Suplai darah kornea berasal dari pembuluh – pembuluh darah konjungtifa, episklera dan sklera yang berakhir di sekitar limbus korneosklera. Kornea itu
sendiri bersifat avaskuler.
7
IV. FISIOLOGI KORNEA
Fungsi utama kornea adalah sebagai membrane protektif dan sebuah “jendela” yang dilalui cahaya untuk mencapai retina. Transparansi kornea
dimungkinkan oleh sifatnya yang avaskuler, memiliki struktur yang uniform yang sifat deturgescence – nya. Transparansi stroma dibentuk oleh pengaturan
fisis special dari komponen – komponen fibril. Walaupun indeks refraksi dari masing – masing fibril kolagen berbeda dari substansi infibrilar, diameter
yang kecil 300 A dari fibril dan jarak yang kecil diantara mereka 300 A mengakibatkan pemisahan dan regularitas yang menyebabkan sedikit
pembiasan cahaya dibandingkan dengan inhomogenitas optikalnya. Sifat deturgescence di jaga dengan pompa bikarbonat aktif dari endotel dan fungsi
barbier dari epitel dan endotel. Kornea di jaga agar tetap berada pada keadaan “basah” dengan kada air sebanyak 78.
1,2
Kornea menerima suplai sensoris dari bagian oftalmik nervus trigeminus. Sensasi taktil yang terkecil pun dapat menyebabkan refleks penutupan mata.
Setiap kerusakaan pada kornea erosi, penetrasi benda asing atau keratokonjungtivitis ultraviolet mengekspose ujung saraf sensorik dan
menyebabkan nyeri yang intens disertai dengan refleks lakrimasi dan penutupan bola mata involunter. Trias yang terdiri atas penutupan mata
involunter blepharospasme, refleks lakrimasi epiphora dan nyeri selalu mengarahkan kepada kemungkinan adanya cedera kornea.
6
Seperti halnya lensa, sklera dan badan vitreous, kornea merupakan struktur jaringan yang braditrofik, metabolismenya lambat dimana ini berarti
penyebuhannya juga lambat. Metabolisme kornea asam amino dan glukosa diperoleh dari 3 sumber, yaitu:
6
Difusi dari kapiler-kapiler disekitarnya Difusi dari humor aquos
Difusi dari film air mata
13
Kornea mendapatkan pemaparan konstan dari mikroba dan pengaruh lingkungan, oleh sebab itu untuk melindunginya kornea memiliki beberapa
mekanisme pertahanan. Mekanisme pertahanan tersebut termasuk refleks berkedip, fungsi antimikroba film air mata lisosim, epitel hidrofobik yang
membentuk barrier terhadap difusi serta kemampuan epitel untuk beregenerasi secara cepat dan lengkap.
6
Ketika pathogen telah menginvasi jaringan melalui lesi kornea superfisial, beberapa rantai kejadian tipikal akan terjadi, yaitu:
6
Terjadi lesi pada kornea Patogen akan menginvasi dan mengkolonisasi struma kornea
Antibodi akan menginfiltrasi lokasi invasi pathogen Hasilnya akan tampak gambaran opasitas pada kornea dan titik invasi pathogen
akan membuka lebih luas dan memberikan gambaran infiltrasi kornea.
Iritasi dari bilik mata depan dengan hipopion umunya berupa pus yang akan berakumulasi pada lantai dari bilik mata depan.
Pathogen akan menginvasi seluruh kornea Hasilnya stroma akan mengalami atropi dan melekat pada
membrana descemet yang relatif kuat dan akan menghasilkan descematocele yang dimana hanya membrana descement yang
intak. Ketika penyakit semakin progresif, perforasi dari membran
descement terjadi dan humor aquos akan keluar. Hal ini disebut ulkus kornea perforata dan merupakan indikasi bagi intervensi
bedah secepatnya. Pasien akan menunjukkan gejala penurunan visus progresif dan bola mata akan menjadi lunak.
V. KLASIFIKASI