Sikap Wanita Menikah dalam Pemakaian Penyedap Makanan (MSG)

Sikap Wanita Menikah dalam Pemakaian Penyedap Makanan (MSG)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang Sebagai Salah Satu
Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Oleh :
Riska Ayu Ajeng Prabekti
201110230311343

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2016

ii

SIKAP IBU RUMAH TANGGA DALAM PEMAKAIAN PENYEDAP
MAKANAN (MSG)

SKRIPSI


Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang Sebagai Salah Satu
Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Oleh :
Riska Ayu Ajeng Prabekti
201110230311343

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2016

iii

SKRIPSI
Dipersiapkan dan disusun oleh :
Riska Ayu Ajeng Prabekti
NIM : 201110230311343
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Pada tanggal, 5 Februari 2016

dan dinyatakan memenuhi syarat sebagai kelengkapan
memperoleh gelar Sarjana (S1) Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang

SUSUNAN DEWAN PENGUJI:
Ketua/Pembimbing I,

Sekretaris/Pembimbing II,

Dr. Diah Karmiyati, M.Si

Adhyatman Prabowo, M.Psi

Anggota I

Anggota II

Ni’matuzahroh, S.Psi, M.Si

Yuni Nurhamida, S.Psi, M.Si


Mengesahkan,
Dekan
Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

Dra. Tri Dayakisni, M.Si

iv

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama

: Riska Ayu Ajeng Prabekti

NIM

: 201110230311343


Fakultas / Jurusan

: Psikologi / Psikologi

Perguruan Tinggi

: Universitas Muhammadiyah Malang

Menyatakan bahwa skripsi/ karya ilmiah yang berjudul:
Sikap Wanita Menikah dalam Pemakaian Penyedap Makanan (MSG)
1. Adalah bukan karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali dalam bentuk
kutipan yang digunakan dalam naskah ini dan telah disebutkan sumbernya.
2. Hasil tulisan karya ilmiah/ skripsi dari penelitian yang saya lakukan merupakan Hak
bebas royalti non eksklusif, apabila digunakan sebagai sumber pustaka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini
tidak benar, maka saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan undang-undang yang telah
berlaku.

Malang, 2 Februari 2016


Mengetahui
Ketua Program Studi

Yang Menyatakan

Yuni Nurhamida, S.Psi, M.Si

Riska Ayu Ajeng Prabekti

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Sikap Wanita
Menikah Dalam Pemakaian Penyedap Makanan (MSG)”, sebagai salah satu persyaratan
untuk memperoleh gelar Sarjana (S1) Psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak sekali mendapatkan motivasi,
bimbingan dan bantuan yang sangat bermanfaat dari berbagai pihak yang turut mendukung
tersusunnya skripsi ini. Maka dari itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan

ucapan terima kasih kepada:
1. Dra. Tri Dayakisni, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Malang
2. Dr. Diah Karmiyati, M.Si dan Adhyatman Prabowo, M.Psi selaku dosen pembimbing
I dan II yang telah banyak menyediakan waktu membimbing serta memberikan
arahan yang berguna bagi peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini
3. Ni’matuzahro, S.Psi., M.Si selaku dosen wali yang selalu mendukung dan
memberikan pengarahan sejak awal perkuliahan sampai terselesaikannya skripsi ini
4. Seluruh dosen Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang yang telah
memberikan dukungan dan ilmu kepada penulis selama proses perkuliahan dari awal
sampai terselesaikannya skripsi ini
5. Ayah (Suyadi) dan Ibu (Sugiyati) selaku orang tua yang tak henti-hentinya
memberikan dukungan, motivasi serta do’a selama proses penyelesaian skripsi ini
sehingga penulis tetap semangat dan tidak putus asa dalam menyelesaikan skripsinya
6. Melan dan Citra selaku adik-adik yang selalu menghibur, memberikan semangat,
dukungan serta do’a sehingga menjadi motivasi bagi penulis untuk segera
menyelesaikan skripsinya
7. Riki Susanto, yang senantiasa memberi semangat, doa dan bantuannya tanpa
mengenal lelah serta kesediaan waktunya untuk mendengarkan keluh kesah penulis
selama menyelesaikan skripsi

8. Sahabat tercinta, Rianti, Ria, Novita, Zia, Andi dan Andre yang telah menjadi bagian
keluarga bagi penulis dan teman seperjuangan dalam menimba ilmu dan yang tak
pernah lelah untuk saling memotivasi satu dengan yang lainnya
9. Teman-teman Fakultas Psikologi kelas G’2011 yang selalu memberikan dukungan
dan motivasi selama menjalani perkuliahan
10. Teman-teman Komp-pas khusunya bang Ical yang selalu menyediakan waktu untuk
berdiskusi, mas Zaky yang selalu memberikan semangat yang luar biasa bagi penulis
sehingga penulis termotivasi dan tidak mudah menyerah dalam menyelesaikan skripsi
serta untuk Arif, Tyas dan Ikha terimakasih atas do’a serta semangat yang terus
menerus diberikan kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi ini
11. Teman-teman part time BKMA khususnya Nita, Sevti, Rohmah, Ulin, Yuda dan
Fadhlur yang selalu menghibur, memberikan doa dan semangatnya kepada penulis
sehingga penulis semangat dalam menyelesaikan tugas akhirnya dan memberikan
cerita indah kepada penulis selama masa part time
12. Teman-teman kos yang selalu memberi dukungan dan motivasi dalam penyusunan
skripsi, mbak Pipit, mbak Fenda, Riska, Endah dan mbak Ida
13. Serta pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu

vi


Penulis menyadari bahwa dalam penelitian ini masih memiliki banyak kekurangan,
sehingga kritik dan saran demi perbaikan karya skripsi ini sangat penulis harapkan. Meski
demikian, penulis berharap agar skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi peneliti
khususnya bagi para pembaca.

Malang, 2 Februari
Penulis

Riska Ayu Ajeng Prabekti

vii

DAFTAR ISI

Halaman Sampul ................................................................................................................... i
Halaman Judul ......................................................................................................................ii
Lembar Pengesahan ............................................................................................................. iii
Surat Pernyataan .................................................................................................................. iv
Kata Pengantar ...................................................................................................................... v
Daftar Isi ..............................................................................................................................vii

Daftar Tabel ........................................................................................................................ viii
Daftar Diagram .................................................................................................................... ix
Daftar Lampiran .................................................................................................................... x
Abstrak .................................................................................................................................. 1
Latar Belakang ...................................................................................................................... 2
Tinjauan Pustaka ................................................................................................................... 5
Sikap terhadap Penyedap Makanan (MSG) .......................................................................... 5
Metode Penelitian ................................................................................................................. 7
Rancangan Penelitian ............................................................................................................ 7
Subjek Penelitian .................................................................................................................. 8
Variabel dan Instrumen Penelitian ........................................................................................ 8
Prosedur dan Analisa Data .................................................................................................... 8
Hasil Penelitian ..................................................................................................................... 9
Diskusi ................................................................................................................................. 12
Simpulan dan Implikasi ....................................................................................................... 14
Referensi .............................................................................................................................. 14
Lampiran .............................................................................................................................. 18

viii


DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Deskriptif Usia Subjek ........................................................................................... 9
Tabel 2 : Deskriptif Pekerjaan Subjek .................................................................................. 9
Tabel 3 : Deskriptif Tingkat Pendidikan Subjek.................................................................... 10
Tabel 4 : Penghitungan T-Score Sikap .............................................................................. ...10
Tabel 5 : Penghitungan T-Score Komponen Sikap.............................................................. 11
Tabel 6 : Penghitungan Sikap Dilihat dari Tingkat Pendidikan .......................................... 12

ix

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 1 : Perbandingan Komponen Sikap....................................................................... 11

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Blue Print Skala .............................................................................................. 18

Lampiran 2 : Skala Penelitian .............................................................................................. 19
Lampiran 3 : Data Kasar Tryout .......................................................................................... 22
Lampiran 4 : Data Kasar Penelitian ..................................................................................... 28
Lampiran 5 : Hasil Tryout.................................................................................................... 44
Lampiran 6 : Hasil Penelitian .............................................................................................. 47

1

SIKAP WANITA MENIKAH DALAM PEMAKAIAN PENYEDAP MAKANAN
(MSG)

Riska Ayu Ajeng Prabekti
Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang
riska.ajeng97@yahoo.co.id
Diera modern, banyak orang yang menggunakan penyedap makanan (MSG) untuk membuat
makanan lebih enak termasuk wanita yang telah menikah. Selain itu banyak masyarakat yang
lebih menyukai makanan yang enak. Untuk memuaskan individu dalam menikmati makanan,
teknologi menemukan berbagai bahan pengawet atau penyedap makanan. Penyedap makanan
sering digunakan wanita menikah dalam menambahkan bumbu pada masakannya agar
disukai oleh anggota keluarganya. Sedangkan semua individu membutuhkan makanan yang
bermanfaat bagi pertumbuhan dan kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk meneliti
sikap wanita menikah dalam pemakaian penyedap makanan (MSG). Desain yang digunakan
kuantitatif dekriptif dengan menggunakan skala sikap. Jumlah subjek sebanyak 150
responden, teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah non probability
sampling, yaitu sampling insidental. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap wanita
menikah dalam penggunaan penyedap makanan (MSG) masih positif. Hal ini terlihat dari 150
responden terdapat 84 (56%) yang memiliki sikap positif pada penggunaan penyedap
makanan (MSG). Dimana komponen sikap yang paling mempengaruhi adalah komponen
konatif. Selain itu sikap wanita menikah dalam pemakaian penyedap makanan juga
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan faktor-faktor lainnya.
Kata kunci: sikap, penyedap makanan (MSG)
Nowadays, many people use the additive flavouring (MSG) for making their food more tasty
include women who have been married. Otherwise, people out there prefer eating yummy
food. Trying to satisfy the individual’s appetite in grabbing the tasty one, the breakthrough
technology invented various additive flavouring. Additive flavouring often used by the
married woman to add some flavours in their food, intentionally to make the foods preferably
to eat by their family. Whereas, normally people need to consume the nutritious and healthy
food for their live. The objective of this study is to investigate the house wife reactions in
using the additive flavouring (MSG). The research design used in this research was
quantitative descriptive through adopting the behaviour scale. The subjects were 150
respondents, the sampling technique was non probablity sampling, that was incidental
sampling. The result of this research shows that, the married woman reaction in using it,
were still positive measured. Since, from 150 respondents there were 84 (56%) that had
positive response in using it. Which the most affecting behaviour component was connotative
component. Beside that, the reaction of the married woman in using the additive flavouring
also affected by their level of education and other involved factors.
Keywords : behaviour, the additive flavouring (MSG)

2

Diera modern saat ini, kehidupan masyarakat semakin berkembang dan didukung oleh
kemajuan teknologi yang berpengaruh pada gaya hidup seseorang terutama pada makanan
yang dikonsumsi. Setiap individu membutuhkan makanan untuk kelangsungan hidupnya,
namun tidak semua makanan yang dikonsumsi bermanfaat bagi pertumbuhan dan kesehatan
individu. Makanan yang dimakan sehari-hari merupakan sumber zat gizi yang digunakan
tubuh untuk melakukan berbagai kegiatan. Zat gizi adalah zat yang terkandung dalam
makanan dan yang mempengaruhi proses metabolisme dalam tubuh (Alsuhendra dan
Ridawati, 2013). Untuk menunjang zat gizi tersebut, maka teknologi menemukan berbagai
bahan pengawet ataupun penyedap makanan untuk memuaskan penikmat makanan. Salah
satu penyedap makanan yang sering digunakan ialah MSG (monosodium glutamat).
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Persatuan Pabrik Monosodium Glutamat dan Asam
Glutamat Indonesia (P2MI) menjelaskan bahwa penggunaan MSG di Indonesia meningkat
dari 100.568 ton pada 1998 menjadi 122.966 ton pada 2004. Berdasarkan data Riset
Kesehatan Dasar 2007, MSG dikonsumsi oleh 77,8% populasi Indonesia (tempo.co, 2012).
MSG dikonsumsi secara luas diberbagai negara seperti Cina, Eropa, Amerika Serikat, Korea,
Jepang, Indonesia dan Thailand (Upa dkk, 2010). Masyarakat Indonesia rata-rata
mengkonsumsi MSG sebesar 0,6 gr per hari (Prawiroharjo, dalam Elpiana, 2011). Beberapa
negara industri dan maju menetapkan konsumsi MSG sebesar 0,3-1 gram per hari (Wibowo
dan Suryani, 2013). Menurut Yuliarti (2007) penggunaan MSG dikatakan melampui batas
jika jumlah pemakaiannya mencapai 30 mg/kg BB per hari.
Satria (2012) melakukan penelitian tentang gambaran penggunaan MSG dan tingkat
keparahan stroke di Departemen Neurologi RSUP H.Adam Malik Medan. Pada penelitian ini
menggunakan sampel sebanyak 67 pasien, yang hasil penelitiannya diperoleh bahwa
sebanyak 44,8% responden yang mengkonsumsi MSG berlebih atau di luar batas aman,
100% mengalami stroke berat dan responden yang mengkonsumsi MSG berlebih 96%
memperoleh skor terendah (0-10).
Penelitian yang dilakukan oleh Rangkuti, Suwarso dan Anjelisa (2012) tentang pengaruh
pemberian MSG pada pembentukan mikronukleus sel darah mencit. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pemberian MSG pada mencit jantan dan betina dengan dosis 3 gr/hari, 6
gr/hari menyebabkan terbentuknya mikronukleus pada sel darah merah sumsum tulang femur
mencit. Dimana mikronukleus adalah kromatin sitoplasmik yang tampak sebagai inti kecil
terbentuk dari patahan kromosom yang diasingkan dari inti (nukleus) pada tahap pembelahan
sel. Zat yang bersifat mutagen seperti MSG sangat berpengaruh pada proses pembelahan sel.
Dimana kelainan gen pada kromosom bisa mengakibatkan kanker.
Elpiana (2011) melakukan penelitian tentang pengaruh monosodium glutamat terhadap kadar
hormon testosteron dan berat testis pada tikus putih jantan (rattus norvegicus). Pada
penelitian ini peneliti menggunakan 25 sampel tikus putih jantan dengan berat 200 gr dan
menggunakan metode pendekatan post test only control group design. Sampel dibagi menjadi
5 kelompok yaitu kelompok kontrol, perlakuan I, II, III dan IV. Kelompok perlakuan
diberikan monosodium glutamat dengan dosis masing-masing: 45mg, 54mg, 63mg dan 72mg
dimana setiap harinya diberikan peroral yang dilarutkan dengan aquabides 2ml selama 48
hari. Setelah 48 hari perlakuan, sampel diambil darah dan testisnya. Pemeriksaan kadar
hormon testosteron menggunakan Elisa Spectrophotometer dan berat testis di timbang dengan
timbangan elektronik yang hasilnya dianalisa dengan menggunakan One Way ANOVA dan
dilanjutkan uji Multiple Comparison jenis Bonferroni. Hasil penelitian pada pemberian
monosodium glutamat dengan dosis 45mg dapat menurunkan kadar hormon testosterone dan
berat testis tikus putih jantan, walaupun tidak berpengaruh secara signifikan. Namaun, pada

3

pemberian monosodium glutamat dengan dosis 54mg, 63mg dan 72mg dapat menurunkan
kadar hormon testosteron dan berat testis tikus putih jantan secara signifikan. Pemberian
MSG yang berlebihan pada tikus jantan menyebabkan penurunan hormon testosteron
sehingga akan mengakibatkan infertilisasi, karena hormon testosteron pada laki-laki sangat
berperan dalam proses spermatogenesis. Infertilisasi adalah pasangan yang menjalani
hubungan seksual secara teratur tanpa perlindungan selama 12 bulan dan tidak terjadi
kehamilan (Llewenllyn dalam Elpiana, 2011).
Pola hidup yang modern ini membuat permintaan makanan berubah dan berkembang mulai
dari bentuk makanan sampai rasa makanan tersebut. Masyarakat selalu menuntut terhadap
makanan enak dan lezat yang menjadi pilihan banyak orang. Dengan begitu, berbagai macam
makanan hadir dan para produsen makanan berlomba untuk menyajikan makanan enak dan
lezat dengan menambahkan bahan tambahan makanan agar bisa memenuhi kebutuhan para
konsumennya (Nofiawaty & Fitrianto). Pada kehidupan sehari-hari bahan tambahan makanan
sering digunakan dalam proses pengolahan makanan, baik sebagai pewarna, pemanis,
pengawet, atau penambah cita rasa (penyedap makanan). Penggunaan MSG secara berlebihan
dapat mengakibatkan rasa pusing dan mual (Widyalita dkk). MSG yang dikonsumsi akan
terurai menjadi sodium dan glutamat sehingga sering mengganggu kesehatan. Garam dari
MSG mampu memenuhi kebutuhan garam sebanyak 20-30% sehingga konsumsi MSG secara
berlebih bisa mengakibatkan kenaikan kadar garam dalam darah (Lisdiana dalam Widyalita
dkk).
Monosodium glutamate (MSG) merupakan bahan tambahan makanan yang dapat
memberikan, menambah atau mempertegas rasa dan aroma makanan tersebut (Alsuhendra
dan Ridawati, 2013). Monosodium glutamate (MSG) dapat mengubah perilaku hewan,
pertahanan okidatif (pengingkatan kadar PUT, penipisan tingkat antioksidan), aktivitas enzim
mitokondria dan hilangnya neuron hippocampus di otak (Thonda dkk, 2014).
Menurut Salirawati Das, MSG merupakan zat aditif yang dapat menyebabkan kanker, pusing,
letih, susah bernafas dan dapat menyebabkan kematian. Hal ini dikarenakan sodium (Na)
yang terdapat dalam MSG mengikuti aliran darah ke otak dan mengendap di otak. Dimana
pengendapan ini berakibat terjadinya penyumbatan sehingga oksigen yang masuk ke otak
sedikit dan bisa berakibat kematian. Bhattacharya dkk (2011) menyatakan bahwa tikus yang
diberikan MSG sejak kecil dan dilihat saat usia tikus sudah tua, tikus tersebut mengalami
kerusakan dalam jaringan-jaringan di hati. Hal ini menunjukkan bahwa MSG mempunyai
efek dalam jangka panjang yang berbahaya.
Sikap menurut Thurstone (dalam Walgito, 1994) merupakan nilai positif atau negatif yang
mempengaruhi pandangan individu terhadap suatu objek. Objek yang dimaksud Thurstone
ialah simbol, frase, slogan, orang, lembaga atau ide. Sikap yang terdapat pada diri individu
akan memberikan suatu warna pada perilaku atau perbuatan orang tersebut. Dengan sikap,
individu bisa mengetahui suatu respon atau perilaku yang akan diambil oleh individu yang
bersangkutan, terhadap suatu masalah atau keadaan yang dihadapkan padanya (Walgito,
1994). Myers (dalam Walgito, 1994) menjelaskan bahwa ekspresi yang ditunjukkan dari
sikap merupakan suatu perilaku yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar.
Baron & Byrne (2004) menyatakan bahwa sikap positif maupun negatif yang telah terbentuk
akan sulit diubah bahkan tidak dapat berubah dalam jangka waktu yang panjang. Sikap sering
terbentuk dengan pengalaman secara langsung (Armitage & Conner dalam Taylor dkk, 2009)
yang diperkuat dengan pengulangan sikap tersebut (Taylor dkk, 2009). Namun Baron &

4

Byrne (2004) berpendapat bahwa sikap terbentuk berdasarkan pada perbandingan sosial,
kecenderungan untuk membandingkan diri kita terhadap orang lain.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Angrayny dkk (2012) tentang sikap mahasiswa
jurusan KK FK UNP terhadap penggunaan penyedap rasa dan pewarna sintesis dalam
pengolahan makanan. Dalam penelitian ini menggunakan responden sebanyak 163 orang
yang telah mendapatkan mata kuliah ilmu bahan makanan. Hasil penelitiannya diperoleh
bahwa sebanyak 65.1% responden memiliki sikap negatif dan sebanyak 34.9% responden
memiliki sikap positif terhadap penggunaan penyedap rasa dan pewarna sintesis dalam
pengolahan makanan. Dalam hal ini sikap negatif adalah responden mengerti bahwa
penyedap rasa dan pewarna sintesis tidak dibutuhkan dalam pengolahan makanan. Sikap
positif adalah responden merasa bahwa penggunaan penyedap rasa dan pewarna sintesis tetap
diperlukan dalam pengolahan makanan.
Dari penelitian yang dilakukan oleh Kurniawaty dan Oksariani (2013) menyatakan bahwa
pengetahuan pedagang mengenai pewarna Rhodamin B masih kurang yaitu sebanyak 60%,
sedangkan sikap pedagang menunjukkan sikap yang kurang sebanyak 57,5%, dan pedagang
yang menggunakan Rhodamin B sebanyak 57,5%. Hal ini menunjukkan adanya hubungan
antara pengetahuan pedagang terhadap perilaku penggunaan Rhodamin B, dan hubungan
antara sikap pedagang terhadap perilaku penggunaan Rhodamin B. Wariyah dan Dewi (2013)
dalam penelitiannya menyatakan bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan pedagang
dengan pengetahuan tentang bahan berbahaya seperti formalin, boraks, dan pemanis buatan.
Riset yang dilakukan oleh Hasibuan (2015) menunjukkan bahwa pengetahuan mengenai
makanan siap saji remaja putri termasuk dalam kategori baik. Sikap yang dimiliki remaja
putri dalam makanan siap saji juga baik. Dimana frekuensi makanan siap saji yaitu perhari,
perminggu, dan perbulan. Jenis makanan siap saji yang biasa dikonsumsi oleh remaja putri
adalah snack, gorengan, sosis, mie instan.
Sarkim dkk (2010) menyatakan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan gizi
yang baik, namun seluruh responden memiliki sikap yang positif terhadap konsumsi mie
instan. Mahasiswa sangat menyukai makanan siap saji, dan hal ini tidak dipengaruhi oleh
jenis kelamin, pengetahuan, pendapatan, rasa, tekstur, bentuk, bumbu, harga, jumlah keluarga
dan perpindahan penduduk (Suswanti, 2012).
Sikap siswa dalam memilih makanan jajanan menunjukkan sikap yang positif dimana tidak
dipengaruhi oleh tingkat obesitas pada siswa tersebut (Sukma, 2014). Sinaga dan Mendrofa
menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dengan kejadian obesitas
pada remaja. Dimana faktor yang mempengaruhi ialah kesibukan orang tua, uang saku dan
tingkat aktivitas, pengaruh teman sebaya dan promosi makanan cepat saji.
Penelitian yang dilakukan oleh Irdasari (2009) menyatakan bahwa sikap konsumen terhadap
pemakaian penyedap makanan karena dengan menggunakan penyedap makanan membuat
citarasa masakan menjadi enak, membuat aroma masakan menjadi lezat dan praktis. Setiadi
menjelaskan dalam penelitiannya bahwa pengetahuan responden terhadap makanan yang
mengandung bahan tambah pangan (BTP) dan bahan kimia berbahaya dalam kategori baik
yaitu 65,72%, sebanyak 60% responden juga memiliki sikap yang baik dan 51,42%
responden memiliki tindakan dalam kategori sedang. Sehingga pengetahuan dan sikap
responden sudah baik, namun tindakan responden dalam kategori sedang terhadap makanan
yang mengandung BPT dan bahan kimia berbahaya.

5

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada ibu rumah tangga yang
menggunakan penyedap makanan dapat diketahui motif dalam penggunaan penyedap
makanan ialah membuat masakah lebih enak dan nikmat, aroma masakan yang sedap,
menambahkan nafsu makan, selain itu penggunaan penyedap makanan sudah menjadi
kebiasaan ibu rumah tangga dalam memasak karena jika tidak menggunakan penyedap
makanan mereka menganggap masakannya kurang sedap. Sedangkan motif ibu rumah tangga
yang tidak menggunakan penyedap makanan ialah mengetahui dampak negatif pada
penggunaan penyedap makanan dan sadar akan pentingnya hidup sehat.
Ibu rumah tangga yang mengetahui bahwa penggunaan penyedap makanan (MSG) secara
berlebihan dapat mempengaruhi kesehatan tubuh. Ibu rumah tangga akan berusaha untuk
mengurangi penggunaan penyedap makanan (MSG), akan tetapi perilaku tersebut
dipengaruhi oleh intensi (Niven, 2000). Intensi dibentuk dari sikap, norma subjektif, dan
kontrol perilaku (Vaughan & Hogg, 2005). Jika ibu rumah tangga berfikir bahwa penyedap
makanan (MSG) tidak akan menimbulkan masalah kesehatan yang serius, dan orang-orang
disekelilingnya banyak yang menggunakan penyedap makanan (MSG), serta iklan-iklan di
TV semakin memotivasi untuk menggunakan penyedap makanan (MSG) dan juga mereka
merasa bisa mengatasi masalah kesehatan yang disebabkan oleh penyedap makanan (MSG)
maka mereka tetap akan menggunakan penyedap makanan (MSG) walaupun penggunaannya
mengganggu kesehatan. Sedangkan ibu rumah tangga yang berfikir bahwa kesehatan itu
penting, dan orang-orang disekitar sangat peduli akan kesehatan diri yang tinggi serta mampu
melakukan hidup sehat, mereka akan mengurangi penggunaan penyedap makanan (MSG)
atau tidak akan menggunakan penyedap makanan (MSG) saat memasak.
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa penting sekali untuk meneliti sikap ibu
rumah tangga dalam penggunaan penyedap makanan (MSG) karena dengan penelitian ini
dapat diketahui motif dan sikap ibu rumah tangga dalam penggunaan penyedap makanan
(MSG). Selain itu, dapat meningkatkan kesadaran hidup sehat. Dengan diketahui tinggi
rendahnya penggunaan MSG pada pihak-pihak yang bersangkutan maka lembaga kesehatan
dapat melakukan penyuluhan tentang MSG. Dengan demikian masyarakat bisa mengurangi
penggunaan MSG dan bisa meningkatkan kesehatan masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengidentifikasi sikap ibu rumah tangga dalam penggunaan penyedap makanan
monosodium glutamate (MSG). Manfaat penelitian ini bagi mahasiswa adalah untuk
menambah wawasan mengenai pentingnya mengurangi penggunaan penyedap makanan
MSG, bagi masyarakat adalah untuk memberikan informasi mengenai penggunaan penyedap
makanan MSG, dan bagi lembaga kesehatan masyarakat penelitian ini bermanfaat untuk
menghimbau kembali masyarakat mengenai penggunaan penyedap makanan MSG sehingga
kesehatan masyarakat meningkat.

Sikap Terhadap Penyedap Makanan (MSG)
Menurut Ahmadi (2007) sikap merupakan kesiapan merespon yang sifatnya positif ataupun
negatif terhadap objek atau situasi secara konsisten. Sedangkan sikap menurut Stepan (dalam
Mandita, 2014) ialah pernyataan evaluatif terhadap objek, orang ataupun pada suatu
peristiwa. Pernyataan evaluatif merupakan respon terhadap objek, orang atau peristiwa yang
merupakan suatu stimulus.
Sikap merupakan keadaan mental dan saraf dari kesiapan yang diatur melalui pengalaman
yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu pada suatu objek.

6

Dimana sikap juga dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu atau tradisi belajar (Allport dalam
Sears, dkk, 1988). Pengalaman juga merupakan faktor terbesar dalam pembentukan sikap
(Dayakisni dan Hudaniah, 2012). Sikap merupakan proses evaluasi yang sifatnya internal
atau subjektif yang berlangsung dalam diri seseorang dan tidak dapat diamati secara
langsung. Sikap dapat diketahui melalui pengetahuan, keyakinan, perasaan dan
kecenderungan tingkah laku seseorang terhadap suatu objek (Sarwono dan Meinarno, 2009).
Sherif dan Sherif (dalam Dayakisni dan Hudaniah, 2012) menyebutkan bahwa sikap dapat
berubah sesuai dengan kondisi dan pengaruh yang diberikan.
Ahmadi (2007) menyebutkan bahwa dalam sikap melibatkan tiga komponen, yaitu: (1)
komponen kognitif, komponen yang berhubungan dengan gejala mengenal pikiran yang
berwujud pengolahan, pengalaman dan keyakinan serta harapan individu terhadap objek, (2)
komponen afektif, komponen yang berhubungan dengan perasaan yang ditujukan pada objek
tertentu. Perasaan atau emosi individu pada penilaian suatu objek yang menjadikan suatu
dorongan atau kekuatan yang mewarnai suatu sikap (Sarwono dan Meinarno, 2009).
Komponen afektif berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan atau sistem nilai yang
dimiliki oleh objek tersebut (Dayakisni dan Hudaniah, 2012). Menurut Thrustone (dalam
Dayakisni dan Hudaniah, 2012) komponen afektif mempunyai dua sifat, yaitu: (a) sifat
negatif, individu yang mempunyai perasaan negatif terhadap suatu objek dikatakan
mempunyai sikap unfavorable terhadap objek tersebut, (b) sifat positif, perasaan positif
individu pada suatu objek atau dikatakan menyukai suatu objek maka mempunyai sikap yang
favorable pada objek tersebut. (3) komponen konatif, komponen yang berwujud proses
tendensi atau kecenderungan untuk berbuat sesuatu pada objek. Komponen konatif juga dapat
diketahui melalui respon subjek mengenai suatu objek, dimana respon yang dimaksud berupa
tindakan atau perbuatan yang dapat diamati dan berupa intensi atau niat untuk melakukan
perbuatan tertentu terhadap objek tersebut (Sarwono dan Meinarno, 2009).
Ciri-ciri sikap menurut Ahmadi (2007) ialah: (1) sikap itu dipelajari (learnability), sikap
merupakan hasil belajar yang dipelajari secara tidak sengaja maupun sengaja, (2) memiliki
kestabilan (stability), sikap berawal dari sebuah pembelajaran yang akan menjadi kuat, tetap
dan stabil melalui sebuah pengalaman, (3) personal-societal significance, dalam sikap
melibatkan hubungan antara seseorang dengan orang lain dan antara orang dengan barang
atau situasi, (4) berisi cognisi dan affeksi, berisi informasi yang faktual, seperti: objek itu
dirasakan menyenangkan atau tidak menyenangkan, (5) approach- avoidance directionality,
saat seseorang memiliki sikap yang baik terhadap suatu objek maka mereka akan mendekati
dan membantunya.
Notoatmodjo (dalam Rusmanto, 2013) mengatakan bahwa dalam sikap terdapat empat
karakter, yaitu: (1) sikap merupakan kecenderungan berpikir, berpersepsi dan bertindak.
Dalam artian, sikap merupakan sebuah perputaran dan pengembangan pemikiran manusia
pada suatu masalah yang menjadikan dasar orang tersebut untuk bertindak, (2) sikap sebagai
daya pendorong (motivasi). Dari sikaplah manusia memiliki motivasi untuk bertindak dan
berubah, (3) sikap relatif lebih menetap, dibandingkan dengan emosi dan pikiran. Dalam
artian, sikap dapat digambarkan sebagai karakter manusia yang tidak mudah berubah, (4)
sikap mengandung aspek penilaian terhadap suatu objek. Sikap sangat berpengaruh pada
penilaian seseorang terhadap suatu objek. Saat seseorang mempunyai masalah yang sama
sebelumnya, maka ia akan menjadikan masalah yang terdahulu sebagai acuan dalam
mengambil sikap terhadap masalah saat ini.
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam sikap seseorang menurut Azwar (dalam Rusmanto,
2013) adalah: (1) Lingkungan; (a) rumah, tingkah laku dan sikap tidak hanya dipengaruhi

7

oleh bagaimana sikap-sikap orang yang berada di dalam rumah, namun juga dipengaruhi oleh
orang-orang di luar rumah dan bagaimana mereka melakukan hubungan dengan orang-orang
disekitar mereka, (b) sekolah, peran sebuah pendidikan adalah untuk membentuk kepribadian
masyarakat menjadi warga yang baik dan unggul secara intelektual. Dimana peran seorang
guru sejak pendidikan dasar sangat berpengaruh pada pola pikir, perilaku dan sikap dalam
membentuk kepribadiannya, (c) pekerjaan, lingkungan pekerjaan sangat berperan dalam
mekanisme pembentukan sikap, dimana kenyamanan pada lingkungan kerja akan membawa
sikap positif pada kehidupan orang tersebut, (2) pengalaman, apa yang telah dan sedang
dialami seseorang, akan ikut membentuk dan mempengaruhi seseorang terhadap stimulus
sosial. Dimana pengalaman dapat didapatkan dari pendidikan, pernah mengalami suatu
kejadian dan pernah melihat dari orang lain sehingga pengalaman sangat berpengaruh dalam
sikap seseorang, (3) pendidikan, pendidikan bisa berupa pendidikan formal, yaitu sekolah
ataupun pendidikan nonformal, yaitu pendidikan dari orang tua. Pembentukan sikap dan
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan sikap seseorang ditentukan oleh
kepribadian, intelegensi dan minat (Rusmi dalam Rusmanto, 2013).
Penyedap makanan ialah bahan yang bisa memberikan, menambah atau mempertegas rasa
pada makanan, atau bahan yang tidak mempunyai rasa tetapi dapat menguatkan atau
mengaktifkan rasa yang telah ada dalam makanan (Salirawati). Sedangkan menurut
Alsuhendra dan Ridawati (2013) penyedap makanan adalah bahan tambahan makanan yang
dapat memberikan, menambah atau mempertegas rasa dan aroma makanan tersebut. Bahan
penyedap makanan yang paling banyak digunakan adalah monosodium glutamate (MSG)
atau yang biasa disebut dengan vetsin.
Monosodium glutamate (MSG) adalah penyedap makanan yang berbentuk tepung kristal
berwarna putih yang mudah larut dalam air dan tidak berbau, dimana unsur pokok yang
terkandung dalam MSG ialah glutamat 78,2%, natrium 12,2%, dan H2O 9,6% (Upa, dkk,
2010). Menurut Salirawati cara kerja MSG dalam menambah citra rasa adalah MSG
mengandung gugus amino, mengurangi rasa bawang yang tajam, rasa sayuran mentah yang
tidak menyenangkan ataupun rasa pahit pada sayuran. MSG diperoleh dari fermentasi
mollasses (tetes gula) atau dari hidrolis gluten jagung dan gandum (Upa, dkk, 2010).
Penelitian yang dilakukan Harahap (2010) tentang pengetahuan dan sikap siswa SMA Negeri
dan Swasta tentang penggunaan MSG (monosodium glutamat) pada makanan terhadap
kesehatan di kota Medan, menunjukkan hasil bahwa 117 sampel dari 200 sampel memiliki
sikap yang positif terhadap pemakaian MSG. Pada saat ini MSG telah banyak digunakan
untuk keperluan rumah tangga maupun industri makanan yang diperjualbelikan secara bebas.
MSG di dunia dikonsumsi secara luas diberbagai negara (Tempo, 2012).

METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif. Kuantitatif deskriptif
adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendiskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul (Sugiyono, 2013). Peneliti menggunakan 1
variabel yang akan dideskripsikan yaitu variabel sikap terhadap penggunaan penyedap
makanan monosodium glutamat (MSG).

8

Subjek Penelitian
Penelitian ini akan meneliti tentang sikap wanita menikah dalam pemakaian penyedap
makanan MSG (monosodium glutamat). Wanita menikah merupakan perempuan yang telah
menyatukan hubungannya dengan lawan jenis sesuai ketentuan hukum dan agama.
Karakteristik subjek penelitian yang akan digunakan adalah wanita yang sudah menikah dan
tinggal di Malang.
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Adapun populasi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah populasi wanita menikah. Teknik pengambilan sampel yang
digunakan adalah non probability sampling, yaitu sampling insidental. Sampling insidental
adalah teknik pengambilan sampel secara kebetulan dan dirasa cocok sebagai sumber data.
Variabel dan Instrumen Penelitian
Penelitian ini mengkaji satu variabel yaitu sikap terhadap penggunaan penyedap makanan
(MSG). Sikap terhadap penggunaan penyedap makanan (MSG) adalah respon positif atau
negatif seseorang terhadap penggunaan penyedap makanan monosodium glutamat (MSG).
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
metode skala. Penelitian ini menggunakan skala sikap, dimana skala yang digunakan adalah
model Skala Guttman.
Skala sikap adalah skala yang disusun berdasarkan komponen sikap yang dikemukakan
Ahmadi (2007) yaitu (1) komponen kognitif yaitu komponen pikiran yang berwujud
pengolahan, pengalaman, keyakinan, serta harapan pada objek (2) komponen afektif yaitu
komponen yang berhubungan dengan perasaan-perasaan pada suatu objek dan (3) komponen
konatif yaitu komponen berupa tindakan dan niat untuk melakukan perbuatan pada suatu
objek. Dari ketiga komponen, masing-masing komponen akan memiliki skor tinggi rendah
sesuai respon yang diberikan oleh subjek penelitian. Sebelum dilakukan uji coba (try out),
terdapat 46 item dengan 2 pilihan jawaban yaitu ya dan tidak. Dalam skala ini terdapat dua
macam pertanyaan, yaitu pertanyaan yang mendukung (favourable) dan pertanyaan yang
tidak mendukung (unfavourable).
Berdasarkan hasil try out yang telah dilakukan, dari 46 item skala sikap terdapat 22 item yang
valid dengan indeks validitas antara 0.475-0.824. Sedangkan dari uji reliabilitas yang sudah
dilakukan untuk skala sikap memiliki nilai Alpha sebesar 0.951. Dilihat dari nilai validitas
dan reliabilitas dapat disimpulkan bahwa skala sikap yang digunakan merupakan skala yang
valid dan memiliki reliabilitas yang baik.

Prosedur dan Analisa Data Penelitian
Prosedur penelitian diawali dengan tahap persiapan, yaitu peneliti mempersiapkan instrumeninstrumen penelitian berupa skala sikap dalam bentuk skala Guttman. Skala sikap disusun
berdasarkan teori dari Ahmadi (2007). Selanjutnya peneliti melakukan uji coba (try out) pada
tanggal 9 Desember 2015 di Malang dengan melakukan penyebaran angket pada 50
responden yang memenuhi kriteria penelitian. Setelah melakukan try out, peneliti melakukan
uji validitas dan reliabilitas pada skala sikap dengan menggunakan program SPSS.
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, terdapat 22 item sikap yang dinyatakan valid.

9

Selain itu, diperoleh angka reliabilitas untuk skala sikap 0.951. Item yang valid yang
kemudian akan digunakan untuk melakukan penelitian ini.
Penelitian atau pengambilan data dilaksanakan pada tanggal 21 sampai 27 Desember 2015.
Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 150 responden. Penelitian dilakukan secara
langsung oleh peneliti dengan menyebar angket di Malang. Kemudian melakukan
pengkodingan data dan analisa data hasil penelitian. Analisa data dilakukan dengan
menggunakan perhitungan statistik secara kuantitatif dengan bantuan program SPSS’21.
Teknik analisa data yang digunakan adalah kuantitatif deskriptif yaitu untuk menganalisa
data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan sikap subjek dalam pemakaian
penyedap makanana (MSG).

HASIL PENELITIAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, didapatkan beberapa data mengenai subjek, yaitu
sebagai berikut:
Tabel 1. Deskriptif Usia Subjek
Rentang Usia
20-29
30-39
40-49
50-59
60-70
Total

Frekuensi
36
65
28
13
8
150

Presentase (%)
24
43,33
18,67
8,7
5,33
100

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa rentang usia subjek pada usia 20 sampai 29 tahun
dari 150 subjek sebanyak 36 (24%) subjek. Pada rentang usia 30 sampai 39 tahun sebanyak
65 (43,33%) subjek, sedangkan untuk rentang usia 40 sampai 49 tahun sebanyak 28 (18,67%)
subjek. Untuk rentang usia 50 sampai 59 tahun sebanyak 13 (8,7) subjek dan rentang usia 60
sampai 70 tahun sebanyak 8 (5,33%) subjek.
Tabel 2. Deskriptif Pekerjaan Subjek
Jenis Pekerjaan
Guru/dosen
PNS
Perawat
Swasta
Wiraswasta
Petani
Tidak bekerja
Total

Frekuensi
15
3
1
50
15
8
58
150

Presentase (%)
10
2
0,67
33,33
10
5,33
38,67
100

10

Dari tabel diatas dapat diketahui jenis pekerjaan subjek, dimana dari 150 subjek terdapat 15
(10%) subjek yang bekerja sebagai guru/dosen, PNS sebanyak 3 (2%) subjek, perawat
sebanyak 1 (0,67%) subjek. Untuk pekerjaan swasta terdapat 50 (33,33%) subjek, wiraswasta
sebanyak 15 (10%) subjek dan untuk petani sebanyak 8 (5,33%). Sedangkan untuk subjek
yang tidak bekerja sebanyak 58 (38,67%) subjek.
Tabel 3. Deskriptif Tingkat Pendidikan Subjek
Tingkat Pendidikan
SD
SMP
SMA/SMK
Diploma
Sarjana
Total

Frekuensi
22
22
64
7
35
150

Presentase (%)
14,67
14,67
42,67
4,66
23,33
100

Dari tabel diatas dapat diketahui tingkat pendidikan subjek penelitian, dimana pada tingkat
pendidikan SD sebanyak 22 (14,67%) subjek dari 150 subjek penelitian. Pada tingkat
pendidikan SMP terdapat 22 (14,675) subjek, SMA/SMK sebanyak 64 (42,67%) subjek.
Sedangkan pada tingkat pendidikan Diploma berjumlah 7 (4,66%) subjek dan pada Sarjana
sebanyak 35 (23,33%) subjek.
Hasil penelitian yang sudah dilakukan menunjukkan bahwa terjadi perbedaan antara subjek
yang sering menggunakan penyedap makanan (MSG) dan subjek yang jarang menggunakan
penyedap makanan (MSG). Dimana hal itu dapat dilihat seperti tabel berikut:
Tabel 4.Penghitungan T-Score Sikap
Kategori
Sikap
Positif
Negatif
Total

Interval

Frekuensi

Presentase (%)

T-Score > 50
T-Score < 50

84
66
150

56
44
100

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai sikap yang dimiliki subjek dengan
kategori positif lebih banyak daripada kategori rendah. Hal ini dibuktikan dengan hasil yang
diperoleh yaitu dari 150 subjek yang dijadikan sampel terdapat 84 subjek yang dikategorikan
memiliki sikap yang positif terhadap penggunaan penyedap makanan (MSG) yaitu sebesar
56% dari total subjek. Sedangkan subjek yang dikategorikan ke dalam kategori negatif
berjumlah 66 subjek, berarti 44% dari jumlah subjek.

11

Tabel 5. Penghitungan T-Score Komponen Sikap
Kategori
Kognitif
Positif
Negatif
Afektif
Positif
Negatif
Konatif
Positif
Negatif

Interval

Frekuensi

Presentase (%)

T-Score > 50
T-Score < 50

83
67

55,33
44,67

T-Score > 50
T-Score < 50

84
66

56
44

T-Score > 50
T-Score < 50

87
63

58
42

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 150 subjek penelitian, terdapat 83
(55,33%) memiliki nilai kognitif yang positif dan 67 (44,67%) memilki nilai kognitif yang
negatif. Antara kategori positif dan negatif tidak memiliki perbedaan yang jauh. Pada nilai
afektif subjek terdapat nilai positif lebih banyak daripada nilai negatif. Hal ini terbuktikan
oleh hasil yang diperoleh pada 150 subjek penelitian. Dimana terdapat 84 (56%) subjek yang
memiliki nilai afektif yang positif dan 66 (44%) subjek yang memiliki nilai afektif negatif.
Sedangkan untuk nilai konatif pada 150 subjek penelitian, terdapat 87 (58%) subjek dengan
nilai konatif yang positif dan 63 (42%) subjek dengan nilai konatif yang negatif. Selain itu
dapat diketahui bahwa tidak ada perbedaan yang jauh antara kategori positif dan negatif.
Diagram 1. Perbandingan Komponen Sikap
100
90
80
70
60
50

Positif

40

Negatif

30
20
10
0
Kognitif

Afektif

Konatif

Dari diagram diatas dapat diketahui bahwa komponen sikap yang sangat berpengaruh atau
sikap positif pada penggunaan penyedap makanan (MSG) yang pertama adalah komponen
konatif sebesar 87, kedua komponen afektif sebesar 84, sedangkan yang ketiga adalah
komponen kognitif sebesar 83.

12

Tabel 6. Penghitungan Sikap Dilihat dari Tingkat Pendidikan
Kategori
Pendidikan
SD
SMP
SMA/SMK
Diploma
Sarjana
Total

Frekuensi

Presentase (%)

22
22
64
7
35
150

14,67
14,67
42,67
4,67
23,32
100

Sikap terhadap pemakaian MSG
Positif
Negatif
12
10
11
11
41
23
4
3
16
19
84
66

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui tingkat pemakaian penyedap makanan (MSG) dilihat
dari tingkat pendidikan dengan jumlah subjek 150 yaitu, SD sebanyak 22 (14,67%) subjek
dengan tingkat pemakaian penyedap makanan yang positif sebanyak 12 subjek dan terdapat
10 subjek dengan tingkat pemakaian penyedap makanan yang negatif. Dilihat dari tingkat
pendidikan SMP sebanyak 22 (14,67%) subjek yang menggunakan penyedap makanan,
dimana 11 subjek memiliki tingkat pemakaian penyedap makanan yang positif dan 11 subjek
memiliki tingkat pemakaian penyedap makanan yang negatif. Tingkat pendidikan SMA/SMK
sebanyak 64 (42,67%) subjek dengan tingkat pemakaian penyedap makanan yang positif
sebesar 41 subjek dan 23 subjek dengan penggunaan penyedap makanan yang negatif
Sedangkan untuk Diploma terdapat 7 (4,67%) subjek yang menggunakan penyedap makanan
dan diperoleh tingkat pemakaian penyedap yang positif sebesar 4 subjek dan 3 subjek untuk
tingkat penggunaan penyedap yang negatif. Untuk tingkat pendidikan Sarjana sebesar 35
(23,32%) subjek dengan jumlah pemakai penyedap makanan yang positif sebanyak 16 subjek
dan 19 subjek dengan pemakaian penyedap makanan yang negatif.
DISKUSI

Hasil penelitian data yang diperoleh jika dilihat dari tabel T-score menunjukkan jumlah
subjek yang memiliki nilai diatas 50 berkategori positif dalam penggunaan penyedap
makanan (MSG). Dimana dari 150 subjek terdapat 84 subjek yang berkategori positif dalam
penggunaan penyedap makanan (MSG), sedangkan 66 subjek berkategori negatif pada
penggunaan penyedap makanan (MSG).
Penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya, yaitu seseorang memiliki sikap positif
(mendukung) dalam penggunaan penyedap makanan (MSG) karena lebih praktis
dibandingkan bumbu alami (Murdiana, 2012). Dari penelitian yang dilakukan oleh Astuti dkk
(2010) menyatakan bahwa responden menyatakan tidak setuju dalam penggunaan rhodamin
B dalam pembuatan terasi, akan tetapi dalam pembuatan terasi para responden selalu
menambahkan rhodamin B pada terasi agar membuat warna terasi lebih menarik. Hal ini
menunjukkan bahwa responden bersikap positif walaupun mengetahui jika penggunaan
rhodamin B itu tidak baik.
Sikap merupakan penilaian individu terhadap positif atau negatifnya kinerja suatu perilaku
(Awwaliyah, 2013). Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku dalam pembentukan sikap
adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa,
institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama serta faktor emosi dalam diri individu
(Suhardjo dalam Murdiana, 2012).

13

Pada sikap terdapat tiga komponen yang mempengaruhinya, yaitu komponen kognitif, afektif
dan konatif. Penghitungan T-score pada tiga komponen didapatkan hasil bahwa komponen
kognitif terdapat 83 (55,33%) subjek yang pengaruh pada sikapnya positif dan sebanyak 67
(44,67%) subjek yang kognitifnya masuk dalam kategori negatif. Untuk komponen afektif
terdapat 84 (56%) subjek yang tingkat afektifnya positif dan sebanyak 66 (44%) subjek yang
tingkat afektifnya negatif. Sedangkan untuk komponen konatif sebanyak 87 (58%) subjek
yang mempunyai tingkat konatif positif dan 63 (42%) subjek yang tingkat konatifnya negatif.
Dari hal ini dapat dilihat jika dalam sikap wanita menikah dalam penggunaan penyedap
makanan (MSG), komponen yang paling berpengaruh adalah komponen konatif. Komponen
konatif ialah cara seseorang dalam bertindak pada suatu objek (Taylor dkk, 2009). Hal ini
didukung oleh penelitian yang dilakukan Angrayny dkk (2012) menyatakan bahwa terdapat
58,1% dari 43 subjek mempunyai sikap positif pada penggunaan pewarna sintetis. Dimana
responden melakukan penambahan pewarna sintetis dalam pengolahan makanan, walaupun
responden mengetahui dampak yang ditimbulkan dari penggunaan pewarna sintetis tersebut.
Selain itu tingkat pendidikan juga berpengaruh terhadap penggunaan penyedap makanan
(MSG) hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang menunjukkan sikap positif pada
penggunaan penyedap makanan di tingkat pendidikan SD,SMP,SMA/SMK dan Diploma,
sedangkan untuk tingkat pendidikan Sarjana mempunyai sikap negatif dalam penggunaan
penyedap makanan (MSG). Tingkat pendidikan mempunyai hubungan yang erat dengan
pengetahuan gizi seseorang. Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan formal tinggi
memiliki pengetahuan gizi yang tinggi pula. Hal ini karena pendidikan akan menimbulkan
pengalaman belajar pada individu, sehingga mengetahui dan memahami tentang suatu objek
secara positif dan negatif (Octaviana, 2011). Murdiana (2012) juga berpendapat bahwa orang
yang berpendidikan tinggi cenderung memilih bahan makanan yang baik dan lebih
memperhatikan jumlah, mutu serta keamanannya dibandingkan dengan yang berpendidikan
rendah.
Selain itu, sikap seseorang dalam pemakaian penyedap makanan (MSG) dipengaruhi oleh
beberapa faktor salah satunya adalah persepsi. Penelitian yang dilakukan Murdiana (2012)
menyatakan bahwa sebagian besar responden berpersepsi bahwa menambahan MSG pada
masakan itu sangat penting dan masakan terasa kurang enak jika tidak diberi MSG.
Awwaliyah (2013) menyatakan jika individu mempersepsikan hasil dari suatu perilaku adalah
positif maka ia akan memiliki sikap positif terhadap perilaku tersebut dan saat individu
mempersepsikan hasil dari suatu perilaku adalah negatif, maka individu akan memiliki sikap
yang negatif terhadap perilaku tersebut.
Faktor lain yang mempengaruhi penggunaan penyedap makanan (MSG) adalah media.
Dimana media sangat berpengaruh terhadap sikap seseorang dalam penggunaan suatu produk
salah satu contohnya adalah media televisi. Media televisi merupakan salah satu media iklan
yang efektif untuk menyampaikan pesan iklan kepada konsumen. Iklan media televisi dapat
mempengaruhi sikap dan persepsi konsumen sasaran dimana banyak konsumen potensial
meluangkan waktu di depan televisi sebagai sumber berita dan informasi (Sampitri, 2011).
Penelitian yang dilakukan Greenacre dkk (2015) menyatakan bahwa masyarakat lebih
terpengaruh oleh iklan MSG yang bisa meyakinkan mereka bahwa penggunaan MSG bisa
membuat makanan lebih enak dari pada menggunakan model iklan yang cantik. Apabila
dikaitkan dengan penelitian Nurmala (2003) tentang pengaruh iklan televisi terhadap perilaku
ibu rumah tangga dalam penggunaan MSG menyatakan terdapat pengaruh yang signifikan
antara frekuensi menonton terhadap pengetahuan, sikap dan tindakan ibu rumah tangga dalam
penggunaan MSG. Dimana semakin tinggi tingkat frekuensi ibu rumah tangga dalam

14

menonton iklan tentang produk MSG maka semakin baik pula pengetahuan, sikap dan
tindakan ibu rumah tangga terhadap produk MSG.