14
Plasticity  Retention  Index  merupakan  analisis  untuk  mengetahui  keadaan    molekul  karet sebagai akibat dari pemanasan yang dapat memecah molekul karet sehingga karet menjadi lunak.
Proses ini berhubungan dengan oksidasi. Karet yang memiliki nilai PRI tinggi berarti mempunyai ketahanan  terhadap  oksidasi  pada  suhu  tinggi.  PRI  merupakan  nilai  perbandingan  antara
plastisitas sebelum pengusangan Po dan sesudah pengusangan Pa. Nilai PRI yang didapatkan telah sesuai dengan standar nilai PRI SIR 20 yang ada.
2. Karakteristik Aspal Pen 60
Aspal yang digunakan dalam penelitian ini adalah aspal jenis pen 60. Aspal pen 60 yang akan digunakan  terlebih  dahulu  diuji  nilai  titik  lembek  dan  nilai  penetrasinya  untuk  mengetahui
kemampuan aspal  melunak dan tingkat kekerasannya.  Hasil  uji karakteristik aspal pen 60 dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil uji karakteristik aspal Pen 60 Kriteria Uji
Hasil uji Persyaratan  berdasarkan SNI
06-2456-1991 dan SNI 06- 2434-1991
Titik Lembek
o
C 51
48-58 Penetrasi dmm
55 60-79
Titik  lembek  merupakan  suhu  pada  saat  aspal  mulai  melunak  dikarenakan  pemanasan  yang terus-menerus. Aspal pen 60 yang dipakai memiliki nilai titik lembek sebesar 51
o
C. nilai tersebut menunjukkan  bahwa titik  lembek aspal pen 60  yang dipakai  memenuhi  standar aspal Pen 6070
yang ditetapkan. Uji  penetrasi  dilakukan  untuk  mengetahui  tingkat  kekerasan  aspal.  Semakin  rendah  nilai
penetrasi  yang  didapat  menunjukkan  tingkat  kekerasan  aspal  yang  semakin  tinggi  keras. Berdasarkan  hasil  uji  penetrasi,  aspal  pen  60  yang  dipakai  memiliki  nilai  penetrasi  sebesar  55
dmm. Nilai tersebut apabila dibandingkan dengan nilai standar penetrasi untuk aspal pen 60 tidak memenuhi  standar  yang  ada.  Hal  ini  menunjukkan  bahwa  aspal  pen  60  yang  dipakai  telah
mengalami  penurunan  nilai  penetrasi  atau  menjadi  keras  karena  penyimpanannya  yang  terlalu lama.    Secara  teoritis,  aspal  pen  60  seharusnya  memiliki  nilai  penetrasi  minimum  sebesar  60
dmm.
3. Karakteristik SIR 20 Terdegradasi
Degradasi  SIR  20  merupakan  proses  pemutusan  rantai  polimer  isoprene  yang  panjang  pada karet  menjadi  rantai  polimer  yang  pendek.  Jika  rantai  polimer  lebih  pendek,  maka  diharapkan
kemampuan karet alam melekat pada media aspal menjadi lebih baik. Penurunan bobot molekul SIR  20  diharapkan  dapat  memudahkan  proses  pencampurannya  dengan  aspal  sehingga  tidak
membutuhkan energi yang besar dan proses yang lama. Pada penelitian ini dilakukan degradasi SIR 20 secara mekanis,  yaitu dengan memanfaatkan
tenaga  mekanis  yang  berasal dari gaya geser antara permukaan gilingan mesin giling terbuka dengan balok karet. Jenis mesin giling yang digunakan yaitu two roll mill mesin giling terbuka.
15
Mesin  giling  ini  terdiri  atas  2  roll  mill  yang  berputar  dengan  arah  yang  berlawanan  untuk membantu proses pelunakan karet atau mastikasi. Alat degradasi SIR 20  yang digunakan dapat
dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Alat degradasi SIR 20 two roll mill Mastikasi yang digunakan pada penelitian ini adalah mastikasi dingin karena menggunakan
suhu  60
o
C.  Pengontrolan  suhu  dilakukan  dengan  adanya  aliran  steam  pada  mesin.  Menurut Amir 1990, pelunakan digolongkan dalam mastikasi dingin jika mastikasi dilakukan pada suhu
dibawah 100
o
C. Proses  pemutusan  ikatan  polimer  pada  SIR  20  dilakukan  dengan  cara  menggiling  karet
selama  waktu  yang  telah  ditentukan  yaitu  8,  16  dan  24  menit.  Lokasi  pemutusan  terjadi  pada ikatan karbon-karbon dari rantai utama polimer backbone yaitu
–CH
2
-CH
2
-. Lokasi pemutusan ikatan karbon-karbon rantai utama polimer dapat dilihat pada Gambar 6.
CH
3
CH
3
CH
2
C = C          CH
2
CH
2
C = C      CH
2
H                                                    H
Proses  pemutusan  rantai  molekul  selama  mastikasi  selain  dipengaruhi  oleh  suhu  juga dipengaruhi  oleh  tenaga  mesin  mastikasi  itu  sendiri.  Menurut  Straudinger  et  al.  1931,  proses
mastikasi  pada  suhu  rendah  bukan  reaksi  thermal  biasa  tetapi  merupakan  penyatuan  energi mekanik  berupa  gaya  gesekan  shearing  force  yang  dipaksakan  untuk  menghancurkan  molekul
Gambar 6. Ionasi rantai molekul dalam mastikasi karet alam Bristow dan Watson 1963
Lokasi pemutusan rantai molekul
Polimer
Keterangan: -
Kecepatan rol yang lambat : 24 rpm -
Rasio  kecepatan  rol  yang  lambat  dibandingkan rol yang cepat : 1:1,4
- Diameter roll : 150 mm
16
karet. Penghancuran molekul yang dimaksud adalah perubahan ikatan rantai polimer Kauzman et al. 1940 yang digambarkan sebagai berikut:
R – R            energi mekanik                      2R •
Selanjutnya sebagian radikal mengikat oksigen O
2
dari udara, R • + O
2
R O
2
• Radikal lainnya bergabung kembali menjadi:
R • + R •                                                       R – R Untuk  memudahkan  proses  mastikasi  ditambahkan  peptizer  dan  hidroksilamin  netral  sulfat
HNS.  HNS  digunakan  untuk  mencegah  terjadinya  reaksi  ikatan  silang  pada  rantai  molekul karet.  HNS  banyak  digunakan  sebagai  bahan  pemantap  viskositas  Mooney  karet.  Mekanisme
reaksi  pengikatan  gugus  aldehida  oleh  senyawa  hidroksilamin  dapat  di lihat  pada Gambar 7.
Gambar 7. Mekanisme Pengikatan Gugus Aldehida oleh Senyawa Hidroksilamin Pristiyanti, 2006
Peptizer  dapat  membantu  memutuskan  rantai  polimer  karet.  Oleh  karena  itu,  penggunaan sedikit  bahan  ini  cukup  besar  pengaruhnya  dalam  menurunkan  viskositas  karet.  Dalam
pengolahan  karet  secara  tidak  langsung  peptizer  dapat  membuat  karet  menjadi  mantap  karena gugus tiolnya akan memblokade gugus aldehid membentuk tioasetal, sehingga tidak membentuk
gel. Akibatnya viskositas karet tidak mengalami peningkatan selama penyimpanan. Bentuk dari SIR 20 sebelum didegradasi dan setelah didegradasi secara mekanis dapat dilihat pada Gambar
8.
Gambar 8. Bentuk SIR 20 sebelum didegradasi dan sesudah didegradasi Degradasi  molekul  karet  pada  proses  mastikasi  mengakibatkan  karet  menjadi  lebih  plastis
dibandingkan  dengan  sebelum  mastikasi.  Oleh  karena  itu,  plastisitas  karet  dipengaruhi  oleh durasi mastikasi. Semakin lama karet digiling atau diberi perlakuan mastikasi, maka karet akan
menjadi  semakin  plastis.  Hal  ini  juga  mengakibatkan  nilai  viskositas  Mooney  karet  semakin menurun. Pada mastikasi SIR 20 selama 8, 16 dan 24 menit didapatkan nilai viskositas Mooney
yang semakin menurun. Nilai viskositas Mooney karet dapat dilihat pada Gambar 9. Gugus
Aldehida Hidroksilamin
Aldoksin Air
R       CHO + NH
2
OH                 R      CH = N       OH +  H
2
O
17
Gambar 9. Grafik nilai viskositas Mooney SIR 20 terdegradasi Grafik  di  atas  menunjukkan  nilai  viskositas  Mooney  dari  SIR  20  dengan  waktu  giling  0,  8,
16,  dan  24  menit.  Dari  grafik  dapat  dilihat  bahwa  nilai  viskositas  Mooney  dari  SIR  20  setelah degradasi  berada  pada  kisaran  5,0  -  12,8  Ml  1`+4`  100
o
C.  Hal  ini  menunjukkan  terjadinya perubahan  nilai  viskositas  setelah  dilakukan  degradasi.  Semakin  panjang  rantai  poliisoprene
karet,  maka  dengan  sendirinya  pelepasan  rantai  monomer  sebagian  atau  seluruhnya  akan semakin sulit, jadi viskositasnya akan tinggi. Akibatnya akan terjadi aliran yang kecil dan bahan
tersebut  dikatakan  mempunyai  elastisitas  tinggi.  Sebaliknya,  jika  rantai  poliisoprene  pendek, maka  dengan  sendirinya  akan  semakin  mudah  terjadinya  aliran  bahan  viskositasnya  rendah,
sehingga  bahan  akan  kurang  elastic  atau  lebih  plastis.  Viskositas  Mooney  SIR  20  menurun seiring  dengan  bertambahnya  durasi  penggilingan  karet.  Semakin  lama  waktu  penggilingan
membuat karet menjadi semakin plastis dan lunak yang menghasilkan tahanan lemah, akibatnya rotor mooney viscometer berputar cepat dan memerlukan tenaga rendah.
B. HOMOGENITAS  CAMPURAN  SIR  20  DENGAN  ASPAL  SECARA