1-2 kali 21.37 Karakteristik Individu Penyuluh
46 peran penyuluh PNS dalam mengayomi, membimbing dan sharing pengetahuan
serta pengalaman kepada penyuluh yang lebih muda. Kegiatan sharing pengetahuan dan pengalaman dilakukan oleh THL-TBPP kepada penyuluh PNS
yang belum menguasai penggunaan TIK khususnya komputer dan internet serta sebaliknya penyuluh PNS yang memiliki cukup pengalaman juga memberikan
penjelasan terutama dalam teknis budidaya tanaman. Hal ini senada dengan yang diungkapkan Hubeis 2008 bahwa motivasi penyuluh intrinsik dan ekstrinsik
yang rendah akan menyebabkan produktivitas kerjanya juga menjadi rendah.
Hipotesis penelitian yang menyebutkan ”terdapatnya hubungan nyata antara
motivasi penyuluh PNS dan THL-TBPP dengan tingkat pemanfaatan TIK diterima,
” yaitu aspek motivasi instrinsik khususnya pada jangkauan sumber informasi, variasi materi penyuluhan, ragam informasi dan kualitas berbagi
pengetahuan yang berhubungan sangat nyata dengan tingkat pemanfaatan TIK serta aspek motivasi ekstrinsik khususnya pada variasi materi penyuluhan.
4.
Hubungan tingkat kompetensi penyuluh dengan tingkat pemanfaatan TIK penyuluh
Tingkat kompetensi penyuluh PNS dan THL-TBPP merupakan tingkat kemampuan penyuluh yang dilandasi oleh pengetahuan, keterampilan dan
didukung oleh sikapnya dalam melaksanakan tugas penyuluhan dalam memberdayakan petani. Tingkat kompetensi penyuluh PNS dan THL-TBPP
terhadap tingkat pemanfaatan TIK tergolong dalam kategori tinggi. Sebaran rataan skor dan nilai koefisien uji t tingkat kompetensi penyuluh PNS dan THL-TBPP
tersaji pada Tabel 16.
Tabel 16 Sebaran rataan skor dan nilai koefisien uji t antara tingkat kompetensi penyuluh PNS dan THL-TBPP
Tingkat Kompetensi Penyuluh Rataan skor
1
Nilai Koefisien Uji t
PNS THL-TBPP
Kompetensi pemahaman potensi wilayah 3.18
3.13 0.376
Kemampuan komunikasi inovasi 3.10
3.11 0.072
Kemampuan pengelolaan pembelajaran 3.06
3.05 0.095
Kemampuan pengelolaan pembaharuan 3.18
3.05 0.290
Kemampuan pengelolaan pelatihan 2.97
2.97 0.996
Kemampuan kewirausahaan 3.02
2.95 1.142
Kemampuan pemandu sistem jaringan 3.09
3.09 0.115
Ket:
1
interval skor 1 –1.74= Sangat rendah; 1.75–2.49= Rendah; 2.50–3.24= Tinggi;3.25-4= Sangat tinggi
Tingkat kemampuan penyuluh PNS dan THL-TBPP dalam pemahaman potensi wilayah berdasarkan rataan skor berada dalam kategori tinggi yaitu
sebesar 3.18 dan 3.13 . Hal ini membuktikan bahwa penyuluh mampu memahami potensi sumber daya alam, mampu memecahkan permasalahan petani dan mencari
solusinya melalui kegiatan latihan dan kunjungan, pertemuan serta diskusi dengan pengurus dan anggota kelompok tani.
Tingkat kemampuan penyuluh PNS dan THL-TBPP dalam mengelola komunikasi inovasi tergolong dalam kategori tinggi yaitu sebesar 3.10 dan 3.11.
Penyuluh telah mampu mencari informasi inovasi melalui berbagai sumber
47 informasi, memahami inovasi yang dibutuhkan, serta mengkomunikasikannya
dengan bahasa yang mudah dipahami dan dilakukan secara dialogis. Kegiatan ini merupakan suatu bentuk kegiatan ujicoba atau demplot teknologi yang sesuai
dengan spesifik lokasi daerah binaan masing-masing penyuluh. Hasil penelitian Mulyadi 2009 menunjukkan bahwa kompetensi penyuluh berpengaruh nyata
terhadap kinerja penyuluh pengelolaan informasi dan kepemimpinan.
Selanjutnya, tingkat kemampuan penyuluh PNS dan THL-TBPP dalam mengelola pembelajaran berdasarkan rataan skor tergolong tinggi yaitu sebesar
3.06 dan 3.05. Penyuluh telah mampu memanfaatkan media pembelajaran dan memfasilitasi interaksi belajar sesama petani. Hal ini sejalan yang diungkapkan
oleh Mardikanto 2010 bahwa penyuluhan terkandung adanya perubahan, sikap dan keterampilan agar mereka tahu, mau dan mampu dalam mengelola usaha
taninya demi tercapainya kesejahteraan keluarga.
Tingkat kemampuan penyuluh PNS dan THL-TBPP dalam mengelola pembaharuan berdasarkan rataan skor berada dalam kategori tinggi yaitu sebesar
3.18 dan 3.05. Hal ini menunjukkan penyuluh telah mampu membangkitkan motivasi petani untuk menerapkan inovasi dan memecahkan masalah dihadapi
yang berkaitan dengan inovasi.
Tingkat kemampuan penyuluh PNS dan THL-TBPP dalam mengelola pelatihan berdasarkan rataan skor berada dalam kategori tinggi dengan nilai rataan
yang sama yaitu sebesar 2.97. Hal ini mengindikasikan bahwa penyuluh telah memiliki kemampuan dalam mengelola pelatihan atau kursus tani mulai dari
tahapan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi beserta tindak lanjutnya.
Tingkat kemampuan penyuluh PNS dan THL-TBPP dalam mengembangkan kewirausahaan berdasarkan rataan skor berada dalam kategori tinggi yaitu sebesar
3.02 dan 2.95. Hal ini mengindikasikan bahwa penyuluh telah mampu mendorong petani untuk mengembangkan sikap berani dalam mengambil risiko, peluang atau
kesempatan dalam berusaha tani.
Tingkat kemampuan penyuluh PNS dan THL-TBPP dalam pemandu sistem jaringan termasuk kategori tinggi dengan nilai rataan yang sama yaitu sebesar
3.09 d. Hal ini menunjukkan bahwa penyuluh telah mampu memfasilitasi petani dengan pihak lembaga penelitian atau perguruan tinggi serta kemitraan dengan
dunia usaha, memfasilitasi produk pertanian dan harga pasar.
Fakta lain yang ditemukan bahwa hasil rataan skor untuk penyuluh PNS terlihat lebih dominan pada tingkat kompetensi penyuluh pada aspek kompetensi
pemahaman potensi wilayah dan kemampuan pengelolaan pembaharuan dengan nilai rataan yang sama yaitu sebesar 3.18. Hal ini membuktikan bahwa penyuluh
PNS telah mampu memahami potensi sumber daya alam, mampu memecahkan permasalahan petani dan mencari solusinya melalui kegiatan latihan dan
kunjungan, pertemuan serta diskusi dengan pengurus dan anggota kelompok tani serta telah mampu membangkitkan motivasi petani untuk menerapkan inovasi dan
memecahkan masalah dihadapi yang berkaitan dengan inovasi.
Hasil uji t menunjukkan tidak terdapat perbedaan signifikan pada penyuluh PNS dan THL-TBPP dalam tingkat kompetensi penyuluh. Hipótesis penelitian
yang menyebutkan “adanya perbedaan nyata antara tingkat kompetensi penyuluh
PNS dan THL-TBPP dalam memanfaaatkan TIK ditolak .”
Selanjutnya, analisis tentang hubungan tingkat kompetensi penyuluh dengan tingkat pemanfaatan TIK diperoleh bahwa jangkauan sumber informasi
48 berhubungan sangat nyata positif dengan kemampuan pemahaman potensi
wilayah, kemampuan mengembangkan kewirausahaan dan kemampuan pemandu sistem jaringan. Hal ini membuktikan bahwa semakin luas jangkauan sumber
informasi penyuluh maka berbanding lurus dengan kemampuan penyuluh dalam memahami potensi sumber daya alam, memahami permasalahan petani dan
menemukan solusinya, juga menjelaskan bahwa jangkauan sumber informasi mampu mengembangkan sikap berani dalam mencari peluang, berani mengambil
risiko dan mampu memfasilitasi kerjasama kemitraan dengan pihak lain terutama perguruan tinggi, lembaga penelitian dan dunia usaha.
Variasi materi penyuluhan dan ragam informasi berhubungan sangat nyata positif dengan semua aspek tingkat kompetensi penyuluh yang meliputi
kemampuan pemahaman potensi wilayah, kemampuan komunikasi inovasi kemampuan pengelolaan pembelajaran, kemampuan pengelolaan pembaharuan,
kemampuan pengelolaan pelatihan, kemampuan mengembangkan kewirausahaan dan kemampuan pemandu sistem jaringan. Hal ini membuktikan bahwa variasi
materi penyuluhan dan ragam informasi berbanding lurus dengan semua tingkat kompetensi penyuluh. Semakin banyak materi penyuluhan yang dapat diakses dan
jenis informasi yang disampaikan oleh penyuluh melalui pemanfaatan TIK, maka semakin tinggi tingkat kompetensinya terutama dalam kompetensi pemahaman
potensi wilayah, kemampuan komunikasi inovasi, dan kemampuan pemandu sistem jaringan. Hasil analisis hubungan tingkat pemanfaatan TIK dengan tingkat
kompetensi penyuluh tersaji pada Tabel 17.
Tabel 17 Hubungan tingkat pemanfaatan TIK dengan tingkat kompetensi penyuluh
Tingkat pemanfaatan TIK
Koefisien Korelasi Tingkat Kompetensi Penyuluh rs
Kemamp. pemahaman
potensi wilayah
Kemamp. komunikasi
inovasi Kemamp.
pengelolaan pembelajar-
an Kemamp.
pengelolaan pembaharu-
an Kemamp.
Pengelo- laan
pelatihan Kemamp.
kewira- usahaan
Kemamp. pemandu
sistem jaringan
Intensitas pemanfaatan TIK
-0.049 0.040
0.029 0.080
-0.023 -0.096
0.019
Jangkauan sumber informasi
0.304 0.164
0.170 0.170
0.178 0.242
0.263
Variasi materi penyuluhan
0.400 0.401
0.244 0.316
0.312 0.351
0.376
Ragam Informasi
0.359 0.276
0.240 0.279
0.239 0.310
0.265
Kualitas berbagi pengetahuan
0.103 0.028
0.150 0.126
0.013 -0.128
0.051
Ket: signifikan pada p 0.01 rs=Koefisien korelasi rank Spearman
Hipotesis penelitian ya ng menyebutkan bahwa ”terdapat hubungan nyata
antara tingkat pemanfaatan TIK dengan tingkat kompetensi penyuluh diterima ,”
yaitu pada aspek jangkauan sumber informasi yang berhubungan sangat nyata khususnya dengan kemampuan pemahaman potensi wilayah, kemampuan
kewirausahaan, dan kemampuan pemandu sistem jaringan, juga aspek variasi materi penyuluhan dan ragam informasi berhubungan sangat nyata dengan semua
tingkat kompetensi penyuluh. Hal ini sejalan dengan pendapat Marius et al. 2007 yang menyatakan bahwa penyuluh yang berkompeten dalam menyiapkan,
mengevaluasi, dan mengembangkan penyuluhan lebih berdampak nyata bagi petani dibanding hanya sekedar memiliki kompetensi dalam berkomunikasi dan
berinteraksi sosial.
49
Strategi Pemanfaatan TIK dalam Meningkatkan Kompetensi Penyuluh
Uraian dan pembahasan pada tujuan penelitian menyebutkan bahwa faktor- faktor yang berhubungan dengan tingkat pemanfaatan TIK oleh penyuluh meliputi
faktor karakteristik penyuluh, faktor lingkungan dan motivasi penyuluh. Faktor karakteristik penyuluh yang berhubungan dengan tingkat pemanfaatan TIK adalah
umur, masa kerja, dan status penyuluh pada aspek intensitas pemanfaatan TIK, faktor lingkungan berhubungan pada kebijakan Pemda terutama pada aspek
jangkauan sumber informasi, dan motivasi penyuluh berhubungan pada motivasi intrinsik khususnya pada jangkauan sumber informasi, variasi materi penyuluhan,
ragam informasi dan kualitas berbagi pengetahuan serta aspek motivasi ekstrinsik berhubungan dengan variasi materi penyuluhan.
Kegiatan penyuluhan sebagai bagian dari tugas keprofesionalan sudah tentu memerlukan kualifikasi kemampuan yang telah sesuai standarisasi. Sebagai
tenaga profesional, penyuluh harus mempunyai keahlian yang spesifik sesuai bidangnya masing-masing. Oleh karena itu seorang penyuluh yang profesional
harus memiliki kompetensi yang meliputi kemampuan pemahaman potensi wilayah, kemampuan komunikasi inovasi, kemampuan pengelolaan pembelajaran,
kemampuan pengelolaan pembaharuan, kemampuan pengelolaan pelatihan, kemampuan mengembangkan kewirausahaan dan kemampuan pemandu sistem
jaringan.
Hasil uji beda uji t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada penyuluh PNS dengan THL-TBPP dalam intensitas pemanfaatan
TIK terutama pada aspek umur, masa kerja dan tingkat kepemilikan TIK. Terkait dengan faktor lingkungan, peubah yang berhubungan dengan pemanfaatan TIK
yaitu kebijakan Pemerintah Daerah khususnya pada jangkauan sumber informasi dan ragam informasi, sedangkan iklim belajar tidak memiliki hubungan dengan
tingkat pemanfaatan TIK.
Selanjutnya hasil uji beda persepsi penyuluh terhadap faktor lingkungan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan pada persepsi penyuluh PNS
dengan penyuluh THL-TBPP yang berkenaan dengan iklim belajar. Begitupun persepsi pada kebijakan Pemda juga terdapat perbedaan antara penyuluh PNS dan
penyuluh THL-TBPP, dan hasil uji beda pada motivasi penyuluh menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada penyuluh PNS dengan THL-
TBPP dalam tingkat motivasi. Hal ini membuktikan bahwa lingkungan yang mendukung dan kondusif di dalam pekerjaan mampu meningkatkan kinerja
penyuluh terutama dalam mengakses materi penyuluhan melalui pemanfaatan komputer dan internet, melaksanakan tugas sebaik-baiknya serta untuk
mengembangkan karier.
Strategi yang dapat diambil dari pemanfaatan TIK dalam meningkatkan kompetensi penyuluh yaitu dengan cara membangun kerja sama atau sinergi
penyuluh PNS dan THL-TBPP dalam hal memberikan pesan yang bersifat inovatif yang dikemas dalam materi penyuluhan dengan memperhatikan unsur
pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan modal sosial. Peningkatan kompetensi penyuluh juga dapat ditingkatkan melalui pendidikan formal dan
pendidikan non formal pelatihan, seminar, workshop dengan memberikan peluang dan kesempatan yang merata pada penyuluh PNS dan THL-TBPP
sehingga tidak terjadi gap informasi di antara penyuluh. Selanjutnya, materi