Perbedaan Kecenderungan Pembelian Impulsif Produk Pakaian Ditinjau Dari Peran Gender

(1)

Fikrah Wathani : Perbedaan Kecenderungan Pembelian Impulsif Produk Pakaian Ditinjau Dari Peran Gender, 2009. USU Repository © 2009

PERBEDAAN KECENDERUNGAN PEMBELIAN IMPULSIF PRODUK PAKAIAN DITINJAU DARI PERAN GENDER

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Oleh

FIKRAH WATHANI 041301006

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

Fikrah Wathani : Perbedaan Kecenderungan Pembelian Impulsif Produk Pakaian Ditinjau Dari Peran Gender, 2009. USU Repository © 2009

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul : “Perbedaan kecenderungan pembelian impulsif produk pakaian ditinjau dari peran gender” adalah hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini saya kutip dari hasil karya orang lain yang telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dalam skripsi ini, saya besedia menerima sanksi apapun dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara sesuai dengan peraturan yang berlaku.


(3)

Fikrah Wathani : Perbedaan Kecenderungan Pembelian Impulsif Produk Pakaian Ditinjau Dari Peran Gender, 2009. USU Repository © 2009

FIKRAH WATHANI 041301006

Perbedaan kecenderungan pembelian impulsif produk pakaian ditinjau dari peran gender

Fikrah Wathani dan Siti Zahreni, M.Psi

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kecenderungan pembelian impulsif produk pakaian ditinjau dari peran gender. Pembelian impulsif dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah gender. Gender merupakan karakteristik kepribadian, seseorang yang dipengaruhi oleh peran gender yang dimilikinya dan dikelompokkan menjadi 4 klasifikasi yaitu maskulin, feminin, androgini dan tak terbedakan. Pembelian impulsif seseorang terkait dengan gender nya dibedakan melalui pemilihan produk dimana individu dengan gender maskulin lebih memilih produk-produk berdasarkan fungsinya sedangkan pada individu dengan gender feminin lebih berdasarkan pada kenyamanan emosional yang dimunculkan oleh produk tersebut.

Penelitian ini melibatkan 140 orang mahasiswa USU sebagai subjek penelitian. Adapun kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah berstatus mahasiswa USU, berusia 18-25 tahun. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik nonprobability dengan metode incidental sampling. Data yang diperoleh dalam penelitian ini diolah dengan analisis varians (ANOVA). Alat ukur yang digunakan adalah skala kecenderungan pembelian impulsif dan skala gender yang disusun sendiri oleh peneliti.

Hasil analisa data menunjukkan ada perbedaan kecenderungan pembelian impulsif produk pakaian ditinjau dari peran gender dengan nilai p= .000. dengan subjek feminin memiliki mean skor yang lebih tinggi (x=57.97) dibandingkan dengan subjek androgini (x=56.00), subjek maskulin (x=55.28) dan subjek tidak terbedakan (x=38.91). Sementara itu hasil tambahan membuktikan ada perbedaan signifikan kecenderungan pembelian impulsif ditinjau dari jenis kelamin dan uang saku.

Implikasi dari hasil penelitian ini berguna bagi pihak produsen, yakni dapat memberikan informasi kepada pihak produsen bahwa promosi produk pakaian dapat ditargetkan pada individu yang memiliki tingkat pembelian impulsif yang tinggi dan lebih memperhatikan tentang pemilihan suatu produk yang akan dipasarkan di tempat perbelanjaan.


(4)

Fikrah Wathani : Perbedaan Kecenderungan Pembelian Impulsif Produk Pakaian Ditinjau Dari Peran Gender, 2009. USU Repository © 2009

KATA PENGANTAR

Tulisan kecil ini adalah skripsi yang diajukan untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Pembuatan skripsi ini merupakan pengalaman pertama penulis, sehingga penulis mohon maaf jika sekiranya dalam skripsi ini terdapat kejanggalan-kejanggalan, baik isi maupun cara penulisannya, yang masih banyak terdapat kesalahan.

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat allah SWT yang telah memberikan begitu banyak rahmat serta kemudahan dalam penyusunan skripsi yang berjudul ”Perbedaan kecenderungan pembelian impulsif produk pakaian ditinjau dari peran gender”, guna memeperoleh gelar sarjana jenjang starata (S1) di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tuaku tersayang “Mama Yuli dan Bapak Zilzal”, serta kedua adikku Ira dan Nindi atas doa dan dukungannya selama ini, mempersembahkan ini merupakan suatu kebahagiaan, semoga berkenan dan menjadi kebanggaan.

Terima kasih juga saya sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu saya menyelesaikan skripsi ini, yaitu :

1. Bapak Prof. Dr. Chairul Yoel, Sp. A(K) selaku Dekan Psikologi Universitas Sumatera Utara.

2. Kak Siti Zahreni M.si selaku dosen pembimbing penulis yang selalu sabar dan selalu memberikan motivasi yang luar biasa, serta ketersediaan waktu ditengah kesibukannya.


(5)

Fikrah Wathani : Perbedaan Kecenderungan Pembelian Impulsif Produk Pakaian Ditinjau Dari Peran Gender, 2009. USU Repository © 2009

4. Untuk teman-teman Psikologi USU, terima kasih atas kebersamaaan dan pengalaman yang telah kita jalani bersama.

Tanpa bantuan mereka, mungkin skripsi ini tidak akan selesai dan semoga pengorbanan dan jasa baik yang telah diberikan kepada peneliti mendapat imbalan dari Allah SWT.

Atas segala kekurangan dan kesalahan dalam penulisan skripsi ini peneliti mohon maaf. Mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Medan, 3 Maret 2009


(6)

Fikrah Wathani : Perbedaan Kecenderungan Pembelian Impulsif Produk Pakaian Ditinjau Dari Peran Gender, 2009. USU Repository © 2009

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………... I

DAFTAR ISI……… iii

DAFTAR TABEL……… V BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………... 1

B. Tujuan Penelitian... 8

C. Manfaat Penelitian... 8

D. Sistematika Penulisan... 9

BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelian Impulsif... 12

1. Pengertian Pembelian Impulsif... 12

2. Elemen Pembelian Impulsif... 14

3. Tipe-tipe Pembelian Impulsif... 15

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pembelian Impulsif... 16

B. Gender... 19

1. Pengertian Gender... 19

2. Peran Gender... 21

3. Tipe-tipe peran Gender... 22

C. Produk Pakaian………... 27

1. Pengertian Produk Pakaian………... 27

D. Perbedaan kecenderungan pembelian impulsif ditinjau dari Gender...…... 28


(7)

Fikrah Wathani : Perbedaan Kecenderungan Pembelian Impulsif Produk Pakaian Ditinjau Dari Peran Gender, 2009. USU Repository © 2009

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel Penelitian………... 31

B. Definisi Operasional……….. 31

1. Pembelian Impulsif………... 31

2. Gender………... 32

C. Populasi, Sampel dan Metode Pengambilan Sampel………... 34

1. Populasi dan Sampel... 34

2. Teknik Pengambilan sampel... 36

D. Alat ukur yang digunakan... 37

1. Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif... 37

2. Skala Gender ... 40

E. Validitas, Reliabilitas, dan Uji Daya Beda Aitem... 40

1. Uji Validitas... 42

2. Uji Reliabilitas Alat Ukur... 42

3. Daya Diskriminasi Aitem... 43

4. Hasil Uji Coba Alat Ukur... 44

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian... 48

1. Tahap Persiapan Penelitian... 48

2. Pelaksanaan Penelitian... 49

3. Pengolahan Data Penelitian... 50

G. Metode Analisa Data... 50

1. Uji Normalitas... 50


(8)

Fikrah Wathani : Perbedaan Kecenderungan Pembelian Impulsif Produk Pakaian Ditinjau Dari Peran Gender, 2009. USU Repository © 2009

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

A. Analisa Data...………... 52

1. Gambaran Umum Subjek Penelitian... 52

2. Hasil Penelitian... 54

3. Kategorisasi Skor Penelitian... 58

B. Pembahasan...………... 66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan...………... 52

B. Saran...………... 66

1. Saran Metodologis... 52

2. Saran Praktis... 54


(9)

Fikrah Wathani : Perbedaan Kecenderungan Pembelian Impulsif Produk Pakaian Ditinjau Dari Peran Gender, 2009. USU Repository © 2009

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Klasifikasi orientasi peran gender... 25

Tabel 2 Distribusi aitem Bem Sex Role Inventory (BSRI) ... 33

Tabel 3 Distribusi Aitem-Aitem Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif... 38

Tabel 4 Bobot nilai pernyataan skala kecenderungan pembelian impulsif... 40

Tabel 5 Distribusi aitem-aitem skala orientasi peran gender... 41

Tabel 6 Bobot Nilai Pernyataan Skala Gender... 42

Tabel 7 Distribusi Aitem-Aitem Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif Setelah Uji Coba... 45 Tabel 8 Distribusi Aitem-Aitem Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif Setelah Uji Coba dalam Penomoran Baru... 46 Tabel 9 Distribusi Aitem-Aitem Skala Gender Setelah Uji Coba... 47

Tabel 10 Distribusi Aitem-Aitem Skala Gender Setelah Uji Coba Dalam Penomoran Baru... 47 Tabel 12 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin... 52

Tabel 13 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia...54

Tabel 14 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jumlah Uang saku...55

Tabel 15 Normalitas Sebaran Variabel Pembelian Impulsif... 55

Tabel 16 Normalitas Sebaran Variabel Gender...56

Tabel 17 Uji Homogenitas...57


(10)

Fikrah Wathani : Perbedaan Kecenderungan Pembelian Impulsif Produk Pakaian Ditinjau Dari Peran Gender, 2009. USU Repository © 2009

Tabel 19 Perbandingan Mean Empirik Dan Mean Teoritik Kecenderungan

Pembelian Impulsif...59 Tabel 20 Kategorisasi Kecenderungan Pembelian Impulsif Menurut Metode

Distribusi Normal...60

Tabel 21 Gambaran Rata-Rata Kecenderungan Pembelian Impulsif Berdasarkan Gender...61 Tabel 22 Deskriptif Kecenderungan Pembelian Impulsif Berdasarkan Jenis

Kelamin...63

Tabel 23 Hasil Analisis Varians Kecenderungan Pembelian Impulsif Berdasarkan Jenis Kelamin... Tabel 24 Deskriptif Kecenderungan Pembelian Impulsif Berdasarkan Usia...63

Tabel 25 Hasil Analisis Varians Kecenderungan Pembelian Impulsif Berdasarkan Usia... Tabel 26 Deskriptif kecenderungan pembelian impulsif berdasarkan

Uang Saku...64

Tabel 27 Hasil analisis Varians kecenderungan pembelian impulsif berdasarkan Uang Saku...65


(11)

Fikrah Wathani : Perbedaan Kecenderungan Pembelian Impulsif Produk Pakaian Ditinjau Dari Peran Gender, 2009. USU Repository © 2009

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A ... x

1. Reliabilitas Skala Kecenderungan pembelian impulsif... xi

2. Reliabilitas Gender... ... xii

LAMPIRAN B ... xiv

1. Data Mentah Skala Skala Kecenderungan pembelian impulsif...xvi

2. Data Mentah Gender... ... xvii

3. Skala Kecenderungan pembelian impulsif ... xx

4. Skala Gender... xi

LAMPIRAN C

1. Uji Normalitas Sebaran 2. Uji Linearitas


(12)

Fikrah Wathani : Perbedaan Kecenderungan Pembelian Impulsif Produk Pakaian Ditinjau Dari Peran Gender, 2009. USU Repository © 2009

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Belanja merupakan aktivitas yang menyenangkan bagi banyak orang dan sebagian orang tidak dapat dipisahkan dari kebiasaan belanja. Hal ini tidak hanya terbatas pada kaum perempuan, kaum laki-laki, miskin, kaya, berpenghasilan tinggi, berpenghasilan rendah, semuanya punya kans untuk jadi korban. Umumnya orang memiliki kebiasaan berbelanja untuk memenuhi kebutuhan. Meskipun demikian, sering juga ditemui orang yang berbelanja hanya untuk memenuhi hasrat atau dorongan dari dalam dirinya. Pada mulanya belanja hanya merupakan suatu konsep untuk menunjukkan suatu sikap untuk mendapatkan barang yang menjadi keperluan sehari-harinya dengan jalan menukarkan sejumlah uang sebagai pengganti barang tersebut.

Pada saat ini konsep belanja telah berkembang sebagai sebuah cerminan gaya hidup dan rekreasi di kalangan masyarakat. Belanja adalah suatu gaya hidup tersendiri, dimana bahkan telah menjadi suatu kegemaran bagi sejumlah orang (Tambunan, 2005). Belanja menjadi alat pemuas keinginan akan barang-barang yang sebenarnya tidak mereka butuhkan, akan tetapi karena pengaruh trend atau mode yang tengah berlaku, maka mereka merasa


(13)

Fikrah Wathani : Perbedaan Kecenderungan Pembelian Impulsif Produk Pakaian Ditinjau Dari Peran Gender, 2009. USU Repository © 2009

merupakan suatu keharusan untuk membeli barang-barang tersebut. Banyak sekali orang yang berbelanja tanpa disertai pertimbangan. Mereka hanya membeli produk-produk yang "menggoda mata" yang sebenarnya tidak dibutuhkan dengan alasan sering tidak tahan melihat barang bagus, ingin segera membelinya, dan merasa seperti dibius dan tidak dapat berpikir jernih sehingga yang terdapat di dalam benak individu adalah hanya ingin memuaskan keinginan belanja (Fitri, 2006).

Pada umumnya proses belanja dilakukan di dalam pasar modern seperti supermarket atau hipermarket, tidak semuanya direncanakan (Negara dalam Semuel, 2007). Dalam segi perencanaan, pembelian konsumen bisa dikategorikan ke dalam pembelian terencana dan pembelian tidak terencana (pembelian impulsif). Pembelian terencana adalah perilaku pembelian dimana keputusan tentang aitem yang akan dibeli telah diambil sebelum konsumen masuk ke dalam toko. Sedangkan pembelian tidak terencana adalah perilaku pembelian dimana konsumen tidak mempertimbangkan untuk membeli, atau mempertimbangkan untuk membeli tetapi belum memutuskan produk apa yang akan dibeli (Dony, 2007).

Terencana atau tidaknya pembelian oleh konsumen telah menjadi perhatian peneliti dan praktisi sejak dua puluhan tahun yang lalu. Kebanyakan orang tertarik untuk meneliti karakteristik dan proporsi konsumen yang melakukan pembeliannya secara terencana dan tidak terencana. Point Of Purchase Advertising Institute (POPAI) melaporkan bahwa sekitar 75 % pembelian di supermarket dilakukan secara tidak terencana. Hal yang sama pun dapat dilihat di pasar jepang seperti yang dilaporkan oleh The Distribution Economics Institute Of

Japan (DEI) bahwa sekitar 70% konsumen jepang sering melakukan pembelian yang tidak

terencana (Dony, 2007). Para ahli menyatakan pembelian tidak terencana telah berkembang secara signifikan dalam masyarakat. Hal ini dikarenakan, konsumen seringkali melakukan


(14)

Fikrah Wathani : Perbedaan Kecenderungan Pembelian Impulsif Produk Pakaian Ditinjau Dari Peran Gender, 2009. USU Repository © 2009

pembelian berdasarkan hasrat, mood, atau emosi (Etzioni dalam Verplanken dan Herabadi, 2001).

Pada kenyataannya konsumen seringkali tidak menggunakan pikiran rasionalnya dalam menentukan barang yang benar-benar dibutuhkannya. Konsumen membeli produk dengan berbagai alasan, seperti; untuk menghilangkan suasana hati yang buruk, mengekspresikan identitas atau hanya untuk bersenang-senang. Gaya membeli yang tidak rasional ini, selalu dihubungkan dengan berbagai macam emosi, seperti kegembiraan atau penyesalan, tapi emosi ini dapat juga menjadi bagian dari pembelian yang tidak terencana yang dikenal dengan pembelian impulsif (Piron 1991). Pernyataan ini didukung dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kollat dan Willett (1967), mereka juga menggunakan istilah unplanned purchased (pembelian tak terencana) yang sama dengan

impulse buying (pembelian impulsif).

Pembelian impulsif yaitu pembelian yang tidak direncanakan secara khusus (Loudon dan Bitta, 1993). Engel dan Blacwell (1995), mendefinisikan pembelian impulsif sebagai suatu tindakan pembelian yang dibuat tanpa direncanakan sebelumnya atau keputusan pembelian dilakukan pada saat berada didalam toko. Sejalan dengan hal itu, pembelian impulsif juga seringkali diasosiasikan dengan pembelian yang dilakukan dengan tiba-tiba dan tidak direncanakan, dilakukan di tempat kejadian, dan disertai timbulnya dorongan yang besar serta perasaan senang dan bergairah (Rook dalam Verplanken dan Herabadi, 2001).

Dalam pandangan ini terdapat lima elemen penting yang membedakan tingkah laku konsumen yang impulsif dan yang tidak, yaitu; (1) dorongan tiba-tiba dan spontan untuk melakukan tindakan yang berbeda dengan tingkah laku sebelumnya, (2) Dorongan tiba-tiba untuk melakukan pembelian menempatkan konsumen dalam keadaan ketidakseimbangan secara psikologis, (3) Mengalami konflik psikologis dan berusaha menimbang antara


(15)

Fikrah Wathani : Perbedaan Kecenderungan Pembelian Impulsif Produk Pakaian Ditinjau Dari Peran Gender, 2009. USU Repository © 2009

pemuasan kebutuhan langsung dan konsekuensi jangka panjang dari pembelian, (4) Mengurangi evaluasi kognitif dari produk, (5) Seringkali membeli secara impulsif tanpa memperhatikan konsekuensi yang akan datang (Loudon dan Bitta, 1993).

Lalu yang selanjutnya diperhatikan adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pembelian impulsif itu sendiri yaitu : (1) karakteristik produk, (2) karakteristik pemasaran, dan yang terakhir adalah (3) karakteristik konsumen yang terdiri dari karakteristik sosio-ekonomi dan karakteristik demografis (Loudon dan Bitta, 1993). Karakteristik sosio-sosio-ekonomi yang dihubungkan dengan tingkat pembelian impulsif salah satu nya adalah uang saku. Ling dan Lin (dalam Semuel 2007) mengatakan bahwa uang saku berhubungan positif dengan kecenderungan perilaku pembelian impulsif konsumen muda pada toko secara phisik atau

offline. Tetapi hal ini bertentangan dengan penelitian Semuel (2007) yang mengatakan bahwa

tidak ada keterkaitan antara uang saku dengan pembelian impulsif.

Selanjutnya karakteristik demografis yang mempengaruhi pembelian impulsif yaitu salah satunya adalah gender (Loudon dan Bitta, 1993). Berbagai penelitian mengenai pembelian impulsif yang terkait dengan gender telah dilakukan. Salah satu dari penelitian itu dilakukan oleh Dittmar dkk (1995), dimana dalam penelitian ini diketahui bahwa secara umum perempuan lebih sering membeli secara impulsif dibandingkan laki-laki. Rook dan Hoch (dalam Kacen, 2007) juga menemukan bahwa perempuan lebih cenderung melakukan pembelian impulsif dibandingkan laki-laki. Begitu juga dengan hasil penelitian Ling dan Lin (dalam Semuel, 2007) menemukan bahwa perempuan lebih cenderung memiliki perilaku pembelian impulsif dibandingkan laki-laki.

Studi pengembangan Amerika (Kamptner dalam Dittmar, 1995), penyelidikan antar budaya (Wallendorf dan Arnould dalam Dittmar, 1995), dan proyek kemasyarakatan (Csikszentmihalyi dan Rochberg-Halton dalam Dittmar, 1995) semua menunjukkan


(16)

Fikrah Wathani : Perbedaan Kecenderungan Pembelian Impulsif Produk Pakaian Ditinjau Dari Peran Gender, 2009. USU Repository © 2009

perempuan cenderung menghargai produk secara simbolis dan emosional, sedangkan laki-laki menghargai produk secara fungsional dan berdasarkan kesenangan. Lebih dari itu, mereka kelihatannya menghargai suatu produk dengan alasan yang berbeda, perempuan memberi alasan yang lebih berorientasi pada hubungan dan emosional, sedangkan laki-laki lebih fungsional, terkait dengan instrumental dan fokus pada aktifitas (Dittmar, 1995).

Studi terbaru dari pembelian impulsif diantara para siswa dewasa menyatakan bahwa perempuan dan laki-laki membeli produk yang berbeda sesuai dorongan hati, dan kemungkinan untuk suatu alasan yang berbeda (Fairmaner dalam Dittmar, 1992). Berdasarkan hipotesa Dittmar dkk, (1995) pembelian impulsif kemungkinan besar sekali menjadi suatu benda yang melambangkan diri yang ideal atau yang lebih disukai dan sebagai sesuatu yang dipengaruhi oleh kategori-kategori sosial yaitu gender.

Dapat dikatakan bahwa walaupun perbedaan gender melatarbelakangi sebagian besar penelitian-penelitian di atas, namun yang menjadi latar belakang kecenderungan pembelian impulsif lebih pada variabel peran gender dari seseorang yang terlibat dalam kecenderungan pembelian impulsif, apakah dia maskulin, feminin, androgini atau tidak terbedakan (undifferentiated). Oleh karena itu, peneliti bermaksud untuk membahas lebih jauh mengenai peran gender dalam hal kecenderungan pembelian impulsif.

Menurut Bem (1981), gender merupakan karakteristik kepribadian, seseorang yang dipengaruhi oleh peran gender yang dimilikinya dan dikelompokkan menjadi 4 klasifikasi yaitu maskulin, feminin, androgini dan tak terbedakan. Pada dasarnya dalam diri setiap individu terdapat unsur maskulin dan unsur feminin. Akan tetapi, pada laki-laki diharapkan lebih tinggi unsur maskulinnya dibanding unsur femininnya dan pada perempuan diharapkan lebih tinggi unsur femininnya dibandingkan unsur maskulinnya (Spence dalam Nindyati, 2003). Peran gender sendiri sebagai sebuah karakteristik memiliki determinan lingkungan


(17)

Fikrah Wathani : Perbedaan Kecenderungan Pembelian Impulsif Produk Pakaian Ditinjau Dari Peran Gender, 2009. USU Repository © 2009

yang kuat dan berkaitan dengan dimensi maskulin versus feminin (Stewart & Lykes, dalam Saks dan Krupat, 1998).

Penelitian Dittmar dkk (1995), menyimpulkan bahwa pembelian-pembelian impulsif yang dilakukan oleh individu dengan peran gender maskulin lebih pada alasan identitas pribadi (mandiri) sedangkan individu dengan peran gender femininin lebih pada identitas sosial (hubungan). Lebih lanjut Dittmar memaparkan bahwa pembelian impulsif dibedakan melalui pemilihan produk terkait dengan peran gender seseorang dimana peran gender maskulin lebih memilih produk-produk berdasarkan fungsinya sedangkan pada individu dengan peran gender feminin lebih berdasarkan pada kenyamanan emosional yang dimunculkan oleh produk tersebut (Dittmar dkk, 1995).

Semua produk memiliki kemungkinan untuk dijadikan sasaran pembelian impulsif, adapun produk yang cenderung dibeli adalah produk-produk baru, misalnya produk dengan harga murah yang tidak terduga (Negara dalam Semuel, 2007). Mouton (2008) menemukan fakta menarik di Perancis dimana sekitar 4% penduduk Perancis menderita penyakit pembelian impulsif dan jenis barang yang paling sering dibeli adalah pakaian. Pernyataan ini didukung oleh Negara (dalam Semuel, 2007) yang menemukan produk yang paling sering dibeli adalah pakaian, perhiasan, ornamen-ornamen, dan kemudian dikelompokkan menjadi produk impulsif tinggi dan impulsif rendah.

Pakaian menurut Mouton (2008) adalah salah satu jenis produk yang disinyalir dapat membius dan membuat individu berpikir untuk membeli tanpa pertimbangan panjang. Hal ini didukung oleh pernyataan Alia (2008) bahwa pakaian termasuk salah satu kebutuhan primer manusia sejak dahulu kala. Manusia purba mulai menggunakan pakaian sebagai pelindung kulit dan tubuh dari cuaca dan gangguan serangga. Seiring dengan sistem kebudayaan yang mulai berkembang, kegunaan pakaian ditambah dengan fungsi sosial. Fungsi ini terlihat dari


(18)

Fikrah Wathani : Perbedaan Kecenderungan Pembelian Impulsif Produk Pakaian Ditinjau Dari Peran Gender, 2009. USU Repository © 2009

pakaian yang berfungsi sebagai penanda gender dan tingkat sosial dalam masyarakat. Pada awal pakaian yang terbuat dari kulit binatang hingga ditemukannya serat katun, pakaian dibuat dengan tangan. Setelah revolusi industri, pakaian mulai dibuat secara massal, berkat ditemukannya mesin pemintal dan mesin jahit.

Fungsi lain dari pakaian ditambahkan oleh Riyanto (2003), dimana pakaian berfungsi sebagai alat pelindung tubuh dari cuaca, gigitan binatang, dan sebagainya. Pakaian juga memiliki kegunaan sebagai alat untuk sukses, untuk memperindah dan untuk memiliki fungsi sosial. Selain itu pakaian juga mempunyai karakteristik sebagai produk yang dapat memberikan kenyamanan emosional dan dapat memberikan simbolisasi dalam hubungannya dengan orang lain. Dengan demikian, pakaian dapat memenuhi kriteria dari konsumen maskulin (yang memilih berdasarkan fungsi atau kegunaan dari produk) dan konsumen feminin (yang memilih berdasarkan kenyamanan emosi yang ditimbulkan).

Pada saat ini industri pakaian mulai berkembang dengan amat pesat, produk pakaian jadi (ready to wear) sebagian besar dibuat untuk konsumen perempuan. Fenomena ini disebabkan oleh tendensi peminat pakaian perempuan yang jauh lebih banyak dari pada pakaian pria. Sebagian besar perempuan menilai keberagaman pakaian sebagai kebutuhan, karena mereka tumbuh melihat figur ibu yang dituntut harus berdandan demi kedudukan dalam lingkaran sosial (Lacan dalam Alia, 2008) sehingga perempuan menganggap pakaian yang mereka kenakan merupakan cerminan dari pribadi mereka. Menurut Jung (dalam Alia, 2008), tingkah laku perempuan yang terlihat umumnya jauh lebih personal dari laki-laki, sehingga laki-laki jarang membeli pakaian berdasarkan keinginan, melainkan sebagai suatu kebutuhan.

Penelitian Dittmar dkk (1995), menyimpulkan bahwa pembelian impulsif seseorang dibedakan melalui pemilihan produk terkait dengan peran gender seseorang dimana peran


(19)

Fikrah Wathani : Perbedaan Kecenderungan Pembelian Impulsif Produk Pakaian Ditinjau Dari Peran Gender, 2009. USU Repository © 2009

gender maskulin lebih memilih produk-produk berdasarkan fungsinya sedangkan pada

individu dengan peran gender feminin lebih berdasarkan pada kenyamanan emosional yang dimunculkan oleh produk tersebut. Dengan melihat adanya perbedaan antara individu dengan peran gender maskulin dan individu dengan peran gender feminin dalam kecenderungan pembelian impulsif, maka peneliti berasumsi ada perbedaan kecenderungan pembelian impulsif produk pakaian ditinjau dari peran gender.

B. PERUMUSAN MASALAH

Apakah ada perbedaan kecenderungan pembelian impulsif produk pakaian ditinjau dari peran gender ?

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kecenderungan pembelian impulsif produk pakaian ditinjau dari peran gender.

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan memiliki dua manfaat yaitu : 1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, Penelitian ini diharapkan dapat :

1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam menambah wawasan dan memperkaya pengetahuan di bidang Psikologi Industri Dan Organisasi terutama tentang bidang Perilaku Konsumen (Consumer Behavior) mengenai kecenderungan pembelian impulsif dan peran gender. Selain itu juga diharapkan dapat bermanfaat


(20)

Fikrah Wathani : Perbedaan Kecenderungan Pembelian Impulsif Produk Pakaian Ditinjau Dari Peran Gender, 2009. USU Repository © 2009

sebagai masukan bagi peneliti-peneliti lain yang akan meneliti dengan tema yang sama.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat khususnya kepada produsen dan konsumen, seperti :

1) Memberi informasi kepada produsen mengenai perbedaan kecenderungan pembelian impulsif khususnya di antara mahasiswa dan dapat memberi masukan terhadap pembahasan khususnya mengenai perbedaan peran gender maskulin, feminin, androgini, dan tidak terklasifikasikan.

2) Sebagai informasi bagi konsumen bahwa ada faktor-faktor yang berasal dari dalam diri mereka yang berpengaruh cukup kuat dalam menentukan kecenderungan pembelian impulsif.

E. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Bab I : Pendahuluan

Bab ini terdiri dari latar belakang masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan..

Bab II : Landasan Teori

Bab ini menguraikan landasan teori yang mendasari masalah yang menjadi objek penelitian. Memuat landasan teori tentang pembelian impulsif, faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian impulsif, tipe-tipe pembelian impulsif, dimensi-dimensi pembelian impulsif, elemen-elemen pembelian impulsif. Bab ini juga mengemukakan hipotesa sebagai jawaban sementara terhadap


(21)

Fikrah Wathani : Perbedaan Kecenderungan Pembelian Impulsif Produk Pakaian Ditinjau Dari Peran Gender, 2009. USU Repository © 2009

masalah penelitian yang menjelaskan perbedaan kecenderungan pembelian impulsif produk pakaian ditinjau dari peran gender.

Bab III : Metode Penelitian

Bab ini menguraikan identifikasi variabel, definisi operasional variabel, metode pengambilan sampel, alat ukur yang digunakan, uji daya beda item dan reliabilitas alat ukur, dan metode analisa data yang digunakan untuk mengolah hasil data penelitian.

Bab IV : Analisa Data dan Pembahasan

Pada bab ini akan dipaparkan mengenai gambaran umum dan karakteristik dari subjek penelitian serta bagaimana analisa data dilakukan dengan menggunakan analisis statistik. Kemudian pada bab ini juga dibahas mengenai interpretasi data yang ada serta data tambahan dengan menggunakan SPSS 16.0 For Windows yang kemudian data-data tersebut akan diuraikan kedalam pembahasan.

Bab V : Kesimpulan dan Saran

Bab ini membahas mengenai kesimpulan peneliti mengenai hasil penelitian dilengkapi dengan saran-saran bagi pihak lain berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh.


(22)

Fikrah Wathani : Perbedaan Kecenderungan Pembelian Impulsif Produk Pakaian Ditinjau Dari Peran Gender, 2009. USU Repository © 2009

BAB II

LANDASAN TEORI

A. PEMBELIAN IMPULSIF

Pembelian merupakan fungsi dari dua determinan niat dan pengaruh lingkungan dan atau perbedaan individu. Seringkali pembelian direncanakan sepenuhnya dalam pengertian bahwa ada niat untuk membeli baik produk maupun merek. Tetapi pada kenyataannya konsumen seringkali tidak menggunakan pikiran rasionalnya dalam menentukan barang yang benar-benar dibutuhkannya dan pembelian ini juga tidak direncanakan secara khusus. Pembelian


(23)

Fikrah Wathani : Perbedaan Kecenderungan Pembelian Impulsif Produk Pakaian Ditinjau Dari Peran Gender, 2009. USU Repository © 2009

inilah yang dikenal juga dengan istilah pembelian impulsif. Selanjutnya akan dibahas mengenai pengertian dari pembelian impulsif.

1. Pengertian Pembelian impulsif

Perilaku membeli adalah suatu tindakan melakukan pembelian atau pertukaran dari barang atau jasa dengan uang atau janji untuk membayar (kredit) (Prait, JR dalam Ferber, 1974). Perilaku membeli mempunyai dua macam pola (Loudon dan Bitta, 1993), yaitu pola pembelian yang berulang (brand loyalty) dan pembelian yang tidak direncanakan (impulse

purchasing). Pada pola brand loyalty, pembelian suatu produk oleh konsumen seringkali

didasarkan pada merek tertentu. Hal tersebut seringkali berulang karena kesetiaan konsumen dengan merek tersebut. Sedangkan, pada pembelian impulsif, pembelian tidak direncanakan secara khusus.

Loudon dan Bitta (1993) mengatakan pembelian impulsif adalah pembelian yang tidak direncanakan secara khusus. Pembelian impulsif seringkali diasosiasikan dengan pembelian yang dilakukan dengan tiba-tiba dan tidak direncanakan, dilakukan di tempat kejadian, dan disertai timbulnya dorongan yang besar serta perasaan senang dan bergairah (Rook dalam Verplanken dan Herabadi, 2001).

Engel dan Blacwell (1995), mendefinisikan pembelian yang tidak direncanakan (unplanned purchased) atau yang disebut juga dengan pembelian impulsif (impulse buying) ini sebagai suatu tindakan pembelian yang dibuat tanpa direncanakan sebelumnya atau keputusan pembelian dilakukan pada saat berada didalam toko. Rook dan Fisher (1995), juga mendefinisikan sifat pembelian impulsif sebagai :


(24)

Fikrah Wathani : Perbedaan Kecenderungan Pembelian Impulsif Produk Pakaian Ditinjau Dari Peran Gender, 2009. USU Repository © 2009

Kecenderungan pembelian impulsif ini digambarkan sebagai tingkat dimana seorang individu mungkin melakukan pembelian yang tidak disengaja, segera, dan tidak dipikirkan dengan sungguh-sungguh (Weun dkk, 1997). Perilaku pembelian impulsif juga terlihat tiba-tiba, berupa aksi spontan yang mencegah banyak pikiran, pertimbangan dari semua informasi yang tersedia dan alternatif pilihan (Bayley & Nancorrow dalam Kacen 2002). Pembelian Impulsif yang dimaksud adalah pembelian yang tidak direncanakan, yang terjadi secara kebetulan, dengan segera, dan tanpa tujuan terlebih dahulu. Hal itu cenderung secara spontan dan menggabungkan pemikiran yang tidak sungguh-sungguh (Cobb dan Hoyer, 1986)

Pembelian impulsif di definisikan sebagai pembelian yang tidak terencana yang dikarakteristikkan dengan pengambilan keputusan yang relatif cepat, dan prasangka subyektif terhadap keinginan segera memiliki (Rock & Gardner dalam Lin, 2005). Sehubungan dengan itu, Solomon dkk (2004) menyatakan bahwa pembelian impulsif merupakan suatu aksi yang tidak terencana yang dipacu oleh waktu dan dipengaruhi oleh produk yang dipamerkan.

Berdasarkan beberapa penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelian impulsif adalah pembelian yang tidak direncanakan secara khusus (Loudon dan Bitta, 1993). Setelah mengetahui mengenai pengertian dari pembelian impulsif, selanjutnya akan dibahas mengenai elemen pembelian impulsif.

2. Elemen Pembelian Impulsif

Loudon dan Bitta (1993) mengemukakan lima elemen penting yang membedakan tingkah laku konsumen yang impulsif dan yang tidak. Elemen-elemen tersebut adalah :

(1) Konsumen merasakan adanya suatu dorongan yang tiba-tiba dan spontan untuk melakukan suatu tindakan yang berbeda dengan tingkah laku sebelumnya.


(25)

Fikrah Wathani : Perbedaan Kecenderungan Pembelian Impulsif Produk Pakaian Ditinjau Dari Peran Gender, 2009. USU Repository © 2009

(2) Dorongan tiba-tiba untuk melakukan suatu pembelian menempatkan konsumen dalam keadaan ketidakseimbangan secara psikologis, dimana untuk sementara waktu ia merasa kehilangan kendali.

(3) Konsumen akan mengalami konflik psikologis dan ia berusaha untuk menimbang antara pemuasan kebutuhan langsung dan konsekuensi jangka panjang dari pembelian.

(4) Konsumen akan mengurangi evaluasi kognitif dari produk.

(5) Konsumen seringkali membeli secara impulsif tanpa memperhatikan konsekuensi yang akan datang.

Elemen-elemen tersebut secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua elemen pokok, yaitu kurangnya perencanaan dan pemikiran yang matang dalam pembelian produk yang dilakukan secara impulsif dan adanya respon emosi yang muncul sebelum, bersamaan, ataupun sesudah pembelian yang tidak direncanakan (Verplanken dan Herabadi, 2001). Setelah kita mengetahui elemen-elemen dari pembelian impulsif, maka akan dijelaskan mengenai tipe-tipe pembelian impulsif.

3. Tipe-tipe pembelian impulsif

Seperti tertulis diatas, pembelian impulsif merupakan pembelian yang tidak secara khusus direncanakan. Loudon dan Bitta (1993) mengemukakan empat tipe dari pembelian impulsif. Keempat tipe pembelian impulsif tersebut adalah sebagai berikut :

1. Pure Impulse – dalam pembelian impulsif jenis ini, pembeli tidak mengikuti pola


(26)

Fikrah Wathani : Perbedaan Kecenderungan Pembelian Impulsif Produk Pakaian Ditinjau Dari Peran Gender, 2009. USU Repository © 2009

2. Suggestion Impulse — dalam kategori pembelian impusif jenis ini pembeli tidak

mengetahui mengenai suatu produk tetapi mungkin memerlukannya ketika pertama kali melihat produk tersebut.

3. Reminder Impulsif – pada pembelian impulsif jenis ini, pembeli melihat suatu

produk dan teringat bahwa stok dirumah sudah perlu dibeli.

4. Planned Impulse — dalam pembelian impulsif kategori ini, pembeli memasuki

toko dengan harapan dan intensi untuk melakukan transaksi pembelian berdasarkan harga khusus, kupon dan kesukaan.

Berdasarkan penjelasan diatas, tipe-tipe pembelian impulsif menurut Loudon dan Bitta (1993) adalah : Pure Impulse, Suggestion Impulse, Reminder Impulse, dan Planned Impulse. Selanjutnya akan dibahas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian impulsif.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian impulsif

Jumlah yang terbatas dari penelitian tentang pembelian-pembelian yang tidak direncanakan menunjukkan bahwa ada beberapa karakteristik produk, karakteristik pemasaran dan karakteristik-karakteristik konsumen yang muncul sehubungan dengan proses pembelian (Loudon & Bitta, 1993).

1. Karakteristik produk yang mempengaruhi pembelian impulsif adalah : (a) memiliki harga yang rendah

(b) adanya sedikit kebutuhan terhadap produk tersebut (c) siklus kehidupan produknya pendek

(d) ukurannya kecil atau ringan (e) mudah disimpan.


(27)

Fikrah Wathani : Perbedaan Kecenderungan Pembelian Impulsif Produk Pakaian Ditinjau Dari Peran Gender, 2009. USU Repository © 2009

2. Pada faktor marketing, hal-hal yang mempengaruhi pembelian impulsif adalah :

(a) Distribusi massa pada self-service outlet terhadap pemasangan iklan besar- besaran dan material yang akan didiskon. Hawkins dkk (2004) juga menambahkan mengenai ketersediaan informasi dimana hal ini meliputi suatu format, yang secara langsung berhubungan dengan penggunaan informasi. Bagaimanapun juga, terlalu banyak informasi dapat menyebabkan informasi yang berlebihan dan penggunaan informasi yang kurang. Pemasangan iklan, pembelian barang yang dipamerkan, websites, penjaga toko, paket-paket, konsumen lain, dan sumber yang bebas seperti laporan konsumen adalah sumber utama dari informasi konsumen.

(b) Posisi barang yang dipamerkan dan lokasi toko yang menonjol turut mempengaruhi pembelian impulsif. Hawkins dkk (2004) juga menambahkan bahwa jumlah, lokasi dan jarak antara toko barang eceran di pasar mempengaruhi jumlah kunjungan konsumen ke toko sebelum pembelian. Karena kunjungan ke toko membutuhkan waktu, energi, dan uang, jarak kedekatan dari toko seringkali akan meningkatkan aspek ini dari pencarian di luar.

3. Karakteristik konsumen yang mempengaruhi pembelian impulsif adalah : (a) Kepribadian konsumen

(b) Demografis

Karakteristik demografis terdiri dari gender, usia, status perkawinan, pekerjaan dan pendidikan.

(c) Karakteristik-karakteristik sosio-ekonomi yang dihubungkan dengan tingkat pembelian impulsif.


(28)

Fikrah Wathani : Perbedaan Kecenderungan Pembelian Impulsif Produk Pakaian Ditinjau Dari Peran Gender, 2009. USU Repository © 2009

Berdasarkan penjelasan diatas, faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian impulsif menurut Loudon dan Bitta (1993) terdiri dari karakteristik produk, karakteristik marketing, dan karakteristik konsumen. Selain ketiga karakteristik diatas, Hawkins dkk (2004) juga menambahkan karakteristik situasional sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi pembelian impulsif. Setelah mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian impulsif, maka selanjutnya akan dijelaskan mengenai peran gender.

B. PERAN GENDER 1. Pengertian Peran Gender

Menurut Bem (1981), gender merupakan karakteristik kepribadian, seseorang yang dipengaruhi oleh peran gender yang dimilikinya dan dikelompokkan menjadi 4 klasifikasi yaitu maskulin, feminin, androgini dan tak terbedakan. Konsep Gender dan peran gender merupakan dua konsep yang berbeda, gender merupakan istilah biologis, orang-orang dilihat sebagai pria atau wanita tergantung dari organ-organ dan gen-gen jenis kelamin mereka.

Sebaliknya menurut Basow (1992), peran gender merupakan istilah psikologis dan kultural, diartikan sebagai perasaan subjektif seseorang mengenai ke-pria-an (maleness) atau kewanitaan (femaleness).

Brigham (1986) lebih menekankan terhadap konsep stereotipe di dalam membahas mengenai peran gender, dan menyebutkan bahwa peran gender merupakan karakteristik status, yang dapat digunakan untuk mendukung diskriminasi sama seperti yang digunakan untuk mendukung diskriminasi sama seperti yang digunakan terhadap status-status yang lain seperti ras, kepercayaan, dan usia.

Sementara peran gender sendiri sebagai sebuah karakteristik memiliki determinan lingkungan yang kuat dan berkaitan dengan dimensi maskulin versus feminin (Stewart &


(29)

Fikrah Wathani : Perbedaan Kecenderungan Pembelian Impulsif Produk Pakaian Ditinjau Dari Peran Gender, 2009. USU Repository © 2009

Lykes, dalam Saks dan Krupat, 1998). Ketika berbicara mengenai gender, beberapa konsep berikut ini turut terlibat di dalamnya :

a. Gender role (peran gender), merupakan definisi atau preskripsi yang berakar pada

kultur terhadap tingkah laku pria atau wanita.

b. Gender identity (identitas gender), yaitu bagaimana seseorang mempersepsi dirinya

sendiri dengan memperhatikan jenis kelamin dan peran gender.

c. Serta sex role ideology (ideologi peran-jenis kelamin), termasuk di antaranya stereotipe-stereotipe gender, sikap pemerintah dalam kaitan antara kedua jenis kelamin dan status-status relatifnya (Segall, Dasen, Berry, & Poortinga, 1990). Kepentingan di dalam membedakan antara jenis kelamin dan gender berangkat dari pentingnya untuk membedakan antara aspek-aspek biologi dengan aspek-aspek sosial di dalam menjadi pria atau wanita. Bahkan yang paling sering terjadi adalah bahwa orang-orang mengasumsikan kalau perbedaan kepribadian dan sikap yang tampak antara pria dan wanita sangat berkaitan dengan perbedaan jenis kelamin (Basow, 1992).

Jika kita menyamakan antara gender dapat mengarahkan keyakinan bahwa perbedaan trait-trait dan tingkah laku antara pria dan wanita mengarah langsung kepada perbedaan secara biologis. Sementara jika kita membedakan konsep gender dan peran gender akan membantu kita untuk menganalisis keterkaitan yang kompleks antara gender dan peran

gender secara umum. Ini yang membuat sangat penting untuk membedakan antara gender

dengan peran gender.

Unger (dalam Basow, 1992) menyebutkan bahwa dalam psikologi baru mengenai

gender dan peran gender, ke-pria-an dan ke-wanita-an dilihat lebih sebagai konstruk sosial


(30)

Fikrah Wathani : Perbedaan Kecenderungan Pembelian Impulsif Produk Pakaian Ditinjau Dari Peran Gender, 2009. USU Repository © 2009

antara pria dan wanita ke dalam peran-peran dan status sosial yang berbeda, dan dipertahankan oleh kebutuhan-kebutuhan intrapsikis terhadap konsistensi diri dan kebutuhan untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai sosial.

Oleh karena itu, peran gender dikonstruksikan oleh manusia lain. Bukan secara biologi, dan konstruksi ini dibentuk oleh proses-proses sejarah, budaya, dan psikologis (Basow, 1992). Kini lebih banyak digunakan istilah peran gender daripada gender di dalam mempelajari tingkah laku pria dan wanita di dalam suatu konteks sosial. Gender merupakan konstruksi sosial.

Peran gender adalah pola tingkah laku yang diangap sesuai untuk masing-masing

gender yang didasarkan pada harapan masyarakat. Menurut Myers (1996), peran gender

merupakan suatu set tingkah laku yang diharapkan (berupa norma) untuk pria dan wanita. Hal ini meliputi sikap dan juga pola tingkah laku yang dianggap cocok untuk pria dan wanita, dikaitkan dengan ciri-ciri feminin dan maskulin sesuai dengan yang diharapkan dalam masyarakat.

2. Orientasi Peran Gender

Bem (dalam Basow, 1992) menyatakan bahwa terdapat dua model orientasi peran gender di dalam menjelaskan mengenai maskulintas dan feminitas, dalam kaitannya dengan laki-laki dan perempuan, yaitu model tradisional dan model non tradisional (Nauly, 2003).

1. Model tradisional memandang feminitas dan maskulinitas sebagai suatu dikotomi. Model tradisonal menyebutkan bahwa maskulinitas dan feminitas merupakan titik-titik yang berlawanan pada sebuah kontinum yang bipolar. Pengukuran yang ditujukan untuk melihat maskulinitas dan feminitas menyebabkan derajat yang tinggi dari maskulinitas yang menunjukkan derajat yang rendah dari feminitas; begitu juga


(31)

Fikrah Wathani : Perbedaan Kecenderungan Pembelian Impulsif Produk Pakaian Ditinjau Dari Peran Gender, 2009. USU Repository © 2009

sebaliknya, derajat yang tinggi dari feminitas menunjukkan derajat yang rendah dari maskulinitas (Nauly, 2003).

Menurut pandangan model tradisional ini, penyesuaian diri yang positif dihubungkan dengan kesesuaian antara tipe peran gender dengan gender seseorang. Seorang pria akan memiliki penyesuaian diri yang positif jika ia menunjukkan maskulinitas yang tinggi dan feminitas yang rendah. Dan sebaliknya, seorang wanita yang ,memiliki penyesuaian diri yang positif adalah wanita yang menunjukkan feminitas yang tinggi serta maskulinitas yang rendah (Nauly, 2003).

Model tradisional dengan pengukuran yang bersifat bipolar ini memiliki konsekuensi, yaitu dimana individu-individu yang memiliki ciri-ciri maskulinitas dan feminitas yang relatif seimbang tidak akan terukur, sehingga menimbulkan reaksi dengan dikembangkannyamodel yang bersifat non tradisional (Nauly, 2003). Model ini dapat digambarkan secara sederhana melalui gambar di bawah ini yang menjelaskan konseptualisasi dari maskulinitas-feminitas sebagai sebuah dimensi atau kontinum tunggal yang memiliki ujung yang berlawanan.

Maskulin Feminin Gambar 1. Model tradisional

2. Sedangkan pandangan nontradisonal menyatakan bahwa maskulinitas dan feminitas lebih sesuai dikonseptualisasikan secara terpisah, dimana masing-masing merupakan dimensi yang independen.

Model yang kedua ini memandang feminitas dan maskulinitas bukan merupakan sebuah dikotomi, hal ini menyebabkan kemungkinan untuk adanya pengelompokan


(32)

Fikrah Wathani : Perbedaan Kecenderungan Pembelian Impulsif Produk Pakaian Ditinjau Dari Peran Gender, 2009. USU Repository © 2009

yang lain, yaitu androgini, yaitu laki-laki atau perempuan yang dapat memiliki ciri-ciri maskulinitas sekaligus ciri-ciri-ciri-ciri feminitas. Model non tradisional ini dikembangkan sekitar tahun 1970-an oleh sejumlah penulis (Bem, 1974; Constantinople, 1973; Spence, Helmrich, & Stapp, 1974) yang menyatakan bahwa maskulinitas dan feminitas lebih sesuai dikonseptualisasikan secara terpisah, karena masing-masing merupakan dimensi yang independen.

Model ini dapat dijelaskan secara sederhana melalui gambar di bawah ini. Di sini dijelaskan bahwa konseptualisasi maskulinitas-feminitas digambarkan sebagai dimensi yang terpisah.

Tipe Feminin Tipe Androgini

MASKULIN

Undifferentiated Tipe Maskulin

FEMININ

Gambar 2. Model nontradisonal

Berdasarkan pandangan ini, Sandra Bem (dalam Basow, 1992) mengklasifikasikan tipe peran gender menjadi 4 bagian, yaitu :


(33)

Fikrah Wathani : Perbedaan Kecenderungan Pembelian Impulsif Produk Pakaian Ditinjau Dari Peran Gender, 2009. USU Repository © 2009

Yaitu seorang laki-laki yang mendapat skor tinggi pada maskulinitas dan skor rendah pada feminitas. Pada perempuan, yang mendapat skor tinggi pada feminitas dan mendapat skor rendah pada maskulinitas.

b. Cross sex-typed

Yaitu laki-laki yang mendapat skor tinggi pada feminitas dan skor rendah pada maskulinitas. Sedangkan pada perempuan, yang memiliki skor yang tinggi pada maskulinitas dan skor yang rendah pada feminitas.

c. Androginy

Yaitu laki-laki dan perempuan yang mendapat skor tinggi baik pada maskulinitas maupun feminitas.

d. Undifferentiated

Yaitu laki-laki dan perempuan yang mendapat skor rendah baik pada maskulinitas dan feminitas.

Berdasarkan konsep ini, Bem (dalam Santrock, 2003) kemudian mengembangkan alat ukur yang disebut Bem sex role inventory (BSRI). Alat tes ini terdiri dari 60 kata sifat, 20 diantaranya merupakan kata sifat yang menunjukkan karakteristik maskulin (karakteristik instrumental), 20 kata sifat lainnya menujukkan karakteristik feminin (karakteristik ekspresif) dan sisanya menunjukkan karakteristik yg tidak berkaitan dengan peran gender namun diharapkan oleh masyarakat untuk dimiliki oleh tiap individu.

Melalui BSRI, individu diklasifikan dalam hal kepemilikan satu dari empat orientasi tipe peran gender (tabel 1), yaitu :


(34)

Fikrah Wathani : Perbedaan Kecenderungan Pembelian Impulsif Produk Pakaian Ditinjau Dari Peran Gender, 2009. USU Repository © 2009

a. Maskulin b. Feminin c. Androgini

d. Undifferentiated

Tabel 1. Klasifikasi orientasi peran gender

Feminine

Masculine

High Low

High Androginy Feminine

Low Masculine Undifferentiated

SUMBER : Diadaptasi dari Gender And Communication (hal.52), oleh Pearson, 1985, Dubuque, Iowa : Wm. C. Brown Publishers

Berdasarkan model nontradisonal ini, terdapat semacam klasifikasi kepribadian yang mulai banyak dibicarakan sebagai alternatif dari peran yang bertolak belakang antara pria dan wanita, yaitu tipe androgini (Naully, 2003)

Adapun pengertian dari masing-masing peran gender maskulin, feminin dan androgini adalah sebagai berikut:

a. Maskulin

Maskulin menurut Hoyenga & Hoyenga (dalam Nauly, 2003) adalah ciri-ciri yang berkaitan dengan gender yang lebih umum terdapat pada laki-laki, atau suatu peran atau trait maskulin yang dibentuk oleh budaya. Dengan demikian maskulin adalah sifat yang dipercaya


(35)

Fikrah Wathani : Perbedaan Kecenderungan Pembelian Impulsif Produk Pakaian Ditinjau Dari Peran Gender, 2009. USU Repository © 2009

dan dibentuk oleh budaya sebagai ciri-ciri yang ideal bagi laki-laki (Nauly, 2003). Misalnya, asertif dan dominan dianggap sebagai trait maskulin.

b. Feminin

Feminin menurut Hoyenga & Hoyenga (dalam Nauly, 2003) adalah ciri-ciri atau trait yang lebih sering atau umum terdapat pada perempuan daripada laki-laki. Ketika dikombinasikan dengan “stereotipikal”, maka ia mengacu ada trait yang diyakini lebih berkaitan pada perempuan daripada laki-laki secara kultural pada budaya atau subkultur tertentu. Berarti, feminin merupakan ciri-ciri atau trait yang dipercaya dan dibentuk oekh budaya sebagai ideal bagi perempuan (Nauly, 2003).

c. Androgini

Selain pemikiran tentang maskulinitas dan feminitas sebagai berada dalam suatu garis kontinum, dimana lebih pada satu dimensi berarti kurang pada dimensi yang lain, ada yang menyatakan bahwa individu-individu dapat menunjukkan sikap ekspresif dan instrumental. Pemikiran ini memicu perkembangan konsep androgini.

Androgini adalah tingginya kehadiran karakteristik maskulin dan feminin yang diinginkan pada satu individu pada saat bersamaan (Bem; Spence & Helmrich, dalam Santrock, 2003). Individu yang androgini adalah seorang laki-laki yang asertif (sifat maskulin) dan mengasihi (sifat feminin), atau seorang perempuan yang dominan (sifat maskulin) dan sensitif terhadap perasaan orang lain (sifat feminin). Beberapa penelitian menemukan bahwa androgini berhubungan dengan berbagai atribut yang sifatnya positif, seperti self-esteem yang tinggi, kecemasan rendah, kreatifitas, kemampuan parenting yang efektif (Bem, Spence & Helmrich, dalam Hughes & Noppe, 1985).


(36)

Fikrah Wathani : Perbedaan Kecenderungan Pembelian Impulsif Produk Pakaian Ditinjau Dari Peran Gender, 2009. USU Repository © 2009

C. PRODUK PAKAIAN 1. Pengertian Produk Pakaian

Untuk mengetahui produk pakaian diperlukan pemahaman mengenai konsep produk sebagai elemen kunci dalam bauran pemasaran. Produk merupakan hal yang sangat penting dalam pemasaran, tanpa adanya suatu produk, maka tidak akan ada pemasaran. Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke suatu pasar untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan, yang meliputi barang fisik, jasa, pengalaman, peristiwa, orang, tempat, property, organisasi dan gagasan (Kotler dalam Semuel, 2007)

Secara garis besar produk diklasifikasikan sebagai produk industri yang digunakan dalam proses produksi produk lain, dan produk kosumen digunakan untuk konsumsi pribadi (Runyon, 1982). Salah satu jenis dari produk konsumen yang sering ditemui adalah produk pakaian. Produk pakaian adalah produk yang berasal dari suatu bahan tekstil yang disampirkan atau dijahit terlebih dahulu, dipakai untuk penutup tubuh seseorang yang langsung menutup kulit ataupun yang tidak langsung menutup kulit, seperti sarung atau kain dan kebaya, rok, blus, celana panjang atau pendek, dan lain-lain (Riyanto, 2003).

Manusia pada masa sekarang umumnya membutuhkan pakaian untuk menutupi badannya dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Menurut Riyanto (2003), pakaian memiliki tiga fungsi, yaitu :


(37)

Fikrah Wathani : Perbedaan Kecenderungan Pembelian Impulsif Produk Pakaian Ditinjau Dari Peran Gender, 2009. USU Repository © 2009

Manusia sebagai makhluk hidup akan berusaha mempertahankan dirinya dari berbagai tantangan alam ataupun lingkungan sekitarnya serta dari segi keamanan diri.

2. Sebagai alat penunjang komunikasi

Dalam komunikasi terdapat pertanyaan antar manusia. Pada umumnya, salah satu yang digunakan dalam berkomunikasi adalah pakaian. Dengan demikian, pakaian dapat digunakan sebagai alat penunjang dalam berkomunikasi. Agar pakaian dapat memadai sebagai alat penunjang alam berkomunikasi, maka pakaian tersebut perlu diperhatikan kebersihan dan kerapihannya, kesopanan, kesusilaan atau peradabannya, dan keseragamannya (sesuai dengan tata tertib setempat).

3. Sebagai alat untuk memperindah

Pada dasarnya manusia adalah makhluk yang senang pada sesuatu yang serasi, bagus dan indah. Pakaian yang memiliki fungsi sebagai alat memperindah jika dipilih warna, corak, dan model yang sesuai, maka pakaian dapat menutupi kekurangan pada tubuh seseorang dan dapat membuat seseorang menjadi lebih cantik atau tampan.

D. PERBEDAAN KECENDERUNGAN PEMBELIAN IMPULSIF PRODUK PAKAIAN DITINJAU DARI PERAN GENDER

Loudon dan Bitta (1993) mengatakan bahwa pembelian impulsif merupakan pembelian yang tidak direncanakan secara khusus. Rook dalam Verplanken dan Herabadi (2001) mengasosiasikan pembelian impulsif tersebut dengan pembelian yang dilakukan dengan tiba-tiba dan tidak direncanakan, dilakukan di tempat kejadian, dan disertai timbulnya dorongan yang besar serta perasaan senang dan bergairah.

Salah satu faktor yang mempengaruhi kecenderungan pembelian impulsif adalah karakteristik sosio-ekonomi dan karakteristik demografis (Loudon dan Bitta, 1993).


(38)

Fikrah Wathani : Perbedaan Kecenderungan Pembelian Impulsif Produk Pakaian Ditinjau Dari Peran Gender, 2009. USU Repository © 2009

Karakteristik sosio-ekonomi yang mempengaruhi pembelian impulsif adalah uang saku, dimana Ling dan Lin (dalam Semuel 2007) mengatakan bahwa uang saku berhubungan positif dengan kecenderungan perilaku pembelian impulsif konsumen muda pada toko secara phisik atau offline.

Karakteristik demografis yang mempengaruhi pembelian impulsif salah satunya adalah

gender (Loudon dan Bitta, 1993). Dittmar dkk (1995) mengatakan bahwa pada umumnya

perempuan lebih sering membeli secara impulsif dibandingkan laki-laki.

Menurut Bem (1981) Gender merupakan karakteristik kepribadian seseorang yang dipengaruhi oleh peran gender yang dimilikinya dan dikelompokkan menjadi empat klasifikasi yaitu maskulin, feminin, androgini dan tidak terklasifikasikan. Latar belakang pada penelitian ini lebih pada variabel peran gender dari seseorang yang terlibat dalam kecenderungan pembelian impulsif, apakah dia maskulin, feminin, androgini atau tidak terklasifikasikan (undifferentiated).

Dittmar dkk, (1995) mengatakan bahwa kecenderungan pembelian impulsif terkait dengan peran gender seseorang yang dibedakan melalui pemilihan produk.

Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke suatu pasar untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan, yang meliputi barang fisik, jasa, pengalaman, peristiwa, orang, tempat, property, organisasi dan gagasan (Kotler dalam Semuel, 2007).

Salah satu produk yang memiliki kemungkinan untuk dijadikan sasaran pembelian impulsif adalah produk pakaian. Negara (dalam Semuel, 2007) menemukan bahwa salah satu produk yang paling sering dibeli secara impulsif adalah pakaian.

Pakaian dapat memenuhi kriteria pemilihan produk terkait dengan peran gender seseorang dimana peran gender maskulin lebih memilih produk-produk berdasarkan kegunaan (fungsi) nya sedangkan pada individu dengan gender feminin lebih berdasarkan


(39)

Fikrah Wathani : Perbedaan Kecenderungan Pembelian Impulsif Produk Pakaian Ditinjau Dari Peran Gender, 2009. USU Repository © 2009

pada kenyamanan emosional dan makna simbolis dalam hubungannya dengan orang lain yang dimunculkan oleh produk tersebut. Ditttmar dkk (1995) menyimpulkan bahwa pembelian impulsif yang dilakukan oleh individu dengan gender maskulin lebih pada alasan identitas pribadi (mandiri) sedangkan individu dengan gender feminin lebih pada identitas sosial (hubungan).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perbedaan peran gender seseorang mempengaruhi kecenderungan melakukan pembelian impulsif terhadap produk pakaian.

E. HIPOTESIS PENELITIAN

Dalam penelitian ini diajukan hipotesa sebagai jawaban sementara terhadap permasalahan yang telah dikemukakan. Adapun hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

“Terdapat perbedaan kecenderungan pembelian impulsif produk pakaian ditinjau dari peran

gender maskulin, feminin, androgini dan tidak terklasifikasikan”.

Hipotesis tambahan

- Terdapat perbedaan kecenderungan pembelian impulsif produk pakaian ditinjau dari

gender laki-laki dan perempuan.

- Terdapat perbedaan kecenderungan pembelian impulsif produk pakaian ditinjau dari uang saku.


(40)

Fikrah Wathani : Perbedaan Kecenderungan Pembelian Impulsif Produk Pakaian Ditinjau Dari Peran Gender, 2009. USU Repository © 2009

BAB III

METODE PENELITIAN

A. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN

Untuk dapat menguji hipotesa penelitian, terlebih dahulu perlu diidentifikasikan variabel-variabel penelitian. Variabel yang dipakai dalam penelitian ini adalah :

Variabel tergantung : Pembelian impulsif Variabel Bebas : Peran Gender

B. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN

Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal yang didefinisikan yang dapat diamati atau diobservasi (Suryabrata, 2002). Definisi operasional variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


(41)

Fikrah Wathani : Perbedaan Kecenderungan Pembelian Impulsif Produk Pakaian Ditinjau Dari Peran Gender, 2009. USU Repository © 2009

1. Pembelian Impulsif

Pembelian impulsif didefinisikan sebagai pembelian yang tidak direncanakan secara khusus dan dilakukan secara tiba-tiba yang ditandai dengan dorongan yang besar, perasaan senang dan bergairah (Loudon dan Bitta, 1993).

Pembelian impulsif dapat diketahui dengan alat ukur berupa skala yang disusun berdasarkan elemen-elemen pembelian impulsif menurut Loudon dan Bitta (1993). Skor total dari skala kecenderungan pembelian impulsif akan menunjukkan kecenderungan pembelian impulsif pada individu baik laki-laki dan perempuan. Skor yang tinggi mengidentifikasikan individu memiliki kecenderungan pembelian impulsif yang tinggi. Skor yang rendah mengidentifikasikan individu memiliki kecenderungan pembelian impulsif yang rendah. 2. Peran Gender

Sandra Bem (1981) mengatakan gender merupakan karakteristik kepribadian, seseorang yang dipengaruhi oleh peran gender yang dimilikinya dan dikelompokkan menjadi 4 klasifikasi yaitu maskulin, feminin, androgini dan tidak terklasifikasikan.

Dari hasil pengukuran skala peran gender akan dibedakan antara tipe maskulin, feminin, androgini, serta yang tidak terklasifikasikan. Untuk mengetahui peran gendernya, subjek diukur dengan menggunakan skala peran gender yang diadaptasi dari Bem Sex Role Inventory (BSRI). Skala ini terdiri dari tiga komponen karakteristik peran gender, yaitu :

a. Karakteristik Maskulin b. Karakteristik Feminin c. Karakteristik Netral

Subjek akan dikelompokkan ke dalam empat peran gender dengan melihat skor yang diperoleh subjek dalam masing-masing sub komponen maskulin dan komponen feminin. Lalu orientasi peran gender subjek akan ditentukan dengan :


(42)

Fikrah Wathani : Perbedaan Kecenderungan Pembelian Impulsif Produk Pakaian Ditinjau Dari Peran Gender, 2009. USU Repository © 2009

1. Maskulin, jika skor maskulin tinggi dan skor feminin rendah 2. Feminin, jika skor feminin tinggi dan skor maskulin rendah 3. Androgini, jika skor maskulin dan feminin sama-sama tinggi

4. Tidak terklasifikasikan, jika skor maskulin dan feminin sama-sama rendah

a. Alat Ukur Peran Gender

Skala ini diadaptasi dari Bem Sex Role Inventory (BSRI) yang disusun berdasarkan 4 (empat) klasifikasi kepribadian menurut Sandra L. Bem pada tahun 1974. Total skor yang diperoleh pada Bem Sex Role Inventory (BSRI) akan mengkategorikan individu pada salah satu dari empat peran gender yang ada (maskulin, feminin, androgini dan tidak terklasifikasikan). Skala ini terdiri dari 60 aitem. Alat ukur ini menggunakan 7 (tujuh) skala respon mulai dari skala 1 untuk tidak pernah atau hampir tidak benar (never or

almost never true) sampai skala 7 (tujuh) untuk menyatakan selalu atau hampir selalu

benar (always or almost always true).

Skala ini terdiri dari 60 kata sifat yang disusun berdasarkan tiga komponen karakteristik peran gender, yaitu :

a. Karakteristik Maskulin, yang terdiri dari : 1) Percaya diri

2) Mempertahankan pendapat/keyakinan sendiri 3) Berjiwa bebas/tidak terganggu pendapat orang 4) Gemar berolahraga

5) Tegas/berani bilang tidak jika memang tidak 6) Berkepribadian kuat/teguh


(43)

Fikrah Wathani : Perbedaan Kecenderungan Pembelian Impulsif Produk Pakaian Ditinjau Dari Peran Gender, 2009. USU Repository © 2009

8) Berpikir analisis/melihat hubungan sebab-akibat 9) Mampu memimpin, punya jiwa kepemimpinan 10)Berani mengambil resiko

11)Mudah membuat keputusan 12)Dapat berdiri sendiri/mandiri 13)Suka mendominasi/menguasai 14)Maskulin , bersifat kelaki-lakian

15)Punya pendirian , berani mengambil sikap 16)Agresif

17)Bersikap / bertindak sebagai pemimpin 18)Bersifat individual / perorangan

19)Kompetitif, siap untuk bersaing 20)Berambisi, memiliki ambisi

b. Karakteristik Feminin, yang terdiri dari : 1) Mengalah

2) Periang ceria 3) Malu

4) Penuh kasih sayang

5) Merasa senang jika dirayu 6) Hangat dalam pergaulan 7) Setia

8) Feminin, bersifat kewanitaan


(44)

Fikrah Wathani : Perbedaan Kecenderungan Pembelian Impulsif Produk Pakaian Ditinjau Dari Peran Gender, 2009. USU Repository © 2009

10)Peka terhadap kebutuhan orang lain 11)Penuh pengertian

12)Mudah iba hati/kasihan

13)Suka menentramkan hati orang lain 14)Bertutur kata halus

15)Berhati lembut 16)Mudah terpengaruh 17)Polos, naif

18)Tidak menggunakan kata-kata kasar/tutur bahasa tidak kasar 19)Senang pada anak-anak

20)Lemah lembut

c. Karakteristik Netral, yang terdiri dari : 1) Senang menolong

2) Berhati murung/pemurung 3) Berhati-hati/teliti

4) Bertingkah laku yang dibuat-buat 5) Bahagia

6) Isi hati sukar ditebak oleh orang lain 7) Dapat dipercaya

8) Iri/cemburu 9) Jujur

10)Suka menyembunyikan perasaan/pikiran 11)Berhati tulus


(45)

Fikrah Wathani : Perbedaan Kecenderungan Pembelian Impulsif Produk Pakaian Ditinjau Dari Peran Gender, 2009. USU Repository © 2009

12)Angkuh/merasa tinggi hati

13)Menyenangkan , mudah disukai orang lain 14)Serius

15)Ramah, bersahabat/mudah berteman 16)Tidak efisien, boros

17)Mudah/dapat menyesuaikan diri 18)Tidak sistematis , asal-asalan 19)Bijaksana

20)Berpikiran kuno

Dari ke 60 kata sifat tersebut, 20 diantaranya menunjukkan karakteristik maskulinitas (instrumental), 20 berikutnya menunjukkan karakteristik feminitas (ekspresif) dan sisanya menunjukkan karakteristik netral yang tidak berkaitan dengan peran gender namun diharapkan oleh masyarakat untuk dimiliki oleh tiap individu.

Subyek diminta untuk memilih dari antara ke 60 kata sifat tersebut yang sesuai dengan dirinya, kemudian dikategorikan sebagai hal yang tidak pernah atau hampir tidak pernah menjadi sifatnya (never or almost never true) dan sebagai hal yang selalu atau hampir selalu menjadi sifatnya (always or almost always true).

Blue print dan bobot relatif komponen serta distribusi aitem dari skala ini dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2. Distribusi aitem Bem Sex Role Inventory (BSRI)

No. Komponen

karakteristik peran gender

No aitem Jumlah F%

1. Karakteristik Maskulin 1, 4, 7,10,13, 16. 19. 22. 25. 28. 31. 34. 37. 40. 43.


(46)

Fikrah Wathani : Perbedaan Kecenderungan Pembelian Impulsif Produk Pakaian Ditinjau Dari Peran Gender, 2009. USU Repository © 2009

46. 49. 52, 55, 58.

2. Karakteristik Feminin 2, 5, 8, 11, 14, 17, 20, 23, 26, 29, 32, 35, 38, 41, 44, 47, 50, 53, 56, 59.

20 33.33 %

3. Karakteristik Netral 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 27, 30, 33, 36, 39, 42, 45, 48, 51, 54, 57, 60

20 33.33 %

Total 60

BSRI ini kemudian diadaptasikan kedalam Bahasa Indonesia karena subjek yang akan mengisi skala ini menggunakan bahasa pengantar Indonesia. Penterjemahan dilakukan oleh orang yang memiliki kemampuan dalam menterjemahkan teks Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia dan atas bimbingan dari professional judgement. Hasil dari terjemahan tersebut kemudian diterjemahkan lagi ke dalam Bahasa Inggris untuk melihat apakah makna dari terjemahan tersebut berubah atau tidak.

Individu dikatakan feminin jika ia memperoleh sifat feminin secara signifikan lebih tinggi daripada skor sifat maskulin. Jika skor maskulin lebih tinggi daripada sifat feminin maka individu tersebut disebut maskulin. Sementara jika skor feminin dan maskulinnya kira-kira sama atau seimbang, maka individu disebut androgini. Akhirnya disebut sebagai kategori tak terklasifikasikan (undifferentiated) bila skor pada kedua skala maskulin dan feminin rendah. C. POPULASI DAN METODE PENGAMBILAN SAMPEL

1. Populasi dan Sampel

Masalah populasi dan sampel yang dipakai dalam penelitian merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan. Populasi adalah objek, gejala atau kejadian yang diselidiki terdiri dari semua individu untuk siapa kenyataan-kenyataan yang diperoleh dari sampel penelitian itu hendak digeneralisasikan (Hadi, 2002).

Populasi yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan di Universitas Sumatera Utara (USU) Medan. Mengingat keterbatasan


(47)

Fikrah Wathani : Perbedaan Kecenderungan Pembelian Impulsif Produk Pakaian Ditinjau Dari Peran Gender, 2009. USU Repository © 2009

peneliti untuk menjangkau keseluruhan populasi, maka peneliti hanya meneliti sebagian dari keseluruhan populasi yang dijadikan sebagai subyek penelitian, atau yang dikenal dengan nama sampel. Selanjutnya hasil penelitian diharapkan dapat digeneralisasikan kepada populasinya.

Sebagaimana menurut Hadi (2000) syarat utama agar hasil penelitian dapat digeneralisasikan maka sebaiknya sampel penelitian harus benar-benar mencerminkan keadaan populasinya atau dengan kata lain harus benar-benar representatif.

Adapun kriteria populasi dalam penelitian ini adalah :

1. Berstatus mahasiswa Universitas Sumatera Utara

Untuk homogenitas, subyek dipilih dari mahasiswa Universitas Sumatera Utara karena mahasiswa dapat mewakili rentang umur dewasa muda dan memiliki tingkat aspirasi pendidikan yang sama. Selain itu penulis berasumsi bahwa sebagian besar mahasiswa perguruan tinggi tersebut pernah mengunjungi salah satu pusat perbelanjaan yang ada di Medan.

2. Dewasa Awal usia 18- 25 tahun

Masa mahasiswa meliputi rentang umur dari 18/19 tahun sampai 24/25 tahun (Winkel,1997). Bellenger dkk (dalam Semuel 2007) mengatakan bahwa pembeli dengan usia kurang dari 25 tahun lebih impulsif dibandingkan dengan usia yang berada diatasnya.


(48)

Fikrah Wathani : Perbedaan Kecenderungan Pembelian Impulsif Produk Pakaian Ditinjau Dari Peran Gender, 2009. USU Repository © 2009

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Nonprobability Incidental

Sampling. Incidental Sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang mana tidak

semua individu dalam populasi diberi peluang yang sama untuk menjadi anggota sampel. Teknik pengambilan sampel dari populasi ini didasarkan pada ketersediaan dan kemudahan untuk mendapatkan sampel sesuai dengan karakteristik tertentu (Hadi, 2000). Alasan peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel ini adalah karena dalam penelitian ini tidak dapat diketahui secara pasti berapa jumlah keseluruhan Mahasiswa Universitas Sumatera Utara yang pernah mengunjungi salah satu pusat perbelanjaan yang ada di Medan.

D. ALAT UKUR YANG DIGUNAKAN

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala. Skala berisi kumpulan pernyataan yang diajukan kepada responden untuk diisi oleh responden. Ada dua buah skala yang digunakan yaitu skala kecenderungan pembelian impulsif dan skala peran

gender.

1. Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif

Alat ukur yang digunakan dalam kecenderungan pembelian impulsif adalah skala kecenderungan pembelian impulsif yang dirancang dengan menggunakan elemen pembelian impulsif menurut Loudon dan Bitta (1993), yaitu :

1. Konsumen merasakan adanya suatu dorongan yang tiba-tiba dan spontan untuk melakukan suatu tindakan yang berbeda dengan tingkah laku sebelumnya.

2. Dorongan tiba-tiba untuk melakukan suatu pembelian menempatkan konsumen dalam keadaan ketidakseimbangan secara psikologis, dimana untuk sementara waktu ia merasa kehilangan kendali.


(49)

Fikrah Wathani : Perbedaan Kecenderungan Pembelian Impulsif Produk Pakaian Ditinjau Dari Peran Gender, 2009. USU Repository © 2009

3. Konsumen akan mengalami konflik psikologis dan ia berusaha untuk menimbang antara pemuasan kebutuhan langsung dan konsekuensi jangka panjang dari pembelian.

4. Konsumen akan mengurangi evaluasi kognitif dari produk.

5. Konsumen seringkali membeli secara impulsif tanpa memperhatikan konsekuensi yang akan datang.

Model skala yang digunakan adalah penskalaan model Likert yang dimodifikasi yang terdiri atas 50 aitem sebelum uji coba dengan menggunakan 4 kategori jawaban yaitu : Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS).

Bentuk pernyataan dari setiap butir terdiri dari aitem yang favourable dan aitem yang

unfavourable. Aitem yang favourable adalah aitem yang bersifat mendukung pernyataan,

sedangkan aitem unfavourable bersifat kebalikannya. Penilaian yang diberikan kepada masing-masing jawaban responden pada tiap-tiap aitem dalam skala ditentukan oleh sifat aitemnya.

Penilaian aitem yang favourable diberikan untuk tiap jawaban Sangat Sesuai = 4, Sesuai = 3, Tidak Sesuai = 2, Sangat Tidak Sesuai = 1. Sedangkan untuk aitem yang

unfavourable, subjek yang menjawab Sangat Sesuai = 1, Sesuai = 2, Tidak Sesuai = 3,

Sangat Tidak Sesuai = 4.

Tabel 3. Distribusi Aitem-Aitem Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif No

. Elemen Pembelian Impulsif

Indikator Perilaku

Aitem Tota

l Favorabl

e

Unfavorabl e 1. Dorongan tiba-tiba

dan spontan untuk melakukan tindakan

a. Timbul dorongan membeli

1, 11, 21, 31, 41

2, 12, 22,


(50)

Fikrah Wathani : Perbedaan Kecenderungan Pembelian Impulsif Produk Pakaian Ditinjau Dari Peran Gender, 2009. USU Repository © 2009

yang berbeda dengan tingkah laku

sebelumnya. produk tanpa melihat harga b. Muncul keinginan akan membeli produk tanpa rencana sebelumnya 2. Dorongan tiba-tiba

untuk melakukan pembelian menempatkan konsumen dalam keadaan ketidakseimbangan secara psikologis. a. Tidak mampu menahan keinginan untuk tidak membeli

suatu produk yang

ditawarkan.

3, 13, 23, 33, 43

4, 14, 24,

34, 44 10

3. Mengalami konflik psikologis dan berusaha menimbang antara pemuasan kebutuhan langsung dan konsekuensi jangka panjang dari pembelian. a. Bingung menentukan apakah akan membeli suatu produk atau tidak. b. Ragu dalam

menentukan fungsi jangka panjang produk yang akan dibeli

5, 15, 25, 35, 45

6, 16, 26,

36, 46 10

4. Mengurangi

evaluasi kognitif dari produk

a. Tidak akan berpikir terlalu lama dalam memutuskan membeli suatu produk. b. Akan langsung membeli produk yang disukai tanpa pertimbanga n lebih lanjut c. Tidak akan

memikirkan

7, 17, 27, 37, 47

8, 18, 28,


(51)

Fikrah Wathani : Perbedaan Kecenderungan Pembelian Impulsif Produk Pakaian Ditinjau Dari Peran Gender, 2009. USU Repository © 2009

kegunaan dari barang yang akan dibeli

5. Seringkali membeli secara impulsif tanpa memperhatikan konsekuensi yang akan datang. a. Tidak memikirkan kegunaan lebih lanjut dari produk yang telah dibeli. b. Selalu membeli barang bukan karena fungsinya.

9, 19, 29, 39, 49

10, 20, 30,

40, 50 10

Total 25 25 50

Tabel 4. Bobot nilai pernyataan skala kecenderungan pembelian impulsif Bentuk

Pernyataan

Skor

1 2 3 4

Favorable Sangat Tidak Sesuai

Tidak Sesuai

Sesuai Sangat Sesuai Unfavorable Sangat Sesuai Sesuai Tidak Sesuai Sangat Tidak

Sesuai

Skor pada masing-masing dimensi skala saling bebas satu sama lain. Skor pada masing-masing dimensi tidak berhubungan dengan skor pada dimensi lainnya dan hanya menggambarkan bagaimana skor pada dimensi tersebut. Semakin tinggi skor yang dicapai seseorang dalam tiap dimensi berarti semakin tinggi pula kecenderungan pembelian impulsif nya dalam dimensi tersebut. Skor yang tinggi menggambarkan individu yang impulsif dan sebaliknya skor yang rendah menggambarkan individu yang tidak impulsif.


(1)

Fikrah Wathani : Perbedaan Kecenderungan Pembelian Impulsif Produk Pakaian Ditinjau Dari Peran Gender, 2009. USU Repository © 2009

b.

Hasil perhitungan one-way ANOVA

Oneway

Descriptives pembelian_impulsif

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

maskulin 9 47.89 15.568 5.189 35.92 59.86 29 70

feminin 14 60.00 12.197 3.260 52.96 67.04 34 87

androgini 18 52.17 10.118 2.385 47.13 57.20 36 71

tidak terbedakan 99 56.08 9.966 1.002 54.09 58.07 30 89

Total 140 55.44 10.857 .918 53.63 57.26 29 89

Test of Homogeneity of Variances pembelian_impulsif

Levene Statistic df1 df2 Sig.

2.065 3 136 .108

ANOVA

pembelian_impulsif

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 1037.800 3 345.933 3.066 .030

Within Groups 15346.742 136 112.844

Total 16384.543 139

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons pembelian_impulsif Tukey HSD

(I) gender (J) gender

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound

maskulin feminin -12.111* 4.539 .042 -23.92 -.31

androgini -4.278 4.337 .757 -15.56 7.00

tidak terbedakan -8.192 3.698 .124 -17.81 1.43

feminin maskulin 12.111* 4.539 .042 .31 23.92

androgini 7.833 3.785 .168 -2.01 17.68

tidak terbedakan 3.919 3.033 .570 -3.97 11.81

androgini maskulin 4.278 4.337 .757 -7.00 15.56

feminin -7.833 3.785 .168 -17.68 2.01

tidak terbedakan -3.914 2.722 .478 -10.99 3.17


(2)

Fikrah Wathani : Perbedaan Kecenderungan Pembelian Impulsif Produk Pakaian Ditinjau Dari Peran Gender, 2009. USU Repository © 2009

feminin -3.919 3.033 .570 -11.81 3.97

androgini 3.914 2.722 .478 -3.17 10.99

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Homogeneous Subsets

pembelian_impulsif Tukey HSD

gender N

Subset for alpha = 0.05

1 2

maskulin 9 47.89

androgini 18 52.17 52.17

tidak terbedakan 99 56.08 56.08

feminin 14 60.00

Sig. .131 .160


(3)

Fikrah Wathani : Perbedaan Kecenderungan Pembelian Impulsif Produk Pakaian Ditinjau Dari Peran Gender, 2009. USU Repository © 2009

4. Kategorisasi Subjek Penelitian

No Subjek

Z-Skor Peran Gender

Kategori

Total Skor Pembelian Impulsif

Tingkat

m f n

1. Subjek 1 -0,58 -0,01 0,02 Tidak Terklasifikasikan 53 Sedang 2. Subjek 2 -1,14 -1,15 0,02 Tidak Terklasifikasikan 30 Rendah 3. Subjek 3 0,10 0,12 0,02 Tidak Terklasifikasikan 43 Rendah 4. Subjek 4 1,45 -0,14 0,02 Maskulin 50 Rendah 5. Subjek 5 0,32 0,63 0,02 Tidak Terklasifikasikan 64 Sedang 6. Subjek 6 1,00 1,39 0,02 Androgini 46 Rendah 7. Subjek 7 0,77 1,65 0,02 Androgini 46 Rendah 8. Subjek 8 -0,92 0,25 0,02 Tidak Terklasifikasikan 48 Rendah 9. Subjek 9 0,77 -0,01 0,02 Maskulin 70 Sedang 10. Subjek 10 1,34 0,76 0,02 Androgini 53 Sedang 11. Subjek 11 -0,81 -0,77 0,02 Tidak Terklasifikasikan 58 Sedang 12. Subjek 12 0,55 -0,26 0,02 Tidak Terklasifikasikan 68 Sedang 13. Subjek 13 0,10 -0,14 0,02 Tidak Terklasifikasikan 51 Rendah 14. Subjek 14 -1,59 -1,54 0,02 Tidak Terklasifikasikan 62 Sedang 15. Subjek 15 0,10 -0,77 0,02 Tidak Terklasifikasikan 58 Sedang 16. Subjek 16 1,34 0,25 0,02 Tidak Terklasifikasikan 56 Sedang 17. Subjek 17 1,79 1,39 0,02 Androgini 42 Rendah 18. Subjek 18 2,01 1,90 0,02 Androgini 67 Sedang 19. Subjek 19 1,11 1,65 0,02 Androgini 42 Rendah 20. Subjek 20 0,32 -0,39 0,02 Tidak Terklasifikasikan 54 Sedang 21. Subjek 21 0,21 -1,03 0,02 Tidak Terklasifikasikan 48 Rendah 22. Subjek 22 1,90 0,50 0,02 Tidak Terklasifikasikan 55 Sedang 23. Subjek 23 -0,13 -1,15 0,02 Tidak Terklasifikasikan 33 Rendah 24. Subjek 24 0,32 -1,03 0,02 Tidak Terklasifikasikan 55 Sedang 25. Subjek 25 0,21 -0,01 0,02 Tidak Terklasifikasikan 54 Sedang 26. Subjek 26 0,66 -0,14 0,02 Tidak Terklasifikasikan 62 Sedang 27. Subjek 27 1,90 1,90 0,02 Androgini 50 Rendah 28. Subjek 28 -0,81 0,50 0,02 Tidak Terklasifikasikan 54 Sedang 29. Subjek 29 -0,02 0,88 0,02 Feminin 51 Rendah 30. Subjek 30 -0,13 -0,14 0,02 Tidak Terklasifikasikan 51 Rendah 31. Subjek 31 0,44 -0,26 0,02 Tidak Terklasifikasikan 43 Rendah 32. Subjek 32 -0,13 0,63 0,02 Tidak Terklasifikasikan 51 Rendah 33. Subjek 33 -0,69 -0,64 0,02 Tidak Terklasifikasikan 47 Rendah 34. Subjek 34 1,34 0,76 0,02 Androgini 49 Rendah 35. Subjek 35 0,44 0,76 0,02 Tidak Terklasifikasikan 55 Sedang 36. Subjek 36 0,44 0,76 0,02 Tidak Terklasifikasikan 37 Rendah 37. Subjek 37 -2,61 -1,66 0,01 Tidak Terklasifikasikan 68 Sedang 38. Subjek 38 -1,59 -0,39 0,02 Tidak Terklasifikasikan 36 Rendah 39. Subjek 39 0,55 0,37 0,02 Tidak Terklasifikasikan 62 Sedang


(4)

Fikrah Wathani : Perbedaan Kecenderungan Pembelian Impulsif Produk Pakaian Ditinjau Dari Peran Gender, 2009. USU Repository © 2009

40. Subjek 40 0,55 0,12 0,02 Tidak Terklasifikasikan 54 Sedang 41. Subjek 41 0,32 -0,01 0,02 Tidak Terklasifikasikan 45 Rendah 42. Subjek 42 0,77 0,37 0,02 Tidak Terklasifikasikan 58 Sedang 43. Subjek 43 -0,47 0,63 0,02 Tidak Terklasifikasikan 69 Sedang 44. Subjek 44 0,21 -0,26 0,02 Tidak Terklasifikasikan 47 Rendah 45. Subjek 45 1,79 -0,39 0,02 Maskulin 31 Rendah 46. Subjek 46 0,32 -0,39 0,02 Tidak Terklasifikasikan 62 Sedang 47. Subjek 47 0,55 -2,30 0,02 Tidak Terklasifikasikan 41 Rendah 48. Subjek 48 0,89 0,88 0,02 Androgini 46 Rendah 49. Subjek 49 0,77 0,88 0,02 Androgini 64 Sedang 50. Subjek 50 -0,24 -0,26 0,02 Tidak Terklasifikasikan 65 Sedang 51. Subjek 51 1,45 -0,39 0,02 Maskulin 29 Rendah 52. Subjek 52 1,00 0,37 0,02 Tidak Terklasifikasikan 53 Sedang 53. Subjek 53 1,34 1,52 0,02 Androgini 52 Sedang 54. Subjek 54 0,77 0,88 0,02 Androgini 71 Sedang 55. Subjek 55 1,45 0,88 0,02 Androgini 40 Rendah 56. Subjek 56 0,89 -0,01 0,02 Maskulin 54 Sedang 57. Subjek 57 -0,69 -0,39 0,02 Tidak Terklasifikasikan 54 Sedang 58. Subjek 58 0,55 0,12 0,02 Tidak Terklasifikasikan 55 Sedang 59. Subjek 59 -0,81 -0,52 0,02 Tidak Terklasifikasikan 55 Sedang 60. Subjek 60 0,89 -0,26 0,02 Maskulin 32 Rendah 61. Subjek 61 0,89 0,88 0,02 Androgini 60 Sedang 62. Subjek 62 -0,81 -0,52 0,02 Tidak Terklasifikasikan 68 Sedang 63. Subjek 63 0,44 -1,54 0,02 Tidak Terklasifikasikan 66 Sedang 64. Subjek 64 -0,13 -0,01 0,02 Tidak Terklasifikasikan 42 Rendah 65. Subjek 65 0,32 0,37 0,02 Tidak Terklasifikasikan 60 Sedang 66. Subjek 66 1,34 0,12 0,02 Tidak Terklasifikasikan 74 Sedang 67. Subjek 67 -1,71 -1,66 0,02 Tidak Terklasifikasikan 66 Sedang 68. Subjek 68 -0,02 -0,77 0,02 Tidak Terklasifikasikan 48 Rendah 69. Subjek 69 0,44 -0,39 0,02 Tidak Terklasifikasikan 67 Sedang 70. Subjek 70 -1,37 -2,30 0,02 Feminin 66 Sedang 71. Subjek 71 -0,47 1,78 0,02 Feminin 61 Sedang 72. Subjek 72 0,10 0,25 0,02 Tidak Terklasifikasikan 51 Rendah 73. Subjek 73 1,00 -0,26 0,02 Maskulin 66 Sedang 74. Subjek 74 -1,26 0,25 0,02 Tidak Terklasifikasikan 59 Sedang 75. Subjek 75 -0,81 -0,77 0,02 Tidak Terklasifikasikan 55 Sedang 76. Subjek 76 0,77 0,76 0,02 Androgini 50 Rendah 77. Subjek 77 0,10 -0,77 0,02 Tidak Terklasifikasikan 57 Sedang 78. Subjek 78 -0,47 0,63 0,02 Tidak Terklasifikasikan 51 Rendah 79. Subjek 79 -1,03 -0,01 0,02 Tidak Terklasifikasikan 74 Sedang 80. Subjek 80 0,77 0,88 0,02 Androgini 62 Sedang 81. Subjek 81 0,89 0,12 0,02 Tidak Terklasifikasikan 50 Rendah 82. Subjek 82 -0,02 1,65 0,02 Feminin 49 Rendah 83. Subjek 83 -2,16 -1,66 0,02 Tidak Terklasifikasikan 50 Rendah 84. Subjek 84 -0,13 1,39 0,01 Feminin 60 Sedang 85. Subjek 85 -1,26 0,50 0,02 Tidak Terklasifikasikan 73 Sedang 86. Subjek 86 -1,59 -0,77 0,02 Tidak Terklasifikasikan 68 Sedang 87. Subjek 87 0,44 -0,14 0,02 Tidak Terklasifikasikan 74 Sedang 88. Subjek 88 -2,72 -3,83 0,02 Feminin 87 Tinggi


(5)

Fikrah Wathani : Perbedaan Kecenderungan Pembelian Impulsif Produk Pakaian Ditinjau Dari Peran Gender, 2009. USU Repository © 2009

89. Subjek 89 -0,69 -0,01 0,02 Tidak Terklasifikasikan 59 Sedang 90. Subjek 90 -0,81 0,76 0,02 Feminin 71 Sedang 91. Subjek 91 0,10 1,01 0,02 Feminin 60 Sedang 92. Subjek 92 0,44 0,25 0,02 Tidak Terklasifikasikan 63 Sedang 93. Subjek 93 1,22 -1,03 0,02 Maskulin 40 Rendah 94. Subjek 94 -1,93 -0,64 0,02 Tidak Terklasifikasikan 51 Rendah 95. Subjek 95 0,10 -0,01 0,02 Tidak Terklasifikasikan 68 Sedang 96. Subjek 96 -0,35 -1,03 0,02 Feminin 53 Sedang 97. Subjek 97 -0,92 1,01 0,02 Tidak Terklasifikasikan 61 Sedang 98. Subjek 98 0,10 1,39 0,02 Tidak Terklasifikasikan 55 Sedang 99. Subjek 99 -1,03 -0,77 0,02 Tidak Terklasifikasikan 50 Rendah 100. Subjek 100 -0,35 0,37 0,02 Tidak Terklasifikasikan 61 Sedang 101. Subjek 101 0,32 1,14 0,02 Tidak Terklasifikasikan 61 Sedang 102. Subjek 102 0,21 0,88 0,02 Tidak Terklasifikasikan 47 Rendah 103. Subjek 103 -0,81 -0,26 0,02 Tidak Terklasifikasikan 64 Sedang 104. Subjek 104 -0,58 0,12 0,02 Tidak Terklasifikasikan 70 Sedang 105. Subjek 105 -0,58 0,63 0,02 Tidak Terklasifikasikan 67 Sedang 106. Subjek 106 0,32 -2,30 0,02 Feminin 56 Sedang 107. Subjek 107 -1,93 0,63 0,02 Tidak Terklasifikasikan 48 Rendah 108. Subjek 108 -0,47 0,37 0,02 Tidak Terklasifikasikan 53 Sedang 109. Subjek 109 -0,02 -1,03 0,02 Tidak Terklasifikasikan 58 Sedang 110. Subjek 110 1,34 0,12 0,02 Tidak Terklasifikasikan 44 Rendah 111. Subjek 111 0,77 0,12 0,02 Tidak Terklasifikasikan 50 Rendah 112. Subjek 112 0,32 0,12 0,02 Feminin 66 Sedang 113. Subjek 113 0,21 0,88 0,02 Tidak Terklasifikasikan 54 Sedang 114. Subjek 114 -0,24 0,37 0,01 Tidak Terklasifikasikan 62 Sedang 115. Subjek 115 0,32 -0,39 0,02 Tidak Terklasifikasikan 71 Sedang 116. Subjek 116 -1,03 0,25 0,02 Tidak Terklasifikasikan 54 Sedang 117. Subjek 117 -0,24 0,25 0,02 Tidak Terklasifikasikan 53 Sedang 118. Subjek 118 1,22 1,27 0,02 Androgini 63 Sedang 119. Subjek 119 -2,05 -3,96 0,02 Tidak Terklasifikasikan 89 Tinggi 120. Subjek 120 1,90 -1,15 0,02 Maskulin 59 Sedang 121. Subjek 121 0,32 1,39 0,02 Tidak Terklasifikasikan 49 Rendah 122. Subjek 122 0,32 -0,77 0,02 Tidak Terklasifikasikan 63 Sedang 123. Subjek 123 -1,59 -0,90 0,02 Feminin 68 Sedang 124. Subjek 124 -2,05 -0,90 0,02 Tidak Terklasifikasikan 48 Rendah 125. Subjek 125 -0,81 -0,90 0,02 Tidak Terklasifikasikan 57 Sedang 126. Subjek 126 0,66 -1,28 0,02 Tidak Terklasifikasikan 57 Sedang 127. Subjek 127 -0,81 -0,01 0,02 Tidak Terklasifikasikan 65 Sedang 128. Subjek 128 0,77 0,63 0,02 Tidak Terklasifikasikan 56 Sedang 129. Subjek 129 -1,14 0,50 0,02 Tidak Terklasifikasikan 53 Sedang 130. Subjek 130 -0,13 0,88 0,02 Feminin 58 Sedang 131. Subjek 131 0,10 -1,54 0,02 Tidak Terklasifikasikan 56 Sedang 132. Subjek 132 -1,59 0,88 0,02 Tidak Terklasifikasikan 63 Sedang 133. Subjek 133 -1,48 -0,39 0,02 Tidak Terklasifikasikan 62 Sedang 134. Subjek 134 0,89 0,88 0,02 Androgini 36 Rendah 135. Subjek 135 -0,02 -0,01 0,02 Tidak Terklasifikasikan 32 Rendah 136. Subjek 136 -0,92 -0,14 0,02 Tidak Terklasifikasikan 39 Rendah 137. Subjek 137 -0,35 -0,77 0,02 Tidak Terklasifikasikan 59 Sedang


(6)

Fikrah Wathani : Perbedaan Kecenderungan Pembelian Impulsif Produk Pakaian Ditinjau Dari Peran Gender, 2009. USU Repository © 2009

138. Subjek 138 -0,92 1,14 0,02 Feminin 34 Rendah 139. Subjek 139 0,66 0,37 0,02 Tidak Terklasifikasikan 57 Sedang 140. Subjek 140 -1,03 0,50 0,02 Tidak Terklasifikasikan 56 Sedang