Tujuan Penulisan Makalah Rumusan Masalah Kasus Posisi

B. Tujuan Penulisan Makalah

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Lingkungan serta untuk menambah wawasan dan pemahaman kita mengenai penyelesaian sengketa lingkungan hidup melalui Pengadilan Tata Usaha Negara PTUN. Secara khusus, tujuan dari penulisan makalah ini antara lain: a Menganalisa secara kritis apakah pertimbangan hakim telah tepat dan sesuai dengan teori hukum lingkungan beserta Peraturan yang berlaku. b Menganalisa secara kritis apakah putusan hakim telah tepat dan sesuai dengan teori hukum lingkungan beserta Peraturan yang berlaku.

C. Rumusan Masalah

a Sudah tepatkah penggunaan hak gugat oleh para Penggugat dalam kasus ini? Sudah tepatkah pendapat hakim atas hak gugat para para Penggugat? b Bagaimana pendapat para pihak dan hakim mengenai hubungan Amdal, Risk Asessment, dan Precautionary Principle dalam kasus ini? Sudah tepatkah pendapat hakim terkait hubungan ini? c Bagaimana para pihak melihat keamanan produk kapas transgenik, yang termasuk pestinsect resistant crops Bt? d Bagaimana pendapat hakim atas persoalan keamanan ini? Sudah tepatkah pendapat hakim ini? BAB II ISI

A. Kasus Posisi

2 Kasus ini terjadi antara koalisi ORNOP untuk keamanan Hayati dan Pangan ICEL, YLKI, Biotani Indonesia, YLKSS di Makassar, LPPM di Makassar dan KONPHALINDO yang selanjutnya disebut sebagai para para Penggugat, melawan Menteri Pertanian R. I., PT. Monagro Kimia, juga Syarifuddin, dkk. Dalam gugatan tersebut, para para Penggugat salah satu pokoknya mendalilkan mengenai pelepasan izin bagi produk transgenik tanpa melalui proses Analisa Mengenai Dampak Lingkungan atau Amdal, yang mana menurut penilaian para para Penggugat, pelepasan kapas transgenik Bt DP 5690B sebagai varietas unggul dengan nama NuCOTN 32B Bollgard tersebut haruslah didahului dengan pelaksanaan proses AMDAL sesuai dengan Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Tetapi pada kenyataannya pengeluaran izin pelepasan kapas transgenik di tujuh kabupaten di Sulawesi Selatan ini terjadi tanpa adanya proses AMDAL dan hal tersebut menurut para penggungat akan mengganggu optimalisasi upaya penerapan prinsip kehati-hatian precautionary principle pada usaha atau kegiatan yang berkaitan dengan produk transgenik, pengelolaan dan pelestarian lingkungan, perlindungan konsumen dan sebagainya, sehingga mengakibatkan menurunnya partisipasi masyarakat dan berkurangnya kemampuan pemerintah untuk melindungi keanekaragaman hayati serta daya dukung lingkungan . Berdasarkan hal-hal tersebut, Majelis Hakim dalam pertimbangannya berpendapat bahwa dalam penerbitan Surat Keputusan Tata Usaha Negara yang dikeluarkan tergugat telah cukup mempertimbangkan prinsip kehati-hatian dalam pelepasan uji coba lapangan secara terbatas kapas transgenik Bt DP 5690 B. Hal yang dilakukan tergugat tersebut juga terbukti tidak melanggar ketentuan tentang AMDAL dalam Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999. Kedua hal tersebut berdasarkan pada bukti tertulis ditemukannya fakta-fakta tindakan tergugat antara lain berupa: 1 melakukan pengumuman kepada masyarakat sebelum Keputusan Tata Usaha Negara diterbitkan, 2 memenuhi ketentuan dalam Surat Keputusan Bersama Menteri Pertanian, Menteri Kehutanan dan Perkebunan, Menteri Kesehatan, dan Menteri 3 Negara Pangan dan Holtikultura tanggal 29 September 1999 yang pada akhirnya menyatakan kapas transgenik Bt DP 5690 B aman terhadap lingkungan dan keanekaragaman hayati, 3 memperhatikan rekomendasi Tim Penilai dan Pelepas Varietas TP2V yang terdiri dari 16 anggota Tim dan Narasumber Ahli Bioteknologi yang memberi rekomendasi pelepasan kapas transgenik di Sulawesi Selatan, 4 klarifikasi kegiatan pelepasan kapas transgenik oleh tergugat kepada Menteri Negara Lingkungan Hidup. Pada akhirnya amar Putusan No. 71G.TUN2001PTUN-JKT berbunyi Majelis Hakim memutuskan untuk menolak gugatan para para Penggugat seluruhnya.

B. Pembahasan 1. Hak Gugat Para Penggugat