2. Pra Coming out
Kesadaran diri terhadap interes seks sesama jenis biasanya merupakan proses yang lambat dan menyakitkan. Individu-individu yang menyadari
perasaan-perasaan tersebut
kemungkinan besar
akan menolak,
menghilangkan, dan merepres secara tidak sadar menekan ke unconsciousness. Pre-coming out adalah proses kesadaran yang
preconscious terhadap adanya identitas seksual terhadap sesama jenis. Konsekuensi yang paling jelas dari kesadaran ini adalah adanya dampak
negatif terhadap konsep dri. Individu-individu pada tahap ini sering membentuk konsep diri yang negatif karena sikap masyarakat yang negatif
terhadap homoseksualitas dan mereka mempresepsikan diri mereka sama seperti bagaimana masyarakat mempersepsikan mereka yaitu berbeda, sakit,
bingung, tidak moral, dan depresi. Individu-individu merasakan penolakan tak langsung ketika mereka mendengar teman-teman sebaya, para pemimpin
agama atau keluarga membuat pernyataan-pemyataan yang negatif mengenai kaum homoseksual dan homo- seksualitas. Penolakan tak langsung ini
biasanya dirasakan sangat mendalam. sehingga menahan mereka untuk mengungkapkan aspek yang ada dalam diri mereka tersebut kepada siapa pun
setiap saat kaum homoseksual mengingkari validitas dari perasaan mereka atau menahan untuk tidak mengekspresikan diri,
pada saat yang sama ia melukai dirinya sendini la membalikkan energinya ke dalam dan melakukan supresi secara sadar menekan ke
unconsciousness vitalitas yang dimilikinya
50
Individu-individu pada tahap ini tidak membuka diri kepada siapa pun termasuk kepada terapis mereka. Ini bukan karena mereka aktif menyem-
bunyikan informasi ini, tapi karena secara tidak disadari terproteksi oleh mekanisme pertahanan diri seperti denial, supresi secara sadar menekan ke
unconsciousness, dan represi. Sebagian mengikuti terapi karena mengeluh adanya masalah-masalah umum seperti depresi konsep diri yang buruk,
kurang jelasnya tujuan hidup, danatau hubungan interpersonal yang buruk. Sebagian semata-mata merasa tidak cocok dengan orang-orang lain.
Konflik pada tahap ini dipecahkan dengan cara yang berbeda-beda. Beberapa
individu memutuskan
untuk bunuh
diri. Lain-lainnya
menyembunyikan kecenderungan seksual mereka yang sesungguhnya dari diri mereka sendiri maupun orang lain dan terus menderita depresi tingkat rendah
yang kronis. Satu satunya pemecahan yang sehat untuk tugas perkembangan pada tahap ini adalah mengakui kepada diri sendiri adanya perasaan-perasaan
dan interes homoseksual. Pada saat inilah teradi individuasi.
50
Paul, Weinrich Gonsiorek Hotvedt , Homosexuality:Social,Psychological and Biological Issues, London: SAGE Publication. 1982, h.221.
3. Proses coming out
Pada proses ini menggambarkan peningkatan kemampuan beradaptasi sebagai individu menyesuaikan orientasi seksual nya dalam masyarakat di
mana heteroseksual adalah norma dan homoseksualitas adalah stigmatisasi. Proses adalah salah satu pembentukan identitas dan integrasi.
Terdiri dari menjelajahi identitas seksual yang muncul dan mengurangi
disonansi kognitif
dikaitkan dengan
evaluasi negatif
diinternalisasi gay, lesbian, dan biseksual. integrasi identitas termasuk penerimaan seseorang gay, lesbian, biseksual identitas dan berbagi aspek diri
dengan individu lainnya. Proses ini memiliki kognitif, perilaku, dan dimensi sikap
51
Membuka diri merupakan suatu proses bukan hanya sekedar menyatakan kepada orang lain bahwa dirinya adalah seorang gay. Proses ini
melibatkan berbagai elemen seperti preferensi seksual seseorang, pengalaman dengan orang lain dalam sosialisasi peran seksual, proses realisasi mengenai
identitas seksual, perilaku dan komitmen untuk gay hidup homoseksual. Membuka diri dibagi menjadi empat tahapan, yaitu 1 sensinitasi 2
disosiasi dan signifikansi 3 membuka diri coming out 4 komitmen
51
Cass, V. C, Homosexual identity formation: Testing a theoretical model. Journal of Sex Research, 1984, h.143.
1. Sensinitasi
Pada tahap ini, individu mulai menyadari bahwa dirinya berbeda dengan orang lain. Di tahap ini individu dapat menilai dirinya berbeda dari yang lain melalui
tanggapan yang ia dapat dan lingkungan sekitarnya atas dirinya tersebut. 2.
Disosiasi dan signifikansidissociauon and signification.
Di tahap ini seorang gay menyadari bahwa dirinya memiliki ketertarikan khusus terhadap sesama jenisnya yang dapat digambarkan melalui perilakunya.
Ketertarikan ini dapat dipisahkan dalam bentuk ketertarikan secara seksual maupun emosional. Di tahap ini, biasanya individu yang menyadari bahwa
dirinya menyukai laki laki kerap kali menyangkal perasaannya tersebut 3.
Membuka diri coming out Tahap ini merupakan tahap pendefinisian diri sebagai seorang homoseksual.
Pada tahap ini individu mulai terlibat dengan aktivitas homoseksual dan berusaha mendefinisikan kembali bahwa homoseksualitas merupakan suatu hal
positif dan layak di masyarakat. Pada tahap individu mulai terlibat secara aktif dalam organisasi organisasi kelompok homoseksual, dengan tujuan untuk
mendapatkan dukungan dan mengatasi masalah-masalah yang terjadi dalam kehidupan yang dipilihnya. Di tahap ini pula. Individu juga mencoba untuk
menyatakan mengenai konsep dirinya sebagai seorang gay kepada kepada orang lain.
4. Komitmen
Pada tahap ini individu menjadikan gay sebagai pilihan hidupnya, yaitu preferensi homoseksual individu telah terintegrasi dalam kehidupan sehari-hari
di dalam lingkungan sosialnya. Tahap ini merupakan kombinasi antara seksualitas dengan emosional. yaitu contohnya individu menjalin relasi
hubungan kekasih dengan pasangan laki-laki. Proses coming out yang terdin dari beberapa tahap perkembangan
yang terjadi pada seorang gay sebelum sampai pada tahap tahap tersebut, sebelummya akan dibahas mengenai critical incident yang menjadi pemicu
terjadinya coming out pada homoseksual, lalu distressing dalam coming out. Ada beberapa alasan utama yang mendasari terjadinya coming out.
a. Critical Incident
Critical incident adalah hal yang memberikan dampak paling besar terhadap teryadinya suatu peristiwa. Kehadiran seseorang bisa
menjadi critical incident bagi kemajuan atau kelambatan produktivitas orang lain dalam melakukan pekerjaannya. Maka, setiap orang
tersebut hadir, produktivitas orang lain menjadi terpacu atau terganggu. Demikian juga pada homoseksual. Ada peristiwa atau
kondisi yang tak tertahankan bagi homoseksual, sehingga membuatnya memilih untuk menunjukkan orientasi seksualnya yang
sebenarya dari pada menyembunyikan nya
52
. Waktu antara individuasimengakui kepada diri sendiri bahwa dirinya homoseksuall
sampai memutuskan bahwa dirinya adalah gay Renuang waktu yang begitu panjang menunjukkan betapa lamanya waktu yang dibutuhkan
oleh homoseksual untuk berani ke luar dari tempat persembunyiannya untuk menunjukkan identitas diri yang sebenamya
b. Distressing dalam Coming out
French menyatakan bahwa titik balik dalam comingout merupakan pengalaman yang sangat menyakitkan dan distressing bagi semua gay,
karena ini merupakan peristiwa ketika seksualitas gay atau lesbian diungkapkan dan dikonfirmasikan.
Walaupun mungkin pasangan dari gaylesbian menyadari ke-gay-an ke-lesbian-an pasangannya sebelum mereka menikah, heteroseksual
itu sendiri tetap berasumsi bahwa mereka akan hidup dalam perkawinan heteroseksual dan keluarga yang nyata Selanjutnya akan
dibahas tahap-tahap dalam proses coming out menurut tiga ahli yang diperkuat oleh hasil-hasil penelitian para ahli lainnya
53
52
Lewin Ellen, Lesbian Mothers : Accounts of Gander in American Culture, NY: Cornell University Press 1993, h. 37.
53
Davies Peter, The role of disclosure in coming out among gay men Modern Homosexualities : Fragments of lesbian an gay Experience, London
– Routledge. 1992, h.89.
4. Alasan yang Mendasari Terjadinya Corning out
Coming out ditandai dengan beragam pengalaman dengan berbagai respons dan strategi. Ada tiga alasan utama yang mendasari terjadinya
coming out: a.
wanting more time, apabila seorang gay membuka onentasi seksualnya kepada istripacar wanitanya, karena gay tersebut memerlukan waktu
untuk mengeksplorasi seksualitasnya dalam dunia gay. b.
finding suspicious clues, apabila seorang wanita heteroseksual menemukan tanda-tanda yang menimbulkan kecurigaan mengenai
orientasi seksual suamipacar prianya contohnya : setelah menemukan majalah gay dirumah mereka, menurunnya ketertarikan seksual suami,
meningkatnya waktu yang digunakan oleh suamipacar pranya untuk bersama-sama dengan teman sesama jenisnya.
c. being caught in the act, apabila seorang wanita mengetahui orientasi
seksual suami pacar prianya setelah suamipacar prianya dituntut oleh polisi karena ketahuan berbuat mesum di tempat umum atau karena hasil
pemeriksaan medis bahwa suamipacar prianya terjangkit penyakit AIDS, atau suamipacar prianya tertangkap basah sedang bersetubuh
dengan sesama jenis
54
54
Davies Peter, The role of disclosure in coming out among gay men Modern Homosexualities : Fragments of lesbian an gay Experience, London
– Routledge. 1992, h.78.
5. Tahap-tahap Perkembangan dalam Proses Coming out
Tahap-tahap perkembangan pada gay yang terjadi dalam proses coming out Pembahasan ini mengacu pada tiga ahli. Jumlah tahap antara
masing-masing ahli berbeda, yaitu : a.
Tahap tahap menurut Davies Davies menyatakan bahwa ada 2 tahap dalam proses coming out yaitu
individuasi dan disclosure. Individuasi adalah proses psikologis internal di mana seseorang sampai pada pengakuan kehomoannya dan
disclosure adalah proses dimana orang orang lain mengetahui atau memang belajar adanya fakta bahwa individu yang bersangkutan itu
gay. Jadi disclosure bisa merupakan proses aktif atau bisa pula merupakan proses pasif dari gay itu sendiri. Disclosure bisa teriadi
dalam dua bentuk, yaitu compartmentalization kompartementalisasi dan collusion kolusi. Kompartementalisasi adalah kondisi di mana
gay membagi kehidupannya menjadi dua wilayah. Wilayah yang pertama terdiri dari orang-orang yang mengetahui bahwa dirinya gay.
Wilayah yang kedua terdiri dari orang-orang yang tidak mengetahui bahwa dirinya gay. Dalam kompartementalisasi, gay berusaha
memastikan bahwa orang-orang dari wilayah yang satu, tak seorang pun kenal dengan orang-orang dari wilayah yang satunya lagi.
Dengan kata lain, kehidupan dipisah-pisahkan menjadi beberapa wilayah atau area, di mana pada wilayah yang satu ia dikenal sebagai
gay pria homoseksual, tetapi pada wilayah yang lain ia dikenal sebagai pria heteroseksual. Wilayah-wilayah tersebut dipisahkan oleh
jarak yang berkilo-kilometer. Contohnya di antara teman-teman kerja seseorang yang tahu bahwa ia adalah gay, tak seorang pun kenal
dengan teman-teman kuliahnya di kota lain yang tidak tahu bahwa ia adalah gay, Selanjutnya kolusi adalah kondisi di mana terjadi
disclosure, yaitu gay yang membuka rahasia tentang dirinya kepada orang lain, bersepakat dengan satu atau beberapa orang yang
mengetahui rahasia untuk menjaga informasi ini agar tidak diketahui oleh orang-orang lain. Kolusi terdiri dari dua bentuk. Pertama,
informasi diketahui oleh beberapa orang, dan mereka menjaga agar informasi ini tidak diketahui oleh satu atau dua orang tertentu
contohnya: Sekeluarga ibu, Ayah, dan saudara-saudara menjaga agar kakek dan nenek tidak tahu. Dalam contoh kasus kakek dan
nenek, biasanya seluruh anggota keluarga akan setuju bahwa lebih banyak ruginya daripada untungnya jika memberitahu kakek dan
nenek, karena akan membuat mereka resah. Kedua, informasi diketahui oleh satu atau dua orang tertentu saja, sedangkan
kebanyakan orang tidaktahu. Contohnya hanya kakak perempuan a teman terdekat di kantor yang tahu.
b. Tahap Tahap menurut Greene
Greene juga membagi proses coming out dalam dua tahap, dengan menambahkan bahwa coming out merupakan tugas perkembangan
coming out didefinisikan sebagai realisasi yang paling sederhana dari orientasi seksual seorang gay atau lesbian dan disclosure yang
kemudian terjadi dari orientasi itu kepada orang-orang lain
55
. Aspek fenomenologis dari proses ini rumit dan melibatkan proses di mana
seorang individu membentuk perasaan sebagai gay atau lesbian, yang melintasi life span dalam suatu kultur yang melegitimasi sering berupa
sanksi secara agama reaksi reaksi negative yang intens terhadap orang- orang semacam itu Argumen-argumen agama sering dan secara
selektif digunakan untuk membenarkan perilaku yang menghukum dan menolak gay, yang memfungsikan sikap sikap sosial yang negatif
terhadap gay c.
Tahap Tahap Menurut Gonsiorek Ia menyatakan bahwa proses ini lebih jelas bagi pria yang coming out
selama periode remaja dibandingkan bagi wanita, dan di awal usia remaja, pria cenderung berperilaku berdasarkan keinginan seksual
mereka la
menyebutkan bahwa
perbedaan-perbedaan dalam
perkembangan identitas yang disebabkan oleh perbedaan sosialisasi gender merupakan salah satu hal yang menentukan pria lebih jelas
dalam coming out dibandingkan wanita.
56
55
Greene and Herek, Lesbian and Gays coupels families, Francisco : Jossy bass 1994, h. 90.
56
Gonsiorek JC, Mental health issue of gay and lesbian adolescents, Journal of Adolescent heath care, 1988, hal 112.
BAB III GAMBARAN UMUM INFORMAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai gambaran umum dari para informan, yaitu mereka sebagai seorang gay dan yang sudah memutuskan untuk coming out.
A . Profil Informan 1 a
Biodata Informan
1. Nama
: D 2.
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 11 agustus 1994
3. Usia
: 22 Tahun 4.
Jenis kelamin : Pria
5. Domisili
: Bogor – Cilandak
6. Agama
: - 7.
Status : Belum Menikah
8. Tahun Coming out
: 2012 9.
Pofesi : Pegawai Swasta
10. Pendidikan Terakhir
: SMP 11.
Suku : Jawa
12. Hobby
: Dance 13.
Jumlah Saudara Kandung : 2 Adik
b Riwayat Menjadi Gay
D merasakan ada sesuatu yang berbeda pada dirinya saat berada di bangku SMP. Ia merasa lebih tertarik dengan sesama jenis dan tidak
menyukai lawan jenis nya yaitu perempuan. Ia lebih merasa memiliki ketertarika apabila sedang dekat dengan pria dari pada wanita. Namun ia tidak
mengerti apa maksud dari hal tersebut. Tepat nya pada tahun 2008 D mulai mencari tau mengenai permasalahannya tersebut hingga ahirnya ia menyadari
bahwa ia adalah seorang gay dan memutuskan untuk diam saja karena tidak mengetahui apa yang harus ia lakukan. Tahun 2011 ia mencari tau kembali
apa itu gay dan mulai memahami nya. Setelah ia mengetahui apa itu gay secara cukup detail melalui group homoseksual yang ada di facebook iya pun
merasa bahwa ia tidak sendirian dan tidak mau mengelak mengenai permasalahan orientasi seksualnya.
Awal nya ia mengetahui bahwa menjadi seorang gay adalah salah. Namun disisi lain ia merasa bahwa hal ini bukanlah keinginannya sendiri
untuk menjadi seorang gay. Ia merasa ini memang sudah menjadi takdir yang diberikan kepadanya. D menjadi seorang gay di sebabkan karena orang tua
nya yang tidak harmonis, ia tidak pernah mendapatkan sedikitpun sosok seorang ayah saat ia masih kecil. D tidak pernah mengetahui bagaimana
rasanya di sayang dan diperhatikan oleh seorang ayah. Hingga akhirnya ia mencari sosok tersebut saat sudah beranjak dewasa
c Peran Keluarga
D mengatakan kepada ibu serta adik adiknya bahwa ia adalah seorang gay yang memiliki permasalahan dalam orientasi seksual. Saat
mendengarkan hal tersebut Ibu D yang saat ini usianya 50 tahun pun kaget dan juga kecewa. Lalu D mengatakan bahwa hal ini terjadi karena
hubungan ibu dan ayah yang tidak harmonis. Ia merasa bahwa selama ini hidup tanpa seorang ayah membuat nya haus akan kasih sayang. Ia sangat
menginginkan kasish saya dari seorang pria, ia ingin seperti anak anak yang lain yang suka bermain dengan ayahnya dan D pun menjelaskan kepada
ibunya bahwa untuk menjadi gay bukan sebuah pilihan tetapi ini seperti memang sudah ada pada dirinya. Hingga akhirnya ibunya mulai menerima
dengan hal ini. Namun Ibu D pernah mengatakan bahwa ia berharap kalau kelak
D dapat berubah dan bisa memiliki istri dan anak dikemudian hari namun ibunya tidak memaksakan hal tersebut. mendengar hal tersebut D tidak
menutup kemungkinan bahwa suatu saat ia akan menyukai perempuan lalu menikah. Segala kemungkinan dapat terjadi nanti nya.
Orang tua D sangat mendukung segala bentuk kegiatan yang dilakukan nya. Karena ia tidak tinggal satu rumah, orang tua dan adik adik
D hanya berkomunikasi melalui telfon atau SMS. Terkadang D apa bila sedang mendapatkan libur dari kantor nya ia memutuskan untuk pulang dan
bertemu keluarganya.
d Pemahaman Mengenai Coming out
D memutuskan coming out pada tahun 2011 kepada orang tua serta keluarganya. Ia merasa bahwa hal tersebut tidak perlu untuk di tutupi dan mau
menjalankan hidup dengan tenang tanpa harus merasa takut tidak diterima orang banyak mengenai permasalahan orientasi seksualnya tersebut.
Ia tidak mau menjadi orang yang munafik. Setiap orang yang mengalami permasalahan orientasi seksual harus berani melakukan coming
out. Karena apa bila ditutupi kasihan kepada mereka yang mempunyai perasaan lebih kepada nya lawan jenis sedangkan ia tidak menyukai mereka.
Menyimpan kebohongan apapun suatu saat pasti akan terungkap
e Pengalaman Coming out Di Lingkungan Hetroseksual
D awalnya memutuskan untuk coming out kepada keluarganya saja karena belum merasa orang disektiar nya perlu tahu mengenai permasalahan
yang ia alami. Namun dengan berjalannya waktu ia tidak mau lagi menutupi hal tersebut. Ia mulai bercerita dengan teman dekat cowo nya berinisial K
dan respond dari temannya cukup kaget dan tidak percaya. Namun D menceritakan semua nya dengan jelas kepada temannya
tersebut mengenai hal yang ia alami. Dan mengapa akhirnya ia menjadi gay. Setelah mendengar pernyataan dengan baik akhinya temannya pun menerima
dengan baik tanpa mempermasalahkan hal tersebut
Saat mulai berkerja ia semakin terbuka dengan siapa pun yang menanyakan mengenai masalah orientasi seksualnya. Setelah banyak orang
yang tau hal tersebut D sering dijadikan bahan omongan oleh banyak orang. Namun ia tidak memperdulikan hal tersebut karena menurutnya masalah
orientasi seksual adalah hal yang sangan pribadi, sehingga setiap orang tidak perlu ikut campur. Walaupun D sering di jadikan bahan omongan oleh
banyak orang di lingkungan hetroseksual namun ia tetap tidak mau menyembunyikan hal tersebut karena menurut D menjadi diri sendiri itulah
yang terpenting.
B. Profil Informan 2 a
Biodata Informan
1. Nama
: R 2.
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 24 Januari 1995
3. Usia
: 22 Tahun 4.
Jenis kelamin : Pria
5. Domisili
: Bekasi 6.
Agama : Islam
7. Status
: Belum Menikah 8.
Tahun Coming out : 2015
9. Pofesi
: Mahasiswa
10. Pendidikan terakhir
: SMA 11.
Suku : Sunda
12. Hobby
: Bernyanyi 13.
Jumlah Saudara Kandung : -
: 3 Adik Tiri
b Riwayat Menjadi Gay
Saat sekolah dasar R merasa bahwa ada sesuatu yang berbeda pada dirinya, karena ia menyukai teman sebangkunya yang berjenis
kelamin laki laki. R tertarik dan suka sekali dengan laki laki tersebut. Karena saat itu ia masih kecil dan tidak mengetahui apa maksud dari rasa
sukanya, ia memutuskan untuk melupakan hal tersebut hingga ia SMP. Saat SMP pun ia merasa memiliki perasaan dengan sesama jenis namun ia
masih tidak memperdulikan hal tersebut. Saat R beranjak SMA iya mencari tau mengenai apa yang ia
rasakan sejak sekolah dasar itu hingga akhirnya ia mencoba untuk mencari tau melalui media sosial twitter. Ia pun kaget karena ternyata diluar sana
banyak sekali orang yang merasakan hal yang sama dengan dirinya dan banyak sekali akun khusus para gay. Lalu setelah mengetahui hal tersebut
ia pun mengamati nya setiap hari hingga akhirnya ia paham dengan apa yang ia alami saat ini sebagai seorang gay.
Namun saat awal mencari tau permasalahan ini melalui twitter ia belum berani untuk membuat akun dan bercengkrama langsung dengan
para gay yang ada disana. R merasa belum memiliki keberanian untuk itu . lalu saat diakhir sekolah menengah pertamanya ia memutuskan untuk
membuat akun dan mulai mengadakan banyak kontak dengan para gay serta ia mengetahui bahwa yang ia alami ini adalah permasalahan seksual
yang di sebut gay.
c Peran Keluarga
R merasa sangat stress dengan permasalahan yang ia alami ini dan sempat memutuskan untuk bunuh diri dan kuliahnya di bandung pun
menjadi tidak beraturan. Orang tua R yang saat ini berusia 38 tahun ia mengetahui bahwa anaknya mengalami stress selama berada di Bandung.
Lalu orang tuanya pun memutuskan untuk membawa kembali R ke Bekasi.
Setelah ia kembali ke Bekasi, ibu tiri dari R pun menanyakan mengenai apa yang sedang ia rasakan hingga membuatnya sangat strees
seperti ini. namun ia belum mau memberitahukan masalahnya tersebut kepada ibu tirinya. R dengan ibu tirinya tidak memiliki konflik besar
dan R mengapresiasi kebaikan ibu tirinya kepada dirinya walaupun sebenarnya ia merasa enggan untuk cerita dengan ibu tirinya tersebut.
Karena R belum mau mengakui hal tersebut lalu ibu tirinya menyuruh R untuk menuliskan semua permasalahan yang ia alaminya
selama ini. Akhirnya R pun melakukan hal tersebut, ia meceritakan semua permasalahannya.
Ibu R semenjak mengetahui hal tersebut menjadi lebih protektif kepadanya. ia sering menanyakan mengenai teman teman R dan
memantau setiap kegiatan R melalui sosial media. Hal tersebut membuat R merasa kesal dengan ibunya dan merasa bahwa ia sedang
diawasi setiap saat. Ayah R terkesan cuek dengan masalah yang dialami anaknya, ia
sibuk untuk berkerja dan menyerahkan masalah ini kepada ibu tirinya. Ayah R saat ini berusian 49 tahun. Dengan masalah yang dialami oleh
R ia berusaha seperti tidak tahu namun terkadang ia tidak bisa menahan amarahnya apabila R melakukan kesalahan dan memarahi nya.
d Pemahaman Mengenai Coming out
Memutuskan coming out adalah hal yang sangat sulit menurut R karena ia takut mengecewakan banyak orang. Dan merasa bahwa menjadi
gay adalah suatu aib yang tidak boleh diketahui oleh orang banyak. Namun ia tidak mau menutupi terus menerus masalah ini dan memutuskan
untuk memberitau ibu tirinya melalui tulisan dan kebeberapa teman nya yang ia anggap layak untuk mengetahui hal tersebut.