Analisis Kualitas Nutrisi Hasil

8 Parameter kecerahan diamati pada kultur skala massal. Hasil pengamatan kecerahan S. fusiformis untuk setiap perlakuan selama 15 hari masa kultur dapat dilihat pada Gambar 4. Nilai kecerahan menggambarkan kepadatan kultur S. fusiformis , yaitu semakin rendah kepadatan kultur maka kecerahan semakin tinggi. Data kecerahan dapat dilihat pada Lampiran 5 dan 6. Keterangan: = garis polynomial pada perlakuan Zarrouk modifikasi A, media berbasis urea B, dan media berbasis kotoran ayam C Gambar 4. Grafik kecerahan S. fusiformis pada kultur skala massal dengan perlakuan media Zarrouk modifikasi A, media berbasis urea B, dan media berbasis kotoran ayam C

3.1.2 Analisis Kualitas Nutrisi

Analisis kualitas nutrisi S. fusiformis dapat dilihat dari analisis proksimat dan kandungan klorofil. Hasil analisis proksimat S. fusiformis pada kultur skala laboratorium untuk setiap perlakuan selama 21 hari masa kultur dapat dilihat pada Tabel 3. Kandungan protein dan lemak tertinggi terdapat pada perlakuan A, yaitu masing-masing sebesar 42,76 dan 13,44. Sementara itu, kandungan protein dan lemak terendah terdapat pada perlakuan C, yaitu masing-masing sebesar 33,34 dan 4,87. Tabel 3. Analisis proksimat S. fusiformis pada kultur skala laboratorium dengan perlakuan media Zarrouk modifikasi A, media berbasis urea B, dan media berbasis kotoran ayam C dalam bobot kering Perlakuan Kadar Protein Kadar Lemak A 42,76 13,44 B 37,34 9,32 C 33,34 4,87 yA= 0.103x2 - 1.946x + 12.00 R² = 0.845 y B= 0.104x2 - 1.994x + 11.39 R² = 0.955 yC = 0.082x2 - 1.659x + 9.329 R² = 0.928 2 4 6 8 10 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 K e c e ra h a n c m Hari Ke- A B C 9 Hasil analisis kandungan klorofil S. fusiformis pada kultur skala laboratorium untuk setiap perlakuan selama 21 hari masa kultur dapat dilihat pada Tabel 4. Kandungan klorofil S. fusiformis pada perlakuan C memiliki nilai tertinggi, yaitu sebesar 1890,640 mgL dan pada perlakuan B memiliki nilai terendah, yaitu sebesar 256,175 mgL. Tabel 4. Kandungan klorofil S. fusiformis pada kultur skala laboratorium dengan perlakuan pupuk Zarrouk modifikasi A, pupuk berbasis urea B, dan pupuk berbasis kotoran ayam C Perlakuan Klorofil mgL A 1119,700 B 256,175 C 1890,640 3.1.3 Kualitas Air Hasil analisis kualitas air kultur S. fusiformis pada kultur skala laboratorium untuk setiap perlakuan selama 21 hari masa kultur dapat dilihat pada Tabel 5. Kisaran nilai kualitas air kultur S. fusiformis selama masa pemeliharaan memiliki nilai yang relatif sama. Nilai masing-masing parameter kualitas air tersebut juga disajikan dalam grafik seperti pada Gambar 5, 6, dan 7. Tabel 5. Kualitas air kultur S. fusiformis pada kultur skala laboratorium Perlakuan Suhu C pH P-total mgL N-total mgL A 23 – 25 9,10 – 10,80 6,588 – 9,020 0,224 – 1,188 B 23 – 25 8,49 – 9,77 6,300 – 9,740 0,153 – 0,440 C 22,5 – 25 9,32 – 10,25 6,796 – 9,340 0,110 – 0,940 Gambar 5. Grafik pH kultur S. fusiformis pada kultur skala laboratorium dengan perlakuan media Zarrouk modifikasi A, media berbasis urea B, dan media berbasis kotoran ayam C 9.15 8.99 9.39 10.37 9.33 10.07 8.00 8.50 9.00 9.50 10.00 10.50 A B C p H Perlakuan Awal Akhir 10 Berdasarkan Gambar 5 dapat dilihat bahwa terjadi kenaikan pH di akhir perlakuan. Kenaikan pH tertinggi terjadi pada perlakuan A dan C, sedangkan kenaikan pH terendah terjadi pada perlakuan B. Nilai kenaikan pH antara perlakuan A dan C relatif sama. Gambar 6. Grafik P-total kultur S. fusiformis pada kultur skala laboratorium dengan perlakuan media Zarrouk modifikasi A, media berbasis urea B, dan media berbasis kotoran ayam C Berdasarkan Gambar 6 dapat dilihat bahwa terjadi penurunan nilai P-total di akhir perlakuan. Penurunan P-total terendah terjadi pada perlakuan C. Sementara itu, nilai penurunan P-total pada perlakuan A dan B hampir sama. Gambar 7. Grafik N-total kultur S. fusiformis pada kultur skala laboratorium dengan perlakuan media Zarrouk modifikasi A, media berbasis urea B, dan media berbasis kotoran ayam C 8.559 9.465 9.180 6.985 7.935 7.023 0.000 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 A B C P -tot al m g L Perlakuan Awal Akhir 0.291 0.263 0.144 0.743 0.337 0.640 0.000 0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600 0.700 0.800 A B C N -t ota l m g L Perlakuan Awal Akhir 11 Berdasarkan Gambar 7 dapat dilihat bahwa terjadi kenaikan nilai N-total di akhir perlakuan. Kenaikan N-total tertinggi terjadi pada perlakuan C, namun nilainya hampir sama dengan perlakuan A. Sementara itu, kenaikan N-total terendah terjadi pada perlakuan B. Perbandingan nilai N dan P pada kultur S. fusiformis dengan perlakuan pupuk Zarrouk modifikasi A, pupuk berbasis urea B, dan pupuk berbasis kotoran ayam C dapat dilihat pada Tabel 6. Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan rasio N dan P di akhir perlakuan. Peningkatan rasio N dan P tertinggi terjadi pada perlakuan A. Tabel 6. Perbandingan nilai N dan P kultur S. fusiformis pada skala laboratorium dengan perlakuan pupuk Zarrouk modifikasi A, pupuk berbasis urea B, dan pupuk berbasis kotoran ayam C Perlakuan Awal Akhir A 0,03 0,11 B 0,03 0,04 C 0,02 0,09

3.2. Pembahasan