Alat dan Bahan Pembacaan hasil

Provinsi Jawa Barat. Sampel telur ayam sebanyak 25 butir diperoleh dari Kabupaten Cianjur, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Bogor, Kabupaten Purwakarta, dan Kota Cirebon. Sampel telur bebek sebanyak 10 butir diperoleh dari Kabupaten Indramayu dan Kota Cirebon Tabel 4. Keberadaan Salmonella spp. diuji dari kuning telur sampel. Tabel 4 Lokasi dan jumlah sampel telur ayam dan telur bebek yang diambil di Provinsi Jawa Barat No KabupatenKota Telur ayam Telur bebek 1. Kabupaten Cianjur 5 - 2. Kabupaten Indramayu 5 5 3. Kabupaten Bogor 5 - 4. Kota Cirebon 5 5 5. Kabupaten Purwakarta 5 - 25 10

3.4 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam pengujian sampel telur adalah tabung reaksi, rak tabung reaksi, gelas ukur, gelas erlenmeyer, cawan petri, pipet volumetrik, inkubator, bunsen, ose, kapas, plastik, pensil, dan label. Bahan yang digunakan dalam pengujian sampel adalah kuning telur, Buffered Pepton Water BPW Pronadisa 1402.00, Rappaport-Vasiliadis Medium RV Medium Merck 1.07700, Xylose Lysine Deoxycholate AgarXLD medium Oxoid CM0469, Lysine Iron AgarLIA Merck 1.11640, Triple Sugar Iron Agar TSIA Difco 0265-01-9, dan alkohol.

3.5 Metode

3.5.1 Data Kuisioner

Data yang dikumpulkan merupakan data primer yang meliputi jenis pemasok, frekuensi pengiriman telur, lama waktu penjualan telur, cara penanganan telur, pendidikan, dan penyuluhan. Pengolahan data dilakukan dengan cara analisis deskriptif dan disajikan secara deskriptif.

3.5.2 Pengujian Sampel

Pemeriksaan keberadaan Salmonella dalam telur dilakukan dengan metode menurut Compendium of Methods for the Microbiological Examination of Foods. Metode ini terdiri atas empat tahap yaitu pre-enrichment, Selective enrichment, pemupukan pada media selektif, dan pengujian biokimia Andrews et al. 2001. Tahap pre-enrichment Sampel kuning telur dipisahkan dari putih telur, kemudian sebanyak 11 ml kuning telur dimasukkan ke dalam erlenmeyer 500 ml steril yang berisi 99 ml pelarut BPW 0.1 pengenceran 10 -1 . Larutan dihomogenkan dan kemudian diinkubasi pada suhu 37 o C selama 16 –20 jam. Tahap Selective enrichment Sebanyak 0.1 ml inokulan dari BPW yang telah diinkubasi diambil dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 10 ml RV Medium. Tabung reaksi diinkubasi pada suhu 42 o C selama 24 jam. Pemupukan pada media selektif Satu atau dua ose inokulan dari RV-Medium diambil dan digoreskan pada media selektif XLD agar. Cawan petri yang telah digoreskan tersebut diinkubasi pada suhu 37 o C selama 24 jam. Gambar 1 Koloni Salmonella spp. pada media XLD agar Koloni Salmonella spp. Pengujian biokimia Koloni dari XLD agar yang berwarna merah muda dengan bintik hitam di bagian tengah yang diduga sebagai Salmonella diinokulasikan pada masing- masing media TSIA dan LIA. Media tersebut diinkubasi pada suhu 37 o C selama 24 jam.

3.6 Pembacaan hasil

Pembacaan hasil dilakukan setelah inkubasi media TSIA dan LIA selama 24 jam pada suhu 37 o C. Hasil pengamatan presumtif Salmonella didapat apabila medium TSIA dan LIA menunjukkan hasil positif. Interpretasi hasil uji pada media TSIA dan LIA terdapat pada Tabel 5. Tabel 5 Interpretasi hasil positif uji biokimia Tempat TSIA LIA Slant Merah Ungu Button Kuninghitam Ungu H 2 S + + Gas + +

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Kuisioner

Penyediaan telur yang aman dan berkualitas sangat diperlukan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan protein hewani. Penanganan telur mulai dari sesaat setelah oviposisi hingga dikonsumsi sangat mempengaruhi kualitas telur. Telur sangat mudah rusakpecah, memiliki pori-pori yang dapat menyebabkan gas, bakteri, dan udara masuk dan keluar dari telur Scenes et al. 2004. Penanganan yang tidak higienis merupakan jalur kontaminasi utama pada telur. Pengawasan keamanan pangan melalui konsep safe from farm to table dengan penerapan Good Hygiene Practices GHP sangat diperlukan untuk menjamin ketersediaan pangan yang aman. Menjaring informasi melalui kuisioner dilakukan untuk mengetahui penerapan sanitasi dan higiene pada tingkat distribusi dan penjualan telur di pasar tradisional di Provinsi Jawa Barat. Data kuisioner ini mencakup data pendidikan penjual, asal telur, frekuensi pengiriman, lama waktu penjualan telur, cara penanganan telur di pasar, serta ada tidaknya penyuluhan tentang keamanan pangan khususnya penanganan telur. Adanya kuisioner ini diharapkan dapat menggambarkan sanitasi yang diterapkan pada telur sebelum sampai pada konsumen. Data pemasok atau produsen telur diketahui dari data jenis pemasok dan frekuensi pengiriman telur. Menurut hasil survei yang dilaksanakan, sebagian besar pemasok telur di pasar tradisional di Provinsi Jawa Barat merupakan pemasok tetap 77. Di pasar tradisional Kabupaten Bogor dan Purwakarta, semua toko pengecer menerima pasokan telur dari pemasok yang tetap 100, sedangkan beberapa pasar di Kabupaten Cianjur, Indramayu, dan Kota Cirebon masih menerima pasokan dari pemasok tidak tetap 20 –40. Pasokan telur dari pemasok yang tetap akan sangat mempengaruhi upaya pelaksanaan kontrol pada telur yang dijual di pasar-pasar tradisional. Adanya keluhan dari konsumen serta kondisi fisik telur yang tidak baik, telur cepat busuk pada rentang waktu