengan pembagian tugas disesuaikan dengan kelompok usaha Wajib Pajak, Account Representative memiliki pemahaman tentang bisnis dan kebutuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak. Account Representative bertanggungjawab untuk memberikan jawaban atas setiap pertanyaan yang diajukan Wajib Pajak secara efektif dan profesional, terutama mengenai: rekening Wajib Pajak (Taxpayers’ Account) untuk semua jenis pajak, kemajuan proses pemeriksaan dan restitusi, interpretasi dan penegasan atas suatu peraturan (ruling), perubahan data identitas Wajib Pajak, tindakan pemeriksaan dan penagihan pajak, kemajuan proses keberatan dan banding, perubahan peraturan yang berkaitan dengan kewajiban perpajakan Wajib Pajak.

Lebih rincinya Account Representative (AR) akan memberikan informasi mengenai:


(43)

a) Rekening Wajib Pajak untuk semua jenis pajak. b) Kemajuan proses pemeriksaan dan restitusi. c) Interpretasi dan penegasan atas suatu peraturan. d) Perubahan data identitas Wajib Pajak.

e) Tindakan pemeriksaan dan penagihan Wajib Pajak. f) Kemajuan proses keberatan dan banding.

g) Perubahan peraturan perpajakan yang berkaitan dengan kewajiban perpajakan Wajib Pajak.

2) Menurut Purnomo dalam Subiyantoro dan Riphat (2004) yang dikutip oleh Sofyan (2005:37) pemeriksaan pajak hanya dilakukan oleh tenaga fungsional pemeriksa dengan alokasi tenaga fungsional pemeriksa disesuaikan dengan tingkat risiko pemeriksaan dan dilakukan pelatihan teknis yang mendukung profesionalisme tenaga pemeriksa berdasarkan kelompok usaha Wajib Pajak. 3) Spesialisasi pegawai lainnya seperti jurusita pajak dan progamer

teknologi informasi.

c. Menyelesaikan dan menyempurnakan implementasi Sistem Informasi Perpajakan (SIP) menjadi Sistem Administrasi Perpajakan Terpadu (SAPT) menurut Sofyan (2005:38) yaitu:

Sistem Informasi Perpajakan (SIP) dikembangkan menjadi Sistem Administrasi Perpajakan Terpadu (SAPT) yang dikendalikan oleh manajemen kasus (case management system) dalam sistem pemantauan proses administrasi perpajakan (workflow system)


(44)

mengacu pada otomatisasi kantor mencakup pelayanan, pengawasan pembayaran dan pemeriksaan dengan pengendalian proses, otorisasi, pengawasan pelaksanaan tugas serta pelaporan yang dirancang sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

d. Monitoring rutin melalui Rekening Wajib Pajak (Taxpayers’ Account) menurut Sofyan (2005:38) yaitu:

Transparansi pelayanan dan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak didukung dengan Taxpayers’ Account yang berfungsi untuk mencatat secara otomatis setiap perubahan yang terjadi terhadap hak dan kewajiban Wajib Pajak sebagai akibat dari pembayaran pajak, penetapan, keberatan, pemindah bukuan, Surat Pemberitahuan (SPT), dan dokumen perpajakan lainnya sehingga memudahkan pengawasan atas hak dan kewajiban perpajakan bagi masing-masing Wajib Pajak. e. Jalur pengawasan tugas pelayanan dan pemeriksaan menurut Sofyan

(2005:39) yaitu:

Menetapkan standar kinerja dan pelayanan perpajakan, menerapkan kode etik pegawai bagi pegawai pajak dan dibentuknya komite kode etik serta kerjasama dengan Komite Ombudsman Nasional semakin melengkapi perangkat pengawasan tugas pelayanan dan pemeriksaan.

2. Modernisasi prosedur organisasi

a. Pelayanan satu pintu melalui Account Representative menurut Sofyan (2005:39) yaitu:


(45)

Penunjukkan Account Representative yang bertanggung jawab secara khusus melayani dan mengawasi administrasi perpajakan beberapa Wajib Pajak dengan mengembangkan konsep pelayanan satu pintu sehingga mengurangi persinggungan antara Wajib Pajak dengan petugas pajak yang kemungkinan dapat menimbulkan akses negatif.

Account Representative juga menangani pemohonan Surat Keterangan

Bebas (SKB) pajak, Pemindahbukuan setoran pajak (Pbk), ruling dan penerbitan produk hukum.

b. Penyederhanaan prosedur administrasi dan meningkatkan standar waktu dan kualitas pelayanan dan pemeriksaan pajak menurut Sofyan (2005:39) yaitu:

1) Menyederhanakan formulir Surat Pemberitahuan (SPT).

2) Mempercepat proses penyelesaian keberatan dan banding atas produk pajak.

3) Pengukuhan Wajib Pajak Patuh untuk mempercepat permohonan restitusi.

4) Meninjau kriteria Wajib Pajak pungut untuk mengurangi permohonan restitusi.

5) Meninjau kembali kewajiban pemeriksaan atas setiap Surat Pemberitahuan Lebih Bayar (SPT LB) dan mempercepat restitusi Surat Pemberitahuan Lebih Bayar (SPT LB) yang berisiko rendah. 6) Pemusatan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).


(46)

c. Dukungan teknologi informasi modern dalam memberikan pelayanan, pengawasan, pemeriksaan dan penagihan pajak menurut Sofyan (2005:40), antara lain:

1) Sistem Administrasi Perpajakan Terpadu (SAPT) terintegrasi dengan pendekatan fungsi dan prosedur administrasi yang telah diatur dalam case management dan workflow system didukung e-

system, terutama e-payment, e-SPT, dan e-filing yang membantu

kecepatan, ketepatan dan keamanan proses perekaman data administrasi pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak.

2) Otomatisasi proses pemeriksaan dengan bantuan workflow

management dalam Sistem Administrasi Perpajakan Terpadu

(SAPT) membantu menghindari duplikasi data, kesalahan pencatatan dan pengawasan prosedural pemeriksaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan didukung juga dengan aplikasi Audit Command Language (ACL).

3) Pembangunan bank data dalam konsep masterplan secara nasional dan kerjasama pertukaran data dengan instansi lain mewujudkan transparansi data.

4) Otomatisasi penagihan pajak melalui Sistem Administrasi Perpajakan Terpadu (SAPT) sehingga prosedur pengawasan dan administrasi tunggakan pajak dapat selalu dilakukan. Pelaksanaan penagihan dilakukan jurusita pajak dengan metode hard dan soft


(47)

collection, dimana soft collection dapat dilakukan dengan bantuan

Account Representative.

5) Melaksanakan pelatihan teknologi informasi;

6) Penggunaan teknologi informasi dan e-system lainnya:

Dalam menjalankan administrasi perpajakan dan meningkatkan pelayanan dikembangkan aplikasi seperti e-regristation, e-

Counseling, Complain Center, Help Desk, Call Center, Touch Screen

yang didukung Knowledge Base yang berisi Frequently Asked

Question (FAQ), SMS tax, dan saluran komunikasi dan penyuluhan

yang lebih intensif melalui berbagai sarana seperti telepon, e-mail, portal website, pencatatan dan penyimpanan dokumen yang lebih dapat diandalkan menggunakan Sistem Manajemen Arsip Terpadu (SMArT), dukungan peralatan perkantoran yang modern, lengkap, di mana tiap pegawai dilengkapi personal computer dan akses informasi yang lebih cepat baik dalam lingkungan intern maupun kepada Wajib Pajak di mana tiap terdapat perubahan ketentuan menyangkut Wajib Pajak akan segera dikonsolidasikan secara internal, diinterpretasikan dan selanjutnya segera diinformasikan kepada Wajib Pajak.

3. Sistem Monitoring Pelaporan dan Pembayaran Pajak (e-Payment) menurut Purnomo dalam Subiyantoro dan Riphat (2004:218);

Sistem ini dikenal sebagai sistem Monitoring Pelaporan dan Pembayaran Pajak (MP3). Keuntungan menggunakan sistem MP3 adalah


(48)

pada kecepatan (realtime) dan keakuratan (precise) data penerimaan pajak yang dibayarkan oleh Wajib Pajak melalui bank dan kantor pos secara

online. Kendala geografis dalam pembayaran pajak dapat meminimalisasi,

data penerimaan pajak akan dapat diketahui dengan mengakses database

Direktorat Jenderal Pajak melalui internet.

Istilah rekonsiliasi dikenal dalam MP3. Rekonsiliasi adalah proses identifikasi perbedaan dan persamaan data pembayaran setoran pajak yang tercatat dalam sistem komputer Direktorat Jenderal Pajak dengan Kantor Penerima Pembayaran setiap hari pada jam tertentu (cut off) yang disepakati antara Direktorat Jenderal dengan Kantor Penerima Pajak. 4. Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak (e-Registration) menurut

Purnomo dalam Subiyantoro dan Riphat (2004:218);

E-Registration merupakan sistem pendaftaran, perubahan, data Wajib

Pajak dan penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), melaporkan usaha untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) melalui internet. Bagi Wajib Pajak yang telah terdaftar dapat mengakses informasi perpajakannya melalui sebuah account yang telah disediakan.

5. Pelaporan Surat Pemberitahuan (e-SPT) menurut Purnomo dalam Subiyantoro dan Riphat (2004:218);

Pelaporan Surat Pemberitahuan (e-SPT), e-SPT atau penyampaian Surat Pemberitahuan dalam bentuk digital adalah pelaporan Surat Pemberitahuan masa secara elektronik. Electronic SPT atau disebut e-SPT

adalah aplikasi (sofware) yang dibuat oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk


(49)

digunakan oleh Wajib Pajak sebagai alternatif dalam penyampaian SPT dimana data-datanya telah direkam sendiri oleh Wajib Pajak dengan bantuan aplikasi e-SPT menjadi data elektronik yang dapat langsung dimuat (upload) sistem dan data base yang ada di Kantor Pelayanan Pajak.

6. Pengiriman atau penyampaian Surat Pemberitahuan (e-Filing) menurut Purnomo dalam Subiyantoro dan Riphat (2004:218);

E-Filing adalah sebuah layanan yang disediakan di kantor pusat

Direktorat Jenderal Pajak agar Wajib Pajak dapat menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) beserta lampirannya secara elektronik melalui sistem online dan real time melaui aplikasi penerimaan Surat Pemberitahuan (SPT) berbasis web.

7. Modernisasi budaya organisasi menurut Sofyan (2005:42) terdapat beberapa kegiatan modernisasi budaya organisasi yaitu:

a. Program penerapan pemerintahan yang bersih dan berwibawa (Good

Governance) tata pemerintahan yang bersih dan berwibawa (Good

Governance) dicirikan oleh adanya kode etik pegawai Direktorat

Jenderal Pajak berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 222/KMK.03/2002 tanggal 14 Mei 2002 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 382/KMK.03/2002 tanggal 27 Agustus 2002, adanya komite kode etik Direktorat Jenderal Pajak berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 223/KMK.03/2002 tanggal 14 Mei 2002, adanya divisi Perpajakan dan Bea Cukai pada Komite Ombudsman Nasional, adanya


(50)

kerja sama dengan Inspektorat Jenderal Departemen Keuangan dan konsolidasi internal.

1) Menerapkan kode etik terhadap seluruh pegawai Direktorat Jenderal Pajak, pembentukan komite kode etik, meningkatkan efektifitas pengawasan oleh Inspektorat Jenderal Departemen Keuangan dan kerjasama dengan Komisi Ombudsman Nasional. 2) Penyiapan sumber daya manusia yang berkualitas dan profesional,

antara lain melalui pelaksanaan fit and proper test secara ketat, penempatan pegawai yang disesuaikan dengan kapasitas dan kapabilitasnya, reorganisasi, kaderisasi, pelatihan dan pogram pengembangan self capacity, reward and punishment, reformasi moral dan etika.

b. Pemberian Tunjangan Kegiatan Tambahan (TKT) kepada Pegawai Pajak

Pemberian TKT selain tunjangan lain yang telah diberikan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 269/KMK.03/2004 tanggal 31 Mei 2004. Besarnya TKT dibedakan berdasarkan golongan/eselon untuk TKT Pelaksana dan Pejabat Struktural sedangkan TKT Pejabat Fungsional dibedakan untuk pemeriksa pajak ahli dan pemeriksa pajak terampil.

c. Fasilitas perkantoran modern

Perkantoran modern dengan keseluruhan operasi berbasis teknologi dengan pengadaan sarana dan prasarana yang memenuhi persyaratan


(51)

mutu dan menunjang upaya modernisasi administrasi perpajakan di seluruh Indonesia.

E. Kinerja

1. Pengertian Kinerja

Menurut Ilyas (2002:7) kinerja adalah hasil karya personel baik kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat merupakan penampilan individu maupun kelompok kerja personel. Penampilan hasil karya tidak terbatas kepada personel yang mengaku jabatan fungsional maupun struktural, tetapi juga kepada keseluruhan jajaran personel di dalam organisasi.

Pendapat lain dikemukakan oleh Tiffin dan Mc Cormick (1979) dalam Wicaksono (2002:25) bahwa individu yang berbeda akan menghasilkan kinerja yang berbeda pula. Hal ini disebabkan kinerja individu berhubungan dengan individual variable dan situational variable.

Individual variable adalah variabel yang berasal dari dalam diri individu

yang bersangkutan, misalnya: kemampuan, kepentingan dan kebutuhan- kebutuhan tertentu. Sedangkan situational variable adalah variabel yang bersumber dari situasi pekerjaan yang lebih luas (lingkungan organisasi) misalnya: pelaksanaan, supervisi, iklim organisasi, hubungan dengan rekan kerja dan sistem pemberian imbalan atau kompensasi.


(52)

2. Standar Kinerja

Menurut Suprihanto (1987) dikutip oleh Wicaksono (2002:26) standar kinerja adalah suatu alat ukur terhadap suatu perbandingan antara apa yang diharapkan atau ditargetkan dengan apa yang telah dilakukan sesuai dengan pekerjaan atau jabatan yang telah dipercayakan oleh seseorang. Standar kinerja dapat pula dijadikan sebagai alat pertanggung jawaban terhadap apa yang telah dikerjakan atau yang telah dilakukan.

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 tahun 1979 tentang Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) Pegawai Negeri Sipil (PNS) seperti dikutip Suprihanto (1987) dalam Wicaksono (2002:26) standar yang digunakan untuk mengukur kinerja seorang pegawai negeri sipil adalah:

a. Kesetiaan, yang meliputi unsur kesetiaan, ketaatan, dan pengabdian kepada Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, negara dan pemerintah. b. Prestasi kerja, adalah hasil kerja yang dicapai oleh seorang pegawai

negeri sipil dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya. c. Tanggung jawab, adalah kesanggupan seorang pegawai negeri sipil

menyelesaikan pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan sebaik- baiknya dan tepat pada waktunya serta berani memikul risiko atas keputusan yang diambilnya atau tindakan yang dilakukannya.

d. Ketaatan, adalah kesanggupan seorang pegawai negeri sipil untuk menaati segala peraturan perundang-undangan dan peraturan kedinasan yang berlaku, menaati perintah kedinasan yang diberikan


(53)

oleh atasan yang berwenang, serta kesanggupan tidak melanggar larangan yang ditentukan.

e. Kejujuran, adalah ketulusan hati seorang pegawai negeri sipil dalam melaksanakan tugas dan kemampuan untuk tidak menyalahgunakan wewenang yang diberikan kepadanya.

f. Kerjasama, adalah kemampuan seorang pegawai negeri sipil untuk bekerja bersama-sama dengan orang lain dalam menyelesaikan sesuatu tindakan yang diperlukan dalam melaksanakan tugas pokok tanpa menunggu perintah dari atasan.

g. Kepemimpinan, adalah kemampuan seorang pegawai negeri sipil untuk meyakinkan orang lain sehingga dapat dikerahkan secara maksimal untuk melaksanakan tugas pokok.

3. Aspek-aspek kinerja

Menurut Furtwengler (2002:86), aspek-aspek yang terdapat dalam kinerja meliputi:

a. Kecepatan

Kecepatan terkait dengan unsur-unsur tindakan pegawai mengindikasikan pemahaman mengenai pentingnya kecepatan dalam lingkungan persaingan, kemampuan melakukan pekerjaan dengan bagus, kemampuan menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan jadwal dan kemampuan mencari cara untuk menyelesaikan pekerjaan rutin dengan lebih cepat. Kecepatan sangat penting bagi keunggulan bersaing perusahaan atau organisasi.


(54)

b. Kualitas

Kualitas tidak dapat dikorbankan demi kecepatan. Kualitas pekerjaan pegawai dapat dilihat dari beberpa unsur seperti: pegawai bangga terhadap pekerjaannya, pegawai melakukan pekerjaannya dengan benar sejak awal dan pegawai mencari cara-cara untuk memperbaiki kualitas pekerjaannya.

c. Pelayanan

Aspek pelayanan dapat dilihat melalui hal-hal berikut: tindakan pegawai mengindikasikan pemahaman mengenai pentingnya melayani para pelanggan, pegawai menunjukkan keinginan untuk melayani orang lain dengan baik, pegawai merespon pelanggan dengan tepat waktu dan pegawai memberikan sesuatu lebih daripada yang diminta oleh pelanggan.

d. Nilai

Pemahaman mengenai nilai sangat penting dalam keputusan pembelian, penetapan sasaran, menyusun prioritas dan efektifitas kerja. Paling tidak ada dua hal yang tercakup dalam aspek nilai, yaitu: tindakan pegawai mengindikasikan pemahaman mengenai konsep nilai dan nilai merupakan sesuatu yang dipertimbangkan oleh pegawai dalam mengambil keputusan.

e. Keterampilan interpersonal

Keterampilan interpersonal dapat ditinjau dari hal-hal, seperti: pegawai menunjukkan perhatian kepada perasaan orang lain, pegawai


(55)

menggunakan bahasa yang memberi semangat kepada orang lain, pegawai bersedia membantu orang lain dan pegawai merayakan keberhasilan orang lain dengan tulus.

f. Mental untuk sukses

Hal ini mencakup unsur-unsur antara lain: pegawai memiliki sikap can do (yakin bahwa ia dapat melakukan apapun), pegawai mencari cara untuk menambah pengetahuan-pengetahuannya, pegawai mencari cara untuk memperbanyak pengalamannya dan pegawai realistis dalam mengukur kemampuannya.

g. Terbuka untuk berubah

Kondisi ini terkait dengan hal-hal berikut: pegawai bersedia menerima perubahan, pegawai mencari cara baru untuk menyelesaikan tugas lama, tindakan pegawai mengindikasikan sifat ingin tahu dan pegawai memandang peran yang dilakukan sebagai peran yang berarti.

h. Kreativitas

Kreativitas pegawai dapat dilihat dari beberapa hal, seperti: kreativitas dalam pemecahan masalah, kemampuan melihat hubungan antara masalah-masalah yang kelihatannya tidak berkaitan, kemampuan untuk membuat konsep abstrak dan mengembangkannya menjadi konsep yang dapat diterapkan dan kemampuan menerapkan kreativitasnya dalam pekerjaan sehari-hari.


(56)

i. Keterampilan berkomunikasi

Keterampilan berkomunikasi pegawai meliputi: penampilan gagasan logis dalam bahasa yang mudah dipahami, kemampuan menyatakan ketidaksetujuan tanpa menciptakan konflik, menulis dengan menggunakan kata-kata yang jelas dan tepat dan penggunaan bahasa yang bernada optimis.

j. Inisiatif

Inisiatif pegawai mencakup hal-hal seperti: selalu bersedia membantu orang lain jika pekerjaannya telah selesai, ingin selalu terlibat dalam proyek baru, selalu berusaha mengembangkan keterampilannya diluar tempat kerja dan menjadi sumber gagasan untuk perbaikan kerja. k. Perencanaan organisasi

Kemampuan perencanaan pegawai misalnya: selalu membuat jadwal personal, bekerja berdasarkan jadwal tersebut dan selalu memutuskan lebih dahulu pendekatan yang digunakan pada suatu tugas sebelum memulainya.

F. Efektifitas Organisasi Kantor Pelayanan Pajak

Gibson, Ivancevich, Donelly (1996) dalam Hernita (2006:43) mengatakan efektifitas adalah penilaian yang kita buat sehubungan dengan prestasi individu, kelompok dan organisasi. Apabila makin dekat prestasi yang dicapai terhadap prestasi yang diharapkan dikatakan lebih efektif, sedangkan Steers (1980:1) dalam Hernita (2006:43) mengatakan efektifitas adalah kemampuan


(57)

organisasi dalam memanfaatkan sumber daya yang tersedia dalam tugas mencapai dan memelihara suatu tingkat operasi yang efektif.

Menurut Yuwono (2002:23) pengukuran efektifitas atau kinerja adalah: “Tindakan pengukuran yang dilakukan berbagai aktifitas dalam rantai yang ada pada perusahaan atau organisasi, yang hasil pengukurannya akan digunakan sebagai umpan balik yang akan memberikan informasi tentang prestasi pelaksanaan suatu rencana dan tingkat saat organisasi memerlukan penyesuaian atas perencanaan dan pengendalian”.

Menurut Yuwono (2002:23) Pengukuran efektifitas organisasi dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai pendekatan yang berbeda, mengasumsikan bahwa organisasi akan menugaskan input yang berasal dari lingkungannya melalui suatu proses internal menjadi output yang akan dilemparkan kembali ke lingkungannya. Pengukuran efektifitas dilakukan melalui:

1. Pendekatan sasaran (goal approach) dalam pengukuran efektifitas memusatkan pada output yaitu mengukur keberhasilan organisasi dalam mencapai tingkatan output yang telah direncanakan.

2. Pendekatan sumber (resources approach) lebih memusatkan perhatian pada input yaitu mengukur keberhasilan organisasi dalam mendapatkan sumber yang dibutuhkan untuk pencapaian performa yang baik.

3. Pendekatan proses (proses approach) lebih memusatkan perhatian pada aspek kegiatan internal organisasi dan mengukur efektifitas melalui berbagai indikator internal.

Effendi mengemukakan keberhasilan sebuah organisasi/instansi sangat ditentukan dalam mendapatkan orang-orang dengan pengetahuan,


(1)

3. Hasil Korelasi Pearson Tabel.4.65. Correlations Efektifitas Penerapan TI Dalam SAPM Kinerja KPP Pratam a Jakarta Grogol Petam buran Efektifitas Penerapan Pearson Corr elation

TI Dalam SAPM Sig. (2-tailed) N 1 . 70 .734** .000 70 Kinerja KPP Pratam a Pearson Corr elation

Jakarta Grogol Sig. (2-tailed) Petam buran N .734** .000 70 1 . 70 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Sumber: Data primer yang diolah

Tabel 4.65 menyajikan hasil korelasi pearson untuk semua sampel penelitian, dengan jumlah sampel 70 responden aparat pajak. Pada tabel tersebut dapat diketahui bahwa efektifitas penerapan teknologi informasi dalam sistem administrasi perpajakan modern memiliki hubungan yang positif 0,734 dengan tingkat signifikan pada level 0,01. Hal tersebut mencerminkan kondisi bahwa adanya korelasi yang kuat dan positif antara efektifitas penerapan teknologi informasi dalam sistem administrasi perpajakan modern dengan kinerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Grogol Petamburan, terbukti pada tabel 4.66 kriteria korelasi menurut Sugiyono (2005:183) sebagai berikut:

Tabel.4.66. Kriteria korelasi

0,00 - 0,200 = Korelasi sangat rendah 0,20 - 0,399 = Korelasi rendah 0,40 - 0,599 = Korelasi sedang 0,60 - 0,799 = Korelasi kuat 0,80 - 1,00 = Korelasi sangat kuat


(2)

Angka positif 0,734 menunjukkan bahwa semakin baik efektifitas penerapan teknologi informasi dalam sistem administrasi perpajakan modern maka semakin baik pula kinerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Grogol Petamburan.

4. Hasil Uji Hipotesis Korelasi Pearson

Hipotesis dilakukan dengan mencari korelasi variabel penelitian yaitu efektifitas penerapan teknologi informasi dalam sistem administrasi perpajakan modern dengan kinerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Grogol Petamburan. Hasil korelasi dapat dilihat pada tabel 4.65

correlations. Pada tabel tersebut menunjukkan hasil korelasi pearson yaitu

0,734 dan P-value 0,000. Pada pembahasannya sebelumnya dijelaskan ketentuan sebagai berikut:

H0 : tidak terdapat hubungan signifikan

Ha : terdapat hubungan signifikan

Dasar pengambilan keputusan, berdasarkan probabilitas, Jika probabilitas > 0,05, H0 diterima

Jika probabilitas < 0,05, H0 ditolak

Karena P-value = 0,000 lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak. Hasil

analisa hipotesis menunjukkan bahwa adanya korelasi yang signifikan antara efektifitas penerapan teknologi informasi dalam sistem administrasi perpajakan modern dengan kinerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Grogol Petamburan.


(3)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Hasil uji korelasi pearson menunjukkan hubungan yang positif dan kuat antara variabel independen dengan variabel dependen. Hal ini dibuktikan dengan nilai pearson correlation 0,734 dengan tingkat signifikan pada level 0,01. Dari nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa H0 dinyatakan ditolak dan

menerima Ha, yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara

efektifitas penerapan teknologi informasi dalam sistem administrasi perpajakan modern dengan kinerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Grogol Petamburan. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya korelasi yang kuat, karena nilai korelasi bernilai 0,734, menurut Sugiono (2005:183), korelasi dinyatakan kuat jika nilai korelasi berkisar antara 0,60 sampai 0,799.

B. Implikasi

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa koefisien korelasi adalah kuat, yang mempunyai pemahaman bahwa bila ingin meningkatkan teknologi informasi dalam sistem administrasi perpajakan modern maka harus terlebih dahulu membina efektifitas penerapan teknologi informasi secara baik dalam suatu lingkungan kerja. Penerapan sistem administrasi perpajakan modern di Kantor Pelayanan Pajak sudah berjalan dengan baik dan sudah sesuai dengan program reformasi administrsi perpajakan yang digulirkan oleh Direktorat


(4)

Jenderal Pajak jangka menengah sejak tahun 2001, guna meningkatkan citra Direktorat Jenderal Pajak serta penerapan prinsip Good Governance. Adanya penerapan teknologi informasi dalam sistem administrasi perpajakan modern mampu mendorong kinerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Grogol Petamburan kearah yang lebih baik dilihat dengan adanya pemisahan fungsi yang jelas antara fungsi pelayanan, pengawasan, pemeriksaan, keberatan dan pembinaan.

Penerapan modernisasi strategi organisasi yang berkaitan dengan program peningkatan mutu sarana dan prasarana kerja, pemanfaatan teknologi terkini, penyusunan kebijakan baru manajemen sumber daya manusia mampu meningkatkan motivasi serta semangat kerja bagi aparat pajak dan penerapan prinsip Good Governance Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Grogol Petamburan, ini terlihat dari adanya moral, kode etik dan integritas aparat pajak sebagai standar perilaku dan pelaksanaan tugas. Pengawasan pelaksanaan kode etik ini secara langsung oleh Komite Kode Etik. Konsolidasi internal yang meliputi pembinaan mental dan attitude, in-house

training, reward and punishment system.

Pengembangan Sistem Informasi Perpajakan (SIP) dengan pendekatan fungsi menjadi Sistem Administrasi Perpajakan Terpadu (SAPT) yang dikendalikan oleh manajemen kasus (case management system) dalam sistem pemantauan proses administrasi perpajakan dengan sistem alur kerja

(workflow system) mampu menciptakan kemudahan, kecepatan serta ketepatan


(5)

juga teknologi informasi yang canggih merupakan faktor kunci keberhasilan pelaksanaan kebijakan perpajakan yang juga dapat meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat Wajib Pajak dan pada akhirnya akan meningkatkan penerimaan bagi negara.

Penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Grogol Petamburan setelah diterapkannya teknologi informasi dalam sistem adminisrasi perpajakan modern mengalami peningkatan, meskipun belum mampu memenuhi target yang dicapai, hal ini dikarenakan adanya pemindahan Wajib Pajak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Grogol Petamburan ke Kantor Pelayanan Pajak Madya Jakarta Barat. Wajib Pajak yang dipindahkan merupakan Wajib Pajak yang memenuhi kewajiban perpajakan baik formal maupun material dengan baik serta dalam nominal yang besar. Pemindahan ini dimaksudkan agar penerimaan pajak lebih terurus dan terpantau. Pemindahan ini disebut juga sistem merucut yang meliputi pemindahan dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama (STO) ke Kantor Pelayanan Pajak Madya (MTO) kemudian jika semakin baik pemindahan dilanjutkan ke Kantor Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar (LTO).

C. Saran

Perlu diadakan pelatihan intensif bagi aparat pajak mengingat bahwa lingkungan bisnis selalu berubah sehingga kebutuhan organisasi berubah. Perubahan ini menuntut kebutuhan sumber daya manusia dengan kemampuan dan keahlian yang telah dimiliki oleh aparat pajak, karena untuk melayani


(6)

semua Wajib Pajak, aparat harus bekerja dan bertanggung jawab sesuai dengan pekerjaannya masing-masing.

Adanya pelatihan diharapkan mampu menghasilkan aparat pajak yang memiliki pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan lebih baik dari pada sebelumnya sehingga dapat meningkatkan kinerja aparat pajak, dengan kinerja yang meningkat akan menghasilkan pekerjaan yang dapat diselesaikan dengan baik sehingga tujuan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Grogol Petamburan dapat tercapai. Sebagai sistem dan sarana, penerapan teknologi informasi dalam sistem administrasi perpajakan modern sangat tergantung pelaksanaannya, terutama bidang perpajakan yang sangat rentan akan fraud serta Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN).

Kelemahan pada sistem administrasi perpajakan modern adalah terjadinya kerusakan pada sistem yang mengakibatkan data hang, hal ini disebabkan kelebihan beban pada sistem karena semua Kantor Pelayanan Pajak Pratama menggunakan teknologi informasi sistem administrasi perpajakan modern atau Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SI DJP) sedangkan server tersebut hanya berada di kantor pusat Direktorat Jenderal Pajak. Hal ini mengakibatkan terhambatnya pekerjaan dan proses administrasi.


Dokumen yang terkait

Implementasi Sistem Administrasi Perpajakan Modern Dalam Meningkatkan Pelayanan Perpajakan Pada Kantor Pelayanan Perpajakan Pratama Medan Kota

0 93 79

Efektivitas Sosialisasi Administrasi Perpajakan Modern Dalam Penerimaan Pajak Bumi Dan Bangunan (PBB) Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

3 49 78

Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern Terhadap Administrative Costs Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Di Wilayah kota Bandung

0 2 1

PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN DAN SENSUS PAJAK Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern Dan Sensus Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Survey Terhadap Kantor Pelayanan Pajak Pratama Boyolali).

0 1 14

PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN DAN SENSUS PAJAK Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern Dan Sensus Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Survey Terhadap Kantor Pelayanan Pajak Pratama Boyolali).

0 1 22

Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survey terhadap Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cibeunying).

2 4 35

Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survey Terhadap Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cimahi).

0 0 112

Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survey Terhadap Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung).

0 1 29

Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survey terhadap Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Majalaya).

0 1 70

Pengaruh Pelayanan Perpajakan dengan Sistem Administrasi Modern terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Penelitian pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega).

0 1 29