Perbedaan Persepsi Terhadap Pengembangan Karir Antara Wanita Menikah dengan Wanita Belum Menikah (single)
PERBEDAAN PERSEPSI TERHADAP PENGEMBANGAN KARIR ANTARA WANITA MENIKAH DENGAN WANITA
BELUM MENIKAH (SINGLE)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi
Oleh :
SULASTRIE 071301003
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
GENAP, 2011/2012
(2)
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini, menyatakan dengan
sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul:
Perbedaan Persepsi Terhadap Pengembangan Karir Antara Wanita Menikah dengan Wanita Belum Menikah (single)
adalah hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh
gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.
Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini yang saya kutip
dari hasil karya orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan
norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.
Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi
ini, saya bersedia menerima sanksi dari Fakultas Psikologi Universitas Sumater
Utara sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, Agustus 2012
(SULASTRIE)
(3)
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan karunia dan kekuatan dalam penyelesaian skripsi ini. Penyusunan
skripsi ini dilakukan untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar
sarjana jenjang strata satu (S-1) di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Adapun judul skripsi ini adalah “Perbedaan Persepsi Terhadap Penghembangan Karir antara Wanita Menikah dengan Wanita Belum Menikah (single)”.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada ke dua orangtua
penulis Bapak Iskandar Wasri dan Ibu Jumiati, terima kasih penulis ucapkan
untuk setiap didikan, cinta dan kasih sayang, doa, dan semua hal yang telah kalian
berikan.
Penulis menyadari sepenuhnya adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Irmawati, psikolog selaku Dekan Fakultas Psikologi USU.
2. Ibu Emmy Alamria Abas, M.A, Ph.D, Psikolog., selaku dosen pembimbing
penulisan skripsi ini. Terima kasih untuk bimbingan, dukungan, perhatian, dan
masukan yang Ibu berikan.
3. Ibu Gustiarti Leila, M.psi, M.kes., Psikolog selaku dosen pembimbing
akademik, terima kasih untuk bimbingan, motivasi, dan masukan yang ibu
berikan selama mengikuti perkuliahan.
4. Bapak dan Ibu Dosen staf pengajar Fakultas Psikologi USU. Terima kasih
untuk segala ilmu dan pengalaman yang telah diberikan.
(4)
5. Untuk adik-adik ku (Anggi, Zena dan Jorgi) terima kasih atas segala dukungan
dan perhatian yang kalian berikan, maaf atas setiap kesalahan yang kakak
lakukan dan yang harus selalu kalian ingat kalau kakak selalu menyayangi
kalian bertiga.
6. Untuk wawak ku (H. Sofyan Wasri dan Hj. Darnawati) terima kasih atas
segala bantuan dan doa yang telah kalian berikan, semoga wawak berdua
selalu sehat dan dimudahkan rezekinya. Terima kasih juga kepada Bang
Edwin Sudarma atas setiap bantuannya, dan maaf sebesar-besarnya karena
selalu terlibat masalah keluarga etek bang.
7. Untuk sahabatku Karin, Lila, Alfi, dan Ade terima kasih atas segala perhatian,
dukungan dan persahabatan yang telah kita lalui bersama sebagai SALAK.
8. Terima kasih untuk sahabatku sepanjang masa dari SD sampe sekarang, Irda,
Dewi, Nita, Sri, Onot, Upit, Mimi, Ahim. I love you all☺
9. Terima kasih juga untuk teman-teman angkatan 2007 atas bantuan dan
semangatnya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai
pihak demi kesempurnaan tugas-tugas penelitian selanjutnya. Semoga skripsi ini
bermanfaat bagi pembaca dan dunia psikologi industri dan organisasi pada
khususnya.
Medan, Agustus 2012
(5)
4 DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……… ii
DAFTAR ISI………. iv
DAFTAR TABEL………. vii
BAB I PENDAHULUAN………. 1
A. Latar Belakang Masalah……….. 1
B. Rumusan Masalah………... 9
C. Tujuan Penelitian……… 9
D. Manfaat Penelitian……….. 9
E. Sistematika Penulisan………. 11
BAB II LANDASAN TEORI... 12
A. Persepsi Terhadap pengembangan Karir... 12
1. Definisi Persepsi Pengembangan Karir……….. 12
2. Aspek-aspekPengembangan Karir……… 13
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Karir Wanita……... 15
1. Faktor Internal………... 15
2. Faktor Eksternal……….... 18
C. Status Pernikahan………... 19
1. Menikah………... 19
2. Belum Menikah (single)………... 19 D. Perbedaan Persepsi Pengembangan Karir Antara Wanita Menikah
dengan
(6)
Wanita Belum Menikah (single)……….... 20
E. Hipotesis………... 22
BAB III METODE PENELITIAN………. 23
A. Identifikasi Variabel………. 23
B. Definisi Operasional………. 24
1. Persepsi Pengembangan Karir……… 24
2. Status Pernikahan……….. 24
a. Menikah………. 25 b. Belum menikah (single)………. 25
C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel………... 25
1. Populasi dan Sampel……….. 25
2. Teknik Pengambilan Sampel………. 26
D. Metode dan Alat Pengumpulan Data……….. 27
E. Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur………. 30
1. Validitas Alat Ukur ………... 30
2. Reliabilitas Alat Ukur………. 30
3. Uji Daya Beda Aitem………. 31
4. Hasil Uji Coba Alat Ukur……… 32
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian……… 33
1. Tahap Persiapan Penelitian………. 33 2. Tahap Pelaksanaan Penelitian………. 34
(7)
6
3. Tahap Pengolahan Data Penelitian………. 35
G. Metode Analisa Data………... 35
1. Uji Normalitas………. 35
2. Uji Homogenitas………. 36
BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN……… 37
A. Gambaran Subjek Penelitian……….. 37
1.Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia………... 37
2. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Lama Bekerja……….. 38
3. Gambaran Subjek Berdasarkan Pekerjaan……….. 39
B. Hasil Penelitian……… 40
1. Uji Normalitas………. 40
2. Uji Homogenitas………. 41 3. Uji Hipotesis Utama……… 42
C. Hasil Tambahan………... 44
1. Nilai Empirik dan Nilai Hipotetik Pengembangan Karir………… 44
D. Pembahasan………. 47
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……….. 49 A. Kesimpulan……….. 49 B. Saran……… 49
DAFTAR PUSTAKA………... 51 LAMPIRAN
(8)
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Blue print skala pengembangan karir... 29
Tabel 2 Distribusi aitem-aitem hasil uji coba skala pengembangan karir... 32
Tabel 3 Distribusi aitem-aitem skala penelitian pengembangan karir... 33
Tabel 4 Gambaran subjek penelitian berdasarkan usia... 38
Tabel 5 Gambaran subjek penelitian berdasarkan lama bekerja... 39
Tabel 6 Gambaran subjek penelitian berdasarkan pekerjaan... 39
Tabel 7 Hasil Uji Normalitas………... 41
Tabel 8 Hasil Uji Homogenitas……… 42
Tabel 9 Hasil Uji Independent Sample t-test……… 43
Tabel 10 Gambaran skor pengembangan karir……….. 43
Tabel 11 Nilai empirik dan nilai hipotetik pengembangan karir………... 44
Table 12 Kategorisasi data empirik pengembangan karir... 45
Tabel 13 Data tingkat dan klasifikasi skor pengembangan karir antara Wanita menikah dan belum menikah (single)……… 46
(9)
8
Perbedaan Persepsi Terhadap Pengembangan Karir Antara Wanita Menikah dan Wanita Belum Menikah (single)
Sulastrie dan Emmy Alamria Abas
ABSTRAK
Saat ini jumlah wanita yang berambisi untuk mengembangkan karir semakin banyak. Karena semakin terbukanya kesempatan bagi wanita untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi dan mempunyai kesempatan untuk bekerja diberbagai bidang pekerjaan. Persepsi terhadap pengembangan karir merupakan bagaimana suatu proses kognitif dan afektif pada individu dalam menginterpretasikan pengembangan karir yang diinginkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan persepsi terhadap pengembangan karir antara wanita menikah dan wanita belum menikah (single), mengingat wanita menikah memiliki peran multifungsi sementara wanita belum menikah (single) mempunyai kemungkinan dapat mengembangkan karirnya dengan lebih optimal.
Penelitian ini melibatkan 80 orang wanita bekerja yang dibagi menjadi dua kriteria yaitu wanita menikah dan wanita belum menikah (single). Metode pengambilan sampel dilakukan dengan teknik incidental sampling. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala persepsi pengembangan karir berdasarkan teori Davis & Werther (1996) yang terdiri dari aspek-aspek perlakuan yang adil dalam berkarir, kepedulian atasan langsung, informasi berbagai peluang promosi, minat untuk dipromosikan dan kepuasan karir.
Hasil analisa data penelitian menunjukan tidak adanya perbedaan yang signifikan pada persepsi terhadap pengembangan karir antara wanita menikah dan belum menikah (single), (t = 0.265, p > 0.05).
Kata kunci: Persepsi pengembangan karir, wanita menikah, wanita belum menikah (single)
(10)
The Differences of Perception To Development Career Between
Married Woman and Not Married Woman (single)
Sulastrie and Emmy Alamria Abas
ABSTRACT
In this time the amount of woman which have ambition to develop career more and more. Because progressively the opening of opportunity to woman to get higher level education and have opportunity to work various work area. Perception to career development represent how process cognitive and afective individual in interpreting wanted career development. This research aim to know difference of perception to career development between married woman and not married woman (single), considering married woman have role of multifunction whereas not married woman (single) have possibility can developed optimal career with interest.
This research involved 80 women work which is divided become two criterion that is married woman and not married woman (single). Method of sampel conducted with sampling incidental technique. Measuring instrument used in this research is career development perception scale based on the theory Davis & Werther (1996) which consist of fair treatment aspect in have career, direct supervision caring, information various promotion opportunity, enthusiasm to be promoted and satisfaction of career.
Result of data analysis research showed no significant difference of perception to career development between married woman and not married woman (single), ( t = 0.265, p > 0.05).
Keyword: Perception development career, married woman, not married woman (single)
(11)
8
Perbedaan Persepsi Terhadap Pengembangan Karir Antara Wanita Menikah dan Wanita Belum Menikah (single)
Sulastrie dan Emmy Alamria Abas
ABSTRAK
Saat ini jumlah wanita yang berambisi untuk mengembangkan karir semakin banyak. Karena semakin terbukanya kesempatan bagi wanita untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi dan mempunyai kesempatan untuk bekerja diberbagai bidang pekerjaan. Persepsi terhadap pengembangan karir merupakan bagaimana suatu proses kognitif dan afektif pada individu dalam menginterpretasikan pengembangan karir yang diinginkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan persepsi terhadap pengembangan karir antara wanita menikah dan wanita belum menikah (single), mengingat wanita menikah memiliki peran multifungsi sementara wanita belum menikah (single) mempunyai kemungkinan dapat mengembangkan karirnya dengan lebih optimal.
Penelitian ini melibatkan 80 orang wanita bekerja yang dibagi menjadi dua kriteria yaitu wanita menikah dan wanita belum menikah (single). Metode pengambilan sampel dilakukan dengan teknik incidental sampling. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala persepsi pengembangan karir berdasarkan teori Davis & Werther (1996) yang terdiri dari aspek-aspek perlakuan yang adil dalam berkarir, kepedulian atasan langsung, informasi berbagai peluang promosi, minat untuk dipromosikan dan kepuasan karir.
Hasil analisa data penelitian menunjukan tidak adanya perbedaan yang signifikan pada persepsi terhadap pengembangan karir antara wanita menikah dan belum menikah (single), (t = 0.265, p > 0.05).
Kata kunci: Persepsi pengembangan karir, wanita menikah, wanita belum menikah (single)
(12)
The Differences of Perception To Development Career Between
Married Woman and Not Married Woman (single)
Sulastrie and Emmy Alamria Abas
ABSTRACT
In this time the amount of woman which have ambition to develop career more and more. Because progressively the opening of opportunity to woman to get higher level education and have opportunity to work various work area. Perception to career development represent how process cognitive and afective individual in interpreting wanted career development. This research aim to know difference of perception to career development between married woman and not married woman (single), considering married woman have role of multifunction whereas not married woman (single) have possibility can developed optimal career with interest.
This research involved 80 women work which is divided become two criterion that is married woman and not married woman (single). Method of sampel conducted with sampling incidental technique. Measuring instrument used in this research is career development perception scale based on the theory Davis & Werther (1996) which consist of fair treatment aspect in have career, direct supervision caring, information various promotion opportunity, enthusiasm to be promoted and satisfaction of career.
Result of data analysis research showed no significant difference of perception to career development between married woman and not married woman (single), ( t = 0.265, p > 0.05).
Keyword: Perception development career, married woman, not married woman (single)
(13)
10 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebagai individu, bekerja merupakan salah satu aktivitas yang dilakukan oleh
manusia dalam kehidupan sehari-hari. Untuk beberapa orang bekerja itu
merupakan aktualisasi bagi dorongan pemuas ego dan bekerja juga merupakan
sumber utama bagi pencapaian status sosial seseorang (Widiyanti dan Anorogo,
1993).
Pada umumnya pekerjaan merupakan perpaduan lingkungan kerja yang baik,
penghargaan yang tepat, keuntungan, tanggung jawab, keasadaran dan kontrol
terhadap pekerja selama ia bekerja. Selain itu hal lain seperti kompensasi yang
tepat, gaya hidup, sistem nilai individual, kesehatan, dapat mempengaruhi level
kebutuhan mereka. Berdasarkan hal itulah pada dasarnya manusia itu ingin
berkembang, sesuai dengan teori Maslow tentang kebutuhan dasar manusia dapat
diurutkan secara teoritis, yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman,
kebutuhan sosial/kelompok, kebutuhan akan penghargaan serta kebutuhan
aktualisasi diri (Nauli, 2003).
Kebutuhan untuk tumbuh dan berkembang, menemukan identitas dirinya serta
menyadari akan potensi yang dimiliki termasuk dalam kebutuhan akan
pengaktualisasian diri. Salah satu hal yang terkait dengan kebutuhan akan
pengaktualisasian diri dalam dunia kerja adalah adanya pengembangan karir. Hal
(14)
ini disadari oleh individu dengan melihat kondisi sosial yang berubah dengan
cepat, sehingga karir menjadi sesuatu yang penting yang akan memicu seseorang
dalam bekerja sehingga dapat mencapai karir (Christiana, 2005).
Pada masa pembangunan sekarang ini, keterlibatan seluruh warga negara baik
pria ataupun wanita untuk ikut berpartisipasi secara aktif dalam jalannya
pembangunan amat dibutuhkan. Kondisi ini membuka kesempatan seluas-luasnya
bagi bangsa Indonesia untuk mengenyam pendidikan mulai dari tingkat dasar
sampai perguruan tinggi, karena dalam kondisi membangun, pendidikan jelas
amat dibutuhkan, sejalan dengan pendidikan yang semakin tinggi, maka wanita
juga mulai berminat memasuki dunia kerja serta berkarir (Nauli, 2003).
Kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta gerakan emansipasi wanita
inilah yang diduga telah melahirkan perubahan peran wanita. Wanita sudah
mempunyai hak dan kewajiban serta kesempatan yang setara dengan pria untuk
berpartisipasi dalam segala bidang pembangunan, seperti terlihat jelas pada
peningkatan angka kerja kaum wanita dari tahun ketahun (Indriana, Indrawati &
Ayuaningsih, 2011).
Bekerja, bagi wanita merupakan kesempatan untuk mengaktualisasikan diri.
Bekerja memungkinkan seorang wanita mengekspresikan dirinya sendiri dengan
cara yang kreatif dan produktif untuk menghasilkan sesuatu yang
mendatangkan kebanggaan terhadap diri sendiri, terutama jika prestasinya
tersebut mendapatkan penghargaan dan umpan balik yang positif. Melalui
(15)
12
tersebut mendatangkan rasa percaya diri dan kebahagiaan (Mangkuprawira,
2004).
Banyak wanita bekerja di Indonesia yang menjadi tangguh untuk bersaing
di era pembangunan saat ini. Berbagai tuntutan mendorong mereka untuk berkarir,
terutama bagi wanita yang telah menginjak usia dewasa dini. Sesuai dengan usia
perkembangannya, mereka memiliki tugas yang harus diselesaikan yaitu mulai
bekerja dan menikah. Selain itu tuntutan ekonomi dan tingkat pendidikan yang
tinggi juga menjadi faktor pendorong mereka untuk mengejar karir, namun
tidak semua wanita lebih memilih karir dan menunda untuk berkeluarga. Demi
tetap berkarir ada beberapa wanita lain yang memilih untuk memiliki peran
ganda, yaitu sebagai ibu rumah tangga dan sebagai pekerja kantoran
(Mangkuprawira, 2004).
Kini terlihat bahwa pola kehidupan tradisional bergerak mendekati pola
kehidupan yang lebih maju, sehingga tidak menjadi suatu hal yang baru bila
wanita berperan ganda sebagai ibu rumah tangga dan wanita karir. Kehadiran
wanita dalam dunia kerja besar manfaatnya dan perlu sebagai partner kaum pria, dimana wanita tidak hanya dirumah tapi juga dalam bekerja dengan menyalurkan
potensi dan bakat mereka (Djuniarti & Imanoviani, 2011).
Ditengah persaingan dengan kompetitornya, perusahaan sebagai suatu badan
usaha yang bersifat komersial tentunya mencari tenaga kerja yang kompeten.
Beberapa persyaratan secara mutlak diajukan oleh perusahaan, salah satunya
dengan menetapkan status pernikahan pada tenaga kerjanya dengan analisis
(16)
jabatan, pertimbangan dan alasan tertentu. Wanita sebagai seorang tenaga kerja
tentu memiliki peran yang harus dijalani selain bekerja di perusahaan, antara lain
sebagai seorang yang masih single atau sebagai seorang wanita yang menikah dan memiliki keluarga (Djuniarti & Imanoviani, 2011).
Saat ini, jumlah wanita yang berambisi untuk mengembangkan karir semakin
banyak. Hal ini didorong oleh semakin terbukanya kesempatan bagi wanita untuk
mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi dan untuk bekerja diberbagai bidang
pekerjaan. Kemajuan ini menyebabkan jumlah kaum wanita yang berkualitas
menjadi semakin meningkat. Meskipun secara formal kebijakan pemerintah dan
undang-undang yang ada memberikan kesempatan bagi wanita untuk menuntut
ilmu, mengembangkan karir, dan memperoleh perlakuan yang sama, namun pada
kenyataannya wanita terkadang menemui banyak kendala dalam mengembangkan
karirnya. Kendala dapat berupa faktor internal yang berasal dari dalam diri wanita
itu sendiri, atau merupakan faktor eksternal yang berasal dari luar, atau juga dapat
merupakan gabungan dari kedua faktor tersebut (Mangkuprawira, 2004).
Simamora (2001) juga menyatakan bahwa karir adalah urutan posisi yang
diduduki oleh seseorang selama masa hidupnya. Karir merupakan jenjang jabatan
(pekerjaan) yang pernah dipegang (dijabat) oleh seseorang selama orang tersebut
bekerja dalam suatu organisasi atau perusahaan (Tohardi, 2001). Karir terdiri atas
perubahan penting karena konsekuensi keberhasilan atau kegagalan karir terkait
erat dengan konsep diri, identitas, dan kepuasan setiap individu terhadap karir dan
kehidupannya. Salah satu aspek dalam kualitas kerja adalah kesempatan dalam
(17)
14
jabatan yang dialami oleh individu selama kehidupan kerjanya (Djebbari &
Dessy, 2005).
Pengembangan karir mengacu pada pekerjaan, dan itu menghadirkan
kemajuan, apakah melalui meningkatkan penghargaan atau gaji, atau atau rasa
hormat yang terima dari para rekan kerja. Semakin suatu karir seseorang ini
berkembang, maka akan lebih dinilai sukses (Patton & McMahon, 2006).
Menurut Rivai dan Sagala (2009) pengembangan karir adalah proses
peningkatan kemampuan kerja individu yang dicapai dalam rangka mencapai karir
yang diinginkan. Pengembangan karir (seperti promosi) sangat diharapkan oleh
setiap pegawai/karyawan, karena dengan pengembangan karir ini akan
mendapatkan hak-hak yang lebih baik dari apa yang diperoleh sebelumnya baik
material maupun non material misalnya, kenaikan pendapatan, perbaikan fasilitas
dan sebagainya. Sedangkan hak-hak yang non material misalnya, status sosial,
perasaan bangga dan sebagainya (Handoko, 2000).
Pengembangan karir merupakan kemungkinan-kemungkinan seorang
karyawan untuk dapat naik jabatan yang dihubungkan dengan kemampuan,
sehingga dapat tercapai kepuasan kerja serta dapat mendorong pada peningkatan
prestasi dan perkembangan pribadinya. Dalam praktek pengembangan karir lebih
merupakan suatu pelaksanaa rencana karir seperti yang diungkapkan oleh
Handoko (2000), bahwa pengembangan karir adalah peningkatan-peningkatan
secara pribadi yang dilakukan seseorang untuk mencapai suatu rencana karir.
(18)
Karir individu dapat digambarkan sebagai konsep diri mereka, yang
menyertakan persepsi karir berhubungan dengan kemampuan dan bakat, nilai,
motivasi dan kebutuhan. Sebuah tinjauan penelitian menunjukkan bahwa pilihan
karir dipengaruhi oleh nilai-nilai individu, sikap, dan harapan tentang bagaimana
pekerjaan harus diimbangi dengan sisa hidup. Individu juga rentan terhadap
pengaruh dari keluarga mereka yang berkaitan dengan pilihan kerja, dimana
bekerja lebih memprioritaskan keluarga, atau sebaliknya (Beauregard, 2008).
Perencanaan dan pengembangan karir untuk wanita tidak bisa terlepas dari
peran wanita yang begitu kompleks. Wanita sebagai dirinya sendiri, wanita
sebagai anak, wanita sebagai istri, wanita sebagai ibu, dan wanita sebagai partner. Wanita yang masih single tentu memiliki rencana berbeda dengan wanita yang sudah menikah (Powell, 2004).
Menurut sejarah, masyarakat percaya tempat seorang wanita itu adalah
didalam rumahnya, mengawasi suami dan anak-anaknya. Nilai ciri-ciri feminin
seperti bersikap tunduk dan alami ditakutkan akan hilang jika wanita bekerja
sehingga wanita diharapkan untuk melakukan tugasnya sebagai istri dan ibu,
disamping untuk memenuhi tanggung jawab mereka (Aleem & Danish, 2008).
Bila dilihat beberapa waktu kebelakang, peran wanita di dunia kerja belum
terlalu menonjol seperti saat ini. Mereka lebih diharapkan berada dirumah untuk
melaksanakan pekerjaan rumah tangga (pekerjaan domestik) seperti
membersihkan dan merawat rumah, memasak, mencuci, merawat anak, serta
(19)
16
Memiliki karir juga menimbulkan tantangan bagi wanita karena tanggung
jawab akan keluarga mereka. Sehingga ada beberapa wanita mengalami perasaan
bersalah atau mementingkan diri sendiri jika mereka menempatkan kepentingan
karir yang pertama (Domenico & Jones, 2006). Wanita dengan peran ganda dapat
memiliki keuntungan dan kerugian bagi individu, wanita dengan peran ganda
dapat berkontribusi pada hubungan yang lebih setara antara suami dan istri dan
meningkatkan rasa harga diri bagi wanita. Di antara kerugian yang mungkin
terjadi pada wanita dengan peran ganda adalah tuntutan adanya waktu dan tenaga
tambahan, konflik antara peran pekerjaan dan peran keluarga, persaingan
kompetitif antara suami dan istri, serta tentang pemenuhan kebutuhan anak
(Santrock, 2002).
Secara umum resiko yang akan dihadapi wanita menikah yang ingin meniti
pengembangan karirnya adalah, terabaikannya keluarga, terkurasnya tenaga dan
pikiran, sulitnya menghadapi konflik peran antara kedudukan sebagai ibu rumah
tangga dan terhadap wanita yang belum menikah, sering timbulnya stress dan
beban pikiran, serta berkurangnya waktu untuk diri sendiri (Sudiro, 2011). Tujuan
mereka bekerja pun bermacam-macam, ada yang ingin sekedar memperoleh
tambahan penghasilan demi memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangga dan
memperbaiki standar hidup mereka, ada juga yang benar-benar ingin
mengaktualisasikan diri untuk mengembangkan karir dan mencapai prestasi dalam
pekerjaan mereka (Munandar, 2001).
Sudiro (2011), menyebutkan bahwa pria dan wanita berbeda dalam berkarir,
karena wanita pada umumnya masih menghadapai masalah, seperti pilihan karir
(20)
yang terbatas, mempunyai kedudukan yang tidak menguntungkan dalam pasaran
kerja, masih mengalami diskriminasi, belum selalu dapat mengaktualisasikan
potensinya secara optimal, masih harus menemukan cara-cara yang baik untuk
dapat memutuskan tentang bagaimana berkarir.
Perusahaan atau organisasi harus memberikan akses yang setara pada wanita
untuk memperoleh sumberdaya yang diperlukan, seperti pendidikan, kepemilikan
properti, serta pengembangan karir yang meliputi promosi jabatan dan tingkat
upah. Dengan demikian, peraturan dan kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh
perusahaan atau organisasi dapat bersifat lebih tanggap terhadap kebutuhan wanita
dalam mengatasi kendala yang dihadapinya (Munandar, 2001).
Wanita belum menikah (single), belum memiliki kewajiban dan tanggung jawab seperti wanita yang telah menikah. Sebagai seorang wanita yang telah
menikah, tidak mudah untuk menjalani karir ganda, membagi pikiran, tenaga, dan
perhatian pada karir serta kebutuhan rumah tangga. Dalam arti, wanita yang
menikah harus lebih dahulu mengatasi urusan keluarga, suami, anak dan hal-hal
lain yang menyangkut rumah tangganya (Djuniarti & Imanoviani, 2011).
Wanita yang menikah, terutama mereka yang sudah memiliki anak harus
mengambil pekerjaan yang tidak menuntut waktu banyak dalam rangka untuk
berhasil menggabungkan pekerjaan dengan tanggung jawab didalam rumah
tangga mereka (Beauregard, 2008). Sedangkan pada wanita single, mereka memiliki lebih banyak waktu serta energi yang dituntut oleh pekerjaan dan lebih
(21)
18
berpeluang untuk mencapai kemajuan karir yang lebih besar daripada wanita yang
sudah menikah (Loughran & Julie, 2004).
Menurut Djuniarti & Imanoviani (2011), terdapat beberapa alasan wanita tetap
belum menikah atau single, salah satunya adalah karena terlanjur memikirkan karir dan ingin menjalani kehidupan pribadi secara bebas. Pada wanita yang lebih
memprioritaskan karir dibandingkan dengan membina rumah tangga, biasanya di
usia untuk menikah wanita ini akan lebih memilih untuk menjadi single atau menunda pernikahan untuk meniti karirnya.
Karir wanita single seharusnya lebih maju daripada wanita yang sudah menikah, karena sumber daya wanita single dapat didedikasikan sepenuhnya untuk karir mereka sendiri. Namun beberapa temuan Aleem & Danish (2008),
tampaknya wanita yang menikah dan suaminya juga bekerja sebagai pencari
nafkah akan menikmati kemajuan karir yang lebih besar daripada wanita single, tapi kemajuan ini berkurang pada wanita menikah yang suaminya tidak bekerja.
Aktivitas pengembangan karir akan efektif bila dilakukan bersama oleh pihak
perusahaan dan pihak karyawan. Dengan demikian penerimaan karyawan akan
pengembangan karirnya tergantung dari bagaimana mereka menanggapinya atau
mempersepsikannya (Hariandja, 2002).
Persepsi adalah proses kognitif yang dialami tiap orang dalam memahami
informasi tentang lingkungannya baik lewat penginderaan, penghayatan, dan
perasaan. Setiap orang bisa memberikan persepsi yang berbeda terhadap situasi
(Thoha, 1996). Berdasarkan konsep inilah bahwa, di dalam diri karyawan akan
(22)
terjadi proses kognitif dan afektif yang berkenaan dengan penafsiran terhadap
pengembangan karirnya di dalam perusahaan ataupun organisasi.
Berdasarkan hal inilah, penulis ingin meneliti tentang perbedaan persepsi
terhadap pengembangan karir, khususnya antara wanita yang menikah dengan
wanita belum menikah (single), yang tentunya sesuai dengan bidang tugas yang dialami dan diterima individu sebagai suatu jalan untuk mengembangkan diri
mereka, dimana karir disini dapat diartikan sebagai rangkaian posisi kerja
individu dalam kehidupan kerja.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka muncul pertanyaan
apakah ada perbedaan persepsi terhadap pengembangan karir antara wanita
menikah dengan wanita belum menikah (single)?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui perbedaan persepsi terhadap pengembangan karir antara wanita
(23)
20 D. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan dapat diperoleh manfaat, yaitu manfaat secara
teoritis dan manfaat secara praktis :
1. Manfaat teoritis
a. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pada Psikologi
khususnya pada bidang Psikologi Industri dan Organisasi, untuk
menambah wawasan mahasiswa yang berkaitan dengan persepsi terhadap
pengembangan karir pada wanita yang menikah dan wanita belum
menikah (single).
b. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan perbandingan bagi
penelitian-penelitian selanjutnya terkait dengan penelitian persepsi
terhadap pengembangan karir.
2. Secara praktis
a. Penelitian ini diharapakan dapat memberikan masukan kepada perusahaan
ataupun organisasi agar dapat memberikan lebih banyak kesempatan dan
peluang pada karyawan/pegawai dalam mengembangkan karir.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu gambaran kepada
masyarakat khususnya pimpinan perusahaan agar menciptakan sebuah
proses yang baru dalam meningkatkan pengembangan karir
karyawan/pegawai didalam perusahaan ataupun organisasi
(24)
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Bab I : PENDAHULUAN
Berisi tentang uraian mengenai latar belakang masalah, pertanyaan
penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika
penulisan
Bab II : LANDASAN TEORI
Berisi tentang mengenai tinjauan teoritis yang menjadi acuan dalam
pembahasan masalah. Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini
adalah persepsi pengembangan karir, aspek-aspek pengembangan karir,
dan pengertian wanita menikah dan wanita single. Bab III : METODE PENELITIAN
Berisi uraian yang menjelaskan tentang identifikasi variabel penelitian,
definisi opersional, populasi dan sampel, metode pengambilan sampel,
alat ukur yang digunakan dalam penelitian, validitas dan reliabilitas alat
ukur, prosedur pelaksanaan penelitian dan metode analisa data.
Bab IV : ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
Bab ini terdiri dua bagian besar yaitu analisa data dan pembahasan yang
berisi tentang gambaran subjek penelitian, hasil penelitian dan
(25)
22
Bab V : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi mengenai kesimpulan dan saran yang diperoleh dari hasil
penelitan yang dilakukan.
(26)
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Persepsi Terhadap Pengembangan Karir 1. Definisi Persepsi Pengembangan Karir
Sunarto (2003) mendefinisikan persepsi sebagai suatu proses dimana individu
mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera agar memberi makna kepada
lingkungan, apa yang dipersepsikan seseorang dapat berbeda dari kenyataan
objektif.
Menurut psikologi temporer, persepsi secara umum dikatakan sebagai suatu
variabel intervening, bergantung pada faktor-faktor peransang, cara belajar, perangkat, keadaan jiwa dan suasana hati.
Robbins (2005) juga menambahkan bahwa ada beberapa faktor yang
mempengaruhi persepsi yaitu pelaku persepsi, target, dan situasi.
Mangkunegara (dalam Mahmudah, 2002) menyatakan bahwa “Career development, from the standpoint of the organization, is the personal activity which help individuals plan their future career within the enterprise, in order to help the interprise achieve and the employee achieve maximum self-development”.
Menurut Rivai dan Sagala (2009) pengembangan karir adalah proses
(27)
24
yang diinginkan. Pengembangan karir adalah peningkatan-peningkatan pribadi
yang dilakukan seseorang untuk mencapai suatu rencana karir (Mahmudah, 2002).
Pengembangan karir merupakan sekumpulan tujuan-tujuan pribadi dan
gerakan strategis yang mengarahkan pada pencapaian prestasi yang tinggi dan
kemajuan pribadi sepanjang jalur karir (Patton & McMahon, 2006).
Pengembangan karir merupakan peningkatan pribadi yang dilakukan seseorang
dalam mencapai rencana karir pribadi (Davis & Werther, 1996). Pengembangan
didasarkan pada kenyataan bahwa seorang karyawan yang berkembang supaya
dapat bekerja dengan baik dan meningkatkan posisi yang ditemui sepanjang
karirnya (Handoko, 2000).
Menurut Davis dan Werther (1996), persepsi pengembangan karir mengacu
pada cara seseorang memandang dan menilai karir mereka. Individu yang
mempunyai persepsi karir berarti memiliki penilaian yang baik atas pencapaian
karir mereka selama ini.
(28)
2. Aspek-Aspek Pengembangan Karir
Menurut Davis dan Werther (1996) bahwa ada lima aspek dari pengembangan
karir yaitu:
1. Perlakuan yang adil dalam berkarir
Perlakuan yang adil hanya bisa terwujud jika kriteria promosi didasarkan pada
pertimbangan-pertimbangan yang objektif, rasional dan diketahui secara langsung
dikalangan karyawan.
2. Kepedulian atasan langsung
Para karyawan pada umumnya mendambakan keterlibatan atasan langsung
mereka dalam perencanaan karir masing-masing. Salah satu bentuk kepedulian itu
adalah memberikan umpan balik kepada karyawan tentang pelaksanaan tugas
masing-masing, sehingga para karyawan tersebut mengetahui potensi yang perlu
dikembangkan dan kelemahan yang perlu diatasi.
3. Informasi tentang berbagai peluang promosi
Para karyawan pada umumnya mengharapkan bahwa mereka memiliki akses
informasi tentang berbagai peluang untuk dipromosikan. Alasan ini penting
terutama bila lowongan yang tersedia diisi melalui seleksi internal yang sifatnya
kompetitif.
4. Minat untuk dipromosikan
Pendekatan yang tepat digunakan dalam hal menumbuhkan minat karyawan
untuk pengembangan karir adalah pendekatan fleksibel dan proaktif. Artinya
(29)
26
karyawan memperhitungkan berbagai faktor seperti usia, jenis kelamin, sifat dan
jenis pekerjaan seseorang, pendidikan, dan pelatihan yang pernah ditempuh.
Berbagai faktor tersebut dapat berakibat terhadap besarnya minat seseorang
mengembangkan karirnya dan dapat juga membatasi keinginan mencapai jenjang
karir yang lebih tinggi.
5. Kepuasan karir
Setiap orang ingin meraih kemajuan termasuk kemajuan dalam meniti karir.
Ukuran keberhasilan yang digunakan memang berbeda-beda. Perbedaan tersebut
merupakan akibat tingkat kepuasan seseorang yang berlainan. Kepuasan dalam
konteks karir tidak selalu berarti keberhasilan dari berbagai faktor pembatas yang
dihadapi seseorang, karyawan puas apabila mencapai tingkat tertentu dalam
karirnya atau seseorang bisa puas karena mengetahui bahwa apa yang dicapainya
itu sudah merupakan hasil yang maksimal.
(30)
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Karir Wanita
Menurut Munandar (2001), hal-hal yang merupakan kendala bagi wanita
untuk mengembangkan karirnya dapat bersifat internal (tergantung pada diri
sendiri) dan bersifat eksternal (tergantung kondisi lingkungan keluarga,
komunitas, masyarakat dan budaya). Bagi sebagian wanita karir, kendala-kendala
dalam pengembangan karir dihadapi sebagai suatu tantangan. Namun, sebagian
wanita karir lainnya masih terperangkap dalam situasi dan kondisi eksternal yang
terpaku pada konsep tradisional mengenai peranan pria dan wanita, dimana
mempunyai dampak terhadap kondisi internal wanita.
1. Faktor Internal
a. Motivasi
Maslow mengemukakan teori motivasi yang disebut Maslow’s need hierarchy
theory. Motivasi kerja dapat ditinjau dari teori motivasi ini, dimana pembentukan motivasi kerja dimulai dari adanya kebutuhan. Setiap orang yang bekerja akan
mempunyai dan mengembangkan pola kebutuhan sendiri. Selama dalam
tugas-tugas dipekerjaan kebutuhan yang paling kuat dialami pada waktu tertentu akan
menimbulkan dorongan dalam dirinya untuk berprilaku mencapai tujuan yakni
memuaskan kebutuhan (Aamodt, 2004).
Menurut Herzberg (dalam Munandar, 2001) didalam teorinya yang terkenal
dengan teori motivasi faktor dari Higien. Teori motivasi Higien merupakan teori
yang menyatakan bahwa faktor-faktor intrinsik berkaitan dengan motivasi kerja
dan kepuasan kerja, sedangkan faktor ekstrinsik berkaitan dengan ketidakpuasan
(31)
28
dan bersemangat dalam mengerjakan sesuatu secara konsisten dan aktif mencari
peran dan tanggung jawab yang lebih besar. Beberapa karyawan atau pegawai
tidak takut bila dihadapkan pada tantangan, bahkan justru termotivasi untuk
mengatasinya. Sebaliknya, para karyawan memiliki motivasi kurang, akan sering
menampilkan rasa tidak senang akan tugas-tugas dan tujuannya serta cenderung
acuh. Akibatnya, kinerja mereka semakin buruk dan sering melepaskan tanggung
jawabnya.
b. Peran Ganda
Peran ganda wanita merupakan masalah yang sering dihadapi oleh wanita
pekerja. Dalam bentuknya yang ekstrim, terkadang wanita harus memilih antara
tidak menikah dan sukses berkarir, atau menikah menjadi ibu rumah tangga yang
baik. Meningkatnya peran wanita sebagai pencari nafkah keluarga dan kenyataan
bahwa mereka juga berperan untuk meningkatkan kedudukan keluarga
menyebabkan jumlah masalah yang timbul menjadi bertambah. Kedua peran
tersebut sama-sama membutuhkan waktu, tenaga, dan perhatian. Jika peran yang
satu dilakukan dengan baik dan yang lain terabaikan, maka akan menimbulkan
konflik peran. Masalah ini timbul terutama bila yang bekerja adalah ibu rumah
tangga yang mempunyai anak-anak yang masih membutuhkan pengasuhan fisik.
c. Rasa Bersalah
Nilai-nilai tradisi yang menuntut wanita untuk hanya bergerak dikawasan
domestik dan tidak boleh melebihi pria, membuat wanita akan menghadapi
kesulitan psikologis dan kultural. Wanita akan selalu dihadapkan dengan rasa
(32)
bersalah, sikap yang selalu ragu-ragu, dan perasaan takut untuk mencapai kesuksesan, karena takut dianggap ”durhaka” terhadap suami.
Wanita bekerja yang sudah menikah umumnya merasa bersalah karena adanya
perasaan telah menelantarkan keluarga, terutama bila anak-anaknya masih kecil.
Nilai-nilai sosial yang membatasi wanita untuk memilih peran sosialnya dapat
berdampak negatif terhadap pengembangan optimal dari potensi yang dimiliki
oleh wanita, sehingga wanita akan merasa bahwa menggabungkan karir dan
tuntutan keluarga tidak akan berlangsung secara mulus. Meskipun saat ini
semakin banyak wanita yang memilih untuk bekerja dan berprestasi dilingkungan
publik, tetapi pilihannya justru dapat menimbulkan rasa bersalah dan cemas
(Sadli, 2001).
d. Berani Sukses
Berani sukses adalah perasaan siap dan tidak takut atau khawatir yang
dirasakan oleh seorang wanita untuk mencapai karir yang tinggi dalam
pekerjaannya, serta memandang bahwa meraih kesuksesan itu bukanlah sesuatu
yang sulit walaupun ditentukan oleh banyak pihak, terutama jika kedudukan dan
penghasilan yang dimiliki lebih tinggi dari pasangannya.
e. Pendidikan
Saat ini, wanita mempunyai lebih banyak kesempatan untuk memperoleh
pendidikan, penempatan, serta kemajuan karir daripada sebelumnya. Wanita tidak
(33)
30
f. Pengalaman
Pengalam kerja adalah pengalaman yang diperoleh seseorang sebagai pekerja
disuatu perusahaan. Pengalaman wanita merupakan sumber berharga dalam
menekuni dunia karir. Pengalaman wanita sebagai pekerja diluar rumah biasanya
dibutuhkan untuk mencapai karir yang lebih baik, karena wanita yang
berpengalaman akan lebih terampil dan menguasai suatu pekerjaan yang
ditekuninya.
2. Faktor Eksternal
a. Dukungan Keluarga
Keluarga yang dimaksud merupakan suami dan anak bagi wanita yang sudah
menikah, atau orang tua bagi wanita yang belum menikah.
b. Lingkungan Kerja
Pekerjaan dapat menjadi sumber ketegangan dan stres yang besar bagi para
wanita bekerja. Peraturan kerja yang kaku, pemimpin yang bijaksana, beban kerja
yang berat, ketidakadilan yang dirasakan ditempat kerja, rekan-rekan yang sulit
diajak kerja sama, waktu kerja yang sangat panjang, atau ketidaknyamanan
psikologis yang dialami ditempat kerja akan menyebabkan pekerja wanita
merasakan lingkungan kerja yang tidak kondusif.
(34)
C. Status Pernikahan
Menurut Djuniarti & Imanoviani (2011), status pernikahan adalah keadaan
suatu kondisi yang menjelaskan apakah seseorang individu telah bersatu dalam
membangun sistem keluarga secara keseluruhan yang disebut dengan menikah,
atau belum bersatu dalam membangun sistem keluarga secara keseluruhan disebut
sebagai single. 1. Menikah
Menikah berarti individu yang terlibat dalam ikatan perkawinan yang
dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum dan ajaran agama (Djuniarti &
Imanoviani, 2011).
2. Belum Menikah (single)
Menurut Djuniarti & Imanoviani (2011), belum menikah atau single
merupakan salah satu pilihan yang ditempuh oleh seorang individu, selanjutnya
motivasi single salah satunya adalah karna terlanjur memikirkan karir pekerjaan dan ingin menjalani hidup secara bebas.
(35)
32
D. Perbedaan Persepsi Pengembangan Karir Antara Wanita Menikah dengan Wanita Belum Menikah (single)
Pengembangan karir mengacu pada pekerjaan, dan itu menghadirkan
kemajuan, apakah melalui meningkatkan penghargaan atau gaji, atau atau rasa
hormat yang terima dari para rekan kerja. Semakin suatu karier seseorang ini
berkembang, maka akan lebih dinilai sukses (Patton & McMahon, 2006).
Semakin banyaknya jumlah wanita yang terjun ke industri kerja (wanita karir)
dan juga semakin terlihat kualitas kemampuan mereka mendorong instansi untuk
membuka peluang yang lebih besar terhadap wanita. Walaupun pada
kenyataannya, wanita karir masih mengalami hambatan, rintangan, dan konflik,
baik internal maupun eksternal (Munandar, 2011).
Wanita yang belum menikah atau single tentu memiliki rencana berbeda dengan wanita yang sudah menikah (Aleem & Danish, 2008). Wanita yang
menikah, terutama mereka yang sudah memiliki anak harus mengambil pekerjaan
yang tidak menuntut waktu banyak dalam rangka untuk berhasil menggabungkan
pekerjaan dengan tanggung jawab didalam rumah tangga mereka (Beauregard,
2008). Sedangkan pada wanita belum menikah (single), mereka memiliki lebih banyak waktu serta energi yang dituntut oleh pekerjaan dan lebih berpeluang
untuk mencapai kemajuan karir yang lebih besar daripada wanita yang sudah
menikah (Lougrhan & Julie, 2004).
Karir wanita yang belum menikah atau single seharusnya lebih maju daripada wanita yang sudah menikah, karena sumber daya wanita belum menikah dapat
(36)
didedikasikan sepenuhnya untuk karir mereka sendiri. Namun beberapa temuan
Aleem & Danish (2008), tampaknya wanita yang menikah dimana suaminya juga
bekerja sebagai pencari nafkah akan menikmati kemajuan karir yang lebih besar
daripada wanita single, tapi kemajuan ini berkurang pada wanita menikah yang suaminya tidak bekerja.
Tujuan mereka (wanita) bekerja pun bermacam-macam, ada yang hanya ingin
sekedar memperoleh tambahan penghasilan demi memenuhi kebutuhan ekonomi
rumah tangga dan memperbaiki standar hidup mereka, ada juga yang benar-benar
ingin mengaktualisasikan diri untuk mengembangkan karir dan mencapai prestasi
dalam pekerjaan mereka (Munandar, 2001).
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi wanita dalam berkarir.
Faktor-faktor tersebut adalah Faktor-faktor internal yang berasal dari diri pribadi (individu)
wanita itu sendiri, yang terdiri dari motivasi, peran ganda, rasa bersalah, berani
sukses, dan pengalaman. Selain itu juga terdapat faktor eksternal yaitu faktor yang
berasal dari luar diri wanita, yang terdiri dari dukungan keluarga dan lingkungan
kerja (Mangkuprawira, 2004).
Menurut Siagian (1995), salah satu faktor yang berpengaruh dalam bekerja
adalah persepsi. Dalam hal ini perusahaan ataupun organisasi memberikan
program pengembangan karir, sehingga karyawan memiliki penilaian tersendiri
terhadap pengembangan karir yang sudah mereka capai. Dengan demikian
persepsi karyawan terhadap program pengembangan karir dapat mempengaruhi
(37)
34
Menurut Flippo (1994) ketika karyawan memiliki persepsi positif terhadap
pengembangan karir dalam suatu perusahaan, maka karyawan tersebut cenderung
memiliki kepuasan dan motivasi kerja dimana hal ini dapat mendukung dan
membantu perusahaan dalam mencapai tujuan organisasi.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ketika karyawan memiliki
persepsi positif terhadap pengembangan karirnya, maka karyawan tersebut
memiliki kinerja yang baik. Berdasarkan hal ini sehingga peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian, apakah benar adanya perbedaan atau tidak adanya
perbedaan persepsi terhadap pengembangan karir antara wanita menikah dengan
wanita belum menikah (single).
E. Hipotesis
Dalam penelitian ini diajukan hipotesa sebagai jawaban sementara terhadap
permasalahan yang telah dikemukanan. Adapun hipotesa yang diajukan dalam
penelitian ini adalah:
“Ada perbedaan persepsi terhadap pengembangan karir antara wanita menikah dengan wanita belum menikah (single)”.
(38)
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian sangat menentukan suatu penelitian karena menyangkut
cara yang benar dalam mengumpulkan data, analisa data dan pengambilan
kesimpulan penelitian serta dapat menentukan apakah penelitian tersebut dapat
dipertanggung jawabkan hasilnya. Pembahasan dalam metode penelitian meliputi
identifikasi variabel penelitian, definisi operasional, subjek penelitian, prosedur
penelitian dan metode analisis (Hadi, 2000).
Sedangkan metode penelitian komparatif yaitu metode penelitian yang
bertujuan untuk melihat perbedaan antara dua kelompok sampel berdasarkan
suatu variabel (Prasetyo dan Jannah, 2005).
A. Identifikasi Variabel Penelitian
Berikut adalah identifikasi variabel yang digunakan dalam penelitian ini:
1. Variabel tergantung (Dependent Variable): Persepsi Terhadap Pengembangan Karir
2. Variabel bebas (Independent Variable) : Status Pernikahan pada wanita, yaitu: Menikah dan Belum
(39)
36 B. Definisi Operasional
1. Persepsi Pengembangan Karir
Persepsi terhadap pengembangan karir adalah proses yang dilakukan
karyawan atau pegawai dalam melakukan pengaturan, dan pemahaman serta
penginterpretasian terhadap pengembangan karir secara utuh didalam perusahaan
maupun organisasi. Persepsi pengembangan karir ini akan diukur dengan
menggunakan skala persepsi pengembangan karir berdasarkan aspek-aspek
pengembangan karir yang dikembangkan oleh Davis dan Werther (1996) yaitu:
a. perlakuan yang adil dalam berkarir
b. kepedulian atasan langsung
c. informasi tentang berbagai peluang promosi
d. minat untuk dipromosikan
e. kepuasan karir
Dalam hal ini semakin tinggi skor skala persepsi pengembangan karir yang
diperoleh karyawan/pegawai maka semakin positif pula persepsi
karyawan/pegawai terhadap pengembangan karir.
2. Status Pernikahan
Status pernikahan adalah suatu keadaan yang menjelaskan apakah seorang
individu tersebut sudah menikah atau belum menikah (single). Dalam penelitian ini status pernikahan pada wanita dibagi menjadi dua, yaitu:
(40)
a. Wanita menikah
Wanita menikah adalah wanita yang sudah membangun sebuah sistem
keluarga bersama pasangannya yang disatukan dalam ikatan pernikahan.
b. Wanita belum menikah (single)
Wanita belum menikah (single) adalah wanita yang belum terikat dalam ikatan pernikahan atau masih single.
C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan individu yang akan diselidiki dan mempunyai
minimal satu sifat yang sama atau ciri-ciri yang sama dan untuk setiap kenyataan
yang diperoleh dari subjek penelitian yang hendak digeneralisasikan (Hadi, 2000).
Populasi yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah wanita karir yang
sudah menikah dan belum menikah (single). Mengingat keterbatasan peneliti untuk menjangkau keseluruhan populasi, maka peneliti hanya meneliti sebagain
dari keseluruhan populasi yang akan dijadikan sebagai subjek penelitian. Sampel
adalah sebagian dari populasi atau sejumlah subjek yang jumlahnya kurang dari
jumlah populasi. Sampel paling sedikitnya harus memiliki satu sifat yang sama
(41)
38
Adapun karakteristik populasi pada penelitian ini adalah:
1. Wanita.
2. Berstatus sudah menikah dan belum menikah (single).
3. Berstatus sebagai karyawan/pegawai yang bekerja disebuah perusahaan
maupun instansi pemerintah.
4. Lama bekerja, karena subjek dalam penelitian ini diharapkan telah
memiliki pengalaman bekerja minimal 2 tahun lamanya bekerja. Hal ini
didasari bahwa dengan masa kerja tersebut, subjek telah cukup dapat
menyesuaikan diri dengan situasi kerja.
Menurut Azwar (2000), secara tradisional statistika menganggap bahwa
jumlah sampel yang lebih dari 60 sudah cukup banyak. Jumlah sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah 80 sampel. Masing-masing 40 wanita
menikah dan 40 wanita belum menikah.
2. Tehnik Pengambilan Sampel
Teknik sampling adalah cara atau teknik yang digunakan untuk mengambil
sampel. Tehnik pengambilan sampel penelitian adalah cara yang digunakan untuk
mengambil sampel dari populasi dengan menggunakan prosedur tertentu, dalam
jumlah yang sesuai, dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi
agar benar-benar mewakili populasi (Hadi, 2000).
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan teknik incidental sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan hanya menyelidiki individu-individu atau kelompok yang
kebetulan dijumpai atau dapat dijumpai saja (Hadi, 2000). Dalam hal ini jika
(42)
peneliti menemukan individu yang sesuai dengan karakteristik subjek penelitian,
maka peneliti langsung menjadikannya sampel penelitian. Teknik pengambilan
sampel ini dilakukan dengan memberikan skala kepada wanita karir yang sudah
menikah dan belum menikah (single).
D. Metode dan Alat Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan metode skala. Metode skala digunakan karena data yang ingin diukur
berupa konstruk atau konsep psikologis yang dapat diungkap secara tidak
langsung melalui indikator-indikator perilaku yang diterjemahkan kedalam bentuk
aitem-aitem pernyataan (Azwar, 2000).
Hadi (2000) menyatakan bahwa skala dapat digunakan dalam penelitian
berdasarkan asumsi-asumsi berikut:
1. Subjek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya.
2. Hal-hal yang dinyatakan oleh subjek kepada peneliti adalah benar dan
dapat dipercaya.
3. Interpretasi subjek tentang pernyataan-pernyataan yang diajukan
kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh peneliti.
Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala persepsi
pengembangan karir yang terdiri dari pernyataan-pernyataan yang disusun
berdasarkan aspek-aspek pengembangan karir yang dikembangkan oleh Davis dan
(43)
40
langsung, informasi tentang berbagai peluang promosi, minat untuk
dipromosikan, dan kepuasan karir.
Model skala pengembangan karir menggunakan skala model Likert, dengan
menggunakan lima pilihan jawaban yaitu Sangat sesuai (SS), Sesuai (S), Netral
(N), Tidak Sesuai (TS) dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Jumlah aitem skala
pengembangan karir pada saat ujicoba adalah 90 aitem. Skala disajikan dalam
bentuk pernyataan favorable dan unfavorable. Penilaian skala untuk aitem
favorable adalah nilai 5 untuk jawaban Sangat sesuai (SS), nilai 4 untuk jawaban Sesuai (S), nilai 3 untuk jawaban Netral (N), nilai 2 untuk jawaban Tidak Sesuai
(TS) dan nilai 1 untuk jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS). Sedangkan penilaian
untuk aitem unfavorable adalah nilai 1 untuk jawaban Sangat sesuai (SS), nilai 2 untuk jawaban Sesuai (S), nilai 3 untuk jawaban Netral (N), nilai 2 untuk jawaban
Tidak Sesuai (TS) dan nilai 1 untuk jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS). Berikut
ini adalah blue print yang menyajikan distribusi aitem-aitem skala persepsi pengembangan karir.
(44)
Tabel 1. Blue print Skala Persepsi Pengembangan Karir Sebelum Uji Coba No
Aspek Indikator perilaku
Nomor aitem
Total %
Fav Unf
av
1 Perlakuan
yang adil dalam berkarir
Perlakuan yang adil hanya bisa terwujud jika kriteria promosi didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan yang objektif, rasional dan diketahui secara langsung dikalangan karyawan. 1, 18, 19, 22, 40, 44, 45, 52 7, 9, 11, 50, 66, 67
14 15,6
2. Kepedulian
atasan langsung
Para karyawan pada umumnya mendambakan keterlibatan atasan langsung mereka dalam perencanaan karir masing-masing. Salah satu bentuk kepedulian itu adalah memberikan umpan balik kepada karyawan tentang pelaksanaan tugas masing-masing, sehingga para karyawan tersebut mengetahui potensi yang perlu dikembangkan dan kelemahan yang perlu diatasi. 3, 6, 20, 23, 51, 56, 75, 79, 83 2, 24, 25, 39, 46, 53, 81, 89
17 18,9
3. Informasi
tentang berbagai peluang promosi
Para karyawan pada umumnya mengharapkan bahwa mereka memiliki akses informasi tentang berbagai peluang untuk dipromosikan.
4, 5, 27
21 4 4,4
4. Minat untuk
dipromosika n
Seorang karyawan memperhitungkan berbagai faktor seperti usia, jenis kelamin, sifat dan jenis pekerjaan seseorang, pendidikan, dan pelatihan yang pernah ditempuh. Berbagai faktor tersebut dapat berakibat terhadap besarnya minat seseorang mengembangkan karirnya dan dapat juga membatasi keinginan mencapai jenjang karir yang lebih tinggi.
8, 12, 26, 28, 29, 32, 55, 60, 63, 65, 68, 80, 88 10, 30, 59, 72, 74, 82
19 21,1
5. Kepuasan
karir
Kepuasan dalam konteks karir tidak selalu berarti keberhasilan dari berbagai faktor pembatas yang dihadapi seseorang, karyawan puas apabila mencapai tingkat tertentu dalam
14, 31, 33, 34, 35, 36, 37, 42, 13, 15, 16, 17,
(45)
42
karirnya atau seseorang bisa puas karena mengetahui bahwa apa yang dicapainya itu sudah merupakan hasil yang maksimal.
43, 49, 54, 57, 58, 62, 69, 70, 73, 76, 77, 78, 84, 85, 86, 87,
90
38, 41, 47, 48, 61, 64, 71
Jumlah 58 32 90 100
(46)
E. Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur 1. Uji validitas
Menurut Azwar (2000) validitas adalah sejauhmana ketepatan dan kecermatan
suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya atau data yang dihasilkan
relevan dengan tujuan pengukurannya.
Dalam penelitian ini validitas yang digunakan adalah validitas isi atau content validity. Validitas ini menunjukkan sejauh mana aitem-aitem dalam skala telah komprehensif mencakup semua aspek dalam penelitian dan tingkat relevansinya.
Validitas isi dalam penelitian ini diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes
dengan analisis rasional (kesesuaian dengan blue print yang telah disusun oleh peneliti) dan diperkuat lewat professional judgement (Azwar, 2000).
2. Uji reliabilitas
Reliabilitas sebenarnya mengacu kepada konsistensi atau kepercayaan hasil
ukur yang mengandung makan kecermatan pengukuran. Reliabilitas ini
ditunjukkan oleh konsistensi skor yang diperoleh subjek dengan memakai alat
yang sama (Suryabrata, 2002).
Uji reliabilitas alat ukur menggunakan pendekatan konsistensi internal dengan
prosedur yang hanya memerlukan satu kali penggunaan tes pada sekelompok
individu sebagai subjek. Pendekatan ini dipandang ekonomis, praktis dan
berefisiensi tinggi (Azwar, 2000). Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien
realibilitas (rxx`) yang angkanya berada dalam rentang 0 sampai dengan 1.
Koefisien reliabilitas yang semakin mendekati angka satu menandakan semakin
(47)
44
semakin rendah reliabilitas yang dimiliki (Azwar, 2007). Teknik estimasi
reliabilitas yang digunakan adalah teknik koefisien alpha Cronbach dengan menggunakan programSPSS Versi 17.00 for Windows.
3. Uji Daya Beda Aitem
Daya beda aitem adalah sejauh mana aitem mampu membedakan antara
individu atau kelompok individu yang memiliki dan yang tidak memiliki atribut
yang diukur. Prinsip kerja yang dijadikan dasar untuk melakukan seleksi aitem
adalah memiliki aitem-aitem yang fungsi ukurannya selaras atau sesuai dengan
fungsi ukur skala. Dengan kata lain, dasarnya adalah memilih aitem yang
mengukur hal yang sama dengan apa yang diukur oleh skala sebagai keseluruhan
(Azwar, 2007).
Pengujian daya beda aitem ini dilakukan dengan komputasi koefisien korelasi
antara distribusi skor pada setiap aitem dengan suatu kriteria yang relevan yaitu
distribusi skor skala itu sendiri. Komputasi ini menghasilkan koefisien korelasi
aitem total yang dapat dilakukan dengan menggunakan formula koefisien korelasi
Person Product Moment. Prosedur pengujian ini akan menghasilkan koefisien korelasi aitem total yang dikenal indeks daya beda aitem (Azwar, 2005). Kriteria
pemilihan aitem berdasarkan korelasi aitem menggunakan batasan rix ≥ 0.30. Semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0.30, daya pembedanya
dianggap memuaskan. Aitem yang memiliki harga rix < 0.30 dapat
diinterpretasikan sebagai aitem yang memiliki daya diskriminasi rendah (Azwar,
2007). Penelitian ini menggunakan batasan rix ≥ 0.30.
(48)
4. Hasil Uji Coba Alat Ukur
Tujuan dilakukannya uji coba alat ukur adalah untuk mengetahui sejauh mana
alat ukur dapat mengungkap dengan tepat apa yang ingin diukur dan seberapa
jauh alat ukur menunjukkan kecermatan atau ketelitian pengukuran atau dengan
kata lain dapat menunjukkan keadaan sebenarnya (Azwar, 2007). Adapun
distribusi hasil uji coba skala akan dijelaskan pada tabel 2 berikut ini:
Tabel 2. Distribusi aitem-aitem skala persepsi pengembangan karir setelah uji coba
No Aspek Aitem Jumlah
Favorable Unfavourabl e
1. Perlakuan yang
adil dalam
berkarir
18, 19, 22, 40, 45, 52
7, 9, 11, 66, 67
11
2. Kepedulian atasan langsung
6, 20, 23, 51, 56, 75, 79
2, 24, 25, 39, 46, 53, 81, 89
15
3. Informasi tentang berbagai peluang promosi
4, 27 21 3
4. Minat untuk
dipromosikan
8, 28, 29, 63, 65, 80, 88
10, 30, 59, 72, 82
12
5. Kepuasan karir 33, 34, 36, 49, 54, 57, 58, 84, 86, 87,90
13, 15, 16, 17, 38, 41, 61, 71
19
Jumlah 33 27 60
Setelah uji coba dari 90 aitem skala pengembangan karir dengan 60 orang
(49)
46
digunakan untuk pengambilan data yang sebenarnya adalah sebanyak 60 aitem.
Reliabilitas alat ukur yang diuji cobakan adalah sebesar 0.950. Sedangkan indeks
aitem yang memiliki daya beda tinggi (di atas 0,30) bergerak dari 0,330 sampai
dengan 0,701.
Setelah mendapatkan aitem-aitem yang sesuai dari uji reliabilitas, selanjutnya
peneliti melakukan penomoran ulang untuk skala penelitian. Tabel 3 menunjukan
distribusi aitem skala untuk penelitian.
Tabel 3. Distribusi aitem-aitem skala persepsi pengembangan karir yang digunakan dalam penelitian
No Aspek Aitem Jumlah
Favorable unfavorable
1. Perlakuan yang
adil dalam
berkarir
1, 3, 5, 7, 9, 11 2, 4, 6, 8, 10 11
2. Kepedulian atasan langsung
12, 14, 16, 18, 20, 21, 23
13, 15, 17, 19, 22, 24, 25, 26
15
3. Informasi tentang berbagai peluang promosi
27, 29 28 3
4. Minat untuk
dipromosikan
30, 32, 34, 36, 38, 40, 41
31, 33, 35, 37, 39
12
5. Kepuasan karir 42, 44. 46, 49, 52, 54, 56, 57,
58, 59, 60
43, 45, 47, 48, 50, 51, 53, 55
19
Jumlah 33 27 60
(50)
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari tiga tahap. Ketiga tahap tersebut
yaitu persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian, dan pengolahan data.
1. Tahap persiapan penelitian
Tahap persiapan penelitian terdiri dari:
a. Pembuatan alat ukur
Penelitian ini menggunakan alat ukur berupa skala penngembangan karir yang
disusun oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek dari pengembangan karir yang
dikemukakan oleh Davis dan Werther (1996). Skala ini terdiri dari 60 aitem.
Penyusunan skala ini dioperasionalisasikan dalam bentuk aitem-aitem dari
skala tersebut. Setelah keseluruhan aitem selesai dibuat, peneliti kemudian
meminta penilaian profesional dari dosen pembimbing untuk menelaah aitem-aitem skala pengembangan karir tersebut.
b. Uji coba alat ukur
Setelah alat ukur disusun, maka tahap selanjutnya yang dilakukan adalah
melakukan uji coba alat ukur. Uji coba alat ukur dilakukan melibatkan 80 wanita
bekerja yang menikah dan belum menikah (single). Hasil uji coba ini diolah melalui tiga kali pengujian reliabilitas agar memperoleh reliabilitas yang
memenuhi standar ukur. Setelah dilakukan pengujian reliabilitas maka diperoleh
aitem yang memenuhi validitas dan reliabilitasnya.
(51)
48
Setelah peneliti melakukan uji coba alat ukur maka peneliti menguji validitas
dan reliabilitas skala. Setelah diketahui aitem-aitem yang memenuhi validitas dan
reliabilitasnya, maka kemudian peneliti menyusun aitem-aitem tersebut ke dalam
alat ukur yang digunakan untuk mengambil data penelitian.
2. Tahap pelaksanaan penelitian
Pengambilan data dilakukan dengan memberikan alat ukur berupa skala
pengembangan karir kepada subjek penelitian. Dalam tahap pelaksanaan
penelitian, aitem skala yang menjadi aitem sesungguhnya adalah aitem yang telah
di uji cobakan sebelumnya. Skala yang sudah diketahui validitas dan reabilitasnya
disusun kembali, kemudian diberikan kepada subjek penelitian.
3. Tahap pengolahan data penelitian
Setelah diperoleh data dari skala pengembangan karir, maka dilakukan
pengolahan data. Pengolahan data dilakukan dengan menganalisa menggunakan
bantuan program SPSS versi 17.0 for windows. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa statistik.
Alasan yang mendasari digunakannya analisa statistik adalah karena statistik
dapat menunjukkan kesimpulan (generalisasi) penelitian. Pertimbangan lain yang
mendasari adalah statistik bekerja dengan angka, statistik bersifat objektif, dan
universal (Hadi, 2000).
(52)
G. Metode Analisa Data
Metode analisis data yang akan digunakan untuk pengujian hipotesis dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan statistik analisa independentsample t-test dengan bantuan SPSS versi 17.0 for windows. Sebelum dilakukan analisa data terlebih dahulu dilakukan uji asumsi terhadap hasil penelitian yang meliputi uji
normalitas dan uji homogenitas.
1. Uji normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian
kedua variabel terdistribusi secara normal. Uji normalitas diajukan dengan
menggunakan uji One Sampel Kolmogorov-Smirnov. Data dikatakan normal jika harga p > 0.05 (Hadi, 2000).
2. Uji homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian
adalah homogen. Pengukuran homogenitas dilakukan dengan analisis varians
melalui Levene’s Test dengan bantuan SPSS version 17.0 for Windows. Data dikatakan homogen jika nilai p > 0,05.
(53)
50 BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
Bab ini akan menguraikan keseluruhan hasil penelitian. Analisa data diawali
dengan memberikan gambaran umum subjek penelitian yang kemudian
dilanjutkan dengan hasil penelitian dan pembahasan mengenai hasil analisa data
tersebut.
A. Gambaran Subjek Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah wanita yang sudah bekerja. Subjek pada
penelitian ini berjumlah 80 orang yang terdiri dari 40 orang wanita menikah dan
40 wanita belum menikah (single). Dari 80 orang subjek diperoleh gambaran subjek sebagai berikut.
1. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia
Berdasarkan usia subjek penelitian maka diperoleh gambaran penyebaran
subjek penelitian seperti yang terdapat pada tabel berikut:
(54)
Tabel 4. Gambaran Subjek Berdasarkan Usia
Usia
Status Pernikahan
N Persentase
Menikah
Belum menikah
(single)
27 - 3 3 3.75%
28 2 11 13 16.25%
29 5 12 17 21.25%
30 7 11 18 22.5%
31 - 3 3 3.75%
32 2 - 2 2.5%
33 4 - 4 5%
34 3 - 3 3.75%
35 3 - 3 3.75%
36 1 - 1 1.25%
37 4 - 4 5%
38 5 - 5 6.25%
39 2 - 2 2.5%
40 2 - 2 2.5%
Total 40 40 80 100%
Berdasarkan pada tabel 4 diatas, dapat dilihat bahwa subjek yang paling
(55)
52
yang paling sedikit adalah subjek yang berusia 36 tahun yang berjumlah 1 orang
(1.25%).
2. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Lama Bekerja
Berdasarkan lama bekerja subjek penelitian maka diperoleh gambaran
penyebaran subjek penelitian seperti yang terdapat pada tabel berikut:
Tabel 5. Gambaran Subjek Berdasarkan Lama Bekerja
Lama Bekerja
Status Pernikahan
N Persentase Menikah Belum menikah
(single)
3 tahun - 2 2 2.5%
4 tahun 1 15 16 20%
5 tahun 3 18 21 26.25%
6 tahun 10 4 14 17.5%
7 tahun 2 1 3 3.75%
8 tahun 5 - 5 6.25%
9 tahun 1 - 1 1.25%
10 tahun 3 - 3 3.75%
11 tahun 4 - 4 5%
12 tahun 6 - 6 7.5%
14 tahun 3 - 3 3.75%
15 tahun 1 - 1 1.25%
18 tahun 1 - 1 1.25%
Total 40 40 80 100%
(56)
Berdasarkan pada tabel 5 diatas, dapat dilihat bahwa subjek yang paling
banyak berdasarkan lama bekerja yaitu 5 tahun yang berjumlah 21 orang
(26.25%). Sedangkan yang paling sedikit berdasarkan lama bekerja yaitu 15 tahun
yang berjumlah 1 orang (1.25%) dan 18 tahun yang berjumlah 1 orang (1.25%).
3. Gambaran Subjek Berdasarkan Pekerjaan
Berdasarkan pekerjaan subjek penelitian maka diperoleh gambaran
penyebaran subjek penelitian seperti yang terdapat pada tabel berikut:
Tabel 6. Gambaran Subjek Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan Menikah Belum menikah (single)
N Persentase
PNS 26 13 39 48.75%
Swasta 14 27 41 51.52%
Total 40 40 80 100%
Berdasarkan tabel 6 diatas, dapat dilihat bahwa subjek yang paling banyak
berdasarkan pekerjaan yaitu Swasta yang berjumlah 41 orang (51.52%),
sedangkan yang paling sedikit berdasarkan pekerjaan yaitu PNS yang berjumlah
(57)
54 B. Hasil Penelitian
1. Uji normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data penelitian
terdistribusi secara normal. Adapun untuk mengukur normalitas itu sendiri dengan
menggunakan Kolmogorov-Smirnov. Prosedur yang digunakan untuk melakukan interpretasi hasil uji normalitas dengan melihat perbandingan nilai signifikansi (p)
dengan nilai α (Alpha) yang merupakan taraf kepercayaan. Penelitian ini menggunakan α = 0.05. Apabila nilai p < α, maka dapat disimpulkan bahwa distribusi data penelitian masing-masing variabel tidak menyebar secara normal.
Apabila nilai p > α, maka dapat disimpulkan bahwa distribusi data penelitian masing-masing variabel telah menyebar secara normal (Hadi, 2000). Perhitungan
dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan fasilitas program SPSS 17.0 for windows. Hasil uji normalitas dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov dapat dilihat pada tabel 7:
(58)
Tabel 7. Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov untuk Uji Normalitas Pengembangan Karir
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Subjek
N 80
Normal Parametersa,,b Mean 202.03
Std. Deviation 11.579
Most Extreme Differences
Absolute .062
Positive .048
Negative -.062
Kolmogorov-Smirnov Z .551
Asymp. Sig. (2-tailed) .921
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Dari data yang diperoleh pada tabel 7, menunjukan bahwa nilai Z untuk
wanita menikah dengan wanita belum menikah (single) adalah sebesar 0,551 dengan nilai p = 0,921 yang artinya p > 0.05. Dari data tersebut dapat disimpulkan
bahwa distribusi data penelitian pada wanita menikah dengan wanita belum
(59)
56 2. Uji homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data dalam penelitian
adalah homogen. Pengujian homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji
Levene’s Test. Data penelitian dikatakan homogen jika nilai p > 0.05. apabila nilai p < 0.05, maka data penelitian tidak homogen. Hasil levene statistic untuk uji homogenitas varians terlihat pada tabel 8.
Tabel 8. Hasil Uji Homogenitas Levene
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.946 1 78 .167
Dari data yang diperoleh pada tabel 8, maka dapat dilihat bahwa nilai p
sebesar 0,167 yang artinya p > α . Sehingga dapat disimpulkan bahwa varians dari sampel penelitian ini sama atau homogen yang berarti bahwa kelompok sampel
berasal dari populasi dengan varians yang sama.
3. Uji Hipotesis Utama
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat
perbedaan pengembangan karir antara wanita menikah dengan wanita belum
menikah (single). Metode analisa data yang digunakan adalah independentsample t-test. Setelah melakukan pengujian statistik dilakukan perumusan hipotesis statistik, yaitu
(60)
1. Ho : μ1=μ2, artinya tidak ada perbedaan pengembangan karir antara wanita menikah dengan wanita belum menikah (single).
2. Ha : μ1≠μ2, artinya ada perbedaan pengembangan karir antara wanita menikah dengan wanita belum menikah (single).
Kriteria Ho ditolak jika p<α ; α = 0.05. Hasil perhitungan statistik uji-t yang diperoleh lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 9. Hasil Uji Independent Sample t-test
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil analisis uji-t diperoleh nilai
signifikansi sebesar .265 (p > 0.05) maka dapat diambil kesimpulan bahwa Ho
diterima dan Ha ditolak yang artinya tidak ada perbedaan pengembangan karir
antara wanita menikah dengan wanita belum menikah (single). Levene's
Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. T df
Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference
Subjek Equal variances
assumed 1.946 .167 -1.122 78 .265 -2.900 2.585
Equal variances
(61)
58
Tabel 10. Gambaran Skor Pengembangan Karir
Status Pernikahan
N Mean Std.
Deviation
Std. Error Mean
Pengembangan Karir
Menikah 40 200.58 12.463 1.971
Belum menikah (single)
40 203.48 10.581 1.673
Total 80 202.03 11.579 1.295
C. Hasil Tambahan
1. Nilai Empirik dan Nilai Hipotetik Persepsi Pengembangan Karir
Salah satu tujuan lain dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran
mengenai persepsi pengembangan karir dari subjek penelitian, untuk itu peneliti
menggunakan alat penelitian berupa skala persepsi pengembangan karir. Setelah
dilakukan uji reliabilitas di dapat 60 aitem yang memenuhi persyaratan untuk
kemudian dianalisa menjadi data penelitian dengan rentang 1-5 sehingga
dihasilkan nilai empirik total skor maksimum sebesar 233 dan skor minimum
sebesar 177.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai hipotetik total skor maksimum
300 dan skor minimum 60. Hasil perhitungan mean empirik dan mean hipotetik dari persepsi pengembangan karir dapat di lihat pada tabel 11 berikut ini:
(62)
Tabel 11. Nilai Empirik dan Nilai Hipotetik Persepsi Pengembangan Karir
Variabel Empirik Hipotetik
Persepsi pengembangan karir
Max Min Mean SD Max Min Mean SD
233 177 202.03 11.579 300 60 180 40
Berdasarkan tabel 11 maka diperoleh nilai mean empirik pengembangan karir sebesar 202.03 (XE = 202.03) dengan standar deviasi sebesar 11.579 dan nilai
mean hipotetik sebesar 180 (XH = 180) dengan standar deviasi sebesar 40.
Hasil perbandingan antara skor mean empirik dengan skor mean hipotetik menunjukan bahwa mean empirik lebih besar daripada mean hipotetik (XE > XH).
Hal ini berarti persepsi pengembangan karir oleh subjek pada penelitian lebi
besar dari populasi yang diasumsikan.
Data dikelompokkan dalam tingkatan-tingkatan untuk kemudian disusun
menurut norma tertentu. Data dikategorikan menjadi tiga kelompok dengan rumus
yaitu:
X < (µ - 1.0 σ) Rendah (µ - 1.0 σ) ≤ X < (µ + 1.0 σ) Sedang
(µ + 1.0 σ) ≤ X Tinggi
Dari perhitungan diatas, dapat dibuat kategorisasi persepsi pengembangan
(1)
meninggalkan pekerjaan saya saat ini 39. Saya dan rekan kerja bekerjasama dengan
baik untuk dapat mencapai target yang ditetapkan tanpa ada hambatan
SS S N TS STS
40. Saya merasa nyaman dengan tingkat karir yang sekarang sehingga tidak perlu
mendapatkan promosi dikantor
SS S N TS STS
41. Saya sering menunda pekerjaan dalam meyelesaikan tugas
SS S N TS STS
42. Saya senang karena perusahaan ini
menghargai kinerja dan usaha dari setiap karyawan
SS S N TS STS
43. Saya merasa tidak perlu meningkatkan kinerja saya secara maksimal karena sudah mendapatkan penilaian yang baik dari atasan
SS S N TS STS
44. Ketekunan dan kerja keras saya selama ini memberikan hasil yang baik sehingga karir saya dapat berjalan dengan lancar
SS S N TS STS
45. Saya merasa tertekan bila pekerjaan saya
mengalami masalah dalam
penyelesaiannya
(2)
46. Saya akan selalu berusaha dengan baik karena saya sangat menyukai pekerjaan ini
SS S N TS STS
47. Karyawan yang dapat memenuhi target yang diberikan akan mendapatkan imbalan yang pantas dari kantor
SS S N TS STS
48. Saya tidak mampu memenuhi target pekerjaan karena seringnya muncul berbagai kendala
SS S N TS STS
49. Saya akan meninggalkan pekerjaan saya yang sekarang karena tidak sesuai dengan minat dan harapan saya
SS S N TS STS
50. Dalam hal pengambilan keputusan, atasan saya selalu mendiskusikannya kepada setiap karyawan
SS S N TS STS
51. Atasan saya tidak berusaha untuk
mempromosikan bawahan yang
berprestasi
SS S N TS STS
52. Selama ini kantor menerapkan prinsip keadilan dalam memberikan promosi jabatan
SS S N TS STS
53. Menurut saya, atasan saya kurang memperhatikan kinerja setiap karyawan
(3)
54. Saya akan menyelesaikan pekerjaan walaupun tidak sesuai dengan minat saya
SS S N TS STS
55. Saya pantas untuk dipromosikan karena kinerja saya selama ini sangat baik
SS S N TS STS
56. Atasan saya selalu memberikan kritik dan saran dalam setiap kinerja karyawan
SS S N TS STS
57. Saya merasa puas setiap melakukan pekerjaan yang diberikan oleh atasan saya
SS S N TS STS
58. Pencapaian karir yang selama ini saya dapatkan adalah bentuk usaha dan kerja keras saya selama ini
SS S N TS STS
59. Saya merasa puas dan senang dengan jabatan yang saya miliki sekarang, sehingga saya tidak tertarik untuk dipromosikan
SS S N TS STS
60. Saya tertarik untuk dipromosikan walaupun nantinya saya akan mendapatkan tugas yang lebih banyak lagi
SS S N TS STS
61. Saya merasa tidak puas dengan segala sesuatu yang telah saya lakukan sejak awal bekerja
(4)
62. Setiap kendala yang muncul dalam memenuhi target pekerjaan, saya akan mampu mengatasinya
SS S N TS STS
63. Walaupun saya seorang wanita, saya akan dapat melakukan setiap tugas dengan baik sehingga saya pantas untuk dipromosikan
SS S N TS STS
64. Saya tidak tertarik melakukan pekerjaan yang tidak sesuai dengan kemampuan saya
SS S N TS STS
65. Saya merasa pantas untuk dipromosikan walaupun saya pernah melakukan kesalahan dalam hal pekerjaan
SS S N TS STS
66. Setiap karyawan tidak mendapatkan
kesempatan yang sama dalam
mendapatkan peluang promosi
SS S N TS STS
67. Hanya orang-orang tertentu yang mendapatkan informasi tentang adanya peluang promosi
SS S N TS STS
68. Walaupun saya merasa puas dan nyaman pada karir saya selama ini namun saya tetap ingin dipromosikan
SS S N TS STS
69. Setiap tugas yang diberikan saya selalu menyelesaikannya sesuai dengan target
(5)
yang diberikan
70. Saya merasa puas apabila setiap pekerjaan yang diberikan dapat saya lakukan sendiri tanpa bantuan orang lain
SS S N TS STS
71. Saya merasa tidak semangat dalam menyelesaikan tugas sehingga saya sering menunda pekerjaan saya
SS S N TS STS
72. Saya tidak berminat untuk dipromosikan karena nantinya pasti akan mendapatkan tugas yang banyak
SS S N TS STS
73. Saya tidak akan meninggalkan meninggalkan pekerjaan saya walaupun tidak sesuai dengan harapan saya
SS S N TS STS
74. Saya merasa tertekan ketika tidak mendapat kesempatan peluang promosi
SS S N TS STS
75. Atasan saya akan berusaha untuk mempromosikan setiap bahawan yang berprestasi
SS S N TS STS
76. Saya akan tetap mengerjakan tugas yang diberikan atasan walaupun saya tidak menyukainya
SS S N TS STS
(6)
pekerjaaan yang saya lakukan itu salah 78. Saya akan tetap menyelesaikan pekerjaan
saya walaupun tidak sesuai dengan minat saya
SS S N TS STS
79. Atasan saya selalu memperhatikan setiap kinerja bawahannya
SS S N TS STS
80. Banyaknya peluang promosi membuat saya rajin dalam bekerja
SS S N TS STS
81. Atasan saya tidak terlalu memperdulikan setiap kesalahan yang dilakukan oleh bawahannya
SS S N TS STS
82. Walaupun peluang promosi banyak diinformasikan, saya tidak tertarik untuk mendapatkannya
SS S N TS STS
83. Saya merasa senang karena mendapat pekerjaan dan atasan yang sangat baik
SS S N TS STS
84. Saya tidak pernah menunda pekerjaan dalam menyelesaikan setiap tugas yang diberikan
SS S N TS STS
85. Saya akan tetap bekerja pada posisi saya yang sekarang walaupun mendapat posisi kerja yang baik di tempat lain