Titik Panas Hotspot Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Kebakaran Hutan

2.2 Iklim

Menurut Brown dan Davis 1973 dalam Syaufina 2008 cuaca atau iklim merupakan faktor yang sangat menentukan kadar air bahan bakar, terutama peran dari hujan. Pada musim kering kelembaban udara sangat menentukan kadar air yang dapat dijadikan indkator bahaya kebakaran. Dalam hal ini, kadar air lebih besar atau sama dengan 30 dari bahan bakar dianggap aman terhadap bahaya kebakaran, tetapi menurunnya persentase kadar air akan meningkatkan potensi kebakaran. Cuaca kebakaran fire weather adalah kondisi cuaca yang mempengaruhi awal munculnya api, perilaku api dan penjalarannya. Di dalam hutan kelembaban udara akan sangat mempengaruhi mudah tidaknya bahan bakar mengering dan terbakar, hal ini disebabkan kelembaban kadar air di udara dapat menentukan jumlah kandungan air di dalam bahan bakar. Semakin sedikit kadar air di udara RH kecil maka akan semakin mudah bahan bakar mengering Fuller 1991. Suratmo et al. 2003 menyatakan bahwa cuaca kebakaran adalah kondisi cuaca yang mempengaruhi awal munculnya api, perilaku api dan penjalarannya. Beberapa faktor cuaca dan iklim yang berpengaruh di antaranya adalah suhu udara, kelembaban, dan curah hujan. Curah hujan berpengaruh terhadap kelembaban bahan bakar. Jika curah hujan tinggi maka kelembaban akan tinggi sehingga kejadian kebakaran akan sulit. Curah hujan didefinisikan sebagai jumlah air yang jatuh di permukaan tanah dan diukur sebagai tinggi air dalam satuan mm milimeter sebelum mengalami aliran permukaan, evaporasi dan peresapan atau perembesan ke dalam tanah Hidayati 2001. Curah hujan merupakan unsur iklim yang memiliki korelasi tinggi dengan kejadian kebakaran hutan Soares dan Sampaio 2000. Menurut Hamzah 1985 dalam Triani 1995, faktor yang sangat besar pengaruhnya terhadap luas area terbakar adalah musim kemarau yang terlalu panjang. Musim kebakaran hutan berhubungan dengan pola hujan, terutama dengan kekeringan. Puncak musim kebakaran terjadi pada musim kemarau.

2.3 Titik Panas Hotspot

Titik panas hotspot merupakan suatu istilah untuk titik yang memilki suhu lebih tinggi dibandingkan dengan nilai ambang batas yang telah ditentukan oleh data digital satelit. Metode yang digunakan dalam pemantauan titik panas hotspot adalah metode penginderaan jauh dengan menggunakan satelit. Menurut Davis et al. 2009 titik hotspot dideteksi oleh MODIS menggunakan Terra EOS AM dan Aqua EOS PM dari NASA Earth Observing System EOS. Lintasan orbit satelit Terra adalah dari utara ke selatan memotong garis khatulistiwa pada pagi hari. Satelit Aqua melintas dari selatan ke utara melewati garis khatulistiwa pada siang hari menghasilkan data tampilan secara global setiap 1 sampai 2 hari. Satelit Terra diluncurkan pada 18 Desember 1999 dan satelit Aqua diluncurkan pada 4 Mei 2002. Satelit Terra melintasi garis khatulistiwa rata-rata pada jam 10.30 dan 22.30 setiap hari, sementara satelit Aqua melintasi garis ekuator pada jam 13.20 dan 01.30. MODIS akan mendeteksi suatu objek di permukaan bumi yang memilki suhu relatif lebih tinggi dibandingkan dengan suhu sekitarnya. Suhu yang dideteksi adalah 330 o K untuk sebuah hotspot. Hotspot MODIS terdeteksi pada ukuran 1 km x 1 km atau 1 km 2 sehingga setiap hotspot atau kebakaran yang terdeteksi diwakili oleh 1 km piksel. Terdapat beberapa kelemahan pada satelit MODIS yang berfungsi sebagai pemantau titik panas yaitu sensornya tidak dapat menembus awan, asap dan kanopi tajuk sehingga memungkinkan jumlah hotspot yang terdeteksi pada saat kebakaran jauh lebih rendah daripada yang seharusnya.

2.4 Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Kebakaran Hutan

Kebakaran hutan dan lahan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jenis bahan bakar dan iklim mikro dalam hutan. Menurut Brown dan Davis 1973 dalam Syaufina 2008, klasifikasi bahan bakar menurut lokasinya terdiri dari bahan bakar bawah ground fuels, bahan bakar permukaan surface fuels, dan bahan bakar atas crown fuels. Bahan bakar bawah terdiri dari bahan bakar serasah yang berada di bawah permukaan tanah, akar pohon, dan bahan organik yang membusuk. Bahan bakar permukaan merupakan bahan bakar yang berada di lantai hutan, antara lain berupa serasah, tunggak pohon, dan tumbuhan bawah yang berada di lantai hutan. Bahan bakar atas merupakan bahan bakar yang berada diantara tajuk tumbuhan tingkat bawah sampai tajuk tumbuhan tingkat tinggi. Bahan bakar ini terdiri dari cabang-cabang pohon, daun pohon, dan semak, serta pohon mati yang masih berdiri. Iklim atau perubahan cuaca memang bukanlah penyebab utama terjadinya kebakaran. Pada musim kering, kelembaban udara sangat menentukan kadar air yang dapat dijadikan sebagai indikator bahaya kebakaran. Dalam hal ini, kadar air lebih besar atau sama dengan 30 dari bahan bakar dianggap aman terhadap bahaya kebakaran, namun seiring menurunnya presentase kadar air, bahaya kebakaran akan semakin meningkat Syaufina 2008. Musim kemarau yang panjang menyebabkan berkurangnya kelembaban vegetasi, sehingga pemasukan panas yang rendah pun dapat menyebabkan kebakaran yang hebat.

2.5 Emisi Karbon