d. Kadar Lemak Apriyantono dkk 1989
Sampel atau contoh yang sudah disampelkan ditimbang sebanyak 3 gram W1, lalu dibungkus dengan kertas saring dengan bagian atas dan bawah diberi
kapas bebas lemak lalu disiapkan labu lemak yang sudah diketahui beratnya W2 dan disambung dengan tabung Soxhlet. Selongsong dimasukkan ekstraktor tabung
Soxhlet, lalu disiram dengan pelarut lemak Petroleum benzene. Setelah itu dilakukan ekstraksi selama 16 jam pada suhu sekitar 40
o
C. Setelah ekstraksi selesai, dikeluarkan selongsong yang berisi sampel. Pelarut lemak yang ada dalam
labu lemak didestilasi sehingga semua pelarut lemak menguap, kemudian labu lemak dikeringkan dalam oven pada suhu 105
o
C selama 3-5 jam. Labu lemak yang sudah didinginkan ditimbang dalam desikator sampai
berat konstan W3.
100 1
2 3
× −
= W
W W
Lemak
Keterangan : W1 = Sampel gr W2 = Labu lemak gr
W3 = Labu lemak berisi ekstrak gr
e. Kadar Karbohidrat Winarno 1992
Kadar karbohidrat diperoleh dengan menghitung selisih dari empat komponen yaitu kadar air, protein, lemak dan abu. Perhitungannya sebagai
berikut: Karbohidrat = 100 - air + lemak + protein + Abu
3.2.1.2. Uji asam amino Nur et al. 1992
Ikan laut dalam dianalisis lebih lanjut dengan metode High Performance Liquid Cromatography
HPLC. Sebelum dianalisis, sampel dihidrolisis dengan asam yaitu dengan cara 10 gram sampel ditimbang dalam tabung reaksi bertutup
lalu ditambahkan 1,5 ml HCL 6N. Sampel diendapkan dalam larutan HCl, kemudian dialiri gas N
2
yang berfungsi untuk mencegah oksidasi. Tabung lalu dimasukkan ke oven dan dipanaskan dengan suhu 105
C selama 24 jam.
Hasil hidrolisis dipindahkan kedalam labu evaporator dan disaring dengan Sintered Glass
sambil dibilas dengan air High Pure HP secukupnya. Hasil penyaringan dikeringkan dengan pompa vakum selama 10 menit, lalu
ditambahkan 10 ml HCl 0,01 N ke dalam sampel dan disaring kembali dengan membran filter berukuran 0,045 µm.
Sekitar 12,5 µm sampel diinjeksikan ke dalam tabung vial dan ditambahkan 12,5 µl buffer kalium borat pH 10,4 perbandingan 1:1, lalu
dicampur hingga homogen. Campuran tersebut diambil lima mikroliter dan dimasukkan ke tabung vial yang lain, lalu ditambahkan 25 µl pereaksi OPA,
biarkan selama satu menit agar proses derivatisasi sempurna. Sekitar lima mikroliter sampel diinjeksikan ke dalam kolom HPLC dan ditunggu sampai
pemisahan semua asam amino selasai. Waktu yang diperlukan sekitar 25 menit. Pengerjaan pada tahap penambahan pereaksi OPA sampai pemisahan asam amino
selesai dilakukan secara otomatis. Persentasi asam amino dalam 100 gram ikan laut dalam dapat dihitung dengan rumus:
luas area contoh x konsentrasi standar x 10 ml x BMA x 100
luas area standar asam amino =
bobot sampel Ket: BMA = berat molekul asam amino
3.2.2. Penelitian tahap kedua Untuk mendapatkan informasi mengenai kandungan hormon steroid dan
farmasi dari ikan laut dalam, dilakukan uji hormon steroid, uji antimikroba dan uji toksisitas.
3.2.2.1. Uji hormon steroid 1 Ekstraksi steroid Touchstone dan Kasparow 1970 yang diacu oleh Riris
1994.
Sebanyak 20 gram ikan laut dalam yang telah dihomogenkan dengan blender, ditambahkan 45 ml aseton dingin, kemudian disimpan selama 24 jam
dalam kamar dingin bersuhu 4 C, selanjutnya disentrifus pada 5000 rpm selama
10 menit. Endapan yang diperoleh dipisahkan dari fase cairnya. Fase cairnya kemudian diuapkan dalam penangas air pada suhu 40
C. Residu yang diperoleh dipartisi atau diekstraksi 2 kali dalam larutan etil asetat, kloroform dan air 1:1:1
dengan menggunakan corong pisah sehingga terbentuk dua lapisan. Larutan pengekstrak lapisan bawah, kloroform dan lapisan atas, etil asetat diuapkan
dalam penangas air pada suhu 40 C sampai kering. Ekstrak ini yang kemudian
digunakan untuk identifikasi steroid. Proses ekstraksi steroid disajikan pada Gambar 3.
2 Identifikasi steroid
Identifikasi steroid dilakukan dengan uji Liebermann Burchad dan uji Infrared.
a. Uji Liebermann Burchad Cook 1958 yang diacu oleh Riris 1994.